Home , , , � Menjadi Sahabat atau Pengkhianat di Nainawa....

Menjadi Sahabat atau Pengkhianat di Nainawa....




La Takhaf, La Tahzan. Jangan Takut, Jangan Sedih

Teman saya, seorang wanita suni, terlihat panik ketika memberitahu saya sebuah grup di Facebook yang memfitnah, mencaci maki, melaknat dan menghasut orang-orang untuk mewaspadai Syiah. Sebagai seorang suni, dia seperti “tidak nyaman” dengan fitnah dan saling menyebarkan kebencian di antara pengikut Nabi Muhammad saw. Waktu itu, saya sudah meresponnya dengan datar alias biasa.

Termasuk juga hari ini, ketika seorang pengunjung blog yang menggunakan nama palsu (Sagaf Sagabuddin) dan email palsu (yeni.umar130@yahoo.com) berkomentar serampangan dan konyol. Misalnya, dia berkomentar, “halah, orang Syi’ah sok pinter dan sok bijak! hobi mut’ah aja sok ngerti agama. kampret nih sekte gemblung orang2nya tutul semwa………!!!!!!!!!!” atau juga misalnya, “Syi’ah emang sekte sempalan yg lebaaaaaaaaa…………… yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy.”

Terakhir, melalui laman Contact Me, dia juga mengirimkan email dengan nama palsu (Martha Dewi Kusumastuti) dan email palsu (dewi_1102@yahoo.com). Orang yang sama, berasal dari lidah yang sama:

Ini bukan hal yang baru yang saya terima atau yang mungkin Anda terima sebagai “simpatisan” Syiah ahlulbait. Bukan hal yang baru juga jika banyak dari mereka selalu menggunakan nama palsu, email palsu, atau kalau di Facebook mereka menggunakan foto palsu. Saya mengira kalau mereka punya penyakit ketidakpercayaan diri yang tinggi. Mereka tidak percaya diri karena apa yang mereka sampaikan juga tidak mereka yakini sebagai sebuah kebenaran.

Tapi saya tidak bisa mengira apa yang ada di pikiran mereka ketika mengeluarkan kata-kata seperti itu. Apa mereka merasa sedang berjihad? Apa mereka merasa sedang menegakkan amar makruf nahi mungkar? Atau mereka yakin dengan sangat bahwa Rasulullah saw. rida dengan perbuatan mereka? Atau mereka yakin mendapat surga beserta bidadarinya ketika berhasil menghasut seseorang untuk menjauhi mazhab Syiah dan mencegah seseorang untuk keluar dari mazhabnya?

La tahzan (jangan bersedih) untuk masa lalu, la takhaf (jangan takut) untuk masa depan. (@ejajufri)

Mengapa kita jangan bersedih jika menghadapi hal-hal seperti ini? Karena apa yang kita alami pada masa kini jauh lebih ringan dari apa yang dialami pengikut ahlulbait pada masa silam. Kita tidak bisa membandingkan apa yang kita alami dengan apa yang dialami oleh ahlulbait as. itu sendiri, karena apa yang mereka alami tidak pernah bisa diukur dengan manusia biasa. Mereka telah mengalami masa-masa terindah dalam hidup ini dan masa-masa terburuk dalam hidup ini.

Cobaan yang menimpa ahlulbait dan pengikutnya—atau minimal simpatisannya—bisa dalam bentuk psikis maupun fisik. Cobaan dalam bentuk psikis misalkan, Nabi Muhammad saw. dituduh sebagai tukang sihir (QS. 10: 2) atau disebut sebagai udzun (orang yang percaya semua yang didengar) oleh orang munafik di sekeliling nabi (QS. 9: 61). Sedangkan pengikut (simpatasan) ahlulbait diuji dengan tuduh kafir, dilaknat, sehingga pada masa Dinasti Umayyah mengaku sebagai Yahudi dianggap lebih aman dibandingkan dengan mengaku sebagai Syiah Ali.

Cobaan dalam bentuk fisik yang dialami pengikut ahlulbait pada masa itu adalah dikejar-kejar penguasa zalim hingga akhirnya dibunuh. Namun cobaan fisik yang dialami oleh keluarga Nabi saw. jauh lebih dahsyat daripada itu. Di bulan Muharam ini, tentu kita mengenang dan terus mengingat bagaimana cucu Nabi, Husain bin Ali, beserta keluarga dan sahabatnya berjumlah 72 orang dibunuh secara keji dan ditawan. Oleh karena itu, sia-sialah usaha apapun yang mereka lakukan, musuh-musuh ahlulbait, untuk membuat kami sedih karena masa lalu (Imam Husain as.) dan membuat kami takut karena masa depan (Imam Mahdi as.). Wallahualam.

Catatan: Selesai pada tanggal 2 Muharam 1432 H.

sumber:http://ejajufri.wordpress.com/2010/12/08/la-takhaf-la-tahzan-jangan-takut-jangan-sedih/

Komentar :

Afwan, saya melihat di FB, ada sebagian dari orang2 Syi’ah juga mngeluarkan kata2 keji dan kotor terhadap para shahabt. Kata2 laknat mereka keluarkan sesuka hati. Apakah Rasulullah, orang yang lembut tutur katanya, santun, dan berbudi pekerti luhur mengajarkan kepada orang2 Syi’ah demikian???…….

dakwahwaljihad

9 Desember, 2010 pada 12:46

  • Pertama, Syekh Ahmad Deedat pernah mengatakan, “Jika ikhwan suni di suatu tempat melakukan kesalahan, Anda mengatakan ‘Oh, orang itu tidak Islami, dia kafir’. Tapi jika satu orang Syiah melakukan kesalahan, Anda menyalahkan seluruh komunitas Syiah, seluruh negara dan bangsa yang berjumlah jutaan, dan mengatakan mereka semua sampah hanya karena satu orang Syiah berbuat tidak Islami.” Sehingga Habib Rizieq pernah bilang, “Orang awam kan mudah mengeneralisasi.” Misalnya, saya tahu ada koruptor di negara ini yang Islam (suni), tapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Islam dan ulama suni mengajarkan korupsi. Clear?

    Ali Reza

    9 Desember, 2010 pada 13:06

  • Apakah mereka benar-benar syiah? Apakah kita benar-benar syiah? mari kita introspeksi diri. Kadang dalam mengungkap kebenaran dengan kata-kata yang terjaga dari emosi, memang benar-benar sulit, apa lagi kalau lawan bicara kita pembangkang tulen yang selalu bicara “pokoknya, pokoknya, pokoknya”. Mengutip kitab ‘Shifâtu as- Syiah’ karya Syaikh Shâduq (305-381), mari kita tengok bagaimana semestinya Akhlaq Pecinta Ahlulbait dalam website http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/ethics_and_supplication/ethics_articles/pecinta_ahlulbait/001.html.

    Setelah membacanya, semoga kita semua senantiasa dapat menjadikannya pedoman.

    Ramdhan Romdhon

    9 Desember, 2010 pada 13:49






HABIB BIN MAZHAHIR


Gurun pasir amatlah luas. Langit penuh dengan bintang. Seorang laki-laki tua berumur 75 tahun meninggalkan tendanya. Laki-laki tua itu melompat naik ke punggung kudanya dan pergi.

Lelaki tua itu mendengar lolongan serigala. Ia tidak takut tehadap apa pun. Ia bermaksud berkunjung ke Mudharib (suku bani Asad) yang terletak di sungai Eufrat.

Ketika lelaki tua itu tiba disana, beberapa anjing menyalak padanya. Beberapa laki-laki suku bani Asad duduk dalam tenda yang besar. Mereka saling mendendangkan lagu pada malam hari.

Mereka menyambut lelaki tua tersebut. Mereka pun berdiri menyambutnya. Ia terlihat begitu dihormati, tetapi mereka tidak mengenalnya.

Lelaki tua itu duduk di bawah. Ia memiliki janggut. Janggutnya berwarna putih seputih kapas. Orang-orang suku bani Asad melihat ekspresi wajahnya yang tenang dan janggutnya yang putih.



Aku Adalah Habib

Lelaki tua itu memperkenalkan dirinya pada orang-orang yang ada dalam tenda tersebut," Aku adalah Habib bin Mazhahir. Aku berasal dari suku bani Asad."

