Home , , , , � Tumbangnya Demokrasi “Made In USA” merambah ke Bahrain, Lebanon pun beraksi..Israel pun ketakutan!!!!

Tumbangnya Demokrasi “Made In USA” merambah ke Bahrain, Lebanon pun beraksi..Israel pun ketakutan!!!!


"Kalian tidak tahu hari ini dengan siapa kalian berperang. Kalian telah memasuki medan perang dengan keturunan Muhammad Saw, Ali, Hasan, Husein, dengan Ahli Bait Rasulullah saw dan para sahabatnya." (Pesan Sayyid Hasan Nasrullah pasca serangan Israel ke Lebanon)




Rakyat Bahrain Balas Kunjungan Mullen dengan Demo Akbar

Puluhan ribu demonstran pro-demokrasi turun ke jalan-jalan di ibukota Bahrain, menuntut diakhirinya kekuasaan rezim Sunni di negara itu. Sembari melambaikan bendera Bahrain dan meneriakkan slogan anti-pemerintah, kemarin (Jumat, 25/2) para pengunjuk rasa kembali berkumpul di Pearl Square di Manama, yang menjadi pusat konsentrasi massa. Demo kali ini merupakan rangkaian aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang telah memasuki hari ke-12 semenjak 14 Februari lalu.

Sebagaiman diberitakan Press TV, aksi massa dilakukan untuk menghormati para korban tewas akibat aksi kekerasan pihak polisi baru-baru ini. Sedikitnya tujuh pengunjuk rasa telah tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan sejak awal protes pro-demokrasi di Bahrain pada tanggal 14 Februari.

Para pengunjuk rasa menuntut digulirkannya reformasi termasuk pemilihan perdana menteri dan penciptaan monarki yang benar-benar konstitusional.

Sebagian besar pengunjuk rasa berasal dari kalangan Syiah, yang disebut-sebut berniat mengakhiri dinasti Al-Khalifa beraliran Sunni yang telah memerintah negara berpenduduk mayoritas muslim Syiah itu selama hampir dua abad.

Hampir 75 persen dari penduduk Bahrain adalah masyarakat muslim Syiah. Namun negara kecil yang kaya minyak di pesisir Teluk Persia ini dipimpin oleh dinasti kerajaan Sunni sejak abad 18.

Para pengunjuk rasa telah bersumpah untuk tetap berkemah di Pearl Square dan menolak untuk mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota sampai tuntutan mereka terpenuhi.

Guna membendung terjadinya aksi demonstrasi anti-pemerintah yang lebih besar, pemerintah Bahrain pada Rabu lalu (23/2) membebaskan 23 tahanan politik setelah memperoleh grasi dari Raja Hamad bin Khalifa Al-Thani. Pemerintah juga mengumumkan akan menggelar reshuffle kabinet secara terbatas.

Aksi unjuk rasa akbar rakyat Bahrain kali ini digelar sebagai reaksi atas kunjungan Laksamana Mike Mullen, ketua Gabungan Kepala Staf AS, ke Bahrain yang menegaskan kembali komitmen Washington mendukung Raja Hamad.

Bahrain adalah sekutu utama AS di Timur Tengah dan menjadi pangkalan Armada Militer Kelima Washington.(irib/26/2/2011)

Di Lebanon, Pemimpin Syiah Bahrain Dicekal

Pihak aparat hukum Lebanon mencekal Hasan Mushaima, salah seoang pemimpin oposisi Bahrain dari kubu Syiah di bandara internasional Beirut. Menurut laporan IRNA, Sekjen Front Kebebasan dan Demokrasi (Haq) Hasan Mushaima yang datang ke Beirut dari London itu berniat untuk melanjutkan perjalanannya menuju Bahrain. Namun pada hari Selasa lalu (22/2) aparat keamanan Lebanon menangkapnya dengan dalih karena menjadi buronan interpol.

Juni tahun lalu, saat Mushaima berobat ke London, ia bersama 25 tokoh Syiah Bahrain lainnya diadili secara in absentia lantaran dituding mendirikan organisasi teroris.

Mushaima menegaskan bahwa dirinya tidak bisa bertahan di luar negeri pada saat rakyat negaranya berjuang untuk meraih cita-citanya. Ia juga mengakui bahwa tidak ada jaminan dirinya tidak akan ditangkap saat tiba di bandara Manama nanti. (irib/26/2/2011)

Janji Hizbullah Rebut al-Jalil

Statemen terbaru Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah memicu kekