Home , � Wilders diundang ke Jerman dan memberikan pidato anti Islamnya atas undangan René Stadkewitz, mantan anggota Partai Kristen Demokrat Jerman, CDU.

Wilders diundang ke Jerman dan memberikan pidato anti Islamnya atas undangan René Stadkewitz, mantan anggota Partai Kristen Demokrat Jerman, CDU.

Ancaman Aliansi Anti Islam di Eropa

Gelombang anti Islam terus berhembus kencang di sejumlah negara Barat dan dilakukan dengan terang-terangan oleh para politisinya. Pasalnya, pemimpin Partai kebebasan Belanda (PVV), Geert Wilders semakin santer menjegal Islam di Eropa.

Tidak cukup dengan menghina ajaran Islam melalui produksi film Fitna tahun 2008 lalu, ia juga memprovokasi para politisi di negara-negara Barat untuk mengamini aksinya menyebarkan Islamophobia di dunia.

Di saat kongres Partai Kristen Demokrat Belanda CDA, di Arnhem sibuk membahas kesepakatan yang dibuat oleh pemimpin partai, Maxime Verhagen, tokoh populis kanan Geert Wilders hari ini (Sabtu,2/10) memberi ceramah tentang Islam dan integrasi di ibukota Jerman.

Wilders diundang ke Jerman dan memberikan pidato anti Islamnya atas undangan René Stadkewitz, mantan anggota Partai Kristen Demokrat Jerman, CDU.
Stadkewitz sedang mempersiapkan pembentukan partai baru, Die Freiheit, yang berarati Kebebasan, dan Geert Wildres adalah inspirator utama bagi gagasan ini.

Sebagaimana Geert Wilders, René Stadkewitz menganggap Islam sebagai sumber berbagai permasalahan di kalangan kelompok migran. Ia menilai Islam bukan agama. "Tapi, suatu sistem yang menjadi penyebab munculnya dua macam masyarakat, yang berkembang di berbagai wilayah pemukiman kelompok migran. Suatu sistem yang tidak cocok untuk hidup bersama masyarakat Barat."

René Stadkewitz mendukung larangan jilbab, tapi menentang larangan Al Qur'an. Ditegaskannya, "Yang paling penting adalah memperkuat kehidupan bermasyarakat. Larangan seperti itu tidak perlu."

René Stadkewitz akan mengikut pemilu legislatif di Berlin, yang diselenggarakan pada tahun 2011. Ia memperhitungkan, dengan mudah akan mampu melampui ketentuan batas ketentuan minimal suara lima persen, dan sangat girang mendapat dukungan dari Geert Wilders.

Anti Islam

Perkenalan pertama René Stadkewitz dan Geert Wilders terjadi pada saat pertemuan di Den Haag, musim panas lalu. Pada saat mengumumkan rencana pembentukan partai anti Islam Jerman, René Stadkewitz menyatakan bahwa partai Die Freiheit bukan sekedar tiruan Partai Untuk Kebebasan Belanda, PVV.

Sejauh ini, belum diketahui apa yang akan diucapkan oleh Geert Wilders di Berlin. Pemimpin PVV ini hanya menyatakan, ia akan menyampaikan ceramah di Berlin. Mungkin mengenai pelaksanaan proyek, yang diumumkan oleh Geert Wilders musim panas lalu. Dalam suatu wawancara dengan koran De Telegraaf, ia menyatakan akan mendirikan 'International Freedom Aliance'.

Suatu jaringan berbagai kelompok yang berusaha menentang Islamisasi Eropa. Ia menyebut nama lima negeri: Kanada, Amerika Serikat, Britania Raya, Jerman dan Prancis. Ia berusaha membangun kontak di lima negeri tersebut, agar bisa melancarkan aksi bersama.

Tidak semua orang menyambut sikap seperti itu. Kamis kemarin, banyak politisi Jerman, dari kalangan pemerintah dan parlemen, mengecam kemungkinan pembentukan kabinet minoritas di Belanda. Termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel. Ia menyayangkan, bahwa kabinet tersebut bisa terbentuk berkat dukungan Geert Wilders.

Rasis

Sabtu ini berbagai kelompok demonstran akan berusaha menggagalkan rencana pidato Geert Wilders di Berlin. Jaringan kerjasama luas di antara berbagai partai politik, serikat buruh dan kelompok migran akan memblokade lokasi tempat Geert Wilders akan berbicara.

Dirk Stegemann, atas nama berbagai kelompok tersebut menyatakan: "Bagi saya ia seorang rasis. Ia berusaha membungkusnya sebagai kritik terhadap Islam. Ia menciptakan gambaran bahwa Islam itu homogen dan melekatkan citra umum bagi berbagai kelompok orang. Kami di Jerman menamakan hal tersebut, rasisme budaya religius."

Jaringan internasional Wilders, menjadi bola salju yang menggelinding terus menurut besar dan makin membesar. Aksi protesnya terhadap pembangunan masjid di dekat Ground Zero, New York, beberapa pekan lalu dilakukan oleh kalangan yang sependapat dengan Wilders. aksi menentang Islam merambah tidak hanya di Belanda tapi menjalar ke seluruh dunia terutama di negara-negara Barat.