Diantara mereka terdapat lelaki yang sudah sangat tua. Ia mengenal betul leluhurnya. Sehingga, ia mengetahui Habib dan berkata," Habib berkata benar. Ia adalah Ibnu Riaab bin al Ashtar bin Fakas bin Tarif bin Qais bin al Harits bin Thalaba bin Dudad bin Asad."

Seorang yang lain menambahkan," Ia adalah sahabat Rasulullah. Ia tinggal di Kufah sejak kekhalifahan Imam Ali. Ia berdiri di pihak Imam Ali pada perang Jamal, Perang Shiffin, dan pertempuran Nahrawan."

Salah seorang dari mereka bertanya pada Habib," Syekh bani Asad, apa yang membawamu kemari? Habib menjawab dengan perlahan," Aku membawakan kalian sesuatu yang baik, yang tidak dibawa oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya. "

Mereka mendengarkan Habib dengan penuh perhatian. Lalu ia menambahkan," Al Husain, anak Ali dan Fathimah, ada di dekat sini. Sekelompok orang beriman menjadi pendukungnya. Musuh-musuhnya telah mengepungnya. Mereka ingin membunuhnya. Oleh karena itu, aku datang pada kalian. Aku meminta kalian untuk membelanya melawan musuh-musuhnya, untuk menyelamatkan martabat Rasulullah. Demi Allah! Jika kalian mendukungnya, Allah akan memberikan kalian kemuliaan di dunia dan di akhirat."

Salah seorang laki-laki berdiri. Namanya Abdullah bin Bashir al Asadi. Ia berkata," Semoga Allah membalas usahamu. Kau bawakan pada kami perbuatan terpuji. Aku orang pertama yang akan membela Al Husain melawan musuh-musuhnya.

Kemudian, beberapa dari mereka menyatakan kesanggupannya untuk membela Al Husain, cucu Nabi Muhammad saw., melawan musuh-musuhnya.

Jumlah sukarelawan menjadi sembilan puluh orang. Habib membawa mereka dan memimpin mereka hingga tiba di daerah yang bernama Karbala. Imam Husain, keluarganya, dan orang-orang Mukmin pendukungnya mendirikan kemah di sana.

Adam salah seorang lelaki dari bani Asad yang ternyata seorang pengkhianat. Ia memanfaatkan kegelapan malam dan bergegas memberi tahu Umar bin Sa'ad, pemimpin pasukan Yazid, tentang Habib dan kawan-kawannya.




Pasukan Yazid mengepung kafilah Imam Husain dan menghalang-halangi mereka untuk minum air.

Umar bin Sa'ad membentuk sekelompok pasukan. Terdiri dari lima ratus orang penunggang kuda. Dan Al Azraq yang memimpin mereka.

Penunggang kuda itu mencoba menghalangi bani Asad. Al Azraq meminta mereka untuk kembali, namun mereka menolak. Lalu pertempuran pun terjadi antara keduanya. Beberapa orang bani Asad terbunuh dan beberapa lainnya terluka.

Para suka relawan itu tahu bahwa ada pasukan besar di hadapan mereka. Dan terdapat banyak bala bantuan di belakang pasukan tersebut. Sehingga karena alasan itu, mereka memutuskan untuk kembali.

Ketika para sukarelawan itu tiba di tempat suku mereka, Mudharib, mereka memperingatkan sukunya untuk meninggalkan daerah itu.

Lalu mereka bergegas membongkar kemah mereka dan pindah ke daerah lain di gurun pasir tersebut.

Habib kembali sendirian. Ia sangat sedih. Ia menceritakan pada Imam Husaintentang perbuatan bani Asad. Imam Husain berkata," Tiada kekuatan dan daya upaya kecuali milik Allah!"


Di Karbala

Muawiyah meninggal dunia. Anaknya, Yazid, menggantikannya.

Yazid adalah orang yang jahat. Ia adalah peminum alcohol. Ia adalah pelaku tindak pelanggaran. Ia menghibur dirinya dengan anjing dan monyetnya. Karena itu semua, Imam Husain menolak untuk menghormatinya.

Rakyat di kota-kota kaum Muslim menderita karena keputusan-keputusan zalim Muawiyah. Mereka menginginkan kematiannya untuk menghilangkan perlakuan buruknya. Ketika kaum Muslim tahu bahwa Yazid akan menjadi khalifah, mereka merasa sedih sekali dan penuh dengan kemarahan. Mereka menentang kepemimpinannya karena ia tidak menghargai Islam dan kaum Muslim.

