Home , , � Sungguh, Saya Merasa Hebat Menjadi Seorang Muslim

Sungguh, Saya Merasa Hebat Menjadi Seorang Muslim

Yahiye Adam

Saya dibesarkan di sebuah ladang peternakan di Western Riverside County, California, dimana famili saya menternak 150-200 hewan untuk susu, keju, dan daging. Ayah saya merupakan seorang penyembelih daging halal dan menyuplainya ke sebuah Pasaraya Makanan Islam tidak berapa jauh dari Pusat Islam di Los Angeles.

Ayah saya adalah seorang ateis, tetapi kemudian dia beriman kepada Tuhan yang esa setelah ia menemukan Injil di tepi pantai. Sebelumnya, ayah saya memiliki banyak teman, tetapi sekarang mereka telah pindah keluar dari California. Ibu saya dibesarkan dalam lingkungan Katolik yang membuatnya lebih dekat dengan agama kristen. Tapi ibu sama seperti ayah saya yang menolak konsep Trinitas.

Saya dan saudara-saudaraku belajar di rumah. Patut diketahui bahwa semua yang bersekolah di rumah hampir dapat dipastikan penganut Kristen. Selama 8 tahun dan mungkin lebih, kami terlibat dalam kumpulan atau kelompok yang mendukung pendidikan di rumah. Dengan cara ini saya paham benar apa yang disebut dengan fundamentalis Kristen. Hal ini merupakan satu pengalaman yang mencerahkan pikiran.

Dalam kelompok fundamentalis Kristen lebih meyakini dogmatisme buta dan karismatik gila. Saya terkejut ketika menyadari bahwa orang-orang ini sebenarnya menyembah Nabi Isa/Yesus. Saya sebenarnya percaya bahwa Nabi Isa setidak-tidaknya ia adalah Anak Tuhan seperti yang disalahartikan oleh Injil yang menyebutkan beliau sebagai "Hamba Tuhan". Apa yang saya tahu tentang Trinitas adalah sesuatu yang tak masuk akal, dianggap oleh mayoritas Kristen sebagai prasyarat untuk keselamatan. Perlahan-lahan saya menyadari bahwa saya tidak bisa menjadi seorang kristen.

Pada masa yang sama, saya terobsesi dengan musik Heavy Metal setan, sesuatu yang tidak disenangi oleh anggota keluarga saya. Seluruh hidup saya terfokus pada menambah koleksi musik itu. Saya menghindari kebersihan pribadi dan membiarkan ruang kamar dalam keadaan kocar-kacir. Hubungan saya dengan orang tua menjadi tegang. Saya sungguh menyesal dengan apa yang terjadi.

Pada awal tahun ini, saya mulai mendengarkan ceramah agama radio Kristen dari seorang peramal. Pengikut paranoid beberapa teori konspirasi, dukungan fanatik terhadap Israel dan Zionisme, serta pidato-pidato keras tentang "Ancaman Islam" yang telah membuat saya terpesona. Kenapa? Mungkin sekadar tuntutan untuk mengisi kekosongan yang saya ciptakan untuk diri saya. Sekalipun demikian, saya mula memahami bahwa kepercayaan yang dipegang oleh evangelis seperti Dosa Asli dan kemaksuman "Kata-kata Tuhan", tidak sejajar dengan ide teologikal saya dan saya mula mencari sesuatu untuk berpegang.

Segalanya berubah ketika saya berpindah ke Santa Ana, California bersama kakek saya. Nenek saya seorang ahli komputer yang senantiasa ketagihan dengan America Online. Sementara saya sibuk mencari informasi superhighway sejak bulan Januari. Ketika pindah, saya mula berniat untuk mencari kerja, saya mula menelusuri berkas-berkas di AOL dan Usenet newsgroup, di mana saya mendapati bahwa diskusi berkaitan Islam amat menarik. Saya menemukan bahwa keyakinan dan amalan agama ini sesuai dengan pemahaman teologi dan akal saya sebagai logika dasar manusia.

Islam menyebut Tuhan bukan sebagai manifestasi, tetapi sebagai wujud yang di luar batas akal manusia, independen dan tidak bisa dibagi-bagikan. Islam memiliki sebuah kitab yang bisa dipahami oleh manusia, dan tidak ada kepausan atau pemerintah paus yang dianggap maksum dalam semua hal intepretasi. Semua muslim bebas merefleksi dan mengintepretasikan kitab dengan mendapat pendidikan yang mencukupi. Islam tidak mempercayai bahwa semua manusia dilontarkan ke neraka kecuali kalau mereka percaya bahwa Tuhan dengan murah hati membenarkan diri-Nya disiksa di sebuah palang untuk mengizinkannya mengampuni semua manusia yang percaya Dia melakukannya di sebuah palang. Islam tidak percaya dengan bangsa atau ras terpilih. Dan begitulah seterusnya.

Ketika mulai membaca terjemahan al-Quran, saya mulai bertambah yakin dengan kebenaranya ajaran Allah yang terhimpun dalam 114 surah tersebut. Setelah beberapa waktu bersama dengan umat Islam, saya tahu benar bahwa mereka bukan orang-orang yang haus darah dan teroris barbarik seperti yang telah di gambarkan dalam berita-berita media dan televangelis. Mungkin pengetahuan ini telah mengiring saya untuk lebih melakukan penelitian tentang Islam. Saya tidak dapat menetapkan waktu kapan harus memilih Islam sebagai agama. Ia merupakan satu proses yang alami.

Saya memeluk agama Islam pada bulan November tahun 1995. Saya pergi ke Islamic Society of Orange County di Garden Grove dan memberitahu saudara muslim yang bertanggungjawab menjaga perpustakaan bahwa saya ingin memeluk agama Islam. Dia memberikan kepada saya bahan-bahan yang baik untuk dibaca. Saya mengucapkan syahadah di hadapan perhimpunan di masjid. Sungguh saya merasa hebat menjadi seorang muslim.
(http://kisah-mualaf.blogspot.com/irib/26/10/2010)

Islamphobia dan Kecenderungan Pada Islam di Barat

Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa telah menjadikan perang dan propaganda anti-Islam sebagai kebijakannya selama bertahun-tahun. Namun beberapa tahun terakhir, khususnya pasca peristiwa 11 September 2001 propaganda anti-Islam dikemas dalam bentuk baru berupa Islamphobia. Sejak tahun 2001 para arsitek Islamphobia memaksimalkan upayanya untuk mencitrakan Islam sebagai agama kekerasan. Mereka juga tak segan-segan menampilkan umat Islam sebagai teroris dan kelompok radikal.

Upaya ini khususnya di Barat berdampak luas bagi warga muslim. Pengikut agama samawi ini kerap mendapat ancaman dan tekanan sehingga kehidupan mereka pun kian sulit. Di sisi lain, meski Barat giat mempropagandakan Islam sebagai agama kekerasan, namun ternyata warga di kawasan ini kian banyak yang memeluk Islam. Tentu saja fenomena ini membuat para arsitek perang anti-Islam khawatir. Upaya yang menelan biaya besar dan didukung oleh media massa terkenal tetap gagal mencegah berkembangnya Islam di Barat.

Mohammad Naser, ketua Islamic Center di Washington mengatakan, tahun ini bersamaan dengan ancaman pembakaran Kitab Suci al-Qur'an dan eskalasi protes atas pembangunan Masjid Bait Qortuba di dekat lokasi 11 September tercatat 180 pria dan wanita warga New York memeluk Islam. Firman-firman Allah swt yang tertuang dalam al-Qur'an serta lantunan kitab suci ini menggiring hati-hati yang bersih untuk lebih mengenal Islam.

Ada baiknya kita menyimak pengakuan mereka yang baru memeluk Islam dan pandangan mereka tentang agama ini. Myriam Francois, aktor film asal Inggris baru saja memilih Islam sebagai agamanya. Ia kini menjadi pusat perhatian media massa karena keputusannya untuk memeluk Islam. Myriam Francois menyebut peristiwa 11 September sebagai salah satu faktor yang membuat ideologinya goyah. Karena pasca peristiwa ini propaganda anti-Islam di Barat meningkat drastis. "Fenomena ini malah membuat saya tertarik untuk lebih mengenal Islam dan saya mengambil keputusan untuk mempelajari agama ini. Setelah mempelajarinya, saya mendapatkan bahwa Islam adalah agama universal dan sempurna. Sejarah perjalanan Islam sangat menarik dan pribadi serta kehidupan Nabi Mohammad saww membuat saya kagum."

Myriam Francois menyebut Nabi Mohammad sebagai penyeru perdamaian. Ia sangat tertarik dengan kepribadian Nabi Mohammad sebagai utusan Allah swt yang terakhir. Kasih sayang Rasulullah telah mengetuk hati sanubarinya dan dengan semangat yang menyala-nyala Myriam Francois membicarakan pribadi mulia Mohammad. Ia mengakui bahwa mempelajari kepribadian Nabi Mohammad dan merenungkan sabda beliau adalah salah satu faktor yang membuat dirinya masuk Islam. Ia sangat mengagumi sabda-sabda Rasulullah khususnya yang menyatakan, Kalian harus jujur meski hal ini merugikan kalian dan sebuah sabda Rasul yang berbunyi, Berbuatlah kebaikan kepada orang yang memusuhimu. "Rasulullah adalah pribadi agung dalam sejarah umat manusia, namun sayang beliau tidak dikenal sebagaimana mestinya," demikian ungkap Myriam Francois.

Jaclyn Harper, 25 tahun warga Amerika Serikat baru-baru ini juga memeluk Islam. Ia menerima Islam sebagai agamanya pada akhir Januari tahun ini. Sebelum masuk Islam, Harper adalah aktivis Gereja Lutheran. Setelah masuk Islam Harper merasa kehidupannya lebih baik. Terkait kepindahan dirinya dari Kristen ke Islam, Harper mengatakan,"Kalian di AS tentunya mendengar hal-hal buruk tentang Islam. Banyak hal yang membuat saya tertarik untuk mempelajari Islam secara mendalam. Untuk mengenal Islam saya telah membaca banyak buku. Hal ini membuat saya berubah dan pandangan saya tentang Islam pun mulai bergeser."
Harper menyebut Islam sebagai agama yang paling sempurna. Menurutnya, belajar dan berfikir adalah jalan menemukan kebenaran. Islam sendiri menyeru manusia untuk berfikir.

Jamal al-Ghamus, ketua Islamic Center Darul Huda di Virginia mengatakan, "Warga AS yang merujuk ke Darul Huda kebanyakan memiliki pengetahuan yang luas soal Islam. Selain membaca buku sastra dan ilmiah, mereka juga mempelajari buku-buku soal ideologi berbagai agama. Oleh karena itu ketika mereka membicarakan Islam dengan kami dengan cepat mereka menerima Islam. Kini banyak warga AS telah memeluk Islam dan kerap mendatangi masjid."

Diego Radrad, mahasiswa jurusan seni di sebuah universitas di New York juga baru memeluk Islam. Diego memeluk Islam setelah peristiwa 11 September. Setelah masuk Islam ia mengganti namanya dengan Ali Akbar. Ia menceritakan bagaimana dirinya sampai tertarik untuk masuk Islam. Diego menandaskan,"Ideologi Barat tidak serasi dengan semangat dan pemikiran saya. Ideologi ini tidak mampu memuaskan rasa ingin tahu yang ada dalam diri saya. Dalam diri saya terjadi pergolakan dengan pemikiran Barat. Selanjutnya saya mencari ideologi yang bisa diterima, sebuah filsafat yang dapat membantu saya mengenal hakikat kehidupan."

