Parlemen Iran Minta Pemimpin Oposisi Dihukum Mati
Anggota parlemen Republik Islam Iran mendesak otoritas hukum Iran untuk mengadadili dan menghukum mati para pemimpin opisisi atas penghasutan dan kerusuhan di negera itu, setelah sebuah demonstrasi yang menentang pemerintah bentrok dengan pihak keamanan yang menewaskan satu orang dan puluhan lainnya terluka.
Bentrokan pecah antara pasukan keamanan dan para pendemo ketika ribuan pendukung oposisi Senin lalu berpawai sebagai simpati terhadap naiknya aksi populer di Mesir dan Tunisa, yang mengingatkan protes massa yang mengguncang Iran setelah pemilu presiden pada 2009.
“(Pemimpin oposisi) Mehdi Karroubi dan Mirhossein Mousavi adalah korup di bumi dan seharusnya diadili,” kutip kantor berita pemerintah IRNA dari para anggota parlemen dalam sebuah pernyataan hari ini di Teheran.
Terminologi pendek dari “Korup di muka Bumi” adalah sebuah tuduhan yang tingkatnya pemecahbelahan politik di masa lalu, yang bisa mendorong jatuhnya hukuman mati di Iran.
Jurubicara kehakiman Gholamhossein Mohseni-Ejei bilang, “Mereka yang membikin kekacauan publik pada Senin kemarin bakal berhadapan dengan hukum dan segara (disidangkan)”.
tempointeraktif.com
mainsource:http://konspirasi.com/peristiwa/parlemen-iran-minta-pemimpin-oposisi-dihukum-mati/
Cari Dukungan, Oposisi Iran Datangi Kerajaan Israel
TEL AVIV – Sumber-sumber Israel menyebutkan bahwa seorang tokoh oposisi rezim pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad mengunjungi Tel Aviv pada hari Senin untuk bertemu dengan para pejabat senior Knesset.
Situs Channel Seven Israel menyebutkan bahwa juru bicara Knesset, Reuven Rivlin, menjamu kepala Dewan Demokrasi Iran Profesor Behrouz di kantornya.
Tokoh itu mengatakan organisasi tersebut didirikan tahun 2008 dengan misi untuk “menjadikan Iran sebagai negara demokrasi sekuler yang menjunjung hak asasi manusia dan memerdekakan Iran dari penguasa saat ini,” demikian dikutip oleh situs tersebut.
Ia berdiskusi dengan Rivlin mengenai demokrasi di Israel dan peranan Knesset. Menurut Rivlin, organisasi tersebut adalah sebuah entitas penting dalam upaya menghadirkan demokrasi di Iran.
Sementara itu, seorang mantan pejabat pemerintah Iran yang mendukung kelompok oposisi ditikam oleh seorang penyerang bersenjata pisau di kantor universitasnya di Teheran.
Motif serangan terhadap Ahmad Motamedi tersebut masih belum jelas, namun kampus-kampus di Iran sering menjadi titik kulminasi antara kelompok-kelompok oposisi Iran dan pasukan yang setia dengan pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Sang penyerang, yang mengklaim sebagai pensiunan karyawan telekomunikasi, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara, kata seorang pejabat Universitas Amirkabir.
Motamedi dilarikan ke rumah sakit dengan luka tikaman pisau di dada, kata pejabat kampus yang menolak menyebutkan namanya karena aturan yang melarang memberikan informasi kepada media.
Situs Rahesabz tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai penyerang tersebut atau separah apa luka yang dialami Motamedi.
Motamedi menjabat sebagai menteri komunikasi dalam pemerintahan pro reformasi Presiden Mohammad Khatami, yang meninggalkan kantor kepresidenan pada tahun 2005 setelah menjalankan pemerintahan selama dua periode, jatah maksimum dalam politik Iran.
Ia juga memiliki jabatan di Universitas Amirkabir sejak tahun 1980-an.
Motamedi juga dianggap sebagai pendukung oposisi Israel, namun ia tidak pernah terlihat memainkan peranan besar dalam unjuk rasa terhadap rezim penguasa yang terjadi pasca pemilihan presiden Iran tahun lalu.
Maret lalu, sekelompok pendukung garis keras Iran mengepung kediaman tokoh oposisi Iran Mehdi Karroubi di Teheran. Mereka meneriakkan berbagai slogan kematian dan mendesak agar Karroubi diadili.
Kantor berita Fars menyebutkan bahwa kelompok yang tidak terlalu besar namun vokal tersebut berkumpul di kediaman Karroubi. Mereka menyebut diri sebagai “murid dan keluarga para martir perang Iran – Irak.”
Foto-foto yang dipajang kantor berita pro-pemerintahan, Borna, menunjukkan bahwa bangunan tersebut dicoreng dengan warna merah, dan ada berbagai slogan yang berbunyi “matilah Karroubi” ditulis di dinding-dinding rumah.
Dinding kediaman Karoubi juga dipergunakan untuk menulis slogan kematian bagi pemimpin utama gerakan oposisi, Mir Hossein Mousavi dan mantan presiden Iran, Mohammed Khatami.
“Kami ingin pengadilan memproses pimpinan penghasut sesegera mungkin,” kata para pengunjuk rasa sebagaimana dikutip oleh kantor berita Fars. Mereka juga mengecam Karroubi serta menyebut tokoh oposisi tersebut sebagai seorang munafik, sebuah istilah yang sering dipakai para pejabat Iran untuk menyebut musuh negara.
Beberapa orang mengusung plakat yang berbunyi, “Karroubi adalah agen Mossad”, menghubungkan mantan juru bicara parlemen Iran selama dua periode tersebut dengan badan intelijen Israel.
Seorang kerabat Karroubi membenarkan adanya kejadian tersebut kepada kantor berita AFP, ia mengatakan bahwa Karroubi akan segera mengeluarkan pernyataan terkait insiden tersebut. (dn/im/wd/sm)
Berita terkait:
- Mousavi: Iran Berada Dalam Krisis, Pemerintah Menekan Atas Nama Islam
- Mousavi Tolak Sanksi Nuklir Iran
- Satu Orang Tewas Saat Polisi Iran-Demonstran Bentrok
- Parlemen Iran Minta Pemimpin Oposisi Dihukum Mati
- Oposisi Iran Rekrut Garda Revolusi Lawan Ahmadinejad
Zionis Israel Kirim Milisi Teror ke Iran
Situs Pemberitaan Jahan News dan Javan Online melaporkan, kelompok teroris yang dilatih di Zionis Israel telah memasuki wilayah Iran dengan membawa misi menyulut kerusuhan di Teheran.
Menurut laporan tersebut, sejumlah anggota kelompok Munafikin juga berfungsi sebagai leader untuk mengendalikan aksi-aksi demo yang berkedok membela revolusi di Tunisia dan Mesir. Bahkan menurut laporan Jahan News dan Javan Online, sejumlah anggota itu tampak di jalan-jalan yang ditargetkan menjadi pusat kerumunan perusuh, Selasa (15/2).
Sementara itu, Kantor Berita Fars News melaporkan, hanya sekitar 10 hingga 20 orang yang melakukan aksi demo di sejumlah pusat kota. Bahkan para warga yang kebetulan berada di jalan-jalan yang ditargetkan menjadi pusat aksi demo, tetap sibuk dengan kesibukan masing-masing dan berbelanja. Menjelang liburan tahun baru Iran yang dikenal dengan istilah Nouruz, masyarakat Iran sibuk berbelanja untuk menyiapkan tahun baru mereka yang tinggal beberapa pekan lagi. (IRIB/Jahannews/ Javanonline/Farsnews/AR/ SL)
Berita terkait:
- Satu Orang Tewas Saat Polisi Iran-Demonstran Bentrok
- Akibat Pipa Gas Meledak, Warga Israel Demo Tolak Kenaikan BBM
- Iran Gantung Gerilyawan “mohareb”
- Facebook Tak Berhasil Goyang Suriah
- Polisi Serang Demontran Di Iskandariah, Pada Saat Shalat
AS Gunakan Facebook dan Twitter Provokasi Rakyat Iran
Setelah Propaganda Media sosial facebook dan twetter berhasil membantu gerakan-gerakan akar rumput melemparkan rezim represif di Tunisia dan Mesir, Departemen Luar Negeri beralih ke Twitter untuk mendorong kelompok-kelompok oposisi di Iran, di mana ribuan bentrok dengan polisi hari Senin (14/02) dalam demonstrasi anti-pemerintah terbesar di negara tersebut dalam lebih dari satu tahun.
Pengunjuk rasa Iran bentrok dengan polisi anti huru-hara saat demonstrasi anti-pemerintah berlangsung di Teheran pada hari Senin (14/2) waktu setempat.
Departemen Luar Negeri mulai tweeting pesan dalam bahasa Persia pada hari Minggu pada dua account Twitter: @ USAdarFarsi dan @ USAbilAraby.
“Kami ingin bergabung dalam percakapan Anda,” kata salah satu tweet.
“AS meminta Iran untuk memungkinkan orang untuk menikmati hak-hak universal yang sama untuk berkumpul secara damai, berdemonstrasi seperti di Kairo,” kata yang lain. Pekan lalu, Departemen Luar Negeri meluncurkan Twitter feed dalam bahasa Arab.
“Ada percakapan nyata, bersemangat, dan menarik yang terjadi sekarang di seluruh dunia ini. Percakapan semakin mengambil tempat di Internet, dan Amerika ingin menjadi bagian dari itu,” kata Judith McHale, wakil menteri Negara untuk diplomasi publik dan urusan publik. “Kami ingin menjangkau orang-orang di mana mereka menghabiskan waktu mereka secara online untuk mendengarkan, untuk menyampaikan pandangan dan nilai-nilai AS, dan berinteraksi sementara kami bekerja untuk memajukan masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera.”
Posting Twitter Departemen Luar Negeri mengawali bentrokan yang meningkat menjadi kekerasan pada hari Senin di Teheran antara polisi Iran dan ribuan orang yang memprotes Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang merupakan protes anti-pemerintah besar pertama sejak terpilihnya Ahmadinejad kembali di bulan Juni 2009.
Puluhan pengunjuk rasa terluka, dan setidaknya satu kematian telah dilaporkan. Saksi mata mengatakan kantor berita kepada Associated Press pada hari Senin bahwa setidaknya tiga demonstran terluka oleh peluru, dan yang lainnya dirawat di rumah sakit setelah dipukuli.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Mike Hammer mengatakan program Twitter pemerintah konsisten dengan diplomasi AS, tetapi menawarkan lebih banyak kontak langsung dengan warga Iran dalam upaya mereka untuk menggulingkan rezim Ahmadinejad.
“Kami ingin memastikan bahwa pandangan kita didengar oleh khalayak Iran, terutama kaum muda,” katanya. “Karena pemadaman media virtual dan pembatasan yang dipaksakan oleh pemerintah Iran, kami sedang mencari cara untuk memastikan posisi kami jelas untuk semua orang Iran.”
Namun, sementara pemerintahan Obama mungkin mencoba untuk membantu kekuatan gelombang demokrasi yang beriak di penjuru Timur Tengah, di keluar saluran diplomatik tradisional dengan penggunaan resmi dari Twitter, Facebook dan media sosial lainnya bisa menjadi bumerang, analis industri mengatakan.
“Pemberontakan ini digerakan secara organik, sehingga secara politik, itu rapuh” bagi pemerintah untuk menambahkan dukungan resmi, kata Zeynep Tufekci, seorang profesor sosiologi di University of Maryland-Baltimore County.
“Mengingat reputasi yang telah dimiliki Amerika Serikat di daerah tersebut, terutama di Iran, saya tidak yakin itu masuk akal untuk mengatakan ‘Kami adalah bagian dari sejarah Anda, biarkan kami bergabung dalam percakapan,” katanya. “Ini seperti gorila 800-pon yang mungkin tidak memiliki efek dimaksudkan untuk mendukung demokrasi. Mungkin itu masuk akal, pada titik ini, untuk mengambil langkah mundur.”
Profesor studi media Fordham University Paul Levinson mengatakan darah kehidupan Twitter “adalah keaslian dan individualitas tweets. Departemen Luar Negeri harus sangat berhati-hati. Jika tweet ini tampil sebagai komunike, mereka akan melawan kekuatan fundamental Twitter, yaitu mendengar langsung dari orang. Ini adalah usaha berisiko. Dan Iran bisa mencela apapun tweet AS sebagai palsu.”
suaramedia
Berita terkait:
- Warga Israel Menggunakan Twitter dan Facebook untuk Melawan
- Revolusi Twitter Iran Membuka Mata Paris
- Debat Satu lawan Satu, Tantangan Ahmadinejad Terhadap Barrack Obama
- Iran Tahan Tiga Agen Intelijen Amerika Serikat
- Iran Ragukan Bocoran Dokumen WikiLeaks
Satu Orang Tewas Saat Polisi Iran-Demonstran Bentrok
Aksi demonstrasi oposisi Iran di Bunderan Azadi menentang pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad diwarnai bentrok dengan pihak keamanan, Polisi Iran melepaskan tembakan gas air mata dan peluru cat ke arah para pengunjuk rasa antipemerintah di Teheran pada Senin (14/2), menurut para saksi mata dan laman Internet.
Seperti dilaporkan Fars News mengutip sumber-sumber pemberitaan, oknum penyebar fitnah dan kelompok munafikin serta teroris Senin malam menggelak melakukan kerusuhan di jalan-jalan Tehran serta menembaki pejalan kaki. Akibatnya seorang warga dilaporkan tewas.
Selain itu, aksi brutal mereka juga menciderai sejumlah warga lainnya. Saat ini warga yang terluka sudah dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
Menurut kantor berita itu, seperti dikutip AFP, aksi ilegal oleh para penjahat, kelompok munafik dan pendukung monarki menyebabkan kerusuhan itu.
Polisi bergerak ketika kerumunan pendukung oposisi berkumpul di Bunderan Azadi (Kebebasan) mulai meneriakkan “Matilah Diktator!” — slogan yang digunakan terhadap Presiden Mahmoud Ahmadinejad setelah hasil resmi pemilihan presiden 2009 membawanya ke masa kepresidenan kedua. Hasil pemilihan itu sendiri dipertentangkan oleh oposisi.
Menurut Laman pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi, kaleme.com, berdasarkan “laporan yang belum dikonformasi, ratusan orang pengunjuk rasa ditahan di Teheran.” Hingga sejauh ini belum ada konfirmasi resmi dari pihak-pihak berwenang.
antarnews
Berita terkait:
- Mousavi Tolak Sanksi Nuklir Iran
- Mousavi: Iran Berada Dalam Krisis, Pemerintah Menekan Atas Nama Islam
- Parlemen Iran Minta Pemimpin Oposisi Dihukum Mati
- Cari Dukungan, Oposisi Iran Datangi Kerajaan Israel
- Pendemo Anti Mubarak di Kepung Preman dan Badui
Sarboz-e GUMNOM-e Emam Zaman (Intelijen Imam Mahdi afs), lebih hebat dari CIA dan MOSSAD!!!!
Sarboz-e GUMNOM-e Emam Zaman (Intelijen Imam Mahdi afs), lebih hebat dari CIA dan MOSSAD!!!!
Hojjatul Islam Wal Muslimin Haydar Moslehi, Menteri Intelijen Republik Islam Iran menjelaskan perincian pembebasan Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Iran yang diculik di Peshawar, Pakistan.
Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Repubik Islam Iran yang diculik sekitar bulan November 2008 di Peshawar, Pakistan akhirnya berhasil dibebaskan oleh para intelijen Iran yang biasa disebut sebagai Sarboz-e Gomnom-e Emam Zaman (intelijen dengan sandi pasukan rahasia Imam Mahdi).
Hojjatul Islam Wal Muslimin Heydar Moslehi hari ini di hadapan para wartawan terkait diplomat Iran yang diculik di Pakistan mengatakan, “Lembaga-lembaga di dunia yang menyebut dirinya sebagai pembela hak asasi manusia, sangat disayangkan mereka hadir di kawasan negara-negara Islam yang menciptakan instabilitas di banyak negara.”
Seraya memperingatkan negara-negara kawasan Moslehi menegaskan, “Amerika, Mossad, dan dinas-dinas rahasia negara-negara Eropa dengan alasan kosong hadir di kawasan hanya untuk menciptakan instabilitas.” Ditambahkannya, “Sekaitan dengan hal ini, di bulan Aban 1387 (November 2008) terjadi peristiwa menyakitkan di Pakistan dan Heshmatullah Attarzadeh, diplomat Republik Islam Iran di Peshawar, Pakistan diculik oleh kelompok bersenjata yang didukung oleh Mossad dan CIA.”
Menteri Intelijen Moslehi mengatakan, “Kami telah meminta Pakistan agar mengambil langkah-langkah untuk membebaskan diplomat ini, tapi dinas rahasia negara ini tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghadapi dinas rahasia negara-negara arogan dan Mossad yang hadir di kawasan.” Dijelaskannya, “Untuk itu Departemen Intelijen mulai mengambil langkah-langkah untuk membebaskan diplomat Iran dan akhirnya dalam sebuah operasi intelijen sulit, saudara-saudara kami di departemen berhasil membawa kembali Attazadeh ke tanah air.”
CIA dan Mossad Bingung Soal Pembebasan Attarzadeh
Hojjatul Islam Wal Muslimin Heydar Moslehi juga menyatakan akan menjelaskan detil terkait operasi pelik ini di waktu yang akan datang dan mengatakan, “Dinas Rahasia Amerika (CIA) dan Israel (Mossad) masih bingung soal bagaimana proses pembebasan diplomat Iran ini.”
Menteri Intelijen Heydar Moslehi menyatakan penyesalannya terhadap negara-negara kawasan yang masih bekerjasama dengan dinas rahasia Amerika dan Mossad. Diingatkannya, “Republik Islam Iran dengan kekuatan yang dimilikinya mampu menghadapi konspirasi spionase asing dan bahkan mempecundanginya.”
Moslehi mengatakan bahwa Iran di kawasan memiliki kemampuan intelijen luar biasa seraya menyatakan, “Kekuatan ini tidak hanya bermanfaat bagi Iran, tapi juga bagi kawasan Timur Tengah.”
Dilanjutan ucapannya, Moslehi menasihati dinas-dinas rahasia negara-negara di kawasan untuk lebih berhati-hati dengan dinas-dinas rahasia Amerika dan Inggris. Karena kehadiran mereka di kawasan semakin meningkatkan terciptanya instabilitas.
Sekaitan dengan kasus penculikan diplomat Iran di Pakistan, Moslehi menjelaskan, “Ada kelompok yang menculik Heshmatullah Attarzadeh di Peshawar. Sebuah kelompok bersenjata yang punya hubungan erat dengan CIA dan Mossad. Kelompok ini punya banyak tuntutan, namun Republik Islam Iran dengan penuh kekuatan dan tanpa memenuhi tuntutan mereka mampu membebaskan diplomatnya.”
Penangkapan Rigi Bukti Ketangguhan Intelijen Iran
Menteri Intelijen Iran juga menyinggung soal penangkapan gembong teroris kelompok Jundullah, Abdolmalek Rigi dan mengatakan, “Penangkapan Rigi sebenarnya tidak terlalu penting, tapi bentuk langkah dan spionase yang dimiliki dalam penangkapannya menunjukkan ketangguhan intelijen Republik Islam Iran di atas Mossad dan CIA.
Penangkapan Rigi mampu merenggut kejayaan intelijen dari tangan kekuatan hegemoni dan menyatakan, “Segala pengakuan Rigi sangat penting terkait intelijen dan kami membutuhkan waktu untuk memanfaatkan pengakuan Rigi di pelbagai bidang.”
Seraya menyinggung pengakuan Abdolmalek Rigi terkait banyak masalah dan langkah-langkah yang dimanfaatkan oleh pelbagai dinas rahasia seperti Mossad, CIA dan M16, Moslehi mengatakan, “Tidak lama lagi kami akan menjelaskan lebih terperinci mengenai masalah ini kepada masyarakat Iran.”
(IRNA doc:0303)
Kekacauan di Iran dan “Operasi Ajax” CIA
Sumber: Era Muslim
Situasi di dalam negeri Iran pasca pemilu presiden yang dimenangkan Mahmoud Ahmadinejad memprihatinkan. Kekisruhan berawal dari aksi protes para pendukung Mir Hussein Mousavi yang menyatakan tidak puas dengan hasil pemilu dan menuding pelaksanaan pemilu yang digelar pekan kemarin diwarnai kecurangan.
Wacana adanya kecurangan pemilu di Iran makin panas setelah negara-negara yang selama ini dikenal memusuhi Iran ikut-ikutan berkomentar negatif atas hasil pemilu di Iran. Ditambah lagi pemberitaan media massa Barat yang menyudutkan kemenangan Ahmadinejad dan memojokkan Iran atas kekisruhan yang terjadi di dalam negerinya.
Melihat apa yang terjadi di Iran hari ini dan bagaimana peran media Barat mengekspos pemberitaan Iran, mirip dengan apa yang terjadi di Iran saat terjadi peristiwa penggulingan pemerintahan perdana menteri Mohammad Mossadegh yang terpilih lewat proses yang demokratis di Negeri Para Mullah itu.
Dan dalang penggulingan itu adalah agen intelejen AS, CIA bekerjasama dengan agen intelejen Inggris, MI6 yang berhasil memperalat Shah Iran, Reza Pahlevi dan kelompoknya untuk menggulingkan pemerintahan Mossadegh yang sah. CIA dan MI6 menggelar operasi khusus dengan memanfaatkan kekuatan media dan massa untuk menghasut rakyat Iran agar tidak mempercayai lagi kepemimpinan Mossadegh.
Inggris tentu saja punya alasan untuk merancang rencana “kudeta” terhadap pemerintahan Mossadegh dengan melibatkan AS. Inggris ternyata tidak senang dengan kebijakan Mossadegh yang melakukan nasionalisasi industri minyak di Iran, karena kebijakan itu menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan minyak Anglo Iranian Oil Company (AIOC)-sekarang British Petroleum (BP)-yang sejak tahun 1931 diberi hak monopoli dan konsesi penuh pengelolaan sumber minyak Iran.
Sementara Mossadegh adalah seorang doktor yang menganut prinsip anti-kapitalisme. Oleh sebab itu, sejak berkuasa pada tahun 1951, ia menerapkan kebijakan nasionalisasi minyak Iran untuk meningkatkan devisa negara Iran. Karena selama ini, AIOC lah yang paling banyak menerima porsi dari keuntungan penjualan minyak Iran.
Iran memang harus menerima konsekuensi atas kebijakan Mossadegh itu. Produksi minyak Iran jadi menurun karena AIOC menghentikan produksinya dan ini artinya, pendapatan Iran dari hasil ekspor minyak juga terganggu. Krisis minyak di Iran juga menyebabkan krisis minyak dunia. Kondisi ini diperparah dengan sikap Inggris yang “sakit hati” dengan kebijakan Mossadegh. Untuk membalas Iran, Inggris bersekutu dengan AS memblokade Teluk Persia sampai ke Selat Hormuz yang menjadi jalur utama lalu lintas minyak dunia dan lalu lintas perdagangan serta ekonomi Iran.
AS bersedia membantu Inggris, juga karena punya kepentingan sendiri di Iran. AS tidak suka melihat kedekatan Iran dengan musuh bebuyutan AS ketika itu, Uni Soviet dan ingin mengakhiri hubungan mesra Iran dengan blok Timur. Tapi tidak mudah bagi Inggris membujuk AS agar menerima ajakannya untuk menjatuhkan Mossadegh di Iran. Ajakan Inggris itu ditolak AS pada masa pemerintahan Presiden Harry S. Truman. Rencana “kudeta” baru terwujud ketika AS di pimpin oleh Presiden Eisenhower, pengganti Truman.
Operasi Ajax
Setelah terjadi kesepakatan antara Inggris-AS. CIA menugaskan seorang agennya bernama Kermit Roosevelt Jr-cucu mantan presiden AS Theodore Roosevelt untuk merancang operasi intelejen menggulingkan Mossadegh yang diberi nama “Operasi Ajax”. Sebagai pimpinan operasi, CIA menunjuk Donald Wilber.
CIA memulai operasi itu dengan cara menghasut rakyat Iran agar pro-Barat, menghembuskan berbagai isu untuk melemahkan dukungan rakyat terhadap Mossadegh dan mempengaruhi sejumlah perwira di angkatan bersenjata Iran. Tapi upaya kudeta CIA yang dilakukan pada tanggal 15 Agustus 1953 gagal, karena keburu tercium oleh para pejabat militer Iran yang loyal dengan Mossadegh.
Mossadegh lalu memerintahkan Kepala Staff Keamanan Kabinet, Jenderal Taghi Riahi untuk menyelidiki rencana kudeta itu, yang kemudian mengirim utusan untuk mengabarkan rencana kudeta itu pada pasukan pengawal kerajaan. Tapi CIA berhasil mencegahnya dengan menyogok Jenderal Fazlollah Zahedi-pimpinan kelompok yang pro-Shah Iran-agar menangkap utusan Jenderal Riahi.
Upaya kudeta pertama berhasil digagalkan berkat perlawanan keras pasukan pemerintah Iran. Kermit Roosevelt dan Jenderal Zahedi bahkan melarikan diri ke wilayah utara Iran. Setelah kegagalan itu, CIA merancang rencana kudeta yang lebih baru dengan memanfaatkan media massa. CIA sengaja menyebarkan surat kaleng ke berbagai kantor berita yang isinya menyebutkan bahwa Shah Iran telah mengeluarkan dekrit untuk memecat perdana menteri Mossadegh dan menunjuk Jenderal Zahedi sebagai penggantinya. Tapi upaya ini pun tidak membuahkan hasil karena dukungan dan kepecayaan massa di Iran terhadap Mossadegh ternyata masih sangat kuat.
CIA nyaris putus asa melihat pemerintahan Mossadegh berhasil menangkapi agen-agen mereka yang direkrut di Iran dan menerapkan kebijakan ketat pada media massa. Shah Iran yang awalnya mendukung rencana kudeta CIA, juga melarikan diri ke Baghdad.
Tapi CIA tak mau Operasi Ajax itu gagal. Di Baghdad, CIA berhasil membujuk Shah Iran untuk mengeluarkan dekrit untuk membubarkan pemerintahan Mossadegh. Dekrit yang disiarkan pada tanggal 19 Agustus oleh seluruh media massa itu memicu rusuh massa di Iran yang memaksa Mossadegh melepaskan jabatannya sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Jenderal Zahedi.
Oleh CIA, Operasi Ajax untuk menggulingkan Mossadegh yang menjadi salah satu operasi intelejen terbesar AS, dinilai sukses. Shah Reza Pahlevi yang pro Barat kembali ke Iran dan sebagai ucapan terima kasih, Shah mengijinkan kembali AIOC mengelola minyak Iran, bersama lima perusahaan minyak AS, satu perusahaan minyak Prancis dan perusahaan minyak Dutch Royal Shell.
Operasi Ajax yang dilakukan CIA untuk menggulingkan pemerintahan di Iran dirancang dengan cara menimbulkan kerusuhan massa yang berujung pada munculnya mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Mossadegh.
Melihat situasi Iran sekarang ini dan melihat sejarah Iran pada masa Mossadegh, menggelitik kita untuk melontarkan pertanyaan, apakah situasi ini murni karena ketidakpuasan sebagian rakyat Iran terhadap hasil pemilu atau ada tangan-tangan asing yang bermain, yang memang ingin menciptakan situasi chaos untuk merongrong kewibawaan pemerintah Iran. Apalagi belakangan ini hubungan antara Barat dan Iran demikian tegang dan Barat tidak menyukai sosok Ahmadinejad yang memenangkan kembali pemilu di Iran.
Terkait situasi terakhir di Iran, pernyataan penulis dan wartawan kawakan Robert Fisk perlu dicermati. Fisk yang meliput langsung aksi demonstrasi di Iran pada situs Al Jazeera mengatakan, tidak semua pengunjuk rasa di Iran mendukung Mousavi. Sebagian besar dari mereka, kata mereka, hanya orang-orang yang sekedar mempertanyakan hasil pemilu.
“Saya pikir tidak semua pengunjuk rasa adalah pendukung Mir Hussein Mousavi, tapi mereka adalah orang-orang yang tidak percaya Ahmadinejad memenangkan pemilu,” kata Fisk.
Aksi unjuk rasa di kota Teheran hari ini masih berlangsung dan dikabarkan sudah jatuh korban, tujuh orang tewas.
Patut disayangkan, sikap dunia yang bungkam dan tidak menunjukkan peran aktif dan kritisnya dalam menyikapi situasi terakhir di Iran. Mereka lebih memilih diam dan mengamini tuduhan-tuduhan Barat terhadap Iran. (ln/berbagai sumber)
Di Balik Kekisruhan Pemilu Iran
Oleh Dina Y. Sulaeman
Sejak hasil penghitungan suara pemilu pilpres Iran mulai menunjukkan tren ke arah kemenangan Ahmadinejad, media-media Barat sudah bersuara serempak, melaporkan kecurigaan adanya kecurangan. Dari AS, Wapres Joe Biden dan Menlu Hillary Clinton ikut mencurigai hasil pemilu Iran. Sementara Obama, yang sebelum pemilu terlanjur menyampaikan statemen ‘akan mengulurkan tangan persahabatan kepada Iran siapapun yang terpilih sebagai presiden’ mengeluarkan pernyataan empatik mengomentari berbagai kerusuhan yang terjadi di Iran, “Biarkan bangsa Iran menentukan sendiri siapa pemimpin mereka” dan “Bangsa Iran merasa dikhianati”. Dari Uni Eropa, keluar pernyataan, “Pemerintah Iran harus memperlakukan para demonstran dengan penuh penghormatan.”
Dari Perancis, Sarkozy menyatakan, aksi protes pantas terjadi karena besarnya kecurangan.
Menlunya, Bernard Kouchner menyatakan “perlunya dilakukan investigasi atas pemilu Iran”. Sarkozy dan Kouchner pura-pura lupa, setelah pilpres Prancis Mei 2007, juga terjadi kerusuhan besar-besaran yang dilakukan kaum muda negeri itu memprotes terpilihnya Sarkozy. Saat itu, sekitar 700 mobil dan sejumlah gedung pemerintah yang dirusak demonstran. Tentu saja, ada banyak pendemo yang ditahan polisi Prancis. Rupanya, kalau demo itu terjadi di Iran, penilaian harus berbeda.
Dua hari setelah pemilu (14 Juni) Associated Press merilis berita “AS menolak klaim kemenangan Ahmadinejad” dan mengutip pernyataan Menlu Hillary yang menuduh adanya kecurangan dalam pemilu. Darimana Hillary tahu ada kecurangan? Bukankah kata Obama, “We weren’t on the ground, we did not have observers there, we did not have international observers on hand, so I can’t state definitively one way or another, what happened.” (Kami tidak di lokasi, kami tidak punya pengawas di sana, kami tidak punya pengawas internasional, jadi saya tidak bisa menyampaikan suatu pernyataan apapun mengenai apa yang terjadi di sana.)
Apapun juga, yang jelas, para pemimpin dunia Barat dan media-media mainstream sedang mengumandangkan sebuah koor, paduan suara, yang berisi tuduhan kecurangan pemilu Iran dan mendukung aksi demonstrasi yang mereka sebut ‘sedang memperjuangan demokrasi’.
Hingga saat ini, saya mencatat ada beberapa fakta penting yang (sengaja) tak tercatat (dan tak dibahas) oleh media Barat:
1. Kerusuhan terjadi hanya di Teheran dan dilakukan oleh para pemuda. Mereka melakukan aksi-aksi anarkhis, merusak gedung-gedung. Apa yang musti dilakukan polisi menghadapi aksi seperti ini? Diam saja? Apa kalau polisi Prancis boleh menangkapi demonstran yang memrotes Sarkozy, polisi Iran tak boleh? Lalu, kalau benar Mousavi didukung seluruh rakyat Iran (bukan hanya Teheran), kemana mereka yang di kota-kota lain?
2. Para pendukung Ahmadinejad juga melakukan demo, dengan jumlah massa yang lebih besar (lebih dari 6000 orang), namun diabaikan dengan alasan “Itu massa yang didatangkan secara paksa, dinaikkan ke bis-bis untuk datang ke lokasi demonstrasi”. Orang yang pernah tinggal di Iran akan tahu, orang-orang Iran sangat ekspresif dan merdeka. Mau dipaksa naik ke bis untuk ikut sebuah demo yang diatur pemerintah? Mau diiming-imingi kaos dan uang makan (kayak demo-demo bayaran di Indonesia)? Sama sekali bukan tipe/watak Iran.
3. Penghitungan dilakukan secara resmi oleh KPU, diawasi oleh saksi-saksi tiap kandidat, dan diliput televisi. Pukul 1 dini hari, KPU Iran sudah merilis penghitungan suara sementara: Ahmadinejad meraih 7 juta suara dan Mousavi meraih 2 juta suara. Satu jam setelahnya, pengumuman kedua menyebut Ahmadinejad meraih 10 juta suara sementara Mousavi mendapat tiga juta.
Menyaksikan tren perolehan suara sementara Ahmdinejad yang terus naik secara konstan, Mousavi segera melakukan konferensi pers dan menuduh, “Hasil pemilihan umum presiden ke-10 sangat mengejutkan. Rakyat yang ikut dalam antrian panjang mengetahui kepada siapa mereka memilih. Rakyat dengan penuh keheranan tidak percaya akan sulapan anggota KPU dan Radio dan Televisi Iran. Masyarakat ingin tahu bagaimana dan oleh siapa rencana besar ini dilakukan. Saya menyatakan protes keras atas proses yang ada mengenai kecurangan transparan pemilu dan memperingatkan bahwa saya tidak akan menerima kondisi berbahaya ini. Hasil yang ada bukti dari ketidakamanahan KPU dan kami melihat yang ada adalah semakin goyahnya tonggak-tonggak Republik Islam Iran dan pemerintah pembohong dan penindas…”
Pernyataan Mousavi bisa diungkapkan dengan kalimat sederhana ini, “Loh, kok suaraku sedikit ya? Pasti ada kecurangan nih!” Naif sekali bukan? Bayangkan, bila kemarin PKS yang cuma dapat 7% suara berkata demikian, pasti ditertawakan. Tapi, ketika kemudian partai-partai memberikan data (beberapa hari usai pemilu) tentang kecurangan, saksi-saksi diajukan, nah, baru bisa tuduhan kecurangan itu diterima dan diusut.
Sikap Mousavi yang ditunjukkan hanya dua jam setelah pengumuman persis seperti anak kecil yang ngamuk: dia yakin akan diberi permen 100 oleh teman-temannya, tak tahunya, hanya 1 permen yang didapat.
Tapi yang lebih aneh lagi, dalam konferensi pers itu pula (yang tak memberi kesempatan wartawan untuk bertanya), Mousavi sudah sesumbar, dirinya meraih suara 54%. Kapan dia menghitung? Lembaga quick count ala Indonesia tak ada di Iran. Untuk itu ia mengatakan kepada para pendukungnya agar segera menyiapkan pesta kemenangan keesokan harinya. Loh, katanya tadi sudah terjadi kecurangan? Gimana sih?!
4. Media Barat mencitrakan Mousavi sebagai tokoh reformis. Dia menjanjikan keterbukaan hubungan dengan Barat. Paradigmanya, kerjasama politik-ekonomi dengan Barat akan memajukan perekonomian Iran. Dan karena itu pula Barat memihak Mousavi dan menyebutnya ‘reformis’.
Masalahnya, banyak yang tidak tahu bahwa dalam Debat Capres melawan Ahmadinejad , Mousavi melakukan kesalahan besar. Dia tidak mampu mencitrakan dirinya reformis. Dia gagap, bingung. Di satu sisi dia menyebut diri reformis, di sisi lain menyatakan ‘tetap memegang prinsip negara’ (prinsip negara Iran adalah wilayatul faqih, kekuasaan para ulama). Artinya, dia bingung, mau reformis, atau mau konservatif. Lebih parah lagi, saat Ahmadinejad menyudutkannya pada isu-isu yang sudah jadi rahasia umum rakyat Iran, bahwa Rafsanjani adalah ulama kaya yang mengeruk uang rakyat (wallahu’alam benar tidaknya), Mousavi melakukan blunder: dia membela Rafsanjani! Orang-orang Iran yang benci Rafsanjani datang dari dua kubu, konservatif maupun reformis. Saking banyaknya yang benci pada Rafsanjani, simpati kepada Mousavi langsung turun setelah dia membela Rafsanjani.
5. Di Iran tak ada lembaga survey ala LSI di Indonesia, yang bisa dimanfaatkan untuk menggalang suara. Kalau Mousavi sesumbar punya banyak dukungan, tak ada data yang valid. Data dari peneliti Barat (yang didanai Rockefeller, dirilis oleh Washington Post) justru menunjukkan sebaliknya: di Provinsi Azerbaijan (kampung halaman Mousavi) pemilih Ahmadinejad dan Mousavi adalah dua banding satu. Survey tersebut juga menemukan, pendukung Mousavi adalah kalangan universitas dan kelompok ekonomi elit. Jadi, kemenangan Ahmadinejad sama sekali tidak mengherankan, karena pemilih Iran kebanyakan bukan orang universitas dan bukan orang kaya. Yang mengherankan justru Mousavi: ge-er, merasa memiliki banyak pendukung.
Penutup
Robert Dreyfuss dalam artikelnya di The Nation, mengatakan ada 3 test bagi pidato Obama yang menyatakan akan berbaik-baik dengan Dunia Islam. Pertama, pemilu Lebanon. Bila yang menang kubu pro-Barat, Obama aman. Dia bisa berbaik-baik dengan Lebanon. Tapi bila yang menang Hizbullah, posisi Obama akan sulit. “Untung”-nya, yang menang adalah Kubu 14 Maret (pro Barat). Kedua, pemilu Iran. Keberanian Obama mengulurkan tangan ke Iran agaknya karena para konsultan politiknya secara keliru memprediksi kemenangan Mousavi. Kita lihat nanti, apa sikap Obama. Apa dia akan menepati janjinya dalam pidato Kairo atau tidak, mengingat yang menang adalah Ahmadinejad yang tak mau kompromi soal nuklir dan Israel. Ketiga, apa ya, tak perlu dibahas di sini, toh topiknya tentang Iran:)
*Dina Y. Sulaeman
Penulis, 8 thn pernah tinggal di Iran dan bekerja di Islamic Rep of Iran Broadcasting
(catatan: tulisan ini berhasil dibuat atas berbagai sumbangan informasi dari temen2 saya di Iran, antara lain, owner Islammuhammadi.com)
———-
Silahkan bila ingin copas, asal jangan lupa tulis sumbernya:)
75 Responses to Di Balik Kekisruhan Pemilu Iran
Kebohongan BBC
Bila saya menulis dengan nada sentimen tentang “media Barat” yang sering berat sebelah dan tendensius dalam memberitakan masalah Iran (dan Timur Tengah pada umumnya), ada saja yang memrotes.
Kali ini, ada bukti nyata… BBC tertangkap basah berbohong soal pemilu Iran. Mereka menggunakan foto Ahmadinejad yg sedang pidato dgn massa yang sangat banyak:
Foto itu di-zoom, lalu dipotong gambar massa-nya saja, dan diberi caption: massa Mousavi yang sedang protes (atas hasil pemilu). Jadi, kelihatannya, massa Mousavi yg lagi protes itu emang banyaaak..banget.
Gila ya?! Seorang blogger mengetahui hal ini, lalu posting di sini.
Foto asli dalam ukuran besar bisa dilihat di sini dan foto rekayasa dalam ukuran besar bisa dilihat di situ.
Tentu saja, tak lama setelah ’tertangkap basah’, BBC menukar caption itu. Bisa lihat di sini.
Cara serupa dulu juga dipakai BBC (dan media mainstream lainnya) saat menayangkan gambar “lautan massa yang sedang menjatuhkan patung Saddam di Fardus Square”. Ternyata sesungguhnya, cuma ada segelintir orang di sekitar patung itu, itupun kebanyakan tentara AS dan jurnalis. Berita ttg ini bisa lihat di sini.
Apapun pendapat Anda soal Ahmadinejad dan Iran, yang jelas, fakta bahwa media Barat sangat berlebihan (dan bahkan berani berbohong) mengeksploitasi masalah pemilu dan memprovokasi rakyat Iran, perlu dipertanyakan.
Bahkan Kementrian Dalam Negeri AS yg biasanya menyebut internet sebagai alat yg dipakai para ekstrimis dan teroris, kini, demi untuk mengacau situasi di Iran, meminta Twitter.com agar menunda rencana maintenance-nya, supaya para perusuh di Iran bisa terus menggunakan Twitter untuk memposting foto2 demonstrasi. (berita lengkap soal ini bisa baca di paragraf kedua di artikel ini.)
Responses to Kebohongan BBC
-
Duh, speechless!
Parah banget siy BBC, hiks! Jadi sebel!
Ada MPer orang BBC lo Uni, coba nanti kutanya beliau, Uni kenal gak? Kang Asep di London
- Arif Fiyanto
Media-media barat ini memang jelas sekali ketidaknetralannya Uni, banyak sekali contoh untuk membuktikan ini, kasus BBC ini adalah bukti yang tak terbantahkan bahwa media-media mainstream yang seringkali jadi rujukan media-media kita disini, bukanlah sumber informasi yang bisa kita percaya. Soal Pemerintah AS yang meminta situs Twitter untuk mengubah jadwal maintenance, satu lagi bukti menggelikan bahwa negeri-negeri yang mengaku kampiun demokrasi, ternyata tak lebih dari negeri-negeri yang menggunakan istilah demokrasi demi kepentingan mereka sendiri.
Terimakasih Uni, atas tulisannya kali ini - Indro Cahyono
Foto asli dalam ukuran besar bisa dilihat di sini dan foto rekayasa dalam ukuran besar bisa dilihat di situ. –> Mbak Dina, fotonya kok ndak bisa dibuka ya? Yg kliatan cuman foto yg udh benar. Foto yg salahnya seperti apa ya?
Trims
-
saya udah coba klik, tak ada masalah, jadi begitu di-klik keluar windows/tampilan kecil, lalu klik lagi, nanti jadi besar..
Foto dari LA Times itu yg asli, lalu di BBC dipotong (gambar massa-nya aja, gambar Ahmadinejad dibuang)
-
-
kita memang harus lebih jeli dan kritis dengan media mainstream yang mungkin punya ‘misi’ tertentu.
tetap semangat Uni, untuk menyuarakan kebenaran..!!! -
Menyebarkan berita bohong agaknya sudah menjadi tradisi kantor berita asing, terutama yang sentimen dengan tokoh-tokoh tertentu. Persoalannya, jika berita tersebut kemudian disiarkan pula di negeri ini. Sehingga kita pun menikmati berita bohong itu.Dibutuhkan sikap kritis menyikapi hal ini.
-
dari dulu BBC dan koncone memang gitu… tapi kali ini bener2 kelewatan
-
Assalamu’alaykum
BRAVO… simply putted.. OUTSTANDING…
Betapa perlu banyak posting seperti ini…
The truth about media ang middle east propaganda…saya dapat Blog ini dari aa’ Fuad di multiply…
Luar biasa sekali sadurannya mbak, EXCELLENT…Kudu saya add ke blog saya…
Mohon dengan amat sangat berita seperti ini sering2 dipost… sangat membangun opini…Mohon maaf…
Wassalam - budi
BBC….it’s great disgraceful. Your credibility has been broken. Western media credibility is going to the lowest period. So, don’t teach us to tell the true, if you always show the lies to the world.!!
-
Mohon maaf saya 3 hr ini keluar kota, makanya terlambat memoderasi komen2 yg masuk. Terimakasih atas perhatian Anda semua…
-
siasat mengadu domba dan memecah belah…
kita harus selalu waspada - indolover
Salam, makasih ibu infonya.
Setelah membaca ini terhitung sudah dua kali saya menemukan (membaca) cacat terkait kredibilitas maupun objektivitas BBC. Yang pertama berkenaan perang Israel terhadap Gaza.
Di luar apakah seluruh/mayoritas media mainstream barat melakukan ‘konspirasi’ atas Iran via media warfare (krn. hingga saat ini saya belum baca bukti lain di internet atau media lainnya), beberapa hal menarik saya temukan setelah menelusurinya ke situs blog moderator BBC terkait ini;
1. Seorang moderator BBC sudah mengakui bahwa mereka ‘salah’ memberi caption pada foto tsb.
2. Komentar2 dalam blog tsb. membuktikan bahwa kedua foto TIDAK SAMA, namun TIDAK berarti bahwa even dalam kedua foto ini BERBEDA.
Demikian.-
Untuk menjawab kalimat Anda : “apakah seluruh/mayoritas media mainstream barat melakukan ‘konspirasi’ atas Iran via media warfare (krn. hingga saat ini saya belum baca bukti lain di internet atau media lainnya)”, bisa Anda baca 2 artikel bagus ini:
1.Why the US Wants to Delegitimize the Iranian Elections
Are You Ready for War with a Demonized Iran?By PAUL CRAIG ROBERTS (coauthor of “The Tyranny of Good Intentions.”)
http://www.counterpunch.org/roberts06162009.html
2.Iranian Elections: The `Stolen Elections’ Hoax
by Prof. James Petras
-
Kebohongan “Kecurangan Pemilu” (oleh Prof. James Petras)
Tulisan di bawah ini saya sarikan dari tulisan Prof. James Petras yg menganalisis tuduhan kecurangan pemilu Iran. Artikel lengkap bisa baca di sini.
Iranian Elections: The ‘Stolen Elections’ Hoax
by: Prof James Petras
Dalam pemilu di berbagai negara, jika Gedung Putih punya kepentingan besar di dalamnya, kemudian ternyata kandidat pro-AS kalah, maka elit politik AS dan media massa akan segera mengumumkan bahwa pemilu itu ‘tidak sah’. Contohnya, pemilu di Venezuela dan Palestina, yang diawasi oleh pengawas internasional, ternyata dimenangkan Chavez dan Hamas (yang anti AS); AS segera meneriakkan adanya kecurangan di sana. Di Lebanon, AS memakai cara lain: Hizbullah dalam pemilu itu sebenarnya meraih 53% suara; namun media AS segera meneriakkan “pemilu Lebanon sukses” [penyebabnya karena Barat memasukkan 3 nama dari kubu independen, ke dalam kubu 14 Maret yg pro Barat--Dina].
Pemilu yang baru terjadi di Iran, mengulangi cerita klasik itu: Ahmadinejad meraih 63%, sementara kandidat pro Barat Mousavi meraih 34%. Musavi menolak kekalahannya. Lalu, segera, hampir semua spektrum pembuat opini Barat, termasuk media cetak dan elektronik terkemuka, dari kalangan liberal, radikal, maupun konservatif, menggemakan klaim kelompok oposisi: terjadi kecurangan. Baik Partai Demokrat maupun Republik AS mengecam rezim Ahmadinejad, menolak mengakui hasil pemilu, dan mendukung upaya para demonstran untuk membatalkan hasil pemilu.
Kebohongan “Kecurangan Pemilu”
Para pemimpin Barat menolak hasil pemilu Iran karena mereka sebelumnya yakin bahwa kandidat mereka tidak akan kalah.
Selama berbulan-bulan sebelum pemilu, setiap hari mereka mempublikasikan interview, editorials, dan laporan yang berbicara tentang ‘kegagalan pemerintahan Ahmadinejad’; mereka mengutip dukungan dari ulama, mantan pejabat, pedagang di pasar, dan perempuan dan pemuda perkotaan yang lancar bicara dalam bahasa Inggris, untuk membuktikan bahwa Mousavi sedang menyongsong sebuah kemenangan mutlak.
Kemudian, proses pemilu Iran kemudian berjalan dengan sedemikian bebas dan terbuka, dipanaskan pula oleh debat publik dan keterlibatan publik yang sangat besar dalam pemilu, membuat pemimpin Barat dan media Barat bertambah yakin bahwa kandidat favorit mereka akan menang.
Ketika ternyata Mousavi kalah, mereka segera menuduh ada kecurangan. Dan yang mengejutkan adalah bahwa mereka tidak memberikan bukti apapun, baik tertulis maupun observasi terkait tuduhan curang itu. Padahal, selama masa kampanye, tidak ada tuduhan terkait penyuapan (untuk pembelian suara), baik itu tuduhan kredible maupun isu belaka [artinya, bahkan sekedar isu suap pun tak terdengar di Iran--Dina].
Media Barat berpegang pada reporternya yang meliput langsung demonstrasi kaum oposan di Iran, namun mereka mengabaikan demosntrasi balasan yang lebih besar lagi, yang dilakukan oleh pendukung Ahmadinejad. Lebih buruk lagi, media Barat mengabaikan komposisi sosial para pelaku demonstrasi. Mereka mengabaikan fakta bahwa Ahmadinejad meraih dukungan dari kaum pekerja miskin, petani, tukang, dan pekerja publik, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kaum oposan yang datang dari kalangan mahasiswa kelas (ekonomi) menengah ke atas, kaum bisnismen, dan kaum professional.
Lebih jauh lagi, media dan pengamat Barat hanya terpusat di Tehran dalam melaporkan dan menganalisis situasi Iran, tidak mengunjungi provinsi-provinsi, kota-kota kecil, dan desa-desa, dimana Ahmadinejad meraih dukungan besar. Lebih jauh lagi, pendukung oposisi adalah mahasiswa aktivis yang sangat mudah dimobilisasi untuk demo di jalanan, sementara pendukung Ahmadinejad datang dari pemuda pekerja dan perempuan yang bekerja di rumah, yang mengekspresikan dukungan melalui kotak suara, dan hanya punya sedikit waktu dan kemauan untuk terlibat dalam politik jalanan.
Sejumlah kolumnis koran, misalnya Gideon Rachman yang menulis di Financial Times, mengklaim bahwa bukti kecurangan pemilu adalah bahwa Ahmadinejad menang 63% di kawasan Azeri, yang merupakan kampung halaman Mousavi. Bila kita melihat pola pemilihan di kawasan Azeri, menunjukkan bahwa Mousavi menang hanya di kota Shabestar, di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas (dan itupun menang tipis). Mousavi kalah di kawasan2 pinggiran, dimana kebijakan Ahmadinejad selama ini telah membantu etnik Azeri melunasi hutang-hutang para petani dan mereka bisa mendapatkan kredit lunak.
Mousavi menang di kawasan Azerbaijan Barat, dimana dia berhasil menggunakan sentimen etnis di masyarakat perkotaan. Di Provinsi Tehran yang sangat padat, Mousavi menang di pusat kota Tehran and Shemiranat di mana banyak warga kelas menengah ke atas, dan kalah di kawasan pinggiran Tehran yang banyak pekerja (ekonomi lemah).
Melihat peta perolehan suara antara Ahmadinejad dan Mousavi di atas, terlihat bahwa masalah etnis tidak banyak berpengaruh dan tidak bisa dijadikan bukti kecurangan. Peta perolehan suara ini cocok dengan hasil survei yang dilakukan AS sendiri, hanya 3 pekan sebelum pemilu, yang menyebutkan bahwa Ahmadinejad menang 2:1 terhadap rivalnya.
Media Barat juga menggambarkan bahwa Mousavi seharusnya menang karena didukung oleh para pemuda yang menginginkan kebebasan. Padahal survei yang sama menunjukkan bahwa satu-satunya kelompok pemuda yang secara konsisten mendukung Mousavi adalah mahasiswa yang datang dari kalangan menengah ke atas, lancar berbahasa Inggris, dan sangat besar aksesnya kepada media Barat. Sementara, survei itu menemukan, 2/3 pemuda Iran tidak memiliki akses komputer dan internet.
Secara umum, Ahmadinejad telah melakukan kebijakan yang sangat baik di provinsi-provinsi penghasil minyak dan kimia. Hal ini memberikan jawaban atas adanya oposisi dari para pekerja minyak terhadap program yang diajukan kaum reformis: di antaranya privatisasi (dan karena itu mereka memberikan suara kepada Ahmadinejad). Ahmadinejad juga melakukan kebijakan yang tepat terkait masalah perbatasan dan terlihat sangat menekankan kebijakan penguatan keamanan negara. Rakyat Iran menjadi korban teroris di perbatasan Pakistan dan Irak dan mereka tahu siapa yang memberi dana bagi kelompok-kelompok teroris itu. Karenanya, mereka memberi suara kepada Ahmadinejad karena merasa akan lebih aman, dibanding bila mereka dipimpin oleh reformis.
Peta perolehan suara)menunjukkan adanya polarisasi kelas dalam masyarakat Iran: di satu sisi kelas ekonomi tinggi, berorientasi pasar bebas, individualis kapitalis; di sisi lain ada kelas pekerja, pendapatan rendah, dan komunitas yang memegang teguh ekonomi moral (menolak riba dan dibatasinya pengambilan laba—artinya, kaum pedagang tak boleh seenaknya menaikkan harga-harga). Serangan kaum oposisi atas kebijakan Ahmadinejad yang banyak memberikan anggaran untuk kesejahteraan, kredit lunak, dan subsidi makanan, justru bertentangan dengan sebagian besar rakyat yang menikmati semua kemudahan itu. Mereka melihat negara sebagai pelindung kaum miskin melawan ‘pasar’ yang dipresentasikan oleh kemewahan, kekuasaan, dan korupsi. Serangan kaum oposisi bahwa “gara-gara Ahmadinejad telah membuat Iran diasingkan oleh Barat” hanya bisa diterima oleh kaum muda mahasiswa yang liberal dan bisnismen ekspor-impor. Sementara bagi rakyat biasa, mereka justru merasa terlindungi oleh sikap keras Ahmadinejad, mengingat tetangga-tetangga mereka sudah menjadi korban AS (Pakistan, Irak, Afgan).
Kemenangan Ahmadinejad sebenarnya bukan hal aneh. Dalam pemilu lain yang mempertentangkan antara kebijakan populis dan kebijakan proBarat, memang umumnya kaum populislah yang menang dengan mayoritas mutlak. Misalnya, menangnya Peron di Argentina Chavez di Venezuela, Morales di Bolivia dan Lula da Silva di Brazil. Mereka semua menang di atas 60%.
Penutup (oleh Dina):
Bila kita melihat media-media Barat akhir-akhir ini, isu anti Iran sudah mulai bergeser. Dari yang awalnya menuduh kecurangan (tanpa ada bukti), kini perhatian difokuskan dengan bagaimana pemerintah Iran menghadapi para demonstran yang anarkhis itu. Uni Eropa, kecuali Sarkozy, tidak menyuarakan kecurangan, melainkan mengatakan “sangat prihatin atas terjadinya kekerasan di Iran”. Sekarang, apa sebenarnya yg terjadi dgn kekerasan di Iran? Insya Allah saya akan tulis dalam 1-2 hari mendatang.
Responses to Kebohongan “Kecurangan Pemilu” (oleh Prof. James Petras)
- indolover
Salam, terimakasih bu atas dua link sebelumnya. Intisari yang mantap, dan tidak kecewa saya menemukan blog ini. Cukup terobati dahaga saya setelah menemukan beberapa ‘kebenaran’ yang mulai sulit ditemukan di antara gencarnya berita-berita media mainstream yang misleading.
Kalau boleh menyimpulkan perjalanan ‘krisis Iran’ sejauh ini:
a. Barat (termasuk didalamnya Zionis Amerika di gedung putih) membeli Mousavi dan menyebar penyusupnya di Iran, seraya mendanai dan mendukung pencitraan demokratis dan reformis lewat media mereka.
b. Ahmadinejad menang dan ini tidak bisa diterima.
c. Memunculkan isu fraud voting sekaligus memobilisasi masa pendukung (yang akan memancing reaksi keras pemerintah lewat aksi anarkis mereka).
d. Pemerintah lewat fungsi keamanannya bereaksi keras sebagaimana yang kita saksikan sekarang, dan dipaksa untuk bereaksi lebih keras secara lepas kontrol menghadapi pengrusakan demonstran yang menjadi-jadi. Tahap ini yang sedang santer beredar di media.
e. Ujung-ujungnya akan terjadi lagi ‘color revolution’ sebagaimana yang terjadi di Irak.
Setelah spekulasi terakhir, pertanyaannya adalah akankah Amerika kembali menggunakan pendekatan militer? (sambil mengingat pidato2 obama di berbagai negara Islam).
Saya dapat komentar unik dari artikel James Petras pada link yang ibu berikan (http://axisoflogic.com/artman/publish/Article_56073.shtml) bahwa twitter telah jauh2 hari dipersiapkan untuk ‘krisis Iran’ ini.
Maaf jika terlalu panjang.-
Terimakasih tanggapannya..
Saya kritisi sedikit, Poin ke-5, hm, color revolution tdk terjadi di Irak, tapi di negara2 ex UniSoviet (dg didanai AS). Di Irak, AS tdk berhasil menggalang revolusi, jadi mrk terjun langsung menyerbu Irak. Bgmn dg Iran.. saya blm bisa prediksi.. Israel memang gencar mendorong AS agar menyerang Iran.. tapi taruhannya terlalu besar. Kekuatan militer Iran paling besar di Timteng (selain Israel; tapi bahkan militer sekuat Israel pun tak sanggup menggulingkan Hamas dan Hizbullah).
-
-
Salam’alaykum,
bu Dina, terima kasih atas artikel nya. Bolehkah saya sebarkan? Saya akan cantumkan blog ini sebagai sumber. -
-
saya kira tidak semua mahasiswa dan blogger iran pro musavi, bisa dilihat di http://shahrzaad.wordpress.com/, salah seorang blogger cewek yang menolak musavi. mungkin mbak Dina bisa menceritakan siapa dia sebenarnya? (maklum, bhs inggris saya masih belepotan)
terima kasih - Nomad
“Kenapa kalian tidak senang saya menjadi presiden di Iran? Apakah karena saya orang miskin dan bertampang udik? Buat saya, istana-istana kalian tidak lebih berharga daripada sehelai rambut jutaan orang miskin di negeri ini!” (MAN)
-
- Zulfiqar Yahya
terima kasih untuk artikel. semoga bisa jadi pelajaran untuk kita juga orang Indonesia untuk tidak mudah terprovokasi media.
-
- afifah
wow!…akhirnya ada artikel pembanding..rasanya kebenaran makin terungkap. Bisa minta artikel lengkapnya gak? Soalnya linknya gak bisa dibuka..
tfs ya k’ Din
-
Terima kasih banyak sudah memberikan sudut pandang yang tidak saja berimbang, namun memberikan keyakinan kepada kita tentang fakta yang sebenarnya mengenai kondisi Iran.
Walaupun media massa Barat mampu mempengaruhi dengan berita – berita miring yang penuh dengan kepentingan mereka.
Zaman tidak lagi mengizinkan mereka membuat berita dan kita tinggal menelannya begitu saja seperti yang lalu.
Ini zaman yang sudah waktunya musuh-musuh kebenaran mendekati ajalnya….Zaman dimana penantian kita terhadapnya (Imam Zaman as) penuh harap segera hadir. Alhamdulillah, kita bersama hidup di zaman seperti ini – setidaknya menyaksikan begitu banyak peristiwa secara langsung seperti kemenangan Hizbullah, naiknya MAN, dll.
- ALI ALAYDRUS
Salam..salut buat anda berita yg sangat mencerahkan, setelah sekian lama kuping & mata kita diisi hanya dgn hujatan tuk MAN & Iran
-
seorang pemimpin yang secara pribadi saya kagumi dan saya berharap pemimpin di Indonesia punya semangat dan keberanian seperti Ahmadinejad.Banyak hal yg dapat dilihat bahwa seorang Ahmadinejad berperilaku seperti khalifah2 pada masa Rasulullah SAW dimana menggeser kepentingan individu untuk kepentingan masyarakat.Lihatlah betapa seorang Ahmadinejad tetap tinggal di rumah aslinya,membawa bekal dari rumah,tidur cuma beralas karpet,tas kerja yg tetap butut,dsb.Itulah sebuah teladan yang harusnya bisa dilihat secara jernih oleh masyarakat.
Tentang Neda dan Kekerasan di Iran
Ini beberapa keanehan yang saya tangkap dari video Neda yang disebarluaskan di internet, dan bahkan oleh tivi Indonesia:
1. Neda diberitakan ditembak di dada, tapi seseorang (sepertinya yg baju putih) berteriak berkali-kali “Fesyar bede!” (ditekan, ditekan!), lalu lelaki yg lain menekan bagian dada atas (dekat ke leher). Aneh kan? Ini bukan sakit jantung. Katanya ada peluru di dada, kok malah ditekan2, yg ditekan bagian yg aneh pula…
2. Reaksi yg wajar pada kejadian itu adalah langsung membawanya ke mobil lalu dilarikan ke rumah sakit, bukannya duduk beramai-ramai mengelilingi korban, apalagi sambil teriak2 “Neda..!”, “Natars!” (jangan takut!), atau “Fesyar bede!” (ditekan!). Apalagi yg di sekelilingnya laki-laki yg gede2-gede badannya, dgn mudah mereka bisa menggendong Neda dan menaruhnya di mobil yg ada persis di dekat mrk. Kalau di sekitarnya perempuan, bisa jadi reaksinya duduk, panik, dan teriak-teriak.
3. Kejadian jatuhnya Neda tampak tidak alami, dia tidak terbanting jatuh krn ditembak, tapi dibaringkan oleh lelaki di sebelahnya, bahkan terlihat sempat bertelekan pada siku (biar jatuhnya ga sakit-sakit amat, mungkin). Lalu, dia tidak terlihat mengerang kesakitan, matanya terbelalak (kayak mati mendadak, tapi kok bola mata sempat berputar-putar, dan tangan-kakinya masih sedikit bergerak?). Darah yang muncrat juga terlihat terlalu kental. Dia katanya ditembak di dada, tapi darah justru berceceran di bagian punggung (dan belakang kepala). Terlalu sinetron…
4. Neda bukan “orang yang tak sengaja berada di lokasi” seperti yg banyak diberitakan. Soalnya, sebelumnya, dia berada di kerumunan massa, videonya dirilis belakangan.
5. Lokasi tertembaknya Neda bagi saya, sangat familiar, yaitu di sebuah alley/gang perumahan di Teheran, khas sekali. Itupun bukan di ujung alley, yg lebih dekat kejalan besar, tapi sudah ke ujung yg satu lagi, artinya sudah jauh dari jalan besar. Yang aneh, kok bisa tertembaknya di situ? Buat apa ada penembak gelap yg mengejar-ngejar Neda ke situ? Harusnya di kalaupun ada penembakan gelap, ya di lokasi demo, dimana Neda sblmnya berada, bukan di sebuah alley yg menyulitkan si penembak utk melarikan diri.
6. Neda katanya pergi dgn “guru musik” (org itu di video yg pake baju loreng biru). Wah, dia terlihat sudah cukup umur/bukan pemuda lagi. Org yg mengerti kultur Iran akan menaikkan alis, “Apa? Neda pergi dg guru musiknya?Lelaki tua itu?” Pdhl konon Neda sudah punya tunangan pula. Laki-laki Iran umumnya cemburuan. Sudah punya tunangan jalan-jalan dgn lelaki lain?! Oh iya.. siapa tahu guru musiknya itu Bapaknya si tunangan..bisa jadi.. (novel banget gak seh?!)
7. Penembak diklaim “Basij” (tentara sukarelawan) tanpa ada bukti (di video itu juga tak terlihat ada Basij). They all just said “Basij did it” lalu diulang-ulang ke seluruh dunia. Katanya ‘penembak gelap’, artinya tak ketauan siapa orgnya. Kok tiba-tiba diklaim Basij? Pengkambinghitaman terhadap Basij sudah sedemikian meluas, pokoknya kalau ada yg mukul-mukul, pakai baju preman, pasti Basij. Kita di Indonesia sangat kenal sama yg namanya ‘provokator’ dalam aksi2 kerusuhan, dan provokator tdk bisa otomatis dinisbatkan pada aparat keamanan kan?
Catatan:
1. Neda lalu disebut-sebut sebagai pahlawan. Lalu bagaimana dgn 400 polisi Iran yg terluka diserang para demonstran? Bgmn dgn 2 orang yg luka/syahid di mesjid Lulagar di kawasan Navvab, yg dibakar oleh perusuh? Bgmn dgn para peziarah di Imam Khomeini Shrine yg luka/syahid kena bom bunuh diri? Bgmn dengan seorang Basij yang syahid dibunuh perusuh pada hari Sabtu 20 Juni? Mengapa yg disebut pahlawan bila yg tewas dari oposisi, sementara korban tewas di pihak lain tdk disebut pahlawan?
2. Topik kecurangan pemilu Iran sekarang sudah bergeser kepada topik kekerasan yang terjadi. Koor media dunia (termasuk Indonesia) kini beralih pada kekerasan di Iran. Pertanyaannya, apa yang seharusnya dilakukan para polisi Iran bila ada aksi kerusuhan massa yang membakar mobil, merusak gedung-gedung, membakar masjid…? Diam sajakah? Apa yg harus dilakukan polisi Iran ketika para perusuh melempari dan memukuli mereka? Diam sajakah? Ada ribuan pengaduan yg masuk ke kantor polisi dari masyarakat, mengadukan kerugian yg mereka alami akibat kelakuan para perusuh. Apa yg harus dilakukan polisi Iran? Diam sajakah?
3. Tak ada data bahwa korban tewas dalam aksi-aksi kerusuhan itu adalah akibat tembakan polisi (kalau ada, pasti sudah jadi headline di seluruh dunia). Kepala Kepolisian Iran juga sudah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa aparat polisi tidak diperkenankan menggunakan peluru dalam menangani aksi kerususahn.
Artinya, sama sekali tidak diketahui siapa yg melakukan pembunuhan. Jadi, cara gampangnya adalah: lemparkan tuduhan kepada Basij (tentara sukarela). Kalau melemparkan tuduhan kepada Basij dianggap sah, mengapa tidak bisa melemparkan tuduhan juga pada provokator (=perusuh yg memang ingin ada yg mati, supaya jadi berita)?
4. Seandainya Neda ada, mudah2an dia syahid. Tapi bila dia fiktif, patut diingat, adanya tokoh fiktif dalam upaya men-demonize sebuah rezim, sblmnya juga sudah pernah terjadi, misalnya kasus buku best seller “Burned Alive”. Souad (penulis buku) yg katanya korban sistem sosial di Palestina yg merendahkan perempuan (mnrt buku itu di Palestina perempuan boleh2 aja dibunuh demi menyelamatkan nama baik keluarga), disinyalir fiktif (baca di sini).
-Dina Y. Sulaeman-
Updated:
Ini fakta tambahan dari Alireza Alatas, wartawan Indonesia di Iran:
1. Beritanya: Neda tewas , hari Sabtu di tangan Basij.
-Peristiwa penembakan Neda disebut-sebut terjadi di jalan Amir Abad Shumali (Amir Abad Utara). Padahal hr Sabtu di sana tidak ada gejolak. Saat itu, gejolak terjadi di jalan Azadi. (jaraknya kedua jalan ini jauh banget loh-Dina)
-Basij adalah pasukan relawan yang bisa disetarakan dengan hansip
di Indonesia, bahkan statusnya tetap sebagai warga sipil bukan tentara atau polisi. Untuk itu, mereka tidak dilengkapi dengan senjata api.
Dengan demikian, tudingan pada Basij tidak lah benar dan berkesan dipaksakan.
-Jika diperhatikan lagi, saat Neda tewas, sekitar bukan malah menolong tapi malah sibuk memotret dan merekam kejadian. Ini juga mengindikasikan adanya konspirasi di balik itu.
-Setelah Neda tewas, tersebar sms yang isinya mengundang upacara tahlil (istilah Iran; Al-Fatehah) di masjid Jalan Beheshti. Saya sempat mencari masjid di sepanjang Jalan Beheshti, tapi yang ada sebuah huseiniyah kecil sepadan dengan mushala di Indonesia. Itupun tidak ada keramaian di sana.
Update lagi dari Alireza di Tehran (dimuat di FB):
Neda Agha Soltan adalah sosok kontroverasial karena kematiannya yang mengundang pertanyaan besar. Kematian Neda tiba-tiba menjadi santapan media-media Barat untuk menyudutkan Republik Islam Iran dalam kerusuhan beberapa hari terakhir ini. Kronologi kematian Neda, kemarin malam ditayangkan televisi nasional Iran yang melibatkan kesaksian seorang supir dan guru musik Neda.
Kronologi Kematian Neda;
Seorang sopir taksi yang mengangkut Neda di tempat kejadian, mengatakan, “Hari Sabtu, tepatnya pukul 19:20, saya tengah melewati jalan Salehi ke arah atas. Di depan gang Khasravi, saya dikejutkan pada kerumunan warga. Saat melewati kerumunan tersebut, saya melihat seorang perempuan terlentang di atas jalan. Dari mulutnya dan hidungnya keluar darah. Saat itu, tidak ada pilihan lain bagi saya, kecuali turun dari mobil dan menaikkan perempuan malang tersebut ke atas mobil. Saya segera mengarahkan mobil ke arah rumah sakit. Ternyata, gang setelahnya adalah gang buntu. Satu-satunya jalan yang harus di tempuh adalah menurunkan perempuan tersebut dan menaikkan mobil lain untuk lebih cepat menuju rumah sakit.
Saksi lain adalah Guru musik Neda. Jika memperhatikan rekaman video kematian Neda, anda menyaksikan di dalam rekaman video tersebut seorang tua yang rambutnya sudah putih. Dia adalah guru musik Neda. Dalam kesaksiannya, guru musik Neda mengatakan, “Saat kejadian, ada sebuah mobil peugeot yang kemudian mengangkat Neda. Setelah itu, saya baru mengetahui bahwa pemilik mobil peugeot bernama Pouya.”
Kematian Neda sangat disesalkan. Namun penyelidikan lebih jauh kasus ini mengundang kesangsian tersendiri atas kematian tersebut. Ada beberapa poin yang meragukan;
1. Rekaman video kematian Neda yang dipublikasikan media-media Barat menunjukkan bahwa Neda sudah disorot sejak lama. Sebab, rekaman video yang menayangkan Neda sebelum kematian adalah gambar 45 menit sebelum kejadian. Bisa jadi, hal itu bersifat kebetulan saja. Namun tempat kejadian yang jauh dari tempat kerusuhan yang saat itu terjadi di Jalan Azadi dan minimal adanya dua handycam yang merekam kejadian tersebut menunjukkan skenario di balik kejadian tersebut.
2. Tempat kematian Neda jauh dari tempat kerusuhan. Namun Basij dan polisi yang merupakan pihak tertuding dalam kasus kematian Neda, sudah semestinya ditempatkan di tempat kerusuhan, bukan wilayah yang jauh dari kerusuhan. Terkait hal ini, guru musik Neda sambil menunjuk tempat kejadian, mengatakan, “Ini adalah tempat warga berkerumun saat itu. Saat itu, tidak ada demonstrasi di sini. Kami menyeberang dari samping jalan untuk naik mobil. Ketika sampai di belokan jalan, terdengar suara tembakan…”
3. Berdasarkan laporan hasil forensik, peluru yang ditembakkan ke Neda sejenis kaliber kecil dari sebuah pistol, yang ditembakkan dari jarak dekat saat Neda berjalan kaki. Masalah ini tentunya menjadi perhatian tersendiri karena polisi dan Basij tidak menggunakan pistol dalam menghadapi para perusuh. Lebih lanjut guru musik Neda mengatakan, “Suara tembakan peluru yang dimuntahkan mirip suara petasan….” Lebih dari itu, sopir taksi juga memberikan kesaksian bahwa saat keajdian, pihaknya tak melihat basij dan polisi di sekitar. Guru musik Neda juga mengatakan, “Saat itu, tidak ada konflik senjata, yakni tidak ada aparat keamanan yang bersiaga di wilayah tersebut. Di sana hanya ada sejumlah warga saat suara peluru terdengar yang kemudian mengenai Neda.”
Mempertimbangkan poin-poin diatas, dapat disimpulkan bahwa kematian Neda adalah skenario yang sengaja dibuat untuk memperkeruh suasana di Iran.
Alireza Alatas, Tehran
- Share this:
-
24 Responses to Tentang Neda dan Kekerasan di Iran
-
kalau sudah bicara tentang pers apalagi pers barat, semua fakta bisa di bolak balik sih.
Yang konyol pers Indonesia yang katanya bebas tapi tetap saja cuma bisa meng-cut paste berita-berita CNN dll , belum bisa jadi pers yang cerdas-
Iya Un, kemarin sore tuh,pemberitaan Metro TV, keliatan banget provokatifnya.. video Neda masih sangat debatable keasliannya, mengapa Metro sbg tivi bonafid menayangkannya? Bahkan sengaja merangkainya dgn video2 lain, sehingga seolah2 kejadian penembakan Neda di kerumunan demonstran, padahal, di sebuah gang sepi… Di akhir tayangan, Tomi Cokro mengatakan (dan ada caption pula di video itu), “Neda telah gugur menjadi pahlawan…”
-
- Aida
Luka tembk dileher ditekan krn darah muncrat. Lumrah jg sih krn reaksi spontan org bingung. Tp kalo ada tim CSI pasti kebongkar. Dr peluru siapa. Arah tembak. Dll
-
hm.. yah, setiap org yg melihat video itu pasti punya pendapat masing2..
-
yang bikin terlihat palsu adalah: darah mengalir di atas hidung. tapi engga ada darah di sekitar leher dan kerongkongan. aneh yah.
dah gitu banyak banget yang cuma motret aja ketimbang nolong. terbukti. rekaman FOTO adayang dari sisi kanan dan kiri.
-
-
CSI..!
Kalau ngeliat link foto-foto dari kak Aida yang ada di Time, bahkan ada foto makam dengan nama Neda Agha-Sultan, mungkin aja benar. Tapi nggak kenapa kan?
Deket makam Imam aja di bom!
-
-
prihatin dengan perkembangan di Iran dan cara media Barat memberitakan Iran … Tapi kebenaran tak pernah tersembunyi, kebesaran Allah Swt yang akan menunjukkannya, siapa penjahat sebenarnya, entah itu di dunia atau nanti di akhirat …
-
Setuju, kebenaran pasti akan terungkap, cepat atau lambat!
-
-
Ya Allah… lindungilah hamba-hambaMu dari orang-orang yang mencoba menghancurkan negara muslim… amin…amin…amin…. ya rabbal a’lamiiin….
- momon-e hakim
ini saya copas dari pendapat yang saya kirim ke milist, maaf panjang
Makasi untuk kupasan yang tajam, lama-lama saya makin gerah sama media2 yang provokatif itu. Seteah gagal menggiring opini masa dunia pada “kecurangan pemilu”, sekarang ganti topik “kekerasan” di Iran
Tapi saya yakin, kali ini pun mereka akan gagal.
Terus terang, meskipun saya belum punya data2 banyak soal kasus Neda, tapi ada beberapa catatan yang perlu diingat:
1. Secara umum, psikologis masayarakat Iran tuh sangat hati-hati pada perempuan, baik karena alasan menghargai atau karena takut. Banyak lah contoh keseharian, misalnya k’lo ngurus2 berkas ke sebuah lembaga, perempuan lebih mendapat prioritas. Atau misal lain, lelaki di sini mikir 1000 kali untuk memiliki istri dua (ini sekedar contoh aja, jangan disikapi secara teologis).
