Home , , � Pidato “Reformasi” Mubarak dan Disebut Kelompok Teroris, Hamas Kutuk Kanada

Pidato “Reformasi” Mubarak dan Disebut Kelompok Teroris, Hamas Kutuk Kanada

Presiden Mesir Hosni Mubarak kembali menegaskan kelanjutan kekuasaannya, hampir sebulan setelah pemilu parlemen negara itu yang memicu protes luas.

Seraya menyambut kemenangan partainya dalam pemilu lalu, Mubarak menekankan bahwa kemenangan itu menuntut "tanggung jawab yang lebih besar" dari kubu yang berkuasa. "Mulai hari ini kita harus bekerja untuk melaksanakan kebijakan partai," tegas Mubarak di hadapan para kader Partai Demokratik Nasional (NDP). Demikian dilaporkan Press TV hari ini (Ahad,26/12).

Mubarak berjanji untuk melaksanakan reformasi ekonomi dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi tahunan dari enam persen saat ini ke delapan persen dalam lima tahun ke depan.

Ia juga menyatakan bahwa salah satu prioritas lain partai penguasa adalah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kinerja sistem administrasi negara. Mubarak menyeru para kader partai untuk memerangi kriminalitas dan segala bentuk penjarahan Baitul Mal.

Pada kesempatan itu, Mubarak juga menyinggung program perbaikan kondisi para petani dan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian serta menyelesaikan masalah irigasi.

"Seluruh program yang telah saya umumkan termasuk tanggung jawab partai, pemerintah dan parlemen. Karena itu kita akan bergerak sesuai program partai dan memulai upaya itu dari sekarang," ujar Mubarak.

Seraya menyinggung secara implisit jaringan spionase rezim Zionis Israel yang beroperasi di Mesir, Mubarak menandaskan, "Tidak ada yang lebih penting dari keamanan nasional Mesir. Kita senantiasa siaga dan waspada dalam menghadapi segala upaya untuk merusak keamanan nasional negara. Kami menilai perdamaian sebagai faktor terciptanya stabilitas. Kami akan terus berupaya dalam menyikapi isu-isu nasional dan regional dan juga menyelesaikan masalah Palestina dan menciptakan perdamaian yang adil dan menyeluruh."

Berbicara tentang tahun baru Masehi, Mubarak menuturkan, "Dunia akan merayakan tahun baru dan kita berharap pedamaian dapat tercipta di Timur Tengah pada tahun baru ini dan bangsa-bangsa di kawasan tidak lagi mengalami penderitaan." (IRIB/RM/26/12/2010)

Agen Israel Bongkar Jaringan Spionase di Suriah dan Lebanon

Media-media Mesir memberitakan pengakuan Tareq Abdul Razaq, warga Mesir yang dituding melakukan aksi spionase untuk Zionis Israel. Menurut keterangan seorang pejabat keamanan Mesir, pengakuan itu menyebabkan terungkapnya tiga jaringan intelijen Zionis Israel (Mossad) di Suriah dan Lebanon.

Pusat Penerangan Palestina, Sabtu (25/12) mengutip Koran al-Mesri al-Yaum melaporkan kasus spionase Zionis Israel. Disebutkannya, "Identifikasi mata-mata itu telah membantu pemerintah Suriah dan Lebanon. Karena mata-mata yang teridentifikasi itu mengungkap tiga jaringan spionase Mossad di kedua negara tersebut."

Menurut koran itu, pengakuan Abdul Razaq mengungkap jaringan-jaringan Mossad di Suriah dan Lebanon. Menyusul pengakuan itu, para pejabat Mesir melaporkan hasil investigasinya kepada para pejabat Suriah dan Lebanon. Koran itu melaporkan, "Abdul Razaq yang terbukti menjadi mata-mata Israel mengakui hubungannya dengan dua perwira Zionis Israel. Kedua perwira itu meminta Abdul Razaq supaya menggunakan nama samaran Taher Hasan dan paspor palsu Mesir untuk masuk ke Suriah dengan alasan memasukkan barang-barang impor ke negara itu. Padahal perjalanan itu hanya berniat menyerahkan dana besar kepada seorang pejabat keamanan di instansi sensitif."