Diego menambahkan, di AS yang berkuasa adalah ideologi sekular yang tidak mampu menjawab pertanyaan seputar hakikat kehidupan. Kehidupan yang rusak di Barat kini malah mengharuskan kaum muda untuk memilih sesama jenisnya. Tentu saja kondisi ini membuat institusi keluarga semakin rapuh. Saya tidak dapat menerima ideologi seperti ini. Pertanyaan soal Untuk apa kita diciptakan dan bagaimana kita harus hidup senantiasa menghantui pemikiran saya. Oleh karena itu, pasca peristiwa 11 September dan maraknya propaganda Barat anti-Islam, saya kian tertarik untuk mengenal Iran dan Ayatollah Khomeini. Membaca buku tulisan Imam Khomeini membuat saya memilih Islam dan mazhab Syiah. Ia juga sangat kagum dengan kepribadian Imam Khomeini dan sisi religius beliau. Terkait Imam Khomeini, Deigo mengatakan, Ayatollah Khomeini adalah pribadi yang telah membimbing saya memeluk Islam dan Iran negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki peradapan tinggi.

Moshe Biljin, pengamat Yahudi dalam analisanya terkait kondisi sosial AS dan Eropa mengatakan," AS dengan kekuatan militer dan ekonominya serta Eropa dengan kebijakan liciknya gagal membendung gelombang penyebaran Islam. Ini adalah sebuah realita bahwa Islam tak lama lagi akan memimpin dunia Barat." Ia menambahkan, maraknya pembangunan masjid di AS dan Eropa bersamaan dengan berubahnya fungsi Gereja menjadi museum dan minimnya jemaat yang mendatangi tempat ibadah Kristen ini. Namun tidak begitu dengan masjid, tempat ibadah umat Islam malah tidak mampu menampung pengikutnya.

Mingguan Belgia, Lose War dalam artikelnya menulis, jumlah warga Belgia yang memeluk Islam sangat signifikan. Mengingat cepatnya proses ini maka diprediksikan jumlah warga muslim di Belgia hingga tahun 2012 akan bertambah sekitar 500 ribu orang. Sejumlah warga Belgia kian menjauhi Kristen dan lebih memilih Islam sebagai agama barunya. Mayoritas mereka menyebut tidak adanya perantara antara manusia dan Tuhan sebagai faktor kecenderungan mereka terhadap Islam. Menurut mereka interaksi langsung antara manusia dan Tuhan sebagai daya tarik Islam. Selain itu, menurut mereka perhatian serius Islam soal kebersihan dan sisi relegius dalam kehidupan tidak ditemukan di agama Kristen. Masih menurut warga Belgia, dewasa ini Barat dan Eropa kehilangan nilai-nilai seperti ini.

Meski pemerintah Barat getol memusuhi Islam, namun jumlah warga yang memeluk Islam di kawasan ini semakin meningkat. Umat Islam juga menyampaikan seruan kebebasan dan nilai-nilai makmawi kepada sesamanya. Upaya ini sangat berpengaruh pada bertambahnya warga Barat yang masuk Islam. Misi Islam adalah membentuk budaya universal di dunia yang mengedepankan sisi kemanusiaan. Seluruh bangsa dunia dengan mudah memeluk Islam dan memanfaatkan ajaran-ajaran mulia agama samawi ini. Di antara daya tarik Islam adalah ajaran moral yang kokoh yang bersumber dari al-Qur'an.(irib/27/10/2010)

Islamophobia, Strategi Kampanye di AS

Islamophobia sekali lagi telah digunakan sebagai strategi kampanye dalam politik AS ketika pendiri Faksi kontroversial Tea Party menargetkan serangan terhadap salah seorang anggota Kongres Muslim.

