Home , � Iran Permalukan Amerika di Jenewa !!!!!

Iran Permalukan Amerika di Jenewa !!!!!



Koran Swiss: Iran Permalukan Amerika di Jenewa-
!


Surat kabar Swiss, La Tribune de Geneve dalam laporannya menurunkan berita tentang penolakan Saeed Jalili, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Republik Islam Iran sekaligus ketua juru runding Iran dengan kelompok 5+1 menolak permintaan bertemu William Burns, wakil Amerika Serikat.

Saeed Jalili yang berada di Jenewa untuk melakukan perundingan dua hari dengan kelompok 5 + 1 (Amerika, Cina, Rusia, Inggris, Perancis plus Jerman) menolak permintaan William Burns untuk melakukan pertemuan khusus.

Sekaitan dengan kejadian ini, kantor berita AFP yang mengutip sumber-sumber yang dekat dengan penyelenggaraan pertemuan ini melaporkan, William Burns meminta waktu pertemuan dengan delegasi Iran, tapi Saeed Jalili dalam perundingan dan dialog yang dilakukannya menolak melakukan pertemuan khusus dengan wakil Amerika.

Sementara laporan-laporan yang ada memberitakan bahwa wakil Amerika dalam perundingan kelompok 5+1 di hari pertama perundingan sekitar setengah jam berdiri di depan pintu kamar tempat Jalili menginap agar permintaan pertemuan yang dilayangkan mendapat persetujuan ketua delegasi Iran ini. Tapi Saeed Jalili tidak mengabulkan permintaan itu.

Padahal wakil Iran ini melakukan pertemuan dengan wakil-wakil lima negara lain, khususnya Cina dan Rusia. (IRIB/SL/RM/8/12/2010)

Iran: Isu Nuklir Bukan Agenda Pertemuan Turki

Republik Islam Iran dan kelompok 5+1 sepakat untuk mengadakan putaran berikutnya perundingan komprehensif di Turki pada akhir Januari 2011. Namun Tehran menyatakan bahwa program nuklirnya tidak termasuk dalam agenda perundingan mendatang.

"Baru pekan lalu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengumumkan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai dan sama sekali tidak ada bukti penyimpangan," kata Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Saeed Jalili dalam wawancara eksklusif dengan Press TV pada hari Selasa (7/12).

"Oleh karena itu, kami percaya bahwa masalah ini sudah selesai dan tidak dapat menjadi subyek pembicaraan sama sekali. Perundingan komprehensif di Istanbul akan fokus pada masalah-masalah umum," tegasnya.

Jalili menegaskan bahwa hak bangsa Iran tidak dapat dirundingkan dan perundingan juga tidak mungkin dilanjutkan di bawah bayang-bayang tekanan.

"Ada kekhawatiran serius di tengah masyarakat internasional tentang perlucutan senjata nuklir, tentang alasan belum melucuti kekuatan-kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan juga tentang negara-negara yang menyediakan senjata nuklir kepada rezim Zionis Israel," tegas Jalili.

Seraya mengecam AS karena melanggar Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT), Jalili menandaskan, "Kini perhatian utama dunia tertuju kepada Washington yang telah melanggar Pasal I dan II NPT dan menempatkan 240 hulu ledak nuklir di wilayah Eropa." "Ini melanggar NPT dan harus menjadi agenda utama untuk ditangani," tambahnya.

Meski tidak ada angka resmi yang dirilis, tapi diperkirakan AS telah menempatkan antara 150 dan 240 senjata nuklir taktis di Eropa. (IRIB/RM/SL/8/12/2010)

Jalili: Isu Nuklir Iran Sudah Selesai

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Saeed Jalili menyatakan bahwa isu nuklir Iran sudah selesai. Berbicara dalam sebuah wawancara khusus dengan Press TV, Jalili menjelaskan bahwa dalam laporannya Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk ke-25 kali mengakui tidak ada pergeseran dalam aktivitas nuklir Iran. "Masalah nuklir Iran sudah selesai dan tidak lagi menjadi topik perundingan, katanya.

Putaran baru perundingan antara Iran dan kelompok 5+1 di Jenewa Swiss hari Selasa telah berakhir dan kedua pihak sepakat untuk melanjutkan perundingan Januri mendatang di Istanbul. Dalam kaitan ini Tehran menyatakan bahwa perundingan tidak untuk membahas isu nuklir Iran.

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menambahkan, masyarakat dunia sangat mengkhawatirkan proses perlucutan senjata nuklir, keengganan AS melucuti senjata nuklir dan kepemilikan senjata ini oleh rezim Zionis Israel.