Melalui pidatonya di dekat Ground Zero, Wilders menyampaikan pesan jelas menentang Islam dengan harapan bisa menggalang dana dan menarik perhatian publik dunia. Maklum, politikus anti Islam ini masih terlibat proses pengadilan yang mahal.

"Yang ingin saya tekankan adalah bahwa ideologi Islam mengancam kebebasan masyarakat Barat, nilai-nilai Barat berdasarkan agama Kristen, Yahudi dan humanisme. Saya juga berada di sini untuk belajar dari Amerika Serikat, yang menjunjung tinggi kebebasan berbicara. Karena kebebasan berbicara ini terancam di Eropa", tutur Wilders.

Di New York Wilders tampil di kandang sendiri. Ia berpidato di depan kalangan neo-konservatif Amerika yang membenci Islam dan menganggapnya ancaman bagi Israël dan dunia Barat. Mereka yang sependapat dengan Wilders ini juga mendukungnya secara finansial.

Beberapa bulan belakangan ini Wilders juga sibuk memperluas jaringannya. Aliansi Kebebasan Internasional, International Freedom Alliance (IFA) pimpinannya, 'memperjuangkan kemerdekaan dan melawan Islam'.

Ironisnya, di negara yang mengklaim sebagai pengusung hak asasi manusia dan kebebasan itu, agama Islam yang dianut oleh sekitar 1,5 milyar orang di dunia dengan mudah dilecehkan oleh sejumlah politisinya sendiri. Namun pada saat sama, warganya dibungkam untuk tidak mempertanyakan peristiwa yang masih abu-abu kebenarannya, seperti Holocaust dan serangan 11 September. Di negara Barat seperti Perancis, mempersoalkan peristiwa Holocaust termasuk kejahatan. Demikian pula di Amerika Serikat, Gedung Putih dengan arogan menolak usulan dibentuknya tim investigasi independen oleh PBB mengenai serangan 11 September.

Kini, kedua peristiwa ini lebih steril untuk dipertanyakan daripada perhormatan terhadap agama ilahi yang telah menorehkan sumbangsih peradaban dan kebudayaan cemerlang di lembaran sejarah.(IRIB/Republika/PH/2/10/2010)

Hina Islam, Wilders Diadili

Politisi anti-Islam Belanda, Geert Wilders, yang memainkan peran kontroversial tetapi penting dalam pembentukan pemerintah baru Belanda, diadili, Senin (4/10/2010), karena dituduh menghasut kebencian terhadap umat Islam.

Ia dituduh telah menghasut kebencian dan melakukan diskriminasi terhadap kaum Muslim dalam komentar yang ia buat di media dan telah menghina orang Muslim ketika membandingkan Islam dengan Nazisme.

"Kebebasan berbicara dari sedikitnya 1,5 juta orang sedang diadili bersama saya," kata Wilders di situs media sosial—ia merujuk pada jumlah pemilihnya di Partai Kebebasan PVV pada pemilu 9 Juni lalu. Dia menambahkan, "Senin akan menjadi hari yang mengerikan." Jika terbukti bersalah, Wilders akan menghadapi hukuman maksimum satu tahun penjara atau denda.

Sidang pengadilan itu berlangsung pada saat yang bikin canggung Wilders. Partainya tengah bersiap untuk mendapatkan peran kuat dalam pemerintahan melalui dukungannya pada pemerintah yang hanya memperoleh kemenangan minoritas yang terdiri dari Partai Liberal (VVD) dan Kristen Demokrat (CDA). Setelah pemilu pada Juni lalu, VVD dan CDA hanya meraih 52 kursi dari 150 kursi parlemen. Dengan dukungan dari Wilders, mereka bisa mendapatkan mayoritas minimal 76 kursi.

Radio Nederland melaporkan, sebenarnya bukan kejaksaan yang menyeretnya ke muka hakim, tetapi sekelompok warga. Tahun lalu, Pengadilan Tinggi Amsterdam mengeluarkan perintah kepada kejaksaan untuk menggugat politikus ini. "Dia memecah belah, ia menciptakan kebencian, menciptakan konflik. Sejumlah orang tidak bisa menerima ini. Orang lain dapat menerimanya," kata Mohammed Rabbae dari Dewan Nasional Maroko seperti dikutip AFP.

Proses peradilan ini terdiri dari lima sidang pengadilan. Kasus ini banyak menarik perhatian, baik dari dari dalam maupun di luar negeri. Keamanan di seputar pengadilan sangat ketat.

Wilders telah menghadapi ancaman kematian atas pandangan politiknya terkait pembuatan film "Fitna" tahun 2008 yang menuduh Al Quran menghasut kekerasan. Dia juga telah membuat pernyataan blakblakan kepada media, yang menyamakan Islam dengan Mein Kampf Adolf Hilter.(kompas)

0 comments to "Wilders diundang ke Jerman dan memberikan pidato anti Islamnya atas undangan René Stadkewitz, mantan anggota Partai Kristen Demokrat Jerman, CDU."

Leave a comment