Pimpinan Tea Party Nation, Judson Phillips meminta para pemilih untuk menentang perwakilan dari Minneapolis, Keith Ellison dalam upayanya untuk dipilih kembali menjadi anggota kongres, hanya karena ia adalah seorang Muslim.

Dalam surat yang diterbitkan kepada anggota partainya Selasa lalu, Phillips menyebut Ellison sebagai salah seorang anggota yang paling radikal di Kongres. Ia menekankan bahwa Ellison adalah satu-satunya anggota Kongres yang Muslim.

Para pakar mengatakan surat yang beredar itu isinya tidak benar dan bertentangan dengan dugaan Philips. Ellison bukan satu-satunya anggota kongres yang Muslim. Perwakilan Kongres Andre Carson dari Indiana juga seorang Muslim.

Sejak pemilu Kongres tahun 2006 lalu, agama Ellison telah sering menjadi target lawan politiknya. Namun hanya sedikit yang berkesimpulan terlalu jauh dengan mengatakan bahwa agamanya yang menjadi alasan untuk dihapusnya ia dari Kongres.

"Setiap kali Ellison berjalan ke kantornya, seseorang sesalu mencoba untuk menantang dia berdasarkan keyakinan Islamnya. Yang sangat membingungkan adalah bagaimana unsur-unsur tertentu yang kurang ajar di negara kita telah menjadi penyerang Muslim," kata Corey Saylor, jurubicara Dewan Hubungan Islam-Amerika kepada Press TV kemarin (Rabu,27/10).

Tetapi meskipun semua sentimen anti-Islam, banyak warga Minnesotans percaya bahwa Ellison adalah seseorang yang mewakili mereka dengan adil.

"Dia telah diserang dengan cara seperti ini sebelumnya. Tapi pemilih di Minnesotans lebih tahu," tambah Saylor.

Surat anti-Islam Phillips adalah yang terbaru dalam membangkitkan sentimen Islamofobia menyebar di seluruh AS. (IRIB/RM/PH/28/10/2010)

Revolusi Islam dan Pengaruhnya di Dunia Islam

Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menyatakan bahwa revolusi Islam telah menghidupkan kembali harga diri, ketangguhan dan identitas keislaman serta berhasil menggagalkan program kubu imperialis yang sudah dijalankan sejak lama. Hal itu ditegaskan pemimpin yang di Iran lazim disebut Rahbar ini dalam pidatonya hari Senin lalu di depan ribuan pelajar asing di kota Qom, Iran tengah. Dalam pidato itu beliau mengingatkan agenda kaum imperialis dalam dua abad terakhir untuk membuat kaum muslimin merasa lemah dan kehilangan harga diri. Akan tetapi, kemenangan Revolusi Islam di Iran sekitar tiga dekade lalu yang terus berkembang dan maju telah mengubah situasi dan menyadarkan umat Islam akan jatidiri dan kehormatannya.

Sejak kemenangan revolusi Islam, Imam Khomeini (ra) menyeru Dunia Islam untuk menghidupkan kembali jatidirinya dan melawan kubu arogansi dunia. AS yang mewakili dan memimpin kubu arogansi merasa terpukul dengan kemenangan revolusi Islam karena kehilangan pijakan kakinya di Iran. Sejak itulah permusuhan AS terhadap pemerintahan Islam di Iran mulai nampak. Dengan berbagai cara, AS berusaha keras melumpuhkan Iran dan merusak citranya di dunia. Iran dituduh berusaha mengeskpor revolusinya ke negara lain. Tuduhan itu dimaksudkan untuk menyulut sentimen permusuhan negara-negara lain, khususnya negara Islam, terhadap Iran. Menjawab tuduhan itu, Rahbar menegaskan bahwa revolusi bukanlah fenomena yang bisa dialihkan ke negara lain dengan sarana politik atau militer.