Kalau membandingkan isi video itu, tentu terasa sangat aneh, bagaimana mungkin polisi itu berani melakukan kekerasan kepada perempuan sedemikian rupa. Apa dia sudah siap dikutuk perempuan seantero Iran?
Ada bukti pembanding lain, sebuah video yang menggambarkan para preman sedang mengroyok seorang basij. Seorang ibu secara spontan menghalangi dan melindungi pemuda itu, lalu para preman mundur dan mengurungkan niatnya.
Bisa dibayangkan…! Para preman yang biasanya cukup nekad aja, gak berani berhadapan dengan perempuan. Apalagi, seorang polisi yang jelas hitungan moral kasarnya lebih baik dari preman, iya gak?
Apalagi kalau nonton film ‘Del Shekaste’ Tokoh perempuan mewakili sosok Neda dan Tokoh lelaki mewakili seorang basij sejati. Dalam film itu, digambarkan sosok lelaki sangat ‘geram’ dengan opini2 yang dibuat tokoh perempuan. Tapi, pada keseharian dia tetap menghormati. Bukankah sebuah film merefleksikan budaya masyarakat setempat?
2. Kalau kita lihat lebih jauh lagi, motivasi kehadiran banyak aparat karena permintaan masyarakat yang menginginkan kondisi jalanan pulih seperti biasanya. Mereka bener2 terganggu dengan aksi2 jalanan yang berlangsung (ada lebih dari 1000 pengaduan ). Kalau aparat membuat kasus semacam itu, apa malah tidak meresahkan masyarakat.
3. Saya selalu ngikutin juga situs2 dan koran2 yang pro dengan oposisi seperti Etemod, tapi untuk kasus Neda ini, sedikitpun tidak saya temui. Padahal biasanya kasus kecil saja sudah dibesar2kan. Saya juga iseng2 investigasi masyarakat sekitar, mereka memang menyebutkan ada korban dari dua kubu tapi tidak tahu nama Neda. Kalau memang kasus itu terjadi seperti yang digambarkan dalam video, seharusnya masyarakat akan mengingat kuat. Seperti dulu kasus penembakan mahasiswa trisakti.
3. Katakan peristiwa Neda benar2 terjadi. Jelas kasus yang ditayangkan dalam video itu sudah direkayasa. Kepentingannya apa? kembali untuk menyudutkan Iran. Andai saja media2 itu mau intropeksi, ribuan kasus kekerasan pada perempuan dan anak terjadi di Palestina, Irak, Afganistan… oleh tentara Amerika sampai detik ini, mengapa mereka seperti amnesia dengan berita2 itu?
-
Mba dina, makasih ya for sharing this info.
karena saya kebetulan ditempat dimana media CNN,ABC, FOx berkuasa, muak saya melihat dramatisasi kematian NEDA ini.hampir tiap hari video nya diputar, dan dijadikan simbol perjuangan, bahkan mereka juga ‘merekam’ pernyataan wanita2 lain mengenai ‘semangat’ Neda, membuat Avatar (hati yang luka atas kematian Neda), Blog, dll
Tapi disebut2 jg di media CNN, Paman Neda adalah mantan pejabat di era Shah.
Mohon izin untuk mem-fwd ini ke milis grup?
dengan refer ke Blog mba dina tentunya. -
Media Barat sudah pegang kendali dunia dari dulu. Mau bagaimana lagi?
Katanya dari kelompok “moderat” dan “reformis”, kebanyakan pendukung Mousavi itu orang kaya, pebisnis, “inteleknya” Tehran… Tapi kok anarkis banget ya
-
ya begitulah zionis dan barat berusaha menjatuhkan Iran. Labaika ya Husain
- Joni
Aku komentar poin 3 aja ya:
“3. Kejadian jatuhnya Neda tampak tidak alami, dia tidak terbanting jatuh krn ditembak, …”
Justru orang tewas ditembak tidak akan terpental seperti di film. Orang ditembak, jatuhnya memang seperti itu.
Ambil contoh peluru 7.62 mm (AK-47) energinya +/- 2000 joule (sama dengan mendorong Avanza di jalan datar 8 km/jam – ringan sekali).
Pertama-tama korban gak sadar telah ditembak. Korban ini jatuh karena lemas (darah keluar ke perikardium, gangguan sirkulasi oksigen ke tubuh).
Kalau jantung sudah kena, ga ada yang bisa dilakukan karena perdarahannya terlalu cepat (makanya eksekusi hukuman mati dilakukan dengan tembak jantung). Sepertinya paru-paru juga kena tuh. Begitu menghembuskan nafas langsung keluar darah.
-
Terimakasih atas tambahan infonya, saya tak bisa membantah atau mengiyakan, krn tak punya ilmu soal senjata.. I just watch the TV you know.. btw, info terbaru, adalagi yg bilang, Neda ditembak dari belakang menembus paru2.. semuanya serba simpang siur.. nah kalau ditembak dari belakang, jatuhnya juga ke belakang kah?
-
-
Pingback: Michael Jackson, Kematian dan Kebaikan « Awamologi (Blog Orang Awam)
- enny
asswrwb
mbak din…makasih info2nya yg banyakbangeth manfaatnya, saya nemunya setelah google ttg neda dan menemukan tulisan menarik dari mbak dina..mohon ijin forward tulisan ini, sekedar buat temen temen kantor yg heboh juga dgn neda..
dengan menampilkan alamat ini
http://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/24/tentang-neda-dan-kekerasan-di-iran/
jzklh kk
terima kasih apabila boleh-
silahkan.. btw, sudah ada update beritanya ..ditulis oleh Alireza jurnalis indonesia yg kerja di Teheran.. saya kopas di artikel ini. terimakasih
-
-
Terima kasih ulasannya.
Mantap banget, yang kayak gini nggak akan kita dapat dari CNN -
oh gtu…
tadi sih sempet baca tentang neda yang katanya pahlawan, trus coba googling, eh, nyampenya ke alamat ini, thanks yach…eia, mbak yang nulis pelangi di persia, yach…
saya pernah baca bukunya, maksih yach saya jadi tau tentang majusi-
@Etikush: betul, saya yg nulis Pelangi di Persia, terimakasih juga udah bersedia baca..:)
-
Gelombang Amarah Rakyat Terhadap Mir Husein Mousavi (Kayhan)
Selama ini berita dan analisis yang bertebaran di berbagai media massa dan blog bersumber dari Barat. Bagaimana kalau kita kali ini membaca apa yang tertulis dalam berita headline koran Kayhan (koran berbahasa Persia dg oplag terbesar di Iran) edisi kemarin?
Gelombang Amarah Rakyat Terhadap Mir Husein Mousavi
(Kayhan 24 Juni o9)
Puluhan orang tewas dan terluka, harta benda rakyat rusak dalam skala besar, kebakaran di mana-mana, dan rusaknya ratusan mobil pribadi masyarakat adalah di antara hasil dari aksi pelanggaran hukum dan keegoisan Mir Husein Mousavi [baca: Musawi] selama dua pekan terakhir ini. Mousavi, kandidat presiden dari kubu ekstrim dan aliansi kubu “Musharekat” (Kebersamaan), “Karguzaran” (Kaum Pekerja), dan “Mujahidin”, awalnya melangkahkan kaki ke dalam kancah persaingan pemilu kepresidenan ke-10 di bawah supremasi hukum.
Setelah kalah hampir 25 juta suara rakyat Iran, dia pun segera melupakan semua klaim-klaim dan slogan-slogannya sendiri terkait supremasi hukum dan memunculkan wajahnya yang asli; yang selama masa kampanye selalu ditutupinya dengan slogan-slogan penuh kemegahan.
Kandidat yang tegas mengklaim diri sebagai reformis itu, keesokan hari pasca pemilu 22 Khurdad (12 Juni) –tanpa memberikan bukti dan dokumen apapun dan dalam kondisi ketika lebih dari 40.000 wakilnya hadir di tempat-tempat pemungutan suara untuk mengawasi jalannya pemilu—menyerukan dibatalkannya 40 juta suara rakyat Iran [yang masuk ke kotak suara].
Dia bahkan tak puas dengan sekedar memberi seruan seperti ini, namun juga memberikan pernyatan-pernyataan yang tajam dan provokatif; yang disampaikannya secara terus-menerus: dia menyerukan agar pendukungnya bergabung dengan kelompok-kelompok illegal. Aksinya yang melanggar hukum ini berujung pada berkumpulnya massa tanpa izin di lapangan Azadi pada tanggal 25 Khurdad (15 Juni). Berkumpulnya massa secara illegal ini terjadi setelah sehari sebelumnya Mousavi sudah bertemu dengan Rahbar [Ayatullah Khamenei], dia sudah menyampaikan tuntutan dan keluhannya dan Rahbar juga telah mengatakan kepadanya bahwa cara untuk menindaklanjuti semua tuntutan itu hanya bisa dilalui melalui proses hukum.
Namun Mousavi tanpa menghiraukan anjuran yang mencerahkan dan logis itu, malah mengirim para pendukungnya untuk berkumpul secara illegal di Lapangan Azadi. Dia juga hadir di tengah massa dan memberikan orasi yang tajam dan provokatif melawan lembaga-lembaga hukum negera. Setelah orasi itu sejumlah perusuh dan pendukung ekstrim Mousavi menyerang masyarakat tak berdosa. Mereka merusak ratusan bis kota dan angkutan publik lainnya, membakar bank-bank, memecahkan kaca-kaca rumah, dan akhirnya, melakukan kejahatan di TK “Away-Baran” (Nyanyian Hujan).
Kejadian di TK itu diawali dengan serbuan para perusuh –seusai mendengar orasi Mousavi—ke markas Basij [tentara sukarela] yang terletak di awal jalan Muhammad Ali Jenah. Beberapa ibu dan kaum perempuan yang ada dekat lokasi itu ketakutan dan segera berlindung dalam TK tersebut. Para perusuh membakar TK itu, sehingga beberapa dari orang yang ada di dalam TK gugur syahid. Kejadian itu masih belum membuat puas para perusuh yang menggunakan penutup wajh berwarna hijau itu. Mereka melanjutkan serangan dengan membunuh dan melukai beberapa orang lain yang mereka temui di kawasan itu.
Menurut data resmi, Tragedi 25 Khurdad itu menewaskan minimalnya 7 orang tak berdosa, 36 luka, dan perusakan masif harta benda milik masyarakat. Lelaki pengklaim ‘supremasi hukum’ ini setelah tragedi ini tetap tak mau mematuhi hukum dan berkeras kepala untuk terus mengeluarkan pernyataan-pernyataan provokatif. Dia bahkan menyalahgunakan toleransi yang diberikan pemerintah Islam dan dengan cara menuduh pemerintah, dia sudah memutarbalikkan posisi: siapa yang menuduh, siapa yg menuntut [artinya: sebenarnya, yang berhak menuntut adalah pemerintah, karena Mousavi sudah memimpin kerusuhan; tapi Mousavi malah melemparkan tuduhan-tuduhan sehingga pemerintah yang diposisikan sebagi pihak yang dituntut].
Sikap yang patut disesalkan ini masih tetap dipertahankan Mousavi, bahkan setelah khutbah Rahbar yang penuh pencerahan, kasih sayang, dan nasehat. Para perusuh yang mendukungnya melancarkan kejahatan lagi di kawasan Tehran barat pada hari Sabtu 30 Khurdad (20 Juni). Para perusuh pada hari Sabtu malam, melakukan aksi perusakan di sepanjang jalan antara Engelab Square hingga Lapangan Azadi. Dalam kerusuhan yang dikomandoi orang-orang bersenjata itu, mereka merusak fasilitas publik umum dan harta benda pribadi masyarakat, merusak beberapa masjid, dan bahkan membakar masjid Lulagar di perempatan jalan Azerbaijan dan Navab. Beberapa pelaku sholat dalam aksi itu gugur syahid.
Aksi-aksi teror para perusuh yang membawa bahan peledak dan senjata api itu menewaskan 10 orang dan melukai 100 lainnya. Selain itu, beberapa jam sebelum terjadinya kerusuhan 30 Khurdad, seorang teroris telah memanfaatkan kekacauan situasi yang dibuat Mousavi. Dia berencana menaruh bom di Marqad Imam Khomeini [kompleks makam Imam Khomeini, di pinggiran Tehran, yang ramai diziarahi orang]. Namun atas kewaspadaan petugas keamanan, aksinya diketahui. Orang itu tidak berhasil masuk ke dalam Marqad Imam, lalu lari dan meledakkan bom yang dibawanya, sehingga selain menodai kesucian Marqad Imam, beberapa peziarah terluka, dan si teroris itu sendiri tewas.
Menyikapi semua tragedi berdarah ini, Mousavi tetap saja berkeras kepala dan duduk di ‘kursi penuntut’ dan dengan mengeluarkan Maklumat-nya yang ke-6, dia menyebut bahwa aksi-aksi kerusuhan itu adalah akibat ‘aspirasi rakyat yang dibungkam’ [oleh penguasa]. Dia bahkan dalam situs pribadinya menulis agar para korban yang menderita kerusakan/kerugian [akibat aksi demo] agar memberikan nomor telepon mereka; untuk dihubungi oleh tim Mousavi yang akan menindaklanjutinya secara hukum. Padahal sebagian besar korban jelas-jelas menyatakan bahwa Mousavi adalah dalang pelaku kejahatan dan tragedi yang terjadi selama dua pekan terakhir ini. Karena itu pula lebih dari 2000 surat pengaduan masyarakat dibuat oleh masyarakat kepada kepolisian.
Mousavi, mau tidak mau, harus mengakui bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kejahatan ini, antara lain terbunuhnya sekitar 20 warga tak berdosa, ratusan orang terluka, 200 bank terbakar, 200 mobil yang terbakar, 300 bangunan/fasilitas umum rusak. Sardar Radan, wakil komandan kepolisian Iran mengumumkan bahwa dalam kerusuhan selama 2 pekan terakhir, 400 anggota polisi terluka. Radan mengatakan, orang-orang yang mengundang rakyat untuk berkumpul dan melakukan aksi demo secara illegal, merekalah yang harus bertanggung jawab atas segala kerusakan yang terjadi.
Kejahatan yang menimbulkan kemarahan masyarakat terhadap Mir Husein Mousavi semakin hari semakin membesar. Mousavi tidak bisa hanya dengan dalih “pada kejadian itu [dirinya] sedang ikut rapat parlemen” berlepas diri dari kesedihan para korban, atau aksi kekanak-kanakan ‘penyalaan lilin’, dan melepaskan diri dari tanggung jawab atas tragedi yang telah terjadi. Dia harus memberikan jawaban atas pertanyaan ini: apakah jika bukan karena aksinya yang melanggar hukum, akan tercipta kondisi yang berujung pada semua kejahatan dan anarkisme ini?
Berita dan bukti-bukti yang terperinci telah menunjukkan bahwa di tengah-tengah para perusuh dalam beberapa hari terakhir ini, telah dibagi-bagikan uang dalam jumlah sangat besar dan sebagian orang telah diindentifkasi terlibat dalam mengorganisir para penjahat dan preman untuk menciptakan ketidakamanan di jalanan. Semua aksi ini terjadi di bawah persetujuan Mousavi; sejumlah signifikan dari mereka adalah anggota resmi tim pemilu Mousavi dan anggota kelompok reformis yang dekat dengan Mousavi.
Mousavi terus berusaha mencitrakan bawah semua kerusuhan ini dilakukan oleh rakyat; meski jumlah pelakunya hanya ribuan orang dan tidak melibatkan 13 juta suara yang memilih Mousavi dalam pemilu. Mereka tidak saja tidak ikut serta dalam kerusuhan itu, bahkan juga dengan berbagai cara (antara lain mengontak media-media massa) menyatakan diri tidak terlibat dalam aksi-aksi anarki tersebut. Argumen-argumen para ahli hukum terkait tanggung jawab hukum, sipil, dan politik Mousavi atas berbagai kejahatan yang terjadi beberapa waktu terakhir, bisa Anda baca dalam Kayhan edisi hari ini. *
(terjemahan dari bhs Persia oleh Dina Y. Sulaeman)
Kebohongan CNN-Reuters
Setelah BBC yang ketangkap basah berbohong dalam pemberitaannya mengenai Iran, kali ini CNN dan Reuters menyusul.
Rabu kemarin, CNN menurunkan berita “demonstrasi yang berakhir ricuh” di depan gedung parlemen Iran di Tehran. Formatnya wawancara via telpon antara seorang anchor di studio dan seorang perempuan peserta demonstrasi di Tehran. Perempuan sumber CNN menyebutkan waktu dan lokasi demonstrasi. Dia cerita kegawatan yang sedang terjadi. Keadaan sangat tidak aman, katanya. Dia bilang polisi dan Basij main kasar, memukuli demonstran, menembakkan gas air mata dan bahkan peluru tajam. Demonstran kocar-kacir, katanya, lari ke segala pejuru.
Dia bilang dia sekarang juga ikut lari, kabur naik taksi, menghindar kejaran Basij. Dia juga bilang kalau dia cemas beberapa temannya mungkin sudah mati kena tembak.
Wawancara live itu diakhiri dengan “doa” anchor CNN: be safe… be safe.
Dua hal yang tak disadari CNN dari berita itu:
1. Press TV merekam wawancara live itu dari awal sampai akhirnya.
2. Press TV punya rekaman menyangkut suasana di depan gedung parlemen dan jalan-jalan Tehran yg disebutkan oleh sumber CNN itu selama 24 jam hari yang sama.
Press TV mengolah dua hal itu dan menayangkannya hampir seharian kemarin.
Hasilnya: bom atom untuk CNN dan seluruh media mainstream Barat.
Format tayangannya sederhana: rekaman wawancara CNN diroll berbarengan Press TV meroll rekaman yang mereka dapatkan di lapangan. Nah, begitu sumber CNN bilang demonstrasi ricuh di depan gedung parlemen, Press TV memperlihatkan rekaman suasana pada waktu dan tempat yang sama. Ada demo. Tapi tak ada kericuhan.
Begitu sumber CNN cerita kalau orang-orang kabur ke segala arah untuk
menghindari kejaran Basij, Press TV meroll rekamanan suasana di jalan2 yang disebutkan pada waktu yang sama. Tak ada apa2. Tidak ada orang berlarian. Tidak ada Basij yang membawa pentungan mengejar2 orang, apalagi kalap menembak ke segala penjuru—seperti kelakuan tentara AS di Irak jika sedang panik.
Format ini berlanjut sampai siaran CNN terlihat seperti komedi hitam. Anchor Press TV mengakhiri liputan itu dengan sebaris pernyataan: Kini saya menantang CNN dan jaringan media Barat lain untuk tidak hanyut dalam reportase menghasut dan membuktikan kalau semua berita yang disiarkannya berasal dari sumber-sumber yang bisa dipercaya.
Masa monopoli media dan akses informasi telah berlalu. CNN punya sumber, Press TV punya sumber. CNN punya teknologi, Press TV punya teknologi. CNN punya logistik, Press punya logistik. Selamat datang di dunia bebas menopoli informasi.
Selain itu, Rabu kemarin, Aljazeera Arabic juga menghantam Reuters yang menyiarkan footage seputar “kerusuhan di depan gedung parlemen di Tehran”. Footage itu, dipajang di screen Al-Jazeera, memperlihatkan suasana chaos, ada asap tebal, orang panik berlarian di jalan.
Lalu anchor Al-Jazeera bilang: “Tapi koresponden kami di lapangan menyatakan tidak terjadi kerusuhan apapun di Tehran, khususnya di depan parlemen.”
(Ditulis oleh jurnalis Indonesia, Alfian Hamzah. FYI, Press TV bisa ditonton di Indonesia loh..pake parabola)
Link berita terkait:
Sumber
Artikel lain yg secara tajam mengulas betapa media Barat memang punya tujuan ‘mengacau’ Iran: ini.
Dan setelah semua kejadian kayak gini.. ketika wartawan2 CNN, BBC, Reuters itu diusir, mereka berteriak2, “Kebebasan pers diberangus di Iran!”
- Share this:
-
Filed under Uncategorized
9 Responses to Kebohongan CNN-Reuters
- fuad
memang dibutuhkan kejujuran,keberanian, dalam menghadapi media barat yg tidak berpihak kpd kebenaran, di indonesiapun kayaknya demikian, VOA sudah memiliki agen siaran di radio maupun TV.
- devie
hahahaha..*oops mingkem ah*
sakit perut melihat kebodohan mereka. sempit banget ya cara berfikir mereka, dikiranya semua orang bisa dibodohin kali ya..
ditunggu selalu ulasannya uni.. - Tri
Saya berdebar Iran dikeroyok AS cs pasca pilpres Iran. Thanks God, masih ada yg membela, dari rekan2 di Arab maupun di Indonesia.
Diberitakan Mousavi menolak berhenti demo, lalu pemerintah Iran menahan 70 profesor usai diskusi dgn Mousavi. Pemerintah Iran memang mesti kuat & tegas menghadapi gelombang protes dari kaum reformis yg ditunggangi kepentingan Barat.
Siapa lagi yg membela Palestina, Irak, Afganistan, Pakistan ? Hanya tinggal Iran & Suriah yg belum disetir Barat. Indonesia ? Ngeliat panggung deklarasi capres SBY-Budiono yg dibikin oleh Fox Indonesia sangat kental nuansa Obama.
Smoga Iran bisa segera melewati krisis politik ini dengan baik dengan doa & bantuan kita di dunia maya ( kita bisa jadi ‘PR’ utk teman2 kita yg belum paham ). Amin.
Hidup Ahmadinejad ! - Nomad
Dengan kebohongan 2x (fitnah) media barat ttg Iran, sepertimya hadis 2x Rasulullah SAW di bawah ini dpt ditafsirkan bhw Dajjal ternyata adl media barat yg suka memfitnah dan akan muncul di suatu daerah di Iran, betulkah ? Kita lihat saja nanti .
Diriwayatkan dari Abubakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami.
“Artinya : Dajjal akan keluar dari bumi ini di bagian timur yang bernama Khurasan. ” [Jami' Tirmidzi dengan Syarahnya Tuhfatul Ahwadzi, Bab Maa Saa-a min Aina Yakhruju Ad-Dajjal 6: 495.Dari Anas Radhiyalahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Dajjal akan keluar dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan bersama tujuh puluh ribu orang Ashbahan. " [Al-Fathur Rabbani Tartib Musnad Ahmad 24: 73. Ibnu Hajar berkata, "Shahih. " Periksa: Fathul-Bari 13: 328). Ibnu Hajar berkata, "Adapun mengenai tempat dari mana ia keluar? Maka secara pasti ia akan keluar dari kawasan timur. " (Fathul-Bari 13: 91)]Ibnu Katsir berkata, “Maka Dajjal akan mulai muncul dari Ashbahan, dari suatu kampung yang bernama Al- Yahudiyyah. ” [An-Nihayah fil Fitan wal Ma-lahim 1: 128 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]
- Renanta Adiyasa
Walaupun saya mengetahuinya agak terlambat, namun saya tetap merasakan betapa besar manfaatnya atas pelurusan berita seperti ini. Untuk itu, kepada Press TV dan siapa saja yang menyebarkan berita ini saya mengucapkan banyak terimakasih dan jangan bosan2 ya untuk terus meluruskan berita2 fitnah yang sering dilakukan oleh BBC, CNN dan konco2nya. Sekali lagi, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya……
Iran di Mata Seorang Wartawan Indonesia
Di sebuah milis, saya berdebat dengan seorang wartawan. Sebut saja namanya Mr X. Perdebatan ini saya rasa menarik juga ditaruh di blog ini karena meski Mr.X seorang wartawan, argumennya sangat sederhana, dan sangat mungkin banyak orang punya pertanyaan yang sama dgn Mr.X.
Mr.X:
“Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil. Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran. Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media?? Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.”
Saya menjawabnya kalimat per kalimat sbb (dan sengaja menggunakan sumber2 Barat sendiri, supaya lebih bisa dipercaya oleh sebagian kalangan yg memang western-minded):
1> Mr X:
Tapi sayangnya Ahmadinejad dan aparat keamanan Iran mengotori
hasil pemilu dengan pembunuhan dan pemberangusan hak2 sipil.
Dina:
Pembunuhan di Tehran dilakukan oleh “unidentified gunman” (media2 Barat pun memakai kata ini).. lalu kenapa tiba2 Anda menuduh mereka itu orgnya Ahmadinejad? Wartawan macam apa Anda?
2> Mr X:
Hanya kurang dari seminggu sejak demonstrasi dan ketidakmpuasan sebagian rakyat Iran meletus, sudah 17 (sumber lain menyebut 19) rakyat pemrotes terbunuh di jalanan kota Tehran.
Dina:
17 atau 19 yang tewas itu, Anda tau siapa saja mereka? 8 org di antaranya anggota Basij (tentara sukarela), 2 org syahid di mesjid Lulagar, beberapa ibu dan anak di TK Awa-y Baran (mesjid dan TK itu dibakar para peserta demo dukung Musavi). Apa ini salah Ahmadinejad juga? Kalau Anda jawab ya, I have nothing more to say… Gaya Anda persis seperti gaya NY Times (apa itu..baca aja sendiri di sini )
3>Mr X:
Kalau masalahnya hanya sengketa pemilu dan pemerintah Iran yakin benar tidak ada kecurangan atau politicking, kenapa harus membunuhi rakyatnya sendiri dan membungkam media??