Berdasarkan laporan tersebut, Abdul Razaq dalam interogasinya juga menyerahkan data program nuklir Suriah yang disiapkan oleh pakar kimia yang bekerja di instansi sensitif Suriah. Menurut pengakuan itu, pakar kimia asal Suriah itu sudah bekerja selama 13 tahun untuk Zionis Israel. Satu bulan lalu, pakar itu dieksekusi.

Jaksa Tinggi Mesir, Hesham Badawi, Senin lalu, menyatakan bahwa data dua mata-mata asal Mesir dan dua perwira Mossad itu diserahkan kepada pengadilan tinggi Mesir dengan dakwaan aksi spionase untuk kepentingan Israel.

Pengadilan Tinggi Keamanan Pemerintah Mesir yang bertanggung jawab menginvestigasi Tareq Abdul Razaq yang berumur 37 tahun, mengumumkan, mata-mata ini ditangkap pada bulan Mei tahun 2010. Selain itu, Pengadilan Tinggi Keamanan Mesir mengeluarkan perintah untuk menangkap dua perwira Mossad. Menurut rencana, dua perwira Mossad itu akan diadili secara tertutup.

Badawi menambahkan, "Tiga orang terdakwa ini bekerjasama melakukan aksi spionase untuk kepentingan Israel dari Mei 2007 hingga Mei 2010." Lebih dari itu, Abdul Razaq juga menyerahkan data terkait orang-orang yang bisa diajak kerjasama dengan Zionis di bidang informasi dan media. Abdul Razaq juga telah mendorong sejumlah warga Suriah untuk bekerjasama dengan Zionis Israel.

Menurut laporan tersebut, Abdul Rzaq berupaya mendekati pemimpin redaksi sebuah koran Lebanon yang dekat dengan Suriah dan Hizbullah untuk melakukan aksi spionase bagi Israel. Namun upaya itu gagal.

Koran al-Diyar, terbitan Lebanon dalam editorialnya yang dimuat hari Jumat menulis, "Mata-Mata ini berupaya menjalin hubungan dengan Sharel Ayub, pamred al-Diyar dengan alasan membuat film dokumentasi. Namun Ayub menolak mentah-mentah rencana tersebut setelah ragu akan tingkah Abdul Razaq yang terus memaksa." (IRIB/AR/RM/25/12/2010)

Disebut Kelompok Teroris, Hamas Kutuk Kanada

Fraksi Hamas di parlemen Palestina mengutuk pencatuman nama kelompok muqawama ini dalam list teroris oleh Kanada.

Seperti dilaporkan televisi al-Alam, fraksi reformasi Hamas di parlemen hari Ahad (26/12) menyatakan, pencantuman nama Hamas di list kelompok teroris Kanada adalah dukungan terhadap rezim arogan, penjajah dan sadis seperti Israel.

Fraksi Hamas di parlemen menyatakan, rakyat Palestina tidak akan menarik perjuangan mereka untuk merebut hak legalnya gara-gara tindakan semacam ini, bahkan semangat perjuangan mereka kian tebal hingga tercapainya kebebasan.

Pemerintah Kanada beberapa waktu lalu mencantumkan 42 kelompok termasuk Hamas dalam list kelompok teroris. (IRIB/al-Alam/MF/27/12/2010)

Mesir Minta Interpol Tangkap Dua Perwira Mossad

Pemerintah Mesir meminta polisi internasional (Interpol) menangkap dua perwira agen rahasia Israel (Mossad).

Seperti dilaporkan situs Mufakkirah Islam (Islammemo), pengadilan tinggi keamanan Mesir meminta interpol menangkap Joseph Dimor dan Idi Moshe dengan dakwaan memanfaatkan seorang warga Mesir untuk memata-matai Mesir, Suriah dan Lebanon.

