Seiring protes dan gerakan rakyat di kebanyakan negara-negara Arab, sebuah koran AS, Ahad (20/2) mengingatkan bahwa Arab Saudi menilai setiap transformasi di kawasan sebagai kemenangan bagi Republik Islam Iran, Suriah dan Hizbullah Lebanon.
Situs Al Muheet mengutip koran New York Times menulis, "Memperhatikan berlanjutnya protes rakyat yang terinspirasi dari revolusi Tunisia dan Mesir di kebanyakan negara Arab, para pemimpin Riyadh mengkhawatirkan ketiadaan dukungan AS terhadap rezim-rezim Arab."
"Arab Saudi sangat minim gerakan demokratis di banding negara-negara Arab lain di kawasan, alasannya adalah kaya minyak, para pemimpin yang "agamis" dan popularitas raja, namun lengsernya Hosni Mubarak, sebagai sekutu dekat Riyadh telah mengguncang para pemimpin Arab Saudi," tambah New York Times.
"Mereka kini mengikuti dari dekat perkembangan di Bahrain dan Yaman, sebagai dua negara tetangga Arab Saudi. Di samping itu, mereka juga mengkhawatirkan peningkatan pengaruh Iran pasca jatuhnya Saddam Husein di Irak," tulisnya.
New York Times mengutip keterangan seorang diplomat Saudi, menulis, Arab Saudi telah terisolasi dengan krisis di Yordania, Irak, Bahrain dan Yaman. Ditambahkannya, Arab Saudi menilai setiap perubahan di kawasan sebagai kemenangan bagi Iran, Suriah dan Hizbullah Lebanon.
Diplomat tersebut menuturkan, pasca tumbangnya rezim Mubarak, kekawatiran Riyadh semakin tertambah dan para pejabat negara ini meyakini bahwa Mubarak sudah harus mundur dari kekuasaan dengan cara yang dapat menjaga kehormatannya.
Lebih lanjut, koran cetakan AS itu menambahkan, Arab Saudi mengkhawatirkan meluasnya gerakan protes rakyat di Bahrain ke wilayah timur yang dihuni oleh mayoritas Syiah. "Intifadah Bahrain membuat komunitas Syiah di wilayah timur semakin berani untuk melakukan protes, dan protes ini juga akan meningkat di seluruh negara kawasan," ujar seorang diplomat Saudi. (IRIB/RM/20/2/2011)
0 comments to "Saudi Menilai Protes Bahrain Sebagai Kemenangan Bagi Iran"