Jalili kembali menyoal AS atas sikap negara itu yang melanggar kesepakatan larangan produksi dan perluasan senjata nuklir (NPT). (IRIB/AHF/9/12/2010)

CNN Gagal Sebar Propaganda Anti-Nuklir Iran

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Republik Islam Iran, Saeed Jalili dalam wawancaranya dengan CNN menyebut gagal upaya televisi ini untuk menyebar kekhawatiran terhadap program nuklir Iran kepada masyarakat internasional. Ia menjelaskan, komunitas internasional harus merasa khawatir dengan program nuklir Amerika.

Matthew Chance, wartawan CNN di Jenewa Selasa (7/12) usai perundingan Kelompok 5+1 dan Iran mewawancarai Saeed Jalili. Menurut laporakn IRNA, Matthew Chance mengajukan pertanyaan kepada Jalili, mengingat sidang terbaru Jenewa apakah Iran siap menjawab kekhawatiran masyarakat internasional dan menghentikan pengayaan uraniumnya ?

Menjawab pertanyaan tersebut, Jalili menegaskan, saya tidak menerima klaim anda, karena masyarakat internasional bukan mengkhawatirkan program nuklir Iran namun mereka khawatir dengan nuklir AS. Ia memberikan alasan jawabannya bahwa hingga saat ini AS tidak bersedia melucuti senjata nuklirnya. Masyarakat internasional mencemaskan kian merebaknya senjata nuklir di dunia.

Jalili dalam kesempatan itu balik mempertanyakan siapa yang memberikan teknologi nuklir kepada Rezim Zionis Israel. Seeed Jalili menambahkan, Iran menggelar konferensi perlucutan senjata nuklir dan menuntut pelucutan senjata pemusnah massal ini.

Tak membiarkan Jalili berbicara banyak, Chance langsung memutus pembicaraan wakil Iran ini dan mengulang pertanyaannya "Apa yang dilakukan Iran saat ini untuk menghilangkan kekhawatiran masyarakat internasional ?"

Jalili menjawab bahwa agenda perundingan Jenewa bukan isu nuklir Iran, namun kami membicarakan pemanfaatan kapasitas masing-masing untuk menggalang kerjasama bilateral di bidang yang disepakati. Ia menambahkan, Tehran sebagai salah satu anggota Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) senantiasa mengutuk senjata nuklir serta menuntut pelucutan senjata pemusnah massal ini. Iran juga menuntut pengokohan peran IAEA.

Menjawab pertanyaan Chance soal klaim pejabat AS yang hadir di pertemuan bahwa 70 persen dialog seputar isu nuklir Iran, Jalili menandaskan, "Saya katakan kepada anda bahwa agenda dialog bukan masalah nuklir Iran dan kami berdialog untuk menemukan solusi bersama bagi kerjasama serta Tehran menolak perundingan yang dibayang-bayangi tekanan Washington."

AS telah mempersiapkan sejumlah langkah khusus, namun mereka kembali menemui jalan buntu. Padahal mereka telah mengeluarkan anggaran besar yang dibebankan kepada warganya. Ribuan miliar dolar terpaksa dikeluarkan AS untuk membiayai perang di Irak dan kini Washington tengah dililit krisis ekonomi.

Chance rupanya terus mencecar Jalili dengan berbagai pertanyaan yang menyudutkan. Kali ini ia mempertanyakan keterkucilan Iran akibat sanksi dunia internasional. Menanggapi hal ini, Jalili mengatakan, apa yang anda katakan tidak benar. Ia menambahkan, anda saksikan bahwa masyarakat internasional yang tergabung dalam anggota Non Blok (NAM) dalam statemennya mendukung program nuklir Iran. "Ini adalah informasi keliru yang diberikan kepada warga AS bahwa masyarakat internasional mempermasalahkan program nuklir Iran," ungkap Jalili.

Wartawan CNN melajutkan pertanyaannya, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB menolak status damai nuklir Iran, karena mereka selama ini telah menjatuhkan empat sanksi kepada Tehran.

Jalili menepis klaim tersebut dan mengatakan, cukup saya katakan kepada anda, Dewan Keamanan PBB dengan dasar apa meratifikasi sanksi itu. Dan sangat memalukan jika di resolusi DK-PBB dicantumkan nama ilmuwan nuklir Iran dan kemudian mereka diteror. Jika ditelusuri lebih lanjut maka terdapat hubungan antara pencantuman nama ilmuwan nuklir Iran di resolusi DK-PBB dan aksi teror terhadap mereka. (IRIB/IRNA/MF/8/12/2010)

Cina: Kami Tetap Dukung Program Nuklir Iran

Bertepatan dengan digelarnya perundingan antara Iran dan Kelompok 5+1 di Jenewa, Menteri Luar Negeri Cina, Yang Jiechi menekankan hak Tehran untuk memanfaatkan energi damai nuklir. Jiechi mengatakan, Cina menentang sanksi sepihak terhadap Republik Islam Iran.