Rakyat Kufah menyukai Imam Ali karena beliau adil dan pemurah. Di samping itu, mereka juga tahu bahwa Imam Husain adalah putra Imam Ali dan Fathimah. Lebih dari itu, mereka pun tahu tabiat baik Al Husain dan perlakuan baiknya terhadap kaum Muslim. Oleh karena itu, mereka terus -menerus mengirim surat dukungan kepada beliau.

Suatu hari di Makkah, Imam Husain menerima utusan kaum Muslim. Dalam surat mereka, kaum Muslim berkata kepada Imam Husain," Datanglah kepada kami! Engkau adalah satu-satunya pemimpin kami!"

Imam Husain memenuhi perintaan kaum Muslim tersebut. Beiau memutuskan untuk melakukan revolusi menentang Yazid bin Muawiyah. Beliau pun membawa keluarga dan para pendukungnya, lalu pergi ke Kufah.



Pengepungan

Ubaidillah bin Ziyad telah mengirim pasukannya, yang terdiri dari seribu orang penunggang kuda. Tujuannya adalah untuk menghalangi rombongan Imam Husain.

Hari itu terasa sangat panas. Pasukan penunggang kuda Ubaidillahkehabisan persediaan air. Imam Husain merasa kasihan kepada mereka, dan memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk memberi mereka air.

Imam Husain mendirikan tenda di dekat sungai Eufrat. Ubaidillah menunjuk Umar bin Sa'ad untuk mengambil alih kepemimpinan pasukannya. Umar bin Sa'ad lalu menguasai tepi sungai Eufrat. Ia mencegah Imam Husain dan sahabat-sahabatnyauntuk meminum air sungai itu.

Umar bin Sa'ad mengirim seorang yang bernama Qurra bin Quais kepada Imam Husain . Ia memerintahkan Qurra untuk bertanya pada Imam Husain alasan beliau datang ke Kufah.

Ketika Qurra menghadap Imam Husain, beliau bertanya pada Habib bin Mazhahir tentang Qurra," Apakah engkau mengenalnya?" Habib menjawab," Ya ,itu Qurra bin Quais. Aku tahu ia mempunyai pemikiran yang baik. Aku tidak berpikir ia akan memerangimu."

Qurra datang dan memberi salam pada Imam. Ia membacakan surat Umar bin Sa'ad kepada beliau. Imam lalu berkata," Rakyat Kufah telah memintaku untuk datang. Jika mereka membenciku, maka aku akan meninggalkan mereka."

Qurra bin Quais terdiam. Ketika ia akan kembali pada Umar bin Sa'ad, Habib berkata padanya," Qurra, celaka engkau! Jangan kembali pda orang-orang zalim itu! Jadilah pendukung Imam Husain!" Qurra menjawab," Aku Akn sampaikan jawaban Imam Husain pada Umar bin Sa'ad. Dan aku akan pertimbangkan kata-katamu."



Saling Memperingatkan

Pada Tanggal 9 Muharram 61 H, di malam hari, Umar bin Sa'ad memulai penyerangannya. Ia maju menuju kemah Imam Husain. Zainab, putrid Imam Ali, mendengar suara musuh. Ia berkata pada saudaranya, Imam Husain," Musuh telah mendekat!"

Imam Husain memerintahkan saudaranya, Al Abbas, untuk bertanya pada mereka. Al Abbas, Habib bin Mazhahir, dan dua puluh orang lainnya melompat ke atas kuda dan memacunya. Al Abbas bertanya tentang tujuan kedatangan mereka. Mereka menjawab," Patuhi Ubaidillah bin Ziyad. Jika tidak, maka kami akan menyerang kalian!"

Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk melaporkan hal itu.

Habib tetap tinggal. Ia pun mulai menasehati pasukan Ubaidillah, " Demi Allah, di kemudian hari Allah akan menganggap kalian orang-orang yang jahat! Bagaimana kalian akan bertemu dengan_Nya sementara kalian akan membunuh Imam Husain dan keluarga beliau? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah cucu Nabi? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang paling beriman di Kufah? Tidakkah kalian tahu bahwa mereka selalu salat menghadap Allah pada tengah malam dan begitu mengingat Allah?"