Tariq Abdul Razak, warga Mesir mengaku dibayar oleh kedua agen Mossad ini untuk memata-matai Mesir, Suriah dan Lebanon serta merekrut warga Lebanon selatan dan kelompok Allawi di Suriah.

Dimor dan Moshe kerap bertemu dengan Abdul Razak di Nepal, Laos, Kamboja, India, Thailand dan Makau. (IRIB/MI/MF/27/12/2010)

Konspirasi Zionis Wujudkan Israel Raya

Pengaruh rezim Zionis Israel dan aktivitas perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan dinas intelijen rezim itu di Irak setiap harinya menemukan dimensi baru. Masalah ini telah mengundang kekhawatiran di dalam negari Irak. Ketua Dewan Ulama Irak, Harith al-Dhari mengatakan, perusahaan yang berafiliasi dengan dinas intelijen Israel (Mossad) kini leluasa beroperasi di seluruh penjuru Irak.

Harith al-Dhari menyatakan bahwa perusahaan Israel umumnya memusatkan aktivitasnya di wilayah Kurdistan, utara Irak. "Perusahaan-perusahaan itu secara langsung bekerjasama dengan agen-agen Zionis," kata al-Dhari, ulama Sunni Irak yang paling berpengaruh dan tokoh populer anti-Amerika. "Perusahaan-perusahaan Israel menyusup ke Irak atas nama perusahaan Arab Saudi, Inggris atau Turki," tambahnya.

Sebuah laporan mengatakan sedikitnya 70 perusahaan Israel beroperasi di Irak, menggunakan nama perusahaan Arab Saudi atau Eropa. Awal tahun ini, petugas bea cukai Suriah menyita beberapa truk penuh dengan barang-barang Israel menuju ke Irak. Sejak invasi AS ke Irak pada tahun 2003, para pejabat Tel Aviv memusatkan perhatiannya ke negara itu. Perusahaan-perusahaan Israel beroperasi di berbagai bidang termasuk infrastruktur, industri, pelayanan, dan perdagangan.

Selain kegiatan ekonomi, sejak tahun 2003 ratusan Yahudi Zionis berkunjung ke Irak dengan alasan berziarah ke makam-makam nabi seperti Nabi Nahum, Yunus, Daniel, Yehezkiel, dan Ezra serta nabi-nabi lain dari Bani Israil. Sebagian investor Zionis bahkan berlomba-lomba membeli tanah di utara Irak dengan klaim punya nilai sejarah bagi Yahudi.

Ambisi para pejabat Israel untuk memperluas pengaruhnya di Irak berangkat dari sebuah ide untuk mendirikan Israel Raya yang membentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Eufrat di Irak. Seorang wartawan Amerika yang mengungkapkan tentang rencana besar Israel untuk membangun permukiman baru di Irak, menekankan bahwa Israel bercita-cita untuk menguasai sebagian wilayah Irak demi mewujudkan mimpi "Israel Raya."

Laporan yang diterbitkan oleh wartawan Wayne Madsen, memuat informasi tentang migrasi yang direncanakan orang Yahudi Kurdi dari Israel ke kota Mosul dan Propinsi Nainawa di utara Irak dengan kedok kunjungan misi keagamaan. Ekspansi ke Irak selain bertujuan untuk melepaskan diri dari keterkucilan regional, juga untuk membuka pasar baru di negara itu bagi penjualan barang-barang buatan Zionis.

Para pejabat Baghdad mulai memahami konspirasi Israel dan peran rezim itu dalam menciptakan ketidakamanan di Irak. Mereka menegaskan perlawanan serius untuk menghadapi konspirasi tersebut. Pemerintah Baghdad juga mengkhawatirkan segala bentuk hubungan antara pejabat Kurdistan Irak dan Israel serta memperingatkan dampak negatif interaksi itu. (IRIB/RM/AHF/25/12/2010)

Tags: , ,

0 comments to "Pidato “Reformasi” Mubarak dan Disebut Kelompok Teroris, Hamas Kutuk Kanada"

Leave a comment