Dina:
Anda tu wartawan, baca nggak sih, kronologi kejadiannya? Kalau wartawan gak tau kronologi suatu peristiwa, lalu nulis, bisa kebayang seperti apa kualitasnya.
Saya ulangi lagi ya, kronologinya begini:
Dua jam setelah hasil pemilu kedua (tiap satu jam ada update hasil pemilu… nah, setelah update ke dua kalinya), Mousavi langsung gelar konferensi pers, menyatakan ada kecurangan, dirinya menang 54%, dan menyerukan esok hari pendukungnya turun ke jalan.
Kata James Corbett, Mir-Houssein Mousavi declares victory hours before the polls close, insuring that any result to the contrary will be called into question. (Ngerti English kan?) Kata Thierry Meyssan, sblm penghitungan selesai, SMS gelap sudah tersebarluas, isinya “Mousavi dinyatakan Menang oleh KPU”. Langkah ini dilakukan utk mempersiapkan publik agar mau terima tuduhan kecurangan yg dilemparkan Mousavi jika ia kalah. Bahkan, tulis Meyssan: However, three days earlier, M. Mousavi and his friends were considering a massive victory of M. Ahmadinejad as certain and were trying to explain it by unbalanced campaigns. (terjemahin sendiri dweh)
FYI, ini link-nya:
Tulisan Meyssan
Tulisan James Corbett
4>Mr X:
Jumlah yang ditangkap, ditahan, disiksa mencapai ratusan
orang lebih, banyak dari pada jumlah wartawan asing yang konon 400-an.
Dina:
-Ditangkap dan ditahan ratusan orang, ya. Itupun terjadi setelah sepekan pendemo merusak kota, sudah dibaik-baikin malah tambah beringas (kalau Anda menonton Al Alam—ngerti bahasa Arab kan?—Anda bisa lihat gambar/video betapa beringasnya para demonstran pro Mousavi dan betapa mazlumnya polisi Iran)
-Disiksa? Dari mana Anda dapatkan faktanya? Another lie!
-Anda pakai ‘konon’, artinya, sama sekali tak valid
-Pernyataan resmi dari pemerintah Iran: hanya BBC, CNN, Reuters, dan Al Arabiya yg diusir, dan sampai saat ini 170 wartawan asing masih bertugas di Iran. Anda mau pake argumen: pemerintah Iran bohong? Klise!
Saya akhiri dengan mengutip kata2 Paul Craig Roberts:
“President Obama called on the Iranian government to allow protesters to control the streets in Tehran. Would Obama or any US president allow protesters to control the streets in Washington , D.C. ? “
Sebagai penutup, ini deskripsi dari seorang bernama MK dalam menilai gaya media Barat dalam meliput Iran:
(1) bila kerja jurnalistikmu dilarang, berdustalah;
(2) bila ga ada sumber, bikin sumber2 sendiri;
(3) bila sumbernya bicara sesuatu yg tak kau sukai, pakai yg kau sukai
dan buang selebihnya;
(4) pakailah sumber apa saja (youtube, twitter, sms gelap,
surat kaleng) untuk membuat berita (baca: gosip2 murahan);
(5) diktatorkan pihak2 selain pihak yg kau bela, sehingga kau punya legitimasi moral untuk tak melakukan cover all sides bahkan berhak mendemonisasi mereka habis2an;
(6) bila dusta2 lama pelan2 terkuak, ciptakan sebanyak mungkin dusta2 baru biar publik lupa dengan yg lama2 dan tak benar2 tuntas memverifikasi/memfalsifikasi;
(7) bila ada korban2 demonisasi yg membela diri, babat dengan tuduhan bahwa mereka terlalu paranoid, konspiratoris dan sebagainya.
Mudah2an wartawan dan media2 di Indonesia tidak mau jadi perpanjangan mulut Barat (dalam kasus apapun, tidak hanya tentang Iran), dan mau memberitakan segala sesuatu secara adil, bernurani, dan jujur.
18 Responses to Iran di Mata Seorang Wartawan Indonesia
- Riana
@ Mr X: orang oon gitu jadi wartawan..
@mbak Dina: thanks pencerahannya. update terus mbak informasinya.
-
@mba dina: “Mudah2an wartawan dan media2 di Indonesia tidak mau jadi perpanjangan mulut Barat (dalam kasus apapun, tidak hanya tentang Iran), dan mau memberitakan segala sesuatu secara adil, bernurani, dan jujur”.
waah…kayanya menurut aku sih berat mba, la wong kebanyakan wartawan media kita udah di diklat ala/di medianya barat
- Ivan
Wah, kalo gitu si Mr X itu WTS mba (Wartawan Tanpa Surat kabar), jangan jangan dia ngga sekolah wartawan, tapi sekolah intel Barat.
- GANDUNG
Salam kenal mbak Dina,
Berita-berita disini bisa menjadi penyeimbang.
The truth can’t be denied. Teruskan perjuangan mbak Dina….!! - bob
mau dok wartawan Mr X itu..
apakah dia mustafa abd rahman kah…
wartawan kompas…itu ? -
lho… wartawan pake “konon”?? untung bukan pas nyampein berita
-
mba dina teruskan perjuangan anda melawan berita2 yang menyesatkan….cayo…cayo!
-
-
@beberin: salam kenal juga.. saya skrg statusnya mantan jurnalis:)
-
-
Tulisan saya ini yag saya copy dari blog juga, mungkin tidak bisa dijadikan dasar menilai tentang Iran, tapi mungkin sebagai gambaran sedikit saja tentang profil Ahmadinejad. Pria keturunan Yahudi yang sudah menjadi Muslim.
-
Tulisan saya ini yang saya copy dari blog juga, mungkin tidak bisa dijadikan dasar menilai tentang Iran, tapi mungkin sebagai gambaran sedikit saja tentang profil Ahmadinejad. Pria keturunan Yahudi yang sudah menjadi Muslim.
- abdul aziz taba
mestinya mbak sebut saja siapa wartawan itu dan media tempat dia kerja sebagai jurnalis.
saya memang curiga dengan media2 barat yang selalu saja hanya ingin memojokkan orang atau negara muslim dan atau yang tidak seide dengan mereka.
pernah juga tuh salah satu media barat kalau tidak salah CNN yang ketahuan bohongnya memberitakan masalah Iran. salam kenal buat mbak.
Ahmadinejad membangun dialog tanpa opsi perang
Dalam sidang tahunan yang diselenggarakan PBB, peran Ahmadinejad memang agak rumit dan dramatis. Hampir di setiap pidatonya, selalu mengandung unsur-unsur yang seolah-olah mencerminkan kadar kebencian akut dalam dirinya. Banyak yang mengatakan bahwa Ahmadinejad menderita “kelainan yang tidak lazim”, tetapi inilah cirri dari seorang pemimpin. Kelainan yang tidak lazim ini adalah obsesinya membentuk tatanan dunia yang bebas dari tekanan dan ancaman perang oleh pihak manapun kepada pihak manapun. Sementara satu sisi kita saksikan, kenyataan alur dunia ini terjadi dari satu perang ke perang berikutnya. Kelompok perang maniak, yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Israil terutama, menjadikan perang sebagai agenda yang sudah “dilazimkan” dan diusahakan untuk terjadi setiap tahun, sehingga menjadi kegiatan tahunan beberapa negara. Jika tidak dilaksanakan agenda itu, maka itu hanya “belum” bukan “tidak”. Kondisi mencekam ini, merupakan tirani modern yang menempatkan situasi dunia ini menjadi terancam bagi yang tidak sejajar dengan kepentingan Amerika Serikat dan Israil.
Sudah banyak bukti menunjukkan bahwa peran AS dalam melumat negara-negara yang tidak sepaham dengan ideologi politiknya akan tumbang dan porak-poranda. Hanya ada dua alasan jika AS tidak melaksanakan agenda perangnya;
- Amerika tidak akan menang dan
- Amerika belum siap, baik secara militer maupun finansialnya.
Jadi, ketika perang tidak jadi dilakukan oleh AS, maka pertimbangannya bukan alasan kemanusiaan dan dalam upaya membangun kehidupan yang aman dan damai serta adil bagi semua negara, tetapi karena alasan adanya kemungkinan kekalahan di medan tempur atau kurangnya dana yang mendukung realisasi agenda tersebut.
Bagi Ahmadinejad, Amerika Serikat merupakan figur yang mengupayakan dunia ini dalam genggamanya dengan melalui cara perang dan ancaman. Tetapi Ahmadnejad justru sebaliknya bahwa dunia ini bisa menjadi damai dan adil tanpa harus berperang. Dalam sebuah ceramahnya, Ahmadinejad menyampaikan 5 usulan damai dalam menyelesaikan beberapa kondisi kronis masa kini:
1. PBB membentuk tim pencari fakta independen agar di masa depan tidak ada yang melarang orang lain berbicara dan berpendapat tentang masalah ini (insiden 11 September 2001).
2. Kembalinya para pengungsi Palestina ke tanah airnya dan penerapan referendum seluruh rakyat Palestina guna menentukan kedaulatan dan bentuk pemerintahannya.
3. Tahun 2011 hendaknya ditentukan sebagai tahun pelucutan senjata nuklir dan mengukuhkan ‘Energi Nuklir untuk Semua dan Senjata Nuklir Tidak untuk Siapapun’.
4. Selama setahun diadakan sidang istimewa dan Majelis Umum PBB hendaknya mengambil langkah-langkah demi mereformasi dan menyempurnakan struktur PBB.
5. Demi terciptanya dialog membangun, hendaknya setiap tahun diadakan debat bebas di ruang sidang Majelis Umum PBB.
Dari kelima usulan di atas, tidak ada satupun tersirat maupun tersurat, bahwa ada indikasi bahwa Ahmadinejad mempertimbangkan aksi militer dalam menyelesaikan persoalan bersama dunia ini.
Bahkan dalam nomor 3, disebutkan bahwa senjata nuklir harus dimusnahkan di seluruh muka bumi.
Lebih jauh peran Ahmadinejad membangun kesamaan derajat di antara semua bangsa-bangsa di dunia ini, pada nomor ke 5 disampaikan perlu adanya dialog bebas dalam sidang tahunan PBB, tentunya dalam penyelesaian masalah-masalah yang terjadi.
Menyimak 5 usulan tersebut, tidak ada opsi militer ataupun pilihan memulai perang dan mengerahkan peralatan untuk menyelesaikan kasus tertentu.
Di bawah ini beberapa link berisi Teks Lengkap Pidato Ahmadinejad:
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=25624&catid=26&Itemid=88
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=25634&catid=26&Itemid=88
Sumber:
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=25612&catid=26&Itemid=88
http://unik.kompasiana.com/2010/09/26/kisah-kesederhanaan-sang-presiden-mahmud-ahmadinejad/
Kritik untuk EraMuslim Lagi: Mengapa AS Menyerang Irak?
Selama ini berkali-kali saya menemukan analisis yang amburadul di Era Muslim bila sudah terkait dengan Iran. Namun karena banyak juga tulisan informatif lainnya di Era Muslim, saya tetap setia berkunjung ke situs ini. Sebenarnya saya berpikir, tak ada gunanya menghabiskan waktu untuk mengomentari analisis-analisis yang kacau itu; toh mereka sepertinya tak peduli. Tapi, sesekali memang ada yang sudah keterlaluan dan membuat saya benar-benar geregetan.
Tulisan di rubrik Liputan Khusus berjudul “Alasan Sebenarnya AS Menyerang Irak“ adalah contoh tulisan yang amburadulnya luar biasa dan berhasil membuat saya tidak tahan untuk tidak menulis. Terserah EraMuslim mau peduli atau tidak.
Alur logika tulisan yang ditulis oleh penulis berinisial ‘sa’ itu begini: AS menyerang Irak karena ingin mendudukkan Muqtada Sadr yang Syiah sebagai pemimpin Irak. Setelah Muqtada SAdr jadi pemimpin Irak, maka Irak akan diserahkan ke Iran.
Ini saja sudah kacau kan? Pertanyaan saya: trus, kalau diserahkan kepada Iran, mau diapakan oleh Iran? Membuat negara Iran Raya? Bukankah AS malah akan semakin terancam? Dalam tulisan itu memang tidak eksplisit dijawab, tapi bisa diambil kesimpulan logika ngawurnya: AS dan Iran itu bersekutu, mereka sama-sama ingin membasmi muslim Sunni di seluruh dunia.
Mari kita lihat argumennya, saya akan nukil dua di antaranya saja (yang dicetak miring adalah kalimat aslinya):
1. Amerika Serikat tidak menyerang Iraq untuk minyak. Kenyataannya mereka telah menghabiskan miliaran dolar untuk perang ini dan yang paling banter mereka dapatkan ketika keluar dari Iraq adalah untuk mendapatkan uang mereka kembali. Jadi minyak hanyalah sebagai kompensasi besar saja. Yang benar adalah bahwa sama seperti Israel yang menyerang Libanon untuk membuat Hizbullah terlihat seperti pahlawan, AS menyerang Iraq sebenarnya untuk membuat Muqtada al-Sadr sebagai pahlawan Iraq.
a. Israel menyerang Lebanon untuk membuat Hizbullah sebagai pahlawan?! Meskipun ini kalimat paling tidak logis sedunia, izinkan saya sedikit memberi bantahan: memangnya apa keuntungan Israel kalau Hizbullah jadi pahlawan? Kekalahan Israel dalam perang 33 Hari melawan Hizbullah jelas-jelas mempermalukan Israel yang selama ini menyandang mitos sebagai kekuatan militer terbesar di Timur Tengah. Bangsa Arab (bukan raja-rajanya, tapi rakyatnya) terselamatkan harga dirinya: akhirnya ada juga orang Arab yang berani dan sukses melawan Israel. Hamas malah semakin percaya diri untuk meneruskan perjuangannya.
Kalau mengikuti logika ngawur tulisan itu, mungkin inilah jawabannya: “Hizbullah dan Israel itu bersekutu ingin membasmi orang Sunni sedunia.”
b. Prof (em) James Petras dalam bukunya “The Power of Israel in USA”, memang menyatakan bahwa AS menyerang Irak bukan karena minyak, tetapi DEMI ISRAEL. Dulu, sebelum negara Israel berdiri tahun 1948, ada jalur pipa minyak dari Mosul (Irak) ke Haifa (kawasan yang kini menjadi bagian Israel). Lalu Saddam, yang memrotes berdirinya Israel, menutup pipa minyak itu. Saddam, terlepas dari berbagai kebengisannya terhadap warganya sendiri (terutama warga Syiah dan Kurdi), adalah penentang besar Israel. Setelah Saddam terguling, jalur pipa minyak Kirkuk-Mosuk-Haifa pun dengan lancar memasok minyak untuk Israel; Israel pun terlepas dari ketergantungan pada suplai minyak Rusia yang berharga mahal.
c. Argumen Prof Petras ini bersesuaian dengan fakta Israel-Gaza. Israel mendapat tekanan besar dari dunia karena terus menindas Gaza. Memangnya apa yang dikejar Israel dari Gaza? Mengapa Israel tidak keluar saja dari Gaza, toh dunia sudah mendukung two-states solution: Israel dibiarkan aman; asal Palestina juga dibiarkan memiliki Gaza dan Tepi Barat? Bila Palestina sudah dibiarkan aman dengan dua wilayah (Gaza-Tepi Barat), namun tetap melakukan perlawanan, sangat mungkin opini dunia berbalik menjadi mendukung Israel. Kenyataannya, blokade Gaza telah membuat Israel tersudut secara politik internasional; bahkan warga negara-negara Barat pun sudah menentang Israel, namun Israel tetap berkeras. Jawabannya: di laut lepas Gaza, ada sumber gas yang sangat besar (soal ini, insya Allah pekan depan saya tulis).
Jadi, kalau mengikuti analisis Prof Petras: it’s all about Israel. Aksi pemerintah AS yang seperti kehilangan akal sehat dengan terus menyerang Irak dan Afghanistan meski merugikan keuangan negara sesungguhnya adalah karena besarnya lobby Zionis (baca buku : Mearsheimer “The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy“) Lebih lagi, pemilik Big Oils (perusahaan-perusahaan minyak terbesar dunia) adalah orang-orang Zionis.
2. Collin Powell mengakui bahwa Iraq sama sekali tidak memili WMDs. Dan pertanyaan yang sebenarnya adalah, mengapa Amerika Serikat khawatir tentang senjata Kimia dan bom Hayati Iraq, ketika justru sebaliknya Iran telah lama diduga membuat bom nuklir? Tetapi pertanyaan sebenarnya adalah mengapa mereka tidak menyerang Iran sebelum Iraq? Padahal, menurut kabar entah darimana, Iran konon adalah musuh terbesar AS saat ini terbesar di Timur Tengah, dan sementara Saddam bekas sekutu AS. Tidak diragukan lagi bahwa Moqtada al-Sadr dimaksudkan untuk menjadi Nasrallah dari Iraq. Dengan kata lain, rencananya bahwa ia akan bangkit melawan AS, dan AS kemudian akan meninggalkan Iraq dengan tiba-tiba. Sadr kemudian akan dianggap sebagai pahlawan dan penyelamat Iraq, dan dengan perginya Saddam pergi, Sadr akan mengambil alih Irak dan akhirnya menyerahkannya kepada Iran.
Jadi, menurut logika ngawur penulis ‘sa’: karena AS tidak menyerang Iran, artinya AS itu berteman dengan Iran; bahkan membantu Iran untuk menguasai Irak dengan cara mengkondisikan agar Muqtada Sadr yang jadi pemimpin di Irak.
Seperti sudah dijelaskan di atas, AS menyerak Irak demi Israel. Saddam adalah musuh besar Israel, dan Israel berkepentingan dengan suplai minyak dari Kirkuk dan Mosul. Rencana penyerangan Irak dimulai jauh-jauh hari, dengan cara mengembargo Irak, yang menyebabkan Irak sangat lemah, bahkan 500.000 anak kecil tewas selama masa embargo karena sakit atau kelaparan (dan kata Madeleine Albright, Menlu AS saat itu: tewasnya 500.000 anak Irak itu ‘worthed’/setimpal dengan hasil yang hendak dicapai). Irak sudah benar-benar lemah pada tahun 2003, sehingga tentara AS awalnya memperkirakan perang hanya akan berlangsung sepekan saja.Namun prediksi ini salah, karena rakyat Irak (baik Sunni maupun Syiah) ternyata orang-orang Arab yang punya harga diri dan menolak diduduki AS, meskipun AS sudah ‘berjasa’ menggulingkan Saddam yang diktator.
Lalu bagaimana dengan perang antarmazhab yang sering diberitakan? Jangan jauh-jauh ke Irak: sejarah Indonesia juga penuh dengan adu domba yang dilakukan penjajah Belanda kan? Apa yang aneh bila AS mengadu-domba orang Irak supaya Irak semakin lemah dan bisa dikontrol? Yang aneh justru sebagian dari kita -orang luar- yang justru mendukung aksi AS dengan cara membela satu kaum tertentu dan memfitnah yang lain, sementara minyak Irak terus mengalir ke Haifa. []
Note: sungguh, bukan mau promosi buku, tapi berbagai jawaban fundamental dari ‘mengapa AS begini dan begitu’ sebenarnya sudah saya tuliskan di Obama Revealed. Tentu tidak mungkin saya mengcopy-paste isinya utk dipublikasikan di blog.
Perdebatan Tentang HAM
© Dina Y. Sulaeman
Agenda Keamanan Dunia yang Semakin Rumit
Setelah Perang Dingin, dunia menyaksikan berbagai perang domestik (perang yang terjadi di dalam suaru negara, bukan perang antar negara), seperti di Yugoslavia, Rwanda, Sudan. Selain itu, serangan 9/11 yang diikuti dengan invasi AS ke Irak dan Afganistan, serta berbagai aksi pengeboman seperti di Spanyol (2004) dan London (2005), telah membuat semakin kompleksnya agenda keamanan dunia. Ada pertanyaan besar dalam menyikapi berbagai konflik di dunia, yaitu, apakah seharusnya komunitas internasional berpegang teguh pada prinsip ‘kedaulatan negara’ dan ‘non-intervensi’, sehingga terpaksa berdiam diri bila melihat ada pelanggaran HAM di sebuah negara? Atau, sebaliknya, apakah komunitas internasional harus ikut bertanggung jawab membantu populasi yang mengalami pelanggaran HAM?
Jawaban pertanyaan ini seolah telah diberikan oleh PBB yang pada tahun 2005 menyetujui bahwa komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk melindungi (responsible to protect) populasi dari genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis, dan kejahatan melawan kemanusiaan.
The international community, through the United Nations, also has the responsibility to use appropriate diplomatic, humanitarian and other peaceful means, in accordance with Chapters VI and VIII of the Charter, to help protect populations from genocide, war crimes, ethnic cleansing and crimes against humanity. In this context, we are prepared to take collective action, in a timely and decisive manner, through the Security Council. [1]
Norma ‘tanggung jawab untuk melindungi’ ini bertentangan dengan norma lainnya yaitu ‘non intervensi’ yang telah menjadi tulang punggung hubungan internasional sejak abad ke-17. Mengomentari pertentangan norma ini, mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, menyatakan bahwa ‘Ide kedaulatan yang ketat dan traditional kini tidak bisa lagi memberikan keadilan bagi aspirasi rakyat di berbagai tempat untuk mendapatkan keadilan mendasar mereka.’[2]
Bila Sekjen PBB berpandangan demikian, tak heran bila kemudian AS dan Inggris dibiarkan untuk melancarkan serangan udara ke Kosovo in 1999, lalu melancarkan perang “Enduring Freedom” dan “Iraqi Freedom” di Afghanistan dan Iraq. Pada praktektnya intervensi terkait HAM sudah dilakukan oleh berbagai lembaga dunia tidak melulu dalam bentuk pengiriman pasukan. Segera telah berakhirnya Perang Dingin, Sekjen PBB saat itu, Boutros-Ghali segera mengeluarkan statemen bahwa demokrasi liberal perlu diterapkan di berbagai negara dunia karena akan membawa keberhasilan di bidang pembangunan, perlindungan HAM, dan perdamaian.
Untuk melaksanakan ide ini PBB pun segera melakukan program-program demokratisasi melalui lembaga-lembaganya, seperti UNDP dan High Commisioner for Human Rights. Bahkan lembaga-lembaga donor seperti IMF dan World Bank juga menetapkan syarat ‘good governance’ (dengan parameter demokrasi liberal) kepada negara-negara penerima hutang. Lembaga-lembaga lain yang juga melakukan program demokratisasi, pemberian dana bantuan, dan program perlindungan HAM dalam satu paket, adalah OSCE (Organization for Security and Cooperation in Europe), OAS (Organization of American States), dan USAID (United States Agency for International Development).
Isu intervensi demi penegakan demokrasi dan perlindungan HAM ini menimbulkan pertentangan pendapat di antara para pemikir HI. Sebagian pemikir, misalnya realis, menolak intervensi dalam bentuk ‘responsible to protect’ itu dengan alasan bahwa negara-negara besar akan melakukan intervensi bila ada keuntungan material dan keamanan yang dicapai. Dalam pandangan realis, negara adalah egois dan power seeking, karena itu justifikasi moral bagi norma ‘responsible to protect’ adalah omong kosong.
Pendukung utama norma responsible to protect adalah pemikir English School yang beraliran Solidaris. Nicholas Wheeler, adalah salah satu pemikir solidaris yang menyatakan bahwa intervensi kemanusiaan demi melindungi HAM populasi di berbagai negara adalah sebuah kewajiban solidaritas negara-negara sebagai anggota masyarakat internasional. Meskipun mengakui bahwa ada penyalahgunaan operasi intervensi kemanusiaan, Wheeler menyatakan bahwa hal itu bisa dicegah dengan memperketat izin bagi pelaksanaan intervensi tersebut.[3]
Minimalis vs Maksimalis
Di dalam tubuh English School ternyata terdapat pertentangan pendapat terkait HAM dan intervensi ini. Menurut Barry Buzan (2004:45), perdebatan ini bersumber dari pertanyaan fundamental, apakah hukum internasional harus berdasarkan natural law ataukah berdasarkan hukum positif.[4] Linklater dan Suganami (2006) menyatakan bahwa perdebatan pluralisme dan solidarisme pada awalnya terkait dengan dua interpretasi empirik tentang apakah ada solidaritas yang cukup, atau potensi solidaritas, untuk membuat implementasi hukum bisa berjalan dalam masayarakt internasional. Perdebatan ini kemudian berkembang menjadi dua kubu, kubu pluralis yang menginginkan tujuan minimal yaitu terciptanya keteraturan internasional dan berlanjutnya eksistensi negara-negara. Sementara kubu solidaris menginginkan tujuan yang lebih jauh lagi, yaitu perlindungan hak asasi manusia sedunia.