Salah seorang musuh yang bernama Uzrah berkata," Habib, kau membagakan dirimu sendiri!"

Zuhair menjawab," Allah telah memuliakan dan membimbingnya. Uzrah, aku nasihatkan padamu, takutlah kepada Allah!"



Salat

Al Abbas kembali pada Imam Husain untuk mengabarkan sikap musuh. Imam berkata padanya," Kembalilah dan ajaklah mereka untuk salat. Kita akan salat malam ini. Kita akan memohon ampunan- Nya. Allah mengetahui bahwa aku mencintai salat, membaca Alquran, dan memohon ampunan."

Al Abbas kembali dan meminta waktu pada mereka. Umar bin Sa'ad berpikir sesaat. Ia berpikir bahwa Imam Husain akan mengubah rencananya. Sehingga ia setujupada permintaan Imam Husain dan berkata," Kami akan memberi kalian kesempatan hingga esok. Jika kalian meyerah, kami akan membawa kalian pada Ubaidillah bin Ziyad. Jika kalian menolak, maka kami tak akan membiarkan kalian pergi."



Imam Husain Siap Bertempur

Imam Husain dan para sahabatnya melakukan salat dan membaca Alquran, sementara malam itu adalah malam terakhir bagi mereka di dunia.

Kemah-kemah ada di sana-sini. Imam Husain berusaha mencegah musuh menyusup di antara mereka. Oleh karena itu, ia memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk saling berdekatan satu sama lain. Beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk menggali parit di belakang kemah-kemah agar dapat bertempurdengan musuh dalam satu arah saja. Imam menemui sahabat-sahabatnya dan berkata," Aku memuji Allah dengan sebaik-baik pujian! Aku bersyukur pada Allah dalam segala keadaan, baik disaat suka maupun duka! Ya Allah, Aku bersyukur kepada-Mu yang telah menjadikan kakekku seorang Nabi dan mengajarkan pada kami Alquran! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah mengajarkan pada kami hukum-hukum agama! Aku bersyukur kepada-Mu yang telah memberi kami telinga, mata, dan mati. Aku bersyukur kepada-Mu karena tidak menjadikan kami seorang musyrik.

Lalu Imam menambahkan, "Aku tidak berpikir bahwa ada sahabat-sahabat yang lebih baik dari para sahabatku, ada keluarga yang lebih setia dari keluargaku! Semoga Allah memberikan pahala pada kalian semua. Aku rasa kita akan berhadapan dengan musuh-musuh itu besok! Oleh karena itu, kalian aku izinkan untuk pergi!"

Namun, semuanya menolak dan berkata," Kami akan korbankan nyawa, harta, dan keluarga kami untuk membelamu melawan para musuh itu! Kami akan tetap bersamamu!"



Tawanan Perang

Seorang pemuda mendatangi kemah Imam Husain. Ia mencari ayahnya yang bernama Muhammad bin Bashir al Hadhrami.

Pemuda itu berkata pada ayahnya, " Saudaraku menjadi tawanan perang di Ray.

Ayahnya berkata," Aku akan mendukung Imam Husain apa pun resikonya!" Imam Husain berkata," Aku izinkan engkau pergi dan membebaskan anakmu!" Muhammad bin Bashir menolak dan berkata," Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu!"

Imam Husain memberinya lima helai pakaian. Masing-masing seharga seribu dinar. Kemudian beliau berkata padanya," Berikan pakaian ini pada anakmu (sebagai tebusan) untuk membebaskan saudaranya."

Para sahabat Imam Husain lebih memilih syahid bersama Imam daripada hidup bersama orang-orang zalim.



Kemah Zainab

Tengah malam, Imam Husain keluar untuk melihat sekitar bukit. Seorang sahabatnya, Nafi bin Hilal al Jamil, melihat dan mengikuti beliau.

Imam bertanya pada sahabatnya itu alasannya mengikiuti beliau.

Sahabat beliau itu berkata,"Wahai putra Rasulullah, aku mencemaskanmu." Imam Husain berkata padanya," Aku keluar untuk melihat-lihat sekitar bukit."