"Cina mendukung dilanjutkannya perundingan nuklir dengan Iran," ungkap Jiechi saat bertemu dengan Wakil menlu Iran untuk urusan Asia dan Pasifik, Ali Fathullahi seperti dilaporkan IRNA hari ini (Rabu 8/12)

Seraya mengulang sikap negaranya soal nuklir Iran, Jiechi menandaskan, Cina mendukung hak Tehran untuk menggapai teknologi energi nuklir. Ia menilai Iran sebagai negara penting dan kuat di kawasan serta dunia. Dikatakannya, kita harus meningkatkan lobi dengan Iran.

Dalam kesempatan tersebut, Jiechi mengingatkan sistem multipolar di dunia dan peran negara sedang berkembang. Menurutnya, kondisi baru dunia mengarah ke sistem multipolar dan demokrasi di kancah internsional kian kuat.

Hadir dalam pertemuan ini, Duta Besar Iran untuk Beijing, Mehdi Savari. Sementara itu, Ali Fathullahi menjelaskan kebijakan Tehran di tingkat hubungan bilateral, regional dan internasional. Menurutnya, pasca Revolusi Islam, Tehran telah melewati berbagai fase sensitif dan hubungan Iran dengan Cina semakin kuat.

Terkait kasus nuklir Iran, Fathullahi mengatakan, kami berharap seluruh pihak yang terkait memanfaatkan dengan baik kesempatan yang ada dan mengubah kebijakan sanksi serta ancaman dengan kerjasama guna membuka peluang tercapainya hasil positif dalam perundingan. (IRIB/IRNA/MF/8/12/2010)

Kelompok 5+1 Lebih Lunak di Jenewa

Perundingan antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 di Jenewa yang menyedot perhatian media massa internasional akhirnya berakhir. Para peserta sidang menyepakati untuk melanjutkan perundingan mereka akhir bulan Januari mendatang di Istanbul, Turki. Dalam perundingan kali ini, Iran diwakili oleh Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional, Saeed Jalili dan Kelompok 5+1 diwakili oleh Catherine Ashton, ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa.

Perundingan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Pasalnya kedua pihak berhasil mencapai kesepakatan terkait dilanjutkannya dialog, menjauhi kebijakan arogan dan ancaman serta memperhatikan paket insentif yang diusulkan Iran. Menurut para pengamat, kesepakatan Jenewa menjadi awal baru bagi kerjasama menyeluruh antara Iran dan Kelompok 5+1. Dialog kali ini juga lebih transparan dan menghasilkan kesepakatan besar di banding perundingan sebelumnya. Hal ini juga dinilai sebagai kesiapan kedua pihak untuk mengkaji paket insentif Republik Islam Iran.

Tak dapat dipungkiri kondisi ini akan berdampak positif bagi dilanjutkannya proses perundingan selanjutnya yang akan digelar di Istanbul. Namun tidak boleh dilupakan bahwa kesepakatan yang ada antara Jalili dan Ashton harus sepenuhnya dijalankan oleh pihak-pihak terkait. Dengan demikian bisa dicapai gambaran jelas terkait prospek ke depan perundingan ini dan kedekatan visi kedua pihak pun dapat diprediksikan. Jika hal ini terwujud maka langkah berikutnya berupa kerjasama menyeluruh antara Iran dan Kelompok 5+1 dengan mudah direalisasikan.

Iran sendiri senantiasa menyambut dialog, namun dengan catatan dalam proses perundingan nilai-nilai seperti keadilan dan saling menghormati dijaga dengan serius. Di sisi lain, Kelompok 5+1 hingga saat ini telah mencoba berbagai kebijakan termasuk sanksi untuk memaksa Tehran membatalkan program nuklirnya. Kini mereka baru menyadari bahwa langkah-langkah arogan seperti ini tetap gagal memaksa tekad kuat bangsa Iran mempertahankan hak legal nuklirnya.

Sementara itu, Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad Selasa malam (7/12) di depan warga Provinsi Arak mengatakan, jika perundingan digelar dengan transparan dan menitikberatkan pada penghormatan terhadap hak-hak bangsa Iran maka kami pasti menyambut perundingan ini.

Jelas, jika perundingan Jenewa yang dalam pandangan Iran digelar untuk menggalang kerjasama dalam koridor dialog menyeluruh akan berujung pada tercapainya kerjasama di bidang ekonomi, nuklir dan masalah internasional. Tapi masih tersisa catatan bahwa pihak Kelompok 5+1 harus menunjukkan itikad baiknya kali ini. (IRIB/MF/8/12/2010)

Tags: ,

0 comments to "Iran Permalukan Amerika di Jenewa !!!!!"

Leave a comment