Perdebatan antara pluralis dan solidaris ini oleh Andrew Linklater (2006:8) diberi istilah minimalis dan advance. Penulis akan mengganti istilah advance dengan maksimalis. Pemikiran pluralis memiliki tujuan yang minimalis, yaitu terciptakan ketertiban internasional dengan membiarkan negara-negara memiliki budaya dan politik masing-masing. Sebaliknya, pemikiran solidaris memiliki tujuan yang maksimalis, yaitu memberikan perlindungan kepada setiap individu di dunia, tanpa menghiraukan batas-batas negara.
Dikotomi Pluralis-Solidaris dalam Memandang HAM
Secara umum bisa dikatakan bahwa meskipun pluralis dan solidaris berada di bawah payung yang sama, yaitu English School, tetapi kedua pemikiran ini memiliki kecenderungan yang berbeda. Pluralis lebih condong kepada realisme, sebaliknya solidaris lebih condong kepada Kantianisme (kosmopolitan).
Menurut Barry Buzan(2004:46), konsepsi pluralis sangat state-centric dan empiris. Atas dasar itu, pluralis mengasumsikan bahwa hukum internasional adalah hukum positif (yaitu, hukum yang dibuat oleh negara; bukan hukum alam/natural law). Mereka memandang bahwa negara adalah aktor yang paling dominan. Kedaulatan negara berarti negaralah yang paling berkuasa dalam hukum dan politik. Konsekuensi dari pemikiran ini adalah dunia harus membiarkan negara-negara dengan keunikan politik dan budaya masing-masing. Karena itu, komunitas internasional hanyalah mengurusi hal-hal yang terkait dengan keteraturan interasional di bawah anarkhi (international order under anarchy).
Konsekuensinya, komunitas internasional akan sangat terikat pada perjanjian saling pengakuan atas kedaulatan masing-masing negara, aturan diplomasi, dan norma ‘non-intervensi’. Pluralisme menekankan pentingnya ada institusi internasional yang berfungsi untuk melawan ancaman terjadinya ketidakteraturan yang akan diakibatkan oleh, misalnya, perang antara negara.
Atas dasar pemikiran seperti ini, jelaslah bahwa kaum pluralis tidak bisa menerima bila AS dan Inggris menyerbu Afghanistan dengan alasan ingin membebaskan rakyat Afghan dari rezim Taliban. Dalam pandangan pluralis, penegakan HAM adalah tanggung jawab masing-masing negara dan komunitas internasional tidak bisa melakukan intervensi jika di sebuah negara terjadi pelanggaran HAM. Seperti ditulis Williams, “Problem yang dihadapi negara-negara, termasuk ‘negara gagal’, adalah urusan domestik. Problem mereka bukanlah urusan komunitas internasional negara-negara, kecuali jika suatu negara menyatakan meminta bantuan.”[5]
Sebaliknya, konsep solidarist adalah pemikiran rasionalisme yang lebih condong ke arah kosmopolitanisme. Menurut Mayall (2000: 14)[6] konsep kosmopolitanisme memandang bahwa kemanusiaan adalah tunggal dan tugas diplomasi adalah menerjemahkan solidaritas yang asasi ini ke dalam kenyataan. Solidaris memandang bahwa masyarakat internasional memiliki tingkat kesamaan norma, aturan, institusi antarnegara yang tinggi/luas. Fokus perhatian solidaris tidak terbatas pada keteraturan masyarakat internasional di tengah persaingan; melainkan juga terciptakan kerjasama di dalam isu yang lebih luas, mulai dari kerjasama untuk meraih keuntungan (perdagangan) hingga kerjasama dalam merealisasikan nilai-nilai bersama (misalnya, HAM).[7]
Bisa disimpulkan, pemikiran solidaris mencakup sisi normatif (apa yang harus dilakukan negara-negara dan norma-norma apa yang harus menjadi bagian dari komunitas internasional) dan sisi empiris (apa yang telah/sedang dilakukan negara dan norma-norma apa yang menjadi bagian dari komunitas internasional).[8] Dengan dasar pemikiran seperti ini, terlihat bahwa solidarisme memandang bahwa intervensi adalah hal yang sah dilakukan demi mewujudkan nilai-nilai universal umat manusia (antara lain HAM). Seperti dikatakan Barry Buzan (2004:48), “Karena solidaris menyatukan antara aktor negara dan non-negara dan mengarah kepada ide kosmopolitan terkait hak-hak individual dan komunitas kemanusiaan, tak pelak lagi, solidaris mengaburkan batas-batas antara komunitas internasional (komunitas negara-negara) dan komunitas dunia (komunitas non-negara).”
Perbedaan posisi pluralis dan solidaris terkait HAM bisa dijelaskan dengan kalimat lain, “Pluralis menghiraukan upaya untuk mengurangi tindakan saling melukai antar-negara (inter-state harm) sementara solidaris berupaya untuk mengurangi aksi melukai individu (=pelanggaran HAM terhadap individu) di berbagai negara (cosmopolitan harm).[9]
Kritik Terhadap Solidaris
John Williams mengutip kritikan Jackson terhadap solidaris, yang menyatakan bahwa melemahnya prinsip non-intervensi sebagai akibat dari meluasnya norma kosmopolitan (seperti demokrasi dan perlindungan HAM) akan membawa resiko timbulnya konflik dengan negara-negara yang tidak mau menerima atau tidak memahami ide-ide kosmopolitan itu. Karenanya, jika ada kemungkinan terjadi konflik, ketertiban (order) haruslah didahulukan di atas keadilan. [10]
Sebaliknya Linklater ‘menjawab’ kritikan ini dengan mengatakan bahwa konsep ‘harm’ (melukai, menyakiti) memiliki makna yang setara dan universal. Artinya, dipandang dari versi moral manapun, pasti ada kesepakatan bahwa melukai dan menyakiti sesama manusia adalah hal yang buruk. Karena itu, pemikir English School umumnya meyakini bahwa negara-negara bisa bersepakat untuk menyusun ‘basic harm convention’ dan menyatakan bahwa ada sejumlah kemajuan dengan disepakatinya definisi HAM yang harus dilindungi di seluruh dunia. [11]
Namun ‘jawaban’ Linklater ini masih belum memberikan kepuasan, terkait subjektivitas batas-batas pelanggaran HAM. Linklater sendiri juga menulis, “Barat berada di atas [dominan] dalam mendefinisikan HAM yang harus dilindungi telah menimbulkan ketersinggungan di tengah masyarakat non-Barat.”[12]
Bergman-Rosamon (2007) juga menyatakan bahwa “Sebagian besar intervensi [HAM] tidak terlihat sisi kemanusiaannya dan penilaian apakah sebuah intervensi itu legal atau tidak, merupakan penilaian yang sangat subyektif.”
Contoh kasus yang paling nyata terlihat adalah tekanan lembaga-lembaga donor terhadap negara-negara dunia ketiga. Dengan alasan penegakan HAM, negara-negara ditekan untuk melakukan demokratisasi dengan konsep liberalisme, dimana akhirnya malah berujung kepada eksploitasi kekayaan suatu bangsa demi kepentingan negara-negara Barat. Padahal, HAM sendiri masih dalam tataran ide, dan tidak ada aturan baku mengenai pelaksanaan HAM. Standar perlindungan HAM juga sangat western-oriented, misalnya, pelaksanaan HAM di Iran sangat ketat diawasi dan pemimpin dunia Barat bereaksi keras saat terjadi pelanggaran HAM di Iran. Sebaliknya, pelanggaran HAM di Palestina yang dilakukan oleh Israel selama 60 tahun terakhir tidak dihiraukan oleh pemimpin negara-negara Barat.
***
Daftar Pustaka
Jurnal:
Linklater, Andrew. Citizenship, Humanity, and Cosmopolitan Harm Conventions. International Political Science Review 2001; 22; 261
Williams, John. Pluralism, Solidarism and the Emergence of World Society in English School Theory, International Relations 2005; 19; 19
Bergman-Rosamond, Annika. Non-Great Powers, Solidarism and the Responsibility to Protect -Nordic Forces for Good. (Paper presented at theMaking Sense of a Pluralist World: Sixth Pan-European Conference on International Relations, University of Turin, Italy 12-15 September 2007)
Buku:
Linklater, Andrew dan Hidemi Suganami. 2006. The English School of International Relations: A Contemporary Reassessment. Cambrigde: Cambrigde University Press
Buzan, Barry. 2004. From International to World Society? English School Theory and the Social Structure of Globalisation. Cambrigde: Cambrigde University Press
Artikel internet:
World Summit Outcome Document http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php?option=com_content&view=article&id=398
[1] World Summit Outcome Document http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php?option=com_content&view=article&id=398
[2] Dikutip oleh Bergman-Rosamond (2007)
[3] Wheeler ( 2000:309), sebagaimana dikutip oleh Bergman-Rosamond (2007)
[4] Natural law yang dimaksud adalah hukum yang berlandaskan pemikiran Hugo Grotius bahwa dan masayarakat internasional memiliki beberapa prinsip dasar yang sama, misalnya, naluri dasar untuk mempertahankan hidup dan sikap rasional. Kesamaan prinsip-prinsip dasar inilah yang ‘mengatur’ hubungan antarnegara-negara berdaulat. (Linklater, 2006:27, 63)
[5] Williams, John. Pluralism, Solidarism and the Emergence of World Society in English School Theory, International Relations 2005; 19; 19
[6] Sebagaimana dikutip Buzan 2004:47
[7] Buzan 2004:49
[8] Buzan 2004:47
[9] Linklater (2006:8)
[10] Williams, John. Pluralism, Solidarism and the Emergence of World Society in English School Theory, International Relations 2005; 19; 19
[11] Linklater, Citizenship, Humanity, and Cosmopolitan Harm Conventions, International Political Science Review 2001; 22; 261
[12] ibid
3 Responses to Perdebatan Tentang HAM
-
Pingback: Perdebatan Tentang HAM; IMF dan Liberalisme « Kajian Timur Tengah
-
Blog anda bisa menambah inspirasi dan referensi bagi kita para guru khususnya dalam mengajar materi HAM. trims
- Adil
Ingat sekarang HAM sering digunakan untuk ‘senjata’ bagi negara adidaya untuk menekan negara lain. Walaupun sesungguhnya negara adidaya yang sering melakukan pelanggaran HAM. Indonesia termasuk korban yang dituduh oleh negara adidaya tersebut. Jadi jangan dianggap klim suatu negara oleh negara lain bahwa telah melakukan pelanggaram HAM dapat dijadikan justifikasi untuk melakukan pelanggaran sesungguhnya. Kesimpulannya JANGAN MAU JADI ORANG YANG DIBODOHI dengan isu HAM. Karena yang pelanggar HAM lah yang juga menggunakan isu HAM untuk memberangus negara lain.
IMF Ditinjau dari Perspektif Liberal Institusional (Terminologi Sorensen)
©Dina Y. Sulaeman
Prolog
Alur berpikir makalah ini adalah menelusuri ideologi pendirian IMF dari sudut pandang liberal institusional (dalam terminologi yang diberikan Sorensen), lalu membandingkannya dengan praktik IMF dewasa ini yang ternyata berseberangan dengan ideologi liberal institusional. Urutan sub judul dalam makalah ini adalah sbb.
1. Prolog
2. Terminologi
3. Ideologi Liberal Institusional
4. Perjanjian Bretton Woods 1944
5. Kegagalan Bretton Woods
6. IMF dan Tesis Liberalis Konstitusionalis
7. Kesimpulan
Terminologi
Liberal institusional adalah salah satu varian dari perspektif liberalisme dalam HI. Menurut Timothy Dunne[1], liberal institusional identik dengan liberal fungsional, yang memandang bahwa institusi-institusi internasional menjalankan sejumlah fungsi terbatas, lalu lama-lama berkembang. Contoh kasusnya adalah proses terbentuknya Uni Eropa (yang semula hanya dimulai dari kerjasama perdagangan batu bara antar beberapa negara di Eropa).
Namun dalam makalah ini, penulis menggunakan terminologi liberal institusional yang ditulis oleh Jackobson dan Sorensen (2009:154) atau Marc A. Genest (2004:124). Sorensen menulis, “Kaum liberal institusional menyatakan bahwa institusi internasional menolong memajukan kerjasama di antara negara-negara.” Sementara itu, Genest menulis, “Liberal institusional memfokuskan pada institusionalisasi kerjasama global.”
Menurut Sorensen (2009:158), liberalisme institusional memandang bahwa institusi internasional membantu memajukan kerjasama antara negara-negara dan membantu mengurangi ketidakpercayaan antarnegara yang menjadi masalah klasik dikaitkan dengan anarkhi internasional. Sorensen juga mengutip Nye (1993:39) bahwa institusi akan membantu menciptakan iklim harapan berkembangnya perdamaian yang stabil. Dalam sebuah jurnal, Sorensen juga menyatakan, institutions mean that cooperative relationships are heavily institutionalized.[2]
Ideologi Liberal Institusional
Baik Sorensen dan Genest sama-sama menyebut Woodrow Wilson sebagai tokoh dari liberal institusional. Pada tahun 1918 Wilson menyampaikan Pidato Fourteen Points-nya yang monumental, yang berisi 14 poin yang diperlukan demi menciptakan perdamaian dunia. Tiga di antara 14 poin itu kemudian menjadi pilar pemikiran liberalisme, yaitu:
1. demokrasi
2. organisasi internasional
3. perdagangan bebas[3]
Liberalis memandang bahwa demokrasi merupakan salah satu syarat bagi terciptanya perdamaian. Menurut Michael Doyle, ada tiga elemen di balik klaim bahwa ‘democracy leads to peace’ , yaitu:
1. Institusi demokratis dikontrol oleh rakyat yang pastinya tidak akan mendukung konflik kekerasan terhadap negara demokratis lainnya
2. Demokrasi memegang nilai moral umum, antara lain memandang bahwa penyelesaian konflik secara damai dianggap lebih bermoral daripada aksi kekerasan.
3.Perdamaian antar-negara demokratis akan diperkuat melalui kerjasama ekonomi dan salingketergantungan ekonomi.
Menurut Sorensen, liberalisme institutional menekankan peran institusi international dalam meningkatkan kerjasama antarnegara. Institusi-institusi itu menyediakan aliran informasi dan forum negoisasi; dan juga membantu meyakinkan bahwa komitmen-komitmen akan dihormati. Dengan mengurangi potensi kurangnya kepercayaan antar-negara-negara, institusi akan membantu ‘menciptakan iklim yang membangun harapan terbentuknya perdamaian yang stabil.’[4]
Terkait dengan perdagangan bebas, Mosseau[5] menyatakan, kekuatan perdamaian demokratis juga berlandaskan pada pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, menurut Mousseau, perdamaian liberal tidaklah terjadi begitu saja, melainkan bergantung pada kesejahteraan bangsa-bangsa. Karena itu, dalam rangka menciptakan perdamaian, negara-negara kaya tidak bisa hanya berusaha mendemokratisasi negara-negara miskin, melainkan juga harus berusaha meningkatkan kesejahteraan negara-negara miskin tersebut. Selain itu, negara maju sekalipun akan membutuhkan negara lain sebagai pasar dari komoditas mereka. Sehingga, hubungan ekonomi antarnegara perlu diatur oleh organisasi internasional yang memiliki perangkat hukum internasional.
Perjanjian Bretton Woods 1944
Meskipun tesis Wilson dalam Pidato 14 Points itu mengalami tantangan dengan pecahnya Perang Dunia I, namun besarnya dampak perang, yaitu depresi ekonomi yang sangat berat (defisit neraca pembayaran, inflasi, pendapatan nasional menurun, pengangguran naik, dan perdagangan dunia menurun), membuat negara-negara kembali berpikir untuk mencari jalan keluar bersama. Situasi ekonomi dunia pada era 1920-an dan 1930-an ini disebut Great Depression. Tekanan situasi depresi ekonomi itulah yang memunculkan niat pemimpin dunia merumuskan sistem moneter dan keuangan dunia yang lebih aman dan menjamin kesejahteraan manusia. Karena itu, delegasi dari 44 negara-negara Sekutu berkumpul di Bretton Woods, AS, pada tahun 1944 dan menyepakati dibentuknya institusi international untuk mencegah negara-negara mengambil langkah sendiri-sendiri dalam penyelamatan perekonomian mereka. Institusi internasional ini akan meminjamkan uang kepada negara-negara yang membutuhkannya untuk menstimulasi pemulihan ekonomi mereka. [6]
Salah satu arsitek utama Bretton Woods adalah John Maynard Keynes yang dikategorikan sebagai ekonom liberal klasik. Sebelum pemikiran Keynes diterima kalangan pengambil keputusan, perekonomian berjalan dengan sistem laizzes-faire, dimana pemerintah dilarang ikut campur dalam urusan ekonomi dan biarkan pasar yang menentukan sendiri. Namun, Keynes memberikan teori bahwa hal ini justru meningkatkan angka kemiskinan. Keynes mengusulkan sebaliknya; pemerintah ambil bagian dalam regulasi ekonomi, termasuk dengan mengurangi pajak bagi kalangan menengah ke bawah, meningkatkan pengeluaran untuk pendidikan, pembukaan lapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur. Melalui cara ini, mereka akan punya uang lebih banyak untuk kemudian dikonsumsi sehingga perputaran ekonomi akan menguat.[7]
Logika ini pula yang dipakai dalam pembentukan IMF: dengan memberi bantuan dana dari negara-negara yang surplus kepada negara-negara yang defisit, mereka (negara defisit) bisa mencapai neraca keuangan eksternal yang seimbang. Melalui cara ini, perekonomian negara-negara itu akan semakin menguat dan daya beli mereka terhadap barang-barang produksi negara-negara industri akan semakin meningkat pula. [8]
Rolland Paris dalam bukunya “At War’s End” (2004:22) menulis, “Perjanjian Bretton Wood melahirkan dua institusi keuangan internasional, yaitu IMF (The International Monetary Fund) dan Bank Dunia (World Bank). Keduanya kerap disebut ‘Institusi Bretton Woods. ” Sejak didirikannya hingga sebelum 1980-an, IMF bertugas menyediakan pinjaman jangka pendek dengan tujuan stabilisasi keuangan suatu negara sehingga mampu mengatasi problem keseimbangan pembayaran mereka (balance-of-payments problems) secara temporer. Bank Dunia berkonsentrasi pada pemberian pinjaman untuk proyek-proyek pembangunan skala besar. Pada periode ini, IMF menetapkan syarat-syarat tertentu kepada negara penerima dana pinjaman, misalnya, keharusan untuk mengurangi pengeluaran publik (public spending), dan melakukan devaluasi mata uang.
Selain itu, melalui Perjanjian Bretton Woods juga disepakati bahwa sistem IMF menjadi lembaga yang harus bisa menutupi sementara neraca defisit atau masalah likuiditas anggotanya. IMF diberikan kekuasaan menjaga agar ketentuan ini dipatuhi khususnya tentang fixed exchange rate jangan sampai melebih paritas yang disepakati. Mata uang dunia ditetapkan dolar AS, tetapi dolar AS ini harus dikontrol dengan distandarkan kepada emas dan semua mata uang lainnya distandarkan kepada dolar AS. Amerika harus menjamin dolar setiap saat dapat ditukar dengan emas dengan rate yang ditetapkan 35 dolar AS per-ons.
Dampak kebijakan ini cukup baik. Era 1944-1974 disebut ‘abad emas’ karena kesejahteraan masyarakat meningkat, volume perdagangan antarnegara melonjak. AS naik tujuh kali lipat, upah meningkat 80 persen, stabilitas ekonomi internasional terjaga. Investasi meningkat lima kali lipat. David Felix menyatakan tidak ada periode yang panjang baik masa lalu maupun masa sekarang yang dapat diperbandingkan atau mendekati tingginya produksi, pertumbuhan produktivitas, pengangguran yang rendah, keadilan distribusi pendapatan dibanding yang dicapai Era Bretton Woods.[9]
Kegagalan Bretton Woods
Namun, sistem keuangan yang diatur oleh Bretton Woods ternyata akhirnya mengalami kegagalan karena sangat bergantung pada loyalitas satu negara tertentu, yaitu AS. Pada tahun 1970-an, menyusul dampak Perang Vietnam, AS mengalami resesi. AS tidak bisa lagi mendukung dollarnya dengan emas dan akhirnya pada tahun 1971, AS mengambil keputusan pragmatis yang menguntungkan dirinya sendiri (di sini, agaknya asumsi realis justru menjadi kenyataan). Secara sepihak AS keluar dari Bretton Woods dan menyatakan bebas mencetak uang dollar tanpa perlu mempertimbangkan cadangan emas yang dimilikinya. Pada saat itu, dunia sudah bergantung kepada dollar, sehingga keputusan AS ini tidak mengubah posisi dollar sebagai mata uang terkuat di dunia. Negara-negara dunia tetap mengkonversi mata uang mereka dengan dollar, meskipun harga dollar tidak lagi setara dengan emas; harga dollar sesungguhnya adalah harga pencetakan kertas dan angka di atas kertas itu ditentukan secara sepihak oleh Federal Reserved.[10]
Sejak itu pula, terjadi pergeseran agenda IMF. IMF yang semula didirikan untuk menertibkan kebijakan finansial negara-negara di dunia, serta memberi stimulus finansial negara-negara untuk me-recovery perekonomian mereka, kini justru menjadi lembaga yang ingin mengeruk keuntungan sebanyak mungkin dari negara-negara Dunia Ketiga demi kepentingan para pemegang saham terbesar di IMF (negara-negara industri maju). Dalam memberikan bantuan dana (pinjaman) kepada negara-negara berkembang, IMF menetapkan syarat-syarat yang disebut ‘structural adjustments’. Rolland Paris Paris, menyebut bahwa sejak 1980-an, ada perubahan dalam konsep apa yang diperlukan untuk peningkatan ekonomi di negara berkembang yang sering diistilahkan Washington Consensus: negara-negara penerima bantuan haruslah mengimplementasikan kebijakan liberalisasi ekonomi, yaitu: ketentuan untuk penghematan fiskal dan kebijakan deflasi, privatisasi BUMN,liberalisasi perdagangan, devaluasi mata uang, dan deregulasi keuangan dan pasar tenaga kerja.[11]
Menurut John Walton and David Seddon, syarat-syarat yang ditetapkan IMF itu memiliki alasan sbb.
-Devaluasi mata uang membuat ekspor Dunia Ketiga lebih kompetitif dalam perdagangan internasional.
-penghematan fiskal akan menekan inflasi dan mengakumulasi uang untuk pembayaran hutang
- privatisasi BUMN akan mendorong inevstasi yang lebih produktif dan mengurangi biaya untuk menggaji pegawan negara
- penghapusan subsidi makanan dan kebutuhan dasar lainnya akan membantu ‘penetapan harga secara benar’ sehingga menguntungkan produsen domestik.[12]
Namun, apa yang dikemukakan Walton dan Seddon di atas tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Menurut Thomas Gangale, dampak dari kebijakan liberalisasi ekonomi justru negatif, antara lain dikuranginya pelayanan pemerintah dan subsidi makanan telah memberi pukulan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. BUMN yang dijual untuk membayar utang kepada IMF justru dibeli oleh perusahaan swasta yang kemudian menghentikan pelayanan bersubsidi dan menaikkan harga-harga untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin.Kebijakan fiskal seperti penaikan suku bunga dengan tujuan untuk menarik investor asing justru menghancurkan perusahaan domestik sehingga pengangguran meningkat. [13]
Rolland Paris dalam bukunya menyoroti penggunaan institusi Bretton Woods dalam menciptakan perdamaian di daerah-daerah konflik. Menurutnya, misi-misi perdamaian itu selalu menggunakan strategi yang sama yaitu menjadikan kawasan konflik menjadi kawasan demokrasi yang berorientasi pasar liberal. Strategi ini berlandaskan pada proposisi yang diungkapkan para pemikir liberal yaitu bahwa demokrasi liberal dan ekonomi yang berorientasi pasar adalah formula yang paling meyakinkan untuk mencapai perdamaian,baik antar-negara maupun dalam negara. Paris menyebut pendekatan ini Wilsonian approach to conflict management. Institusi-institusi internasional yang disebut Paris sebagai pengusung pendekatan Wilsonian ini adalah: PBB, agen-agen khusus PBB (OSCE, EU, NATO, OAS, IMF Bank Dunia), serta LSM-LSM internasional yang bergerak di bidang pembangunan.[14]
Salah satu dampak yang bisa dilihat adalah kasus Yugoslavia. Yugoslavia pada tahun 1980-an adalah negara penerima pinjaman dan ‘resep liberalisasi’ IMF. Pada saat itu, IMF meminta pemerintah Yugoslavia untuk mengimplementasikan penghematan pengeluaran yang sangat ketat, melakukan liberalisasi perdagangan dan tarif, menghapuskan subsidi makanan, mendevaluasi mata uang, dan membekukan investasi di bidang pelayanan sosial, infrastruktur dan proyek pemerintah. Kebijakan ini memicu peningkatan tajam jumlah penganggura dan meningkatkan polarisasi ekonomi antara kawasan kaya dan miskin di negara, memicu ketegangan sosial dan ketegangan antara pemerintah pusat dan negara-negara bagian dan akhirnya menyeret pada disintegrasi negara Yugoslavia.[15]
IMF dan Tesis Liberalis Konstitusionalis
Mohammed Nuruzzaman dalam jurnalnya[16] menulis bahwa perspektif liberalisme HI menekankan peran penting institusi internasional dalam peningkatan kerjasama international. Para pemikir liberal HI, seperti Axelrod, Keohane, Nye, Lipson dan Milner berargumentasi bahwa institusi memiliki kemampuan untuk menyediakan wadah untuk interaksi antarnegara sehingga institusi internasonal memiliki peran sebagai mediator dan mendorong kerjasama antar negara.