Imam Husain dan sahabat beliau yang setia itu pun kembali ke kemah. Dalam perjalanannya Imam Husain berkata," Dapatkah engkau melewati dua bukit ini dalam kegelapan untuk menyelamatkan dirimu?"

Nafi pun menangis dan berkata,"Tidak, Demi Allah, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri! Aku ingin syahid bersamamu!"

Ketika Imam tiba di kemahnya, beliau mendatangi kemah saudara perempuan beliau, Zaenab. Nafi berdiri di luar kemah menunggu Imam. Nafi mendengar Zainab berkata pada saudaranya," Apakah engkau yakin dengan keteguhan hati sahabat-sahabatmu?"

Imam berkata,"Demi Allah, aku telah membuktikannya. Mereka pemberani. Mereka siap mati demi aku."

Ketika Nafi mendengar kata-kata Zainab, ia menitikkan air mata dan pergi ke kemah Habib. Ia menceritakan tentang kata-kata Zainab. Kemudian ia berkata padanya," Sebaiknya kita menemui Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya." Habib berdiri, meninggalkan kemahnya, dan memanggil," Sahabat-sahabatku yang baik!"

Semua keluar dan berdiri mengelilingi Habib. Lalu ia berkata pada mereka," Marilah kita pergi ke kemah Zainab untuk menghilangkan kekhawatirannya."

Mereka pun mengambil pedang mereka dan pergi ke kemah Zainab. Lalu mereka berkata padanya," Demi Allah, kami siap mengorbankan hidup kami untukmu!" Zainab keluar dan berkata pada mereka," Sahabat-sahabat yang baik, belalah cucu Rasulullah dalam melawan musuh-musuhnya." Habib dan teman-temannya menangis. Mereka bertekad untuk bertempur hingga ajal menjemput mereka.



Mimpi

Para sahabat Imam Husain kembali ke kemah masing-masing. Beberapa dari mereka tidur untuk persiapan bertempur esok hari, beberapa lainnya melakukan salat dan membaca Alquran. Al Husain berada di kemah beliau. Imam merasa kelelahan dan tertidur.

Saat itu menjelang subuh. Imam Husain bermimpi bahwa beliau melihat anjing-anjing menyerang belaiu. Salah satu anjing itu, yang berbintik-bintik, menggigit leher beliau. Al Husain terbangun dan berkata," kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya!"



Asyura

Subuh, 10 Muharram 61 H, Imam Husain dan para sahabatnya menunaikan salat. Beliau mempersiapkan para sahabatnya untuk bertempur. Imam membagi mereka dalam tiga kelompok kecil: Zuhair bin al Qain memimpin sayap kanan, Habib bin Mazhahir memimpin sayap kiri, dan Al Abbas (saudara Imam Husain) memimpin di bagian tengah.

Imam Husain menunggang unta betinanya dan berdiri di depan pasukan Yazid. Imam memberikan Khotbah dan menasehati mereka. Beliau mengingatkan mereka akan tindakan jahat mereka. Namun, seluruh upaya Imam Husain sia-sia. Setan telah menyesatkan pasukan Yazid. Sehingga mereka melupakan Allah.



Pertempuran

Pasukan Yazid mulai menyerang kemah Imam Husain. Mereka menghujani kemah Imam dengan panah. Imam Husain berkata pada para sahabatnya,"Sahabatku, bersiaplah untuk syahid!"

Kedua pasukan itu tidak seimbang. Pasukan Imam Husain berjumlah 70 orang, sedangkan pasukan Yazid berjumlah 30 ribu orang.

Kedua kelompok itu terlebih dahulu melakukan perang tanding satu lawan satu. Babak itu segera berakhir, dan para sahabat Imam kembali ke tempat mereka masing-masing.

Lalu pasukan Yazid melancarkan serangan biadab atas para sahabat Imam Husain.

Para sahabat Imam Husain membalas serangan itu dengan gagah berani. Beberapa di antara mereka jatuh ke tanah dan syahid demi cucu Rasulullah saw.



Muslim yang Syahid

Amr bin al Hajjaj memulai serangan. Para sahabat Imam Husain menghadapi serangan itu dan bertempur dengan gagah berani.

Muslim bin Ausajah, salah seorang sahabat Imam, bertempur dengan semangat. Hingga kemudian ia terluka parah dan jatuh tersungkur ke tanah.