Pada dekade 1980, ketika dua kutub kekuatan menguasai dunia, hampir semua negara berada di bawah hegemoni, atau setidaknya, bayang-bayang dua kekuatan Timur dan Barat. Revolusi Islam di Iran menyentak dunia dengan slogannya yang menafikan hegemoni Timur dan Barat. Revolusi ini menggugah Dunia Islam untuk bangkit dan tidak tenggelam di bawah kekuasaan pihak lain yang ingin melumat identitas keislaman mereka. Akibatnya, Iran dimusuhi oleh kedua adidaya itu. Dengan kata lain, permusuhan sistem kuasa dunia dengan Iran sudah ada sejak 30 tahun lalu seiring dengan kemenangan Revolusi Islam.

Penyebab permusuhan AS dan konco-konconya saat ini terhadap Iran adalah sikap negara Islam ini yang menentang kezaliman dan menolak hegemoni kaum arogan. Pesan dan slogan yang diusung Iran sudah mengalir di dunia Islam. Iran pun dikenal sebagai negara yang memperjuangkan Islam, keadilan dan kebebasan sekaligus menjadi panutan bangsa-bangsa Muslim khususnya di kawasan Timur Tengah dan Teluk Persia.

Revousi Islam di Iran telah membuka jalan bagi bangsa-bangsa di dunia khususnya umat Islam, sekaligus membuktikan bahwa adidaya dunia bukanlah kekuatan yang tak bisa dilawan. Hanya ada satu cara untuk membebaskan diri dari hegemoni kubu arogansi yaitu melawan, bersabar dan resisten. Tanpa pengorbanan, perlawanan, dan kesabaran yang diperkuat dengan keimanan kepada Islam, Iran tak akan bisa mengukir beragam prestasi yang diraihnya saat ini atau tegar dalam menghadapi berbagai macam sanksi dan embargo dalam 30 tahun terakhir. (IRIB/AHF/SL/26/10/2010)

Kebohongan, Mesin Perang AS

Mantan Senator AS, Mike Gravel menyebut kebohongan para pemimpin AS sebagai penyebab utama pecahnya perang di Vietnam, Afghanistan dan Irak.

Mike Gravel kepada Press TV, Rabu (27/10) seraya menilai sama penyebab perang di Vietnam, Afghanistan dan Irak, mengatakan, seluruh perang ini dimulai karena kebohongan para pemimpin AS. Ditegaskannya, mereka harus bertanggung jawab atas terbunuhnya ribuan warga AS.

Terkait masalah ini, Gravel meminta Mantan Presiden George W. Bush diseret ke pengadilan atas tuduhan berbohong kepada rakyatnya dan menginvasi Irak.

Seraya menolak klaim Jenderal David Petraeus, Panglima Pasukan AS dan NATO di Afghanistan tentang dicapainya keberhasilan di negara itu, Gravel menandaskan, hal seperti ini sama sekali tidak akan pernah terjadi.

Ia meyakini bahwa lebih dari 60 persen dokumen yang dikategorikan sebagai dokumen rahasia oleh Angkatan Bersenjata AS, tidak semestinya masuk dalam ketegori ini.

Gravel juga menilai aksi Julian Assange, pendiri situs WikiLeaks sama dengan langkah Daniel Ellsberg ketika ia mempublikasikan dokumen rahasia militer AS dalam Perang Vietnam.
Pada dekade 1960 atau ketika Perang Dingin memuncak, Daniel Ellsberg dianggap sebagai salah seorang arsitek perang AS. Namun begitu meletusnya Perang Vietnam, Ellsberg mempublikasikan sekitar tujuh ribu dokumen rahasia Pentagon di koran-koran. Dokumen itu mengungkap kebohongan para pejabat AS tentang perang di Vietnam. (IRIB/RM/PH/28/10/2010)



0 comments to "Sungguh, Saya Merasa Hebat Menjadi Seorang Muslim"

Leave a comment