Nuruzzaman menulis,
Negara adalah aktor rasional; mereka akan memaksimalkan perolehan keuntungan absolut (absolute gains) melalui kerjasama dan tidak terlalu memperhatikan keuntungan relatif (relative gains) yang didapat oleh negara lain. Institusi diperlakukan sebagai variabel perantara yang memiliki impak signifikan terhadap perilaku negara dalam memformulasi kebijakan dan pilihan mereka. Dalam rangka mendorong agar kerjasama bisa terwujud, kaum liberal institusional menekankan beberapa faktor, seperti hubungan jangka panjang antara sejumlah kecil negara, perilaku timbal balik yang tepat dan keberadaan kepentingan timbal balik yang akan memungkinkan adanya kerjasama. Institusi mendorong kepercayaan timbal balik antarnegara, menghentikan atau mengontrol kecurangan yang dilakukan negara-negara, dan membantu terjalinnya kerjasama internasional yang efektif.
Namun, oleh IMF (sejak era 1980-an), prinsip-prinsip yang dikemukakan Nuruzzaman di atas sama sekali tidak dipatuhi. Bukti yang dapat dikemukakan dalam hal ini antara lain:
1. Hak voting dalam pengambilan keputusan di IMF tidaklah a one-state one-vote melainkan berdasarkan proporsi modal yang disetorkan kepada IMF. Pemilik modal terbesar adalah AS, sehingga AS pun menjadi suara penentu dalam pengambilan keputusan IMF. AS memiliki kuota 1/3 suara dari keseluruhan kuota suara dalam IMF, suara AS sendiri saja cukup untuk memveto semua upaya perubahan terhadap Piagam IMF. [17] Lebih lagi, kantor pusat IMF berada di Washington, D.C., dan stafnya kebanyakan adalah para ekonom AS; personel IMF biasanya sebelumnya atau sesudahnya bekerja di Departemen Keuangan AS. Dengan demikian, tidak mengherankan bila kebijakan-kebijakan IMF sangat berpihak pada kepentingan AS atau perusahaan-perusahaan transnasional yang dimiliki oleh warga AS.
2. Meskipun berkat resep IMF, terjadi pertumbuhan kerjasama ekonomi transnasional yang sangat pesat dan melibatkan perputaran modal yang sangat luas jangkauannya (mendunia), namun, mayoritas keuntungan terbesar diraup oleh perusahaan-perusahaan transnatiponal yang dikuasai negara-negara maju. Sementara itu, negara-negara berkembang justru semakin tenggelam dalam utang. Mereka juga sangat bergantung pada arus modal luar negeri, terutama dalam bidang investasi portofolio (surat berharga), bukannya investasi yang memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi. Menurut Sumitra Chisti, hutang luar negeri negara-negara berkembang telah meningkat sangat tinggi, sehingga mereka terpaksa kembali meminta bantuan pinjaman dari IMF untuk menyeimbangkan neraca pembayaran. Sementara itu, IMF memberi syarat pinjaman berupa reformasi ekonomi yang terkait dengan perdagangan internasional dan aliran modal. [18] Dengan demikian, seolah terjadi lingkaran setan, karena sebagaimana telah penulis bahas sebelumnya, justru karena kebijakan IMF pula banyak negara yang terjebak dalam utang dan kesulitan ekonomi.,
Kesimpulan
IMF didirikan dengan semangat membantu perekonomian negara-negara berkembang supaya kerjasama perekonomian antarnegara bisa terjalin secara lebih luas. Sebagaimana dinyatakan Agarwal, “Pada tahun 1960 dan 1970-an, beberapa pemikir idealis menyarankanbahwa bantuan dana kepada negara berkembang bisa digunakan sebagai kebijakan ekspansif karena negara-negara berkembang memiliki kecenderungan sangat tinggi untuk mengimpor barang-barang dari negara maju.[19] Dengan kata lain, IMF semula bertujuan untuk menyejahterakan negara-negara berkembang supaya mereka bisa memiliki kekuatan ekonomi yang baik untuk bisa melakukan transaksi ekonomi internasional. Namun, idealisme awal ini kini terbukti tidak dijalankan oleh IMF. Tesis liberalis institutional bahwa institusi internasional (dalam hal ini IMF) akan membangun kerjasama ekonomi dunia yang saling menguntungkan ternyata tidak terwujud. Yang terjadi bukanlah kerjasama yang saling menguntungkan, melainkan kerjasama yang menghisap darah pihak yang lemah.
Daftar Pustaka:
Buku:
Michele Frantiani, dalam Sustaining Global Growth and Development,
Rolland Paris
A. Riawan Amin
Marc Genest
Jackobson Sorensen
Jurnal:
Georg Sorensen, Liberalism of Restraint and Liberalism of Imposition: Liberal Values World Order in the New Millennium, International Relations 2006; 20; 251
Mosseau et al. How the Wealth of Nations Conditions
the Liberal Peace, European Journal of International Relations, Vol. 9(2): 277–314, 2003
Mohammed Nuruzzaman, Liberal Institutionalism and International Cooperation after 11 September 2008, Journal International Studies 2008; Vol 45; hlm.193
Manmohan Agarwal, Issues of Coherence in World Trading System: A Perspective from Developing Countries Journal International Studies 2006; Vol 43; hlm 203
Chishti, Sumitra, Globalization, International Economic Relations and the Developing Countries Journal International Studies 2002; Vol 39; 227
Artikel internet:
Thomas Gangale, Raising Keynes: Stiglitz’s Discontent with the IMF, http://pweb.jps.net/~gangale/opsa/ir/Raising_Keynes.htm
Sofyan S Harahap, Ekonomi Syariah, Bretton Woods, KTT ASEM, dan AS http://ibfi-trisakti.blogspot.com/2009/03/ekonomi-syariah-bretton-woods-ktt-asem.html
[1] Sebagaimana dijelaskan dalam perkuliahan Dr. Arry Bainus (sesi 3)
[2] Georg Sorensen, Liberalism of Restraint and Liberalism of Imposition: Liberal Values World Order in the New Millennium, International Relations 2006; 20; 251
[3] Genest, Marc (2004:138-141)
[4] Georg Sorensen, Liberalism of Restraint and Liberalism of Imposition: Liberal Values World Order in the New Millennium, International Relations 2006; 20; 251
[5] Mosseau et al. How the Wealth of Nations Conditions
the Liberal Peace, European Journal of International Relations, Vol. 9(2): 277–314, 2003
[6]Thomas Gangale, Raising Keynes: Stiglitz’s Discontent with the IMF, http://pweb.jps.net/~gangale/opsa/ir/Raising_Keynes.htm
[7] ibid
[8] Michele Frantiani (2003: 156)
[9] Sofyan S Harahap, Ekonomi Syariah, Bretton Woods, KTT ASEM, dan AS http://ibfi-trisakti.blogspot.com/2009/03/ekonomi-syariah-bretton-woods-ktt-asem.html
[10] A. Riawan Amin, Satanic Finance, 2007.
[11] Dalam Paris (2004:29)
[12] ibid
[13] Thomas Gangale, Raising Keynes: Stiglitz’s Discontent with the IMF, http://pweb.jps.net/~gangale/opsa/ir/Raising_Keynes.htm
[14] Paris (2004:151)
[15] Paris (2004:107)
[16] Mohammed Nuruzzaman, Liberal Institutionalism and International Cooperation after 11 September 2008, Journal International Studies 2008; Vol 45; hlm.193
[17] Michele Frantiani (2003: 157)
[18] Chishti, Sumitra, Globalization, International Economic Relations and the Developing Countries Journal International Studies 2002; Vol 39; 227
[19] Manmohan Agarwal, Issues of Coherence in World Trading System: A Perspective from Developing Countries Journal International Studies 2006; Vol 43; 203
pasti ada sentimen ‘demokrasi’ -barat- deh disana, sama aja ketika rakyat palestina memenangkan hammas secara demokratis, tapi tetep aja masih dianggap nggak ‘demokratis’…
ya ‘musuh-musuh’ islam memang nggak akan pernah rela melihat putra-putri islam terbaik maju untuk menjadi khalifah…
Ya benar, demokratis atau tidak itu di mata Barat standarnya: yg terpilih pro Barat atau tidak.
bagus ulasannya ni dina… , kemenangan ahmadinejad yang hampir 70% dari total pemilih 85% rakyat Iran memang tetap membuktikan klo beliau tetap yang terbaik..
makasih uni..:)
Kejadian ini mirip pemilu di awal revolusi yang bisa menarik sampe 90 % pemilih (sekarang 85 %). Karena pihak Barat kebakaran jenggot, mereka beruapaya melakukan penggembosan dengan memanfaatkan kelompok sayap kiri Iran. Lalu menggerakan sebagian rakyat turun ke jalan…saat itu Imam Khomeini berkata: “Kita berpegang pada hukum, jika ada sebagian orang yang tidak mengikuti aturan hukum dan melakukan aksi rusuh di jalanan, sebenernya merekalah para diktator”
Dan kalimat ini, kini diulang2 oleh para analis politik Iran…
Agaknya, Barat juga kini gelisah dengan partisipasi pemilih sebanyak 85 %, sementara pemilihan parlemen di unieropa yang katanya negara2 paling demokratis hanya bisa meraup 45 % pemilih….
Iya..benar juga..makasih tambahan infonya..:)
Semoga, Ahmadinejad tahu apa yang harus ia perbaiki Iran, terutama menyangkut citra Iran di mata internasional. Tapi, saya salut dan percaya dengan kemenangan itu.
o,ya barusan juga diberitakan, deplu Iran melakukan gugatan dan memanggil diplomat negara2 Eropa sekaitan ikut campur mereka dalam urusan dalam negeri…tambah seru keknya nih…Dan para diplomat itu berjanji akan menyampaikan pesan itu ke pemerintahannya…
izin repost tulisannya
ini link, repostnya
http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest¬e_id=91959888147
silahkan, makasih ya
Mbak Dina,
Boleh saya tayangkan di blog saya?
Ito
Silahkan Pak Ito…
Lam kenal, tulisane bagus dan informatif… sekali-sekali boleh saya copas ya untuk bahan tulisan di blog saya http://www.originworld.wordpress.com... Thx
salam kenal juga
silahkan..asal jgn lupa sebut sumbernya:)
Salam,
kalau saya malah heran lho koq hanya 63% (?) suara yang didapat Ahmadinejad. Kan katanya orang Iran gak benernya udah pada keluar negeri semua, jadi teoritis kan harusnya mendekati 100% dong pemilihnya, apalagi yang berkuasa kan para mullah dan Ahmadinejad mendapat restu dari para mullah. Eeee ternyata masih tersisa yah yang gak bener.
Soal Barat dan Timur sihhh …lagu lama ya.
Salam.
hehe… adaaaa… aja yah…
kalau Ahmadinejad dapat 100% pasti nanti ada yg bilang lain lagi: tuh, pasti rekayasa. gak mungkin ada di dunia ini satu negara isi kepalanya sama semua.
kalau di bawah 50% dan ga menang, ada lagi yg bilang: tuh, org Iran aja ga suka ama Ahmadinejad, ngapain org indonesia memuji2 dia..
Kita udah bbrp kali diskusi soal kayak2 ini dan ga pernah nyambung.. sptnya memang ini dampaknya: saya terlalu lama di Iran dan mba terlalu lama di Jerman… jadi saya males menjelaskan panjang lebar.
hidup ahmadinejad…maju terus…berikan contoh untuk para pemimpin dunia
Keren…
Tulisannya.. Tambah semangat dukung Ahmadinejad neh.. Andai saja presiden Indonesia ada yang seperti dia..
Makasih:)
Uni Dina,
Tulisan Uni selalu jernih, selalu menjadi bahan referensi saya untuk tokoh yang sangat mengesankan ini.
Berharap kelak kita punya pemimpin seperti Ahmadinejad kelak! Amin
Uni punya account di FB?
Makasih..:) ya punya fb juga, skl2 diupdate:)
Sebagai orang netral beraliran liberal justru saya berpendapat lain.
Apalagi setelah membaca kok rasanya artikel ini terdapat sentimen terhadap media barat. (terlepas dari banyak orang yang berkata “ah itu kan kata media barat” dan kebetulan saya tinggal dinegara barat)
mungkin jika menulis disini rasanya terlalu panjang jadi saya kasih link di blog saya yang satu ini : http://sekulerliberal.wordpress.com/2009/06/15/pemilu-iran-diwarnai-kecurangan-besar/
Secara logika : tidak ada asap kalo tidak ada api. rasanya rakyat iran dan kalangan mahasiswa iran tidak akan ribut jika memang kecurangan besar terjadi dalam pemilu ini.
Anda lupa menyebutkan bahwa saat ini akses internet, facebook di iran di batasi, plus seluruh pemain sepak bola nasional iran yg berlaga di kualifikasi piala dunia saja mengenakan lambang partai oposisi.
Saya melihat Ahmadinejad ternyata tidak segentelman yg dikira.
Darimana anda tau facebook dilarang di iran? dari media barat kan? coba lihat facebook saya, ada bbrp kontak saya tinggal di iran, baik2 aja tuch! Saya jg tanya ke mrk, bener ga fb dilarang, kata mrk, sempet sehri ga bisa diakses, selanjutnya baik2 aja. Saya di sini juga sempet bbrp gali gagal akses fb. Jadi biasa aja kan?
Ttg kecurangan, sudah terjawab sbnrnya di tulisan saya, kalau anda baca lebih cermat.
nah itu dia “media barat kan” ? apakah media barat tidak bisa dipercaya ? itu relatif, kalau saya justru menganggap media timur/pro islam justru lebih banyak propagandanya.
kalau saya baca lebih cermat kok artikelnya malah memihak Ahmadinejad ya?
heheheh iya sama, saya juga males mendengar penjelasan panjang lebarnya … Barat memang akan terus di Barat dan Timur gak akan pernah nempel di Barat, kalau mereka lengket, nanti jadi Tengah dong gak ada Barat dan Timur …
Dampaknya, dunia gak bakal punya obrolan seru yang menggelitik syaraf dan menyerempet emosi. Ahmadinejad memang fenomenal, sosok lantang pembuat warna.
wah bagus nich ada informasi tentang timur tengah.. saat sekarang media masa informasinya dikuasai oleh barat… terus semangat!!!
Terimakasih ya:)
Pingback: Di Balik Kekisruhan Pemilu Iran « Somewhere Over The Rainbow
interesting…
izin copas ya bu
silahkan… makasih ya..
Mbak, aku copy paste ya…
Media memang tidak akan pernah netral karena masing2 akan membawa ideologinya sendiri. Coba lihat biography yang dibuat discovery channel tentang Ahmadinejad. Mereka tidak akan pernah menggambarkan betapa sederhananya sosok Ahmadinejad. Mereka menggambarkan Ahmadinejad sebagai teroris yang untuk mencapai kekuasaannya menjilat para ulama. Sebel banget nontonnya. Tapi then again, ngapain harus berkesal2 ria toh seharusnya sudah tahu ideologi yang dibawa oleh masing2 media.
Kl mau tahu isi cerita yang lebih 2 side story.. ya harus nonton CNN, BBC dan Al Jazeera sekaligus…
silahkan, makasih ya..
tambah lagi: nonton Press TV juga.. milik Iran, tadpi conducted in English dan jurnalis2nya banyak yg bule, tdk melulu iranian
Sampai kapan pun AS dan dunia Barat takkan rela jika Islam jaya. Mereka akan terus berupaya untuk memadamkan Cahaya Islam. Terus berjuang, Mbak Dina…
Salam
Begitulah bangsa picik..tak kan suka dengan kebenaran…
HIDUP ORANG YANG MEMPERJUANGKAN ISLAM DI DUNIA INI, SEBENRNYA MUSUH NYATA BAGIMU ADALAH OARANG KAFIR DAN YAHUDI…………………… MAJU TERUS AHMADINEJAD. TRIMS MBK DINA ARTILKELNYA OK BUAT LAWAN TULISAN BARAT YANG SOMBONG.
tolong jujur dalam segala hal, baru kita bisa menjadi bangsa yang maju, pemimpin yang tidak jujur bangsanya pun jadi tidak maju, apakah kita,bangsa kita sudah jujur…..
trims mbak ceritanya, mudah2an kita memang sudah bercerita jujur kepada semua orang…..
salam kenal..
kebetulan saya membaca artikel ini dari sebuah milis.. terima kasih atas penjelasan yang menarik ini.. sebelumnya sempat ada kebimbangan juga, karena saya merasa tuduhan pihak Mousavi rasanya kurang sesuai dengan karakter Ahmadinejad.. tapi saya ingin bertanya Mbak, bagaimana dengan sejumlah korban demonstran yang tertembak di Iran? ada penjelasan ‘logis’nya ga?
terima kasih..
Salam kenal juga.. jawabnya nanti saya tulis di artikel tersendiri ya, mdh2an besok bisa selesai saya tulis..
Heh, seandainya Mousavi yg dpt 63 % suara alias jd pemenangnya, apakah ia akan protes teriak k’lo pemilu sdh dicurangi ?
Sebenarnya kenapa kita begitu mempermasalahkan masalah agama? sedikit2 kita selalu menghubungkan dengan agama. Di Iran saat ini keadaan kaum kristiani sangat menderita..hal ini tidak sesuai dengan pidato Obama di Kairo. Seharusnya kita merasa malu atas perlakuan kita kepada mereka padahal kaum muslim bebas hidup menyampaikan pendapat,mencari makan di negara yang mayoritas kristen..kita harus adil dalam hal ini. Ingat toleransi ialah 2 way bukan 1 way.
Darimana Anda tahu bhw Kristen menderita di Iran?
Saya tinggal 8 th di Iran, di sana gereja bertebaran di mana2.. bahwa org Islam Syiah saat berdoa, selain menyebut nama Nabi Muhammad juga menyebut nama nabi Isa tuh.. Di Teheran ada taman besar dgn patung bunda Maria…Cerita lengkapnya bisa di baca di buku Pelangi di Persia.
Banyaknya jumlah gereja bukan menunjukkan kalau toleransi beragama itu berjalan di Iran. Coba lihat di Mesir,sekitar 15% bahkan jumlah penduduknya ialah kristen Coptic,jumlah yang terbesar di antara negara arab dan timur tengah. tetapi lihatlah bagaimana keadaan mereka disana?Mereka mengalami perlakuan tidak adil..kita harus jujur menilai bahwa kita tidak adil dalam hal ini.
ahmadinejad bahkan menyatakan bahwa dia ingin melenyapkan kekristenan di Iran (ini tidak akan anda dengar di TV atau koran). Apa dasarnya dia mengucapkan itu? apa akibatnya jika negara mayoritas kristen juga menyatakan hal yang sama?bukankah akan terjadi peperangan hebat di dunia ini?
Sejarah membutikan kehadiran agama kristen di Persia sebelum kedatangan Islam,jadi hal itu menjadi dasar kenapa anda melihat banyak gereja di sana. tetapi hal tersebut hanya akan menjadi sejarah jika paham wahabi tetap kita berikan tempat. Lihatlah Afganistan,sebelum Taliban berkuasa kaum kristen disana sangat hidup tenang tetapi lihatlah sekarang keadaan mereka sangat was was. bahkan ketika kaum taliban mulai tersingkir keadaan tidak akan sama lagi seperti dulu. Apakah ini yang kita inginkan?
Saat ini Indonesia juga sudah mulai ada kecenderungan ke arah tersebut yg dimotori oleh PKS,ingat sejarah bahwa sejarah terbentuknya Indonesia ini sangat berebda walau mayoritas muslim. Hal ini jika terus berlanjut akan mengakibatkan perpecahan. Sekali lagi kita harus jujur dalam hal ini bahwa kita perlu mengubah pola pikir kita. Laksanakan saja kehidupan agama kita tanpa berusaha memaksakannya kepada org yg berbeda dengan kita.
1.emang knp dgn Kristen Koptik di Mesir? yg saya dengar, baik2 aja tuh
2. kata siapa Ahmadinejad ingin menghapus Kristen? kalau tak ada di koran/tv..berarti gosip gak jelas dong..
3. kalimat Anda: Sejarah membutikan kehadiran agama kristen di Persia sebelum kedatangan Islam.. ups salah! Yg benar, di Persia yg pertama berkembang justru Zoroaster, lalu mrk masuk Islam.
4. kalimat Anda: …tetapi hal tersebut hanya akan menjadi sejarah jika paham wahabi tetap kita berikan tempat… ee.., salah lagi! Paham Wahabi tdk berkembang di Iran, yg dominan malah Syiah.
5. duh, masih banyak lagi kesalahan argumen Anda.. segini dulu aja deh yg saya bahas..
Mbak Dina,
Pertama sekali saya ucapkan terima kasih buat commentku yg diapprove,yup..kita harus bisa menerima perbedaan pendapat. Justru dengan banyak hal semacam ini kita bisa mengembangkan kemampuan berpikir kita..tidak terkungkung oleh paham kaum ulama yang mengatasnamakan agama.
Oke baiklah kita adu argumentasi sedikit ya…
1. Coptic
pls click link ini :
http://www.cswusa.com/Countries/egypt.htm
http://italiancatholic.blogspot.com/2006/04/coptic-persecution.html
http://www.danielpipes.org/1050/disappearing-christians-in-the-middle-east
dan banyak lagi yg bisa kita dapatkan..sekarang terserah kepada kita…apakah kita mau menerimanya atau menutupinya?menganggapnya isu belaka?, harus kita sadari bahwa banyak kita dari kecil sudah diinduksi untuk membenci ‘people of book’, sekarang terserah kepada kita apakah kita mau membebaskan pikiran kita?
2. Anda tahu apa akibatnya kalau komentar Ahmadinejad dimuat di media konvensional? hal ini akan menyulut perang agama,hal yg sia2 terlebih kalau mati gara2 orang yg sakit jiwa. Komentar ahmadin yg ingin me ‘wipe israel from map’ masih bisa dimuat sebab populasi yahudi yg sedikit serta masih berkembangnya paham anti semit bagi sebagian orang kristen. Mengapa kita harus mempertahankan orang yg seperti itu/yg hanya menciptakan kebencian saja? yg malah menjadi ‘holocaust denial”, sangat berbahaya kalau kita ingin mengubah sejarah..terlebih kalau sejarah itu benar..di dunia ini tidak akan diterima bahkan di akhirat juga akan tidak..jika kita percaya Allah itu menyukai kebenaran dari umatNya.
3.Yup anda benar bahwa Zoroastrian agama pertama di Persia, akan tetapi belum cukup benar sebab Kristenlah yg pertama masuk ke daerah tersebut. Akan tetapi karena Islam masuk ke Persia maka lambat laun jumlah mereka semakin menciut akibat kekerasan,kebijakan dll,hal yg sama dapat anda pelajari mengenai Turki setelah kejatuhan Konstantinopel.
4. Sungguh sangat salah kalau kita tidak bisa mengenali paham Wahabi dalam gerakan org yg mengatasnamakan ‘islam’ sekarang. Ketika AS membuka keran dari Arab Saudi (yg merupakan Wahabbian) untuk kepentingan politiknya di Afganistan melawan Soviet,pada saat itulah paham Wahhabi sudah keluar dari sarangnya. Keluar dari wilayah yg dulu diisolir oleh Ottoman sang Muslim Moderat melalui peperangan akbar ratusan tahun silam..silahkan pelajari sejarah..bahwa dulu Muslim moderat sudah berperang melawan Wahhabian ini,apakah kita melupakannya? BK mengatakan Jas Merah…Jangan sekali kali melupakan sejarah.
5. Maksud saya dalam hal ini ialah jangan kita mudah terpengaruh oleh pengaruh org2 yg mengatakan membela islam,jika kita terlupa maka kita hanya mengulangi sejarah yg berulang ulang.
Sebagai penutup..Moussavi jg memiliki track record buruk..terlibat pemboman marinir AS di Beirut,seorang radikalis juga. Jadi heranlah kita kalau Barat membelanya..ingat saudariku..kepentingan politik..maka kita jangan membawa2 agama dalam hal ini. Banyaklah kita belajar supaya Indonesia bisa kita bangun bersama2 tanpa ada sentimen agama.
Demikian Mbak Dina…semoga menjadi bahan masukan bagi kita semua.
“……….Pedang akan ditempa menjadi mata bajak.”-seorang Nabi ribuan tahun yg silam
Daniel Pipes..? Daniel Pipes..? duh kalo dia yg jadi org kepercayaan Anda, saya no comment deh..diskusi kita gak bakal nyambung..dia itu pembohong dan tukang fitnah besar..
Btw, fyi, Ahmadinejad didn’t said “Israel harus dihapus dari peta”.. ada mis-translasi.. dan itu dipake Israel dkk..penjelasannya panjang..ada di buku saya Ahmadinejad on Palestine
wah…anda sudah apriori banget. Kita harus bisa menerima perbedaan pendapat dong. Manatau si Pipes itu ada benarnya,pelajari saja dulu…hitung2 sebagai masukan pembelajaran.
Mas Adi, maaf ya, dg penuh kerendahanhati, saya perkenalkan diri: saya seorang penulis yg konsen di bidang kajian timur tengah dan AS. Saya sudah menulis ratusan artikel soal timteng dan kaitannya dg AS; saya sudah menulis 3 buku ttg Timteng (yg ke-3, insya Allah terbit dalam sebulan ini). Jadi, saya tuh, kebetulan sudah SANGAT BANYAK membaca ttg sepak terjang Daniel Pipes yg sangat rasis dan anti-muslim. Saya yakin, saya tahu lebih banyak ttg Pipes daripada Anda. Link artikel Pipes yg anda kasih
ttp saya baca kok. Dan pendapat saya ttp sama, dia itu pembohong.
Ada artikel panjang yg sangat menarik (ringan, tdk membosankan, khas New York Times) yg di dalamnya ketahuan, org macam apa Daniel Pipes (tentu kalau Anda membacanya dgn sikap adil):
http://www.nytimes.com/2008/04/28/nyregion/28school.html?pagewanted=1&sq=khalil%20gibran&st=cse&scp=7
Btw, soal Ahmadinejad yg di-mis translasi dgn “Israel must wipe off the map”, bisa baca tulisan Prof. Juan Cole di sini: http://www.juancole.com/2006/05/hitchens-hacker-and-hitchens.html
Yah…Kita harus banyak belajar dari apa yang terjadi. Apapun yang terjadi, kerusuhan tak mendatangkan keuntungan bagi siapa saja.
Kita akui saja, umumnya negara2 berkembang masih belum dewasa berpolitik. Tak siap menerima kekalahan. Mungkin kita perlu “belajar” dari negara Amerika Serikat, walau mereka bukan beragama Islam, tetapi cukup dewasa dalam berpolitik. Mereka siap kalah atau menang. Sportif. Tak semua mendukung Obama, namun setelah Obama menang pilpres, pihak yang kalah pun legowo tanpa kerusuhan.
Mungkin kita bangsa Indonesia perlu belajar dengan Amerika Serikat dalam berpoloitik khususnya dalam menghadapi Pilpres 9 juli nanti. Kita boleh berbeda pilihan, namun harus siap kalah atau menang. Legowo. Siapapun yang menang, harus kita dukung dalam memimpin bangsa utk pembangunan. Tunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, demokratis sejati, bukan bangsa bar bar.
Salam utk semua
@ lamaru: “Kita akui saja, umumnya negara2 berkembang masih belum dewasa berpolitik. Tak siap menerima kekalahan.”
* Siapa yang anda maksud negara berkembang itu disini? Iran, Indonesia, atau yang lainnya?
* Benar bahwa dengan demokrasi Amerika telah mendapatkan seorang Obama sebagai Presidennya. Tapi dalam hal pemilu Iran sekarang, justru Amerikalah yang tidak bisa menerima kekalahan (Mousavi). Mereka menuduh terjadi kecurangan pemilu tanpa bukti dan data yang valid. Yang mereka lakukan -dan itu sudah berhasil- adalah menggiring (baca: memaksa) opini dunia akan klaim kecurangan itu lewat media. If you digg deeper, you’ll find the real facts. But it may hard to accept though if you don’t open your heart widely and objectively.
Saya juga ikutan membuat link ke artikel ini di Facebook. Bukan co-pas, bu. tapi link langsung
Silahkan, terimakasih ya..:)
Menarik, menarik….
Karena ibu pernah bekerja di media Iran mungkin bisa menjelaskan kenapa sekarang ada foreign media blackout. Dimana media asing dilarang mengambil gambar dan berita unjuk rasa oposisi di Iran. Akhirnya berita yang ada lebih banyak dari citizen journalism yang tentu saja tidak sebaik profesional journalism. Bahkan kantor Al Jazeera di Iran sampai ditutup pemerintah.
Apa yang disembunyikan? Kenapa tidak terbuka saja? Atau memang karena takut ketahuan ada yang tidak beres?
Mohon dijawab!
Silakan baca ini:
http://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/25/antara-chavez-dan-ahmadinejad-bill-van-auken/
http://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/25/kebohongan-cnn-reuters/
dan setelah semua ini.. ketika wartawan2 CNN, BBC, Reuters itu diusir, mereka berteriak2, “Kebebasan pers diberangus di Iran!” olala…
btw, Aljazeera masih di Iran tuh, setahu saya..
untuk 848
menurut saya media timur tidak selalu membela ahmadinejad..
lihat saja eramuslim..media tersebut bersifat netral diman artikel yang pro/kontra terhadap ahmadinejad di publish..jadi kita bisa menilai secara objektif
siaran tv2 juga ikut memberitakan kecurangan ahmadinejad
Bisa ya, komentar negarawan bisa salah diterjemahkan oleh para kuli tinta??
Ini mengherankan.
Salah terjemahkan? ga masuk akal. Inilah mengapa setiap kali ada pertemuan dunia, orang selalu keluar dari ruangan karena Nejad berbicara. Apa mereka salah dengan dari alat penerjemahannnya??? Imposible
Apa sih yg Anda maksud “komentar negarawan”..yg mana?
Apa Anda sedang mengomentari kesalahan penerjemahan kata2 Ahmadinejad yg mis-translasi dg “Israel must wipe off the map”?
Itu pidato Ahmadinejad di Teheran..gak ada tamu asing.. sblm komentar, baca dulu baik2..biar ga salah komen..
Ada artikel soal mis translasi kata2 Ahmadinejad itu, ditulis org bule, sapa tau Anda lebih percaya : http://www.juancole.com/2006/05/hitchens-hacker-and-hitchens.html
Mbak Dina,
Terima kasih banyak buat link yg mbak lampirkan,ini tentunya semakin menambah wawasan saya dalam mempelajari dan menimbang bidang ini. Terlebih lagi buat comment saya yang diapproved.
Tentunya untuk setiap hal ada yang pro kontra,seperti halnya kasus Pipes ini. Akan tetapi mbak 1 kelemahan yang dimiliki islam (baca:negara islam minus Indonesia) ialah kita menginginkan demokrasi,HAM,kesamaan hak ketika hak-hak mereka merasa dibatasi,terlebih bagi imigran muslim yang berada di negara barat. Tetapi mereka tidak melakukan hal yang sama di negara asal mereka. Orang muslim dibebaskan mengconvert sebanyak mungkin di negara baru mereka,akan tetapi bagaimana perlakuan mereka di negara asal mereka?eg.timur tengah,arab dll, bahkan ada ‘death pinalty”, dipenggal karena masuk Kristen..dan hampir tidak ada protes/kutukan dari orang Islam pada umumnya. Kita menginginkan mesjid dibangun banyak2 dan besar2 di negara Barat (dan sudah terjadi)…akan tetapi di negara Arab dan Timur Tengah sekarang? pasti mbak menyadari ketatnya batasan dan bahkan pelarangan. Hal inilah yang sering menjadi keberatan orang Kristen di negara barat…kita seharusnya malu sebab mereka sangat toleran…sedang kita bersikap sebaliknya. Akan tetapi kita selalu berusaha menutup2inya.
Saya sangat yakin bahwa mbak memiliki pengetahuan dan jaringan yang luas dalam masalah timur tengah,akan tetapi dapat saya pastikan bahwa pengetahuan mbak tersebut akan sia-sia jika mindframe/set sudah terkondisikan untuk menutup2i yang salah..jika kita terpenjara oleh ‘agama’ kita.
Jika kita membahas masalah Timur Tengah maka sudah pasti kita akan membahas mengenai Yahudi,Kristen dan Islam. Jika kita mengabaikan 1 dari 3 ini dan berusaha menonjolkan yg 1 saja maka kita tidak akan mendapatkan hal yang benar.
Saya tidak memihak pipes,spencer,mellanie dll…hanya saja kita juga perlu memperbaiki diri jika kita ingin menjadi penganut ‘religion of peace’..sorry mbak sudah agak melenceng dari bahasa ahmadinejad sebelumnya .
Anyway thanks ya..
Sebenarnya, hampir semua komen yg masuk saya approve kok.. saya sengaja memoderasi krn pernah punya pengalaman buruk, komen yg masuk bukannya adu argumen tapi malah mencaci-maki secara kasar..enak aja blog saya dijadiin tempat caci-maki..
Soal Islam-Kristen, menarik utk dibahas lbh lanjut.. insya Allah saya bukan org yg “mindframe/set sudah terkondisikan untuk menutup2i yang salah.” Kalau Anda baca buku Ahmadinejad on Palestine, Anda akan lihat, bahkan saya menyuarakan aspirasi org Yahudi di dalamnya (yg ternyata, ada jg org Yahudi yg ingin damai danhidup berdampingan dg Arab.. sayang para politisinya yg haus darah). kalau Anda berminat, kapan2 saya tulis panjang lebar ya.. skrg saya sdg buru2.. nanti kalau sdh ada waktu saya tulis.. (tp kalau saya lupa tlg diingatkan)
ibu dina tentang ahmedinejad yg mis-transalasi “israel must wipe off of the map” ada terjemahan indonesianya ga?(kalau ada saya bisa minta linknya) saya salut dengan ibu,, dan satu pertanyaan.. jika saja ada negara Israel-yahudi yang tidak berlandaskan zionisme(kita tahu yahudi belum tentu zionis) dan berdiri secara legal dan bertahap…melalui persetujuan kedua belah pihak?apakah dunia Islam boleh menerimanya??
mungkin jika ada link2 yang dapat menjawab pertanyaan ibu bisa ‘share’ link yang merepresentasikan tersbut..terima kasih..
sbnrnya sudah saya terjemahkan dan saya bahas di dalam buku saya, Ahmadinejad on Palestine..
saya sdg buru2.. nanti kalau sdh ada waktu saya jelaskan lagi ya.. (tp kalau saya lupa tlg diingatkan)
assalamualaikum bu dina … saya ingin bertanya (tapi pertanyaan saya MENGENAI NEGARA ISRAEL TADI JANGAN DIHIRAUKAN YA,HEHE…)
beberapa pertanyaan..
sebenarnya pengayaan nuklir Iran itu untuk social welfare apa social warfare? (sebelumnya diberitakan bahwa Ahmadinejad melakukannya dibawah kontrol IAEA dan kadar nuklirnya tidak berpotensi untuk membuat weapon-mass..namun kok akhir2 ini yang diberitakan Iran terus membuat missil2 baru?)
ditunggu jawaban2 kerennya ya Bu …
wassalam..
-jika ibu masih ada urusan lain tidak usah terburu-buru bu jawabnya atau mungkin bisa share link yg merepresentasikan saja-
@ free thinker:
salam kenal mas,, saya bukan berusaha membantu penulis ( Mba dina), tetapi saya melihat data-data yang anda samapaikan bnyak yg tidak valid, terutama yang paling tajam ketika anda mengatakan bahwa ahmadinejad ingin menghapus kristen, ini salah besar mas!
Kalau anda tidak percaya, silahkan anda langsung terjun ke lapangan untuk memeriksa apakah benar ahmadinejad ingin menghapus kristen…
Kepentingan nasional AS di Timur Tengah salah satunya (Anda bisa akses situs pemerintahan AS kalau tidak percaya), –> “tidak ada rezim yg bermusuhan dengan AS”..Karena itu mereka ga ingin ahmadinejad yg menang, anda tahu sebelum ahmadinejad menjadi presiden, Iran dipimpin seseorang yg lebih reformis (khatami) dan khatami cenderung pro barat, maka itu barat senang terhadap Khatami,, Tetapi ketika Ahmadinjead memimpin pada 2005, dan juga melakukan pengayaan uranium, ini membuat barat merasa terancam akibat aktivitas Iran.. terutama Israel karena mencurigai Iran akan melakukan penyerangan terhadap Israel (walau kenyataannya blm ada)..
silahkan mas free thinker kalau ingin membalas, saya tunggu, biar kita bisa diskusi…
@ free thinker,
anda mengatakan umat kristiani diperlakukan tidak adil di mesir , iran dan beberapa negara lain? bisa berikan sumber??
masih terkait masalah itu, anda tau konflik bosnia dulu??(mohon renungkan), anda tahu bagaimana toleransi umat di negara baltik, ada teman saya kuliah di swedia, disana Adzan tidak boleh dikumandangkan..
anda masih ingat apa yg dilakukan oleh tentara AS di penjara abu ghraib terhadap Al- Quran?
anda masih ingat karikatur nabi?
coba anda jelaskan pandangan anda mengenai toleransi beragama, tetapi dengan situasi di negara barat..
Rere,
Terima kasih buat feed back yang diberikan, untuk link2 mengenai perlakuan tidak adil di Mesir dll sdh saya kirimkan pada diskusi sebelumnya..silahkan dibaca.
Kalau Mbak/mas (saya tidak tahu) Rere mengikuti dari awal awal comment saya pasti akan tahu bahwa saya justru mengatakan bahwa kita jangan terlalu mengait-ngaitkan dengan masalah agama. Kita begitu semangat membela Palestina (dengan alasan HAM dan ukhuwah) padahal alasannya ialah kita telah terkontaminasi paham anti semit. Jika kita begitu membela sesama kita bagaimana dengan konflik Darfur yang menelan korban ratusan ribu muslim?mengapa kita begitu so so saja dengan hal ini..atau gak usah jauh2 kasus Lapindo..mengapa kita berdiam diri saja?bukankah itu juga merupakan bagian dari Jihad?. Jadi menurut saya kita harus membebaskan pikiran kita dalam mempelajari sesuatu.
Yang menjadi masalah ialah : ketika mindframe/set kita sudah terbentuk meyakini sesuatu (yang mungkin didikan dari kecil) maka kita cenderung mencari pendapat2,link2,sumber2 yang membenarkan pendapat kita..ini yang sangat berbahaya. Masih banyak hal2 di luar sana yang belum kita pahami (saya mengakui itu).
Mbak/mas Rere…selamat jika memiliki rasa damai dalam hati dan tidak membeda2kan orang.. tetapi tidak semua orang seperti itu. Saat ini saya lihat gerakan islam didominasi paham wahhabian dan tentu saja mereka tidak mengakui bahwa mereka wahhabian sebab jika ya maka semua orang islam akan menentang mereka. Akan tetapi yg sering menjadi pertanyaan orang2 di luar islam ialah mengapa islam moderat berdiam diri ketika melihat sepak terjang radikalis tersebut? ketika mereka ingin mengtake over europe? Qaddafi mengatakan bahwa islam akan mengambil alih eropa tanpa sebutir peluru dan banyak pula yang bangga akan pernyataan tersebut. Hal ini (dan banyak kasus lain) yang lamban laun menimbulkan islamophobia disana. Bayangkan kalau anda punya wilayah..anda menerima orang luar yang ingin memperbaiki kehidupannya..anda berikan fasilitas akan tetapi ketika dia sudah merasa kuat dia ingin mengubah kebudayaan disana dan mengambil alih wilayah tersebut dari anda,bagaimana pendapat anda dengan ini?tentu tidak senang kan?
Kemudian anda berusaha menyelidiki bagaimana sebenarnya kebudayaan,kebiasaan orang yang anda terima tersebut dan anda terkejut sebab ternyata di daerah asal orang tersebut ternyata bersikap tidak toleran kepada orang2 yang katakanlah seiman dengan anda…semakin panas bukan?
@mbak Dina..
Terima kasih sudah menciptakan blog ini..semoga blog ini dapat menjadi ajang tukar pikiran,mengasah pikiran untuk kedamaian lintas agama.
Demikian dulu mbak/mas rere,silahkan dibaca dulu dan direnungkan.
“Surga ialah tempat yang damai,jadi sangatlah mengherankan ada yang mengajari bahwa dengan membunuh seseorang dapat memasuki tempat damai tersebut”
http://www.christianpost.com/article/20090703/mob-attacks-100-pakistan-christian-homes-on-blasphemy-charge/index.html
@Rere,
Sebagai tambahan:
Mengenai Bosnia…wow anda harus mendapatkan sumber yang adil menilainya,hal yang sama dapat anda pelajari mengenai sejarah Lebanon, mungkin mbak Dina mengetahui isunya dengan adil.
Sekali lagi ya:
“Ketika kita begitu meyakini sesuatu (yang mungkin berasal dari didikan masa kecil) kita kemudian mencari pendapat2,link2,sumber2 yang mendukung pendapat kita. Dan ketika kita menemukannya kita berkata, “nih lihat,benar kan? ini pendapat dari Prof. XXX.”
Freethinker dan Rere, berikut ini closing remarks dari saya.
Mohon maaf setelah ini saya tidak akan meng-approve lagi komen soal agama. Juga saya terpaksa menghapus komen dari Hermanet yg penuh kemarahan pd umat Islam itu.
Soalnya, ini blog bukan buat diskusi Islam-non Islam, tapi Kajian Timur Tengah.
——-
@Freethinker: pertama Anda bertanya ‘mengapa semua dihubungkan dgn agama’. Tapi kemudian, anda malah berputar2 soal agama. Anda tuduh di Iran, Mesir, Afghan, kaum Kristiani menderita, .. setelah saya jawab ‘tidak demikian’ (apalagi di Iran, duh saya tuh hidup di sana 8 tahun dan gaul banget sama masyarakatnya, jadi saya tahu persis di Iran tidak ada penindasan pada org non Islam), Anda tetap berkeras menuduh demikian. Jadi, tidak bisa dicari titik temunya. So, saya tidak akan komen lagi.
Selanjutnya, anda kemudian berputar2 menuduh Islam menentang HAM dengan referensi paham Wahabi dan perilaku PKS.
Jawaban saya: umat Islam itu kompleks banget. Perilaku Wahabi dan PKS tidak bisa disamakan dgn SELURUH Islam. Sebagaimana Kristen, ajarannya juga macam2, dan ada ajaran Kristen rasis macam Evangelis yg dianut oleh Bush. Dia menyerang Afghan dan Irak, membunuh jutaan orang muslim dgn menyebut-nyebut ‘Perang Salib’. Terus-terang saya tidak setuju dg perilaku Taliban (anda bisa baca analisis saya soal Taliban di blog ini, dg tag ‘Afghanistan’).
Ini yg sebelumnya saya sebut ‘menarik’. Kalau Freethinker memang mau konsen di bidang ini, ada banyak yg bisa digali. Anda akan menemukan bhw Talibanisme yg ekstrim itu, ternyata didirikan oleh AS. Osama yang selalu bawa-bawa Islam itu, ternyata keluarganya teman dekat Bush. Dan umat Kristen yang menurut Anda terzalimi itu,kalau Anda baca lebih banyak, Anda akan temukan ‘kekejaman’ yg mereka lakukan sepanjang sejarah..misalnya terhada Yahudi. Tapi, apakah Kristen, Islam, Yahudi sebagai AGAMA yang menjadi sumber perang? Atau sebagian umatnya (lebih khusus lagi: politisi yg memperalat sentimen agam)?
Saya sendiri berpendapat bahwa POLITIK lah di balik semua ini. Adu domba antar agama, sebenarnya adalah politik para penguasa kejam di sepanjang sejarah.
@Rere: saya sepakat dengan Anda, kaum muslim di negara2 non Islam juga banyak mendapatkan diskriminasi, meskipun banyak juga yg mendapatkan kebebasan. Artinya, balik lagi situasinya seperti saya tulis di atas: semua itu tergantung penguasanya (=politik).
Tentang Bosnia, ya, benar, memang kaum muslim disana DIBANTAI oleh orang Kristen Serbia. Bahkan Human Right PBB pun memberikan laporan demikian. Tapi, balik lagi, apa ini masalah Kristen-Islam? Saya pikir tidak, karena selama ratusan tahun mereka hidup berdampingan. Tapi perang pecah setelah ada penguasa Serbia yg rasis (Milosevic) dan dia memperalat agama. Kejadiannay mirip di Ambon, Islam-non Islam hidup berdampingan damai. Teman saya cerita, sejak lahir dia tetanggaan dgn sangat baik dg org2 non muslim di Ambon. Sudah tradisi, di hari Natal dia dapat kue, di hari Lebaran dia bagi2 kue. Tapi tiba2 saja, rumahnya dibakar org non-muslim. Siapa dalang semua ini? Politisi!
Demikian dulu dari saya.
Terimakasih udah nimbrung, tapi mohon maaf, saya hentikan diskusi soal agama ini.
@ free thinker,
sebelumnya kepada mba dina maaf ya saya banyak ngepost,,^^,,
kepada mas free thinker yang saya tidak tau namanya,, anda mengatakan bagaimana kaum keberadaan kaum taliban membuat org kristen disana menjadi was-was…
maaf mas,, masalah di afghanistan bukan masalah AGAMA!! tolong diingat itu…Ini MASALAH GEO-POLITIK… dan asal anda tau Iran juga membantu AS dalam perang di afghanistan, Iran merupakan penyedia logistik untuk pasukan aliansi utara tersebut..
Anda tau kenapa AS terjun ke sana? itu bukan karena AS ingin membela agama kristen,, AS terjun kesana karena keberadaan Taliban itu bisa mengganggu kestabilan keamanan dan politik di ASIA TENGAH!, terutama di pakistan..
Anda tau kenapa Iran malah membantu AS dalam perang ini?? itu karena rezim taliban juga sering menggoyang rezim yang berkuasa di Iran..
dan boleh mas baca lagi sejarah taliban di afghanistan, pada saat perang dingin TALIBAN itu di supplai senjata oleh AS. untuk apa??? Untuk melawan dominasi soviet di ASIA TENGAH..Silahkan baca sejarah bila tidak percaya..
Jadi ini tidak ada sama sekali berkaitan dengan Agama, It’s all about politics! jadi mohon kepada mungkin teman2 lain yg sering mengkaitkan sebuah isu dengan agama, hingga isu paling vital ISRAEL-PALESTINE, mohon lihat baik2 dahulu, itu smua politik, kepentingan belaka, tidak ada kaitan dengan AGAMA..
AGAMA hanya bumbu2 saja,,
kita bisa hidup rukun di dunia ini..terima kasih..
untuk rere ,,
maaf mba…saya rasa lebih jauh lagi ini pasti masalah agama..karena hal2 seperti ini sudah dinubuatkan jauh2 hari oleh kitab2 agama…
namun disini tidaklah benar kalau masalah taliban,hizbullah,AS adalah antara Islam vs Kristen karena sejatinya hizbullah/talibhan sendiri pun bentuk perlawanan nasionalis dimana disitu juga terdapat orang Afghanistan ,lebanon,iraq yang non-muslim atau Kristen
ulasan yang menarik
membuka wawasan saya
salam hangat
Ass mba Dina. Saya pernah baca buku mba yg berjudul “Pelangi di Persia”. Di situ saya mendapat gambaran bahwa Sunni dan Syi’ah hidup rukun bahkan banyak terjadi perkawinan antara kedua pengikut mazhab. Tapi di blog abuthalhah ada teman yg mengutip dari You tube bahwa kaum Sunni di Iran tdk boleh bangun mesjid dan adzan. Mohon konfirmasinya. Terima kasih.
Was. Makasih udah baca buku saya. Anda lihat di buku kan, itu semacam laporan pandangan mata. Soal Sunni-Syiah, saya melaporkan apa yg saya lihat dan apa yg dikatakan orang (mirip2 laporan jurnalistik kan? kebetulan saya juga selama di Iran kerja sebagai jurnalis).
Nah, skrg, Anda bertanya, “kata si anu kok tidak begitu”? Ya.. Anda sebagai pembaca silahkan menganalisis sendiri, laporan mana yg benar, saya atau si anu.
Terima kasih buat closing remarknya mbak,
Saya setuju kalau diskusi ini ditutup saja, saya juga tidak mau kalau blog mbak ini dijadikan ajang caci maki.
Kenapa saya memunculkan penindasan di negara2 di atas, karena itu tadi…kita selalu menghubung2kan dengan agama..sehingga ketika politik bermain,penganut agama tersebut menjadi korban…padahal karena ulah sekelompok orang yang sakit jiwa/psikopat (apapun agamanya).
Anyway thanks buat kesempatan yang diberikan..saya yakin kita semua memiliki keinginan untuk hidup damai dengan sesama.
Buat saya kl soal penindasan antar agama dibanyak negara itu simple…
Intinya adalah ajarannya…bkn manusianya..umat dr smua agama sudah terbukti pernah menindas..islam,kristen,buddha,dll…
dlm hal ini hal yang paling vital adalah kesalahpahaman pengertian beragama…
Terlebih dengan istilah “Membunuh demi nama Tuhan”
Hey..Tuhan tdk butuh bantuan manusia untuk mencabut nyawa seseorang!!!!
dear godlover..
adakah bukti bahwa umat islam pernah menindas umat lain?
untuk umat beragama,adakah agama menganjurkan untuk membunuh kawan/lawan atas nama Tuhan? jika ada bagaimana bunyi perintahnya?mengapa penyelesaiannya harus membunuh?
.some1answerme.
hahahaa,,,,, lcu bgt y c mousavi, y udh klah mh klah z we jgn dem0 – dem0 sgala, g cpe gtu?
eh kn dpt uang dr ulama yg kntroversi tea s0al hartana, jd g cpe kn dpt k0misi,,,, hhheeeuuuu,
tp hdp ah AHMADINEJAD…….