Imam Husain melihat Muslim terbaring di tanah. Beliau dan Habib menyerang pasukan Yazid. Mereka berusaha menyelamatkan Muslim. Musim telah mendekati ajalnya.

Imam Husain berkata dengan sedih,"Muslim, semoga Allah memberikan rahmat-Nya padamu. Aku memberikan kabar gembira padamu tentang surga."

Muslim menjawab dengan perlahan,"Semoga Allah memberimu kabar gembira!"

Habib berkata," Aku berharap engkau berwasiat kepadaku."

Muslim memandang Habib. Kemudian ia memandang Imam Husain dan berkata,"Habib, aku memintamu untuk syahid demi Al Husain!"

Habib menjawab denga penuh semangat,'Demi Allah Pemilik Ka'bah, aku akan melakukannya!"



Kebahagiaan

Hari itu hati Habib dipenuhi kebahagiaan. Ia selalu tersenyum. Seorang sahabat Habib heran dan bertanya padanya. "Mengapa engkau begitu bahagia?"

Habib menjawab, "Aku bahagia, karena aku akan syahid dan masuk surga!"



Salat Terakhir

Pertempuran berlangsung hingga petang. Seorang sahbat imam Husain memandang matahari. Ia tahu bahwa telah masuk waktu salat.

Imam Husain meminta pada pasukan Yazid untuk menghentikan pertempuran guna melaksanakan salat.

Al-Husahin bin Numair at tamimi berkata pada imam Husain "Wahai Husain! Allah tidak akan menerima salatmu!"

Habib bin Mazhahir berkata dengan keras, "Wahai kledai! Apakah Allah akan meneriama salatmu dan tidak menerima salat cucu Rosulullah?"



Penutup

Al-Husahin bin Numair sangat marah. Ia memacu kudanya dan menyerang Habib. Habib pun menghadapinya. Habib memukul kepala kuda Al-Husain, yang membuat ia tersungkur ke tanah. Segera beberapa orang dari pasukan Yazid berdatangan untuk menyelamatkan. Dan perang tanding pun terjadi.

Walau pun usianya telah tua, Habib berhasil membunuh lebih dari enam puluh orang pasukan musuh itu. Namun, serangan pedang dan tombak secara serentak dari pasukan musuh telah mengurangi gerak lincah Habib. Seketika salah seorang musuh memukulkan pedang ke kepala Habib, dan seorang lainnya juaga melakukan hal yang sama. Sehingga, Habib pun tersungkur dan syahid. Hidup salah seorang sahabat pemberani ini pun berakhir. Ia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk berjihad demi islam.

Al-Husahin bin Numair tidak puas dengan hanya terbunuhnya Habib. Ia selalu memotong kepala Habib dan mengikatnya di leher kuda. Kemudian ia membawanya berkeliling di sekitar pasukan Yazid, untuk membanggakan tindakan biadabnya itu.

Imam Husain berusaha untuk menyelamatkan Habib, namun terlambat. Beliau mengucurkan air mata , dan berkata dengan sedih, " Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita akan kembali (inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un)."

Imam Husain kembali ke kemah beliau. Beliau merasa sedih kerena kehilangan sahabat terdekat beliau yang paling setia itu.



Dalam hati orang-orang beriman

Saat ini, kaum muslim dari penjuru dunia datang ke Karbala untuk bersiarah kemakam Imam Husain. Dari kejauhan, mereka dapat melihat sebuah kubah emas dan menara yang tinggi.

Ketika seorang muslim masuk kemakam suci yang di penuhi bau harum itu, maka ia akan mendapati sebuah makam yang dekat dengan makam Imam Husain. Makam itu adalah makam Habib bin Mazhahir, pemimpin bani Asad, dan pemimpin orang-orang yang setia.

Penziarah Imam Husain harus mengucapkan salam pada sahabt beliau ini, dengan berkata: "Salam sejahtera atas Habib bin Mazhahir al-Asadi."

"Habib semoga Allah merahmatimu. engkau adalah orang baik. Engkau selesaikan membaca Alquran dalam semalam." (Imam Husain).

0 comments to "Menjadi Sahabat atau Pengkhianat di Nainawa...."

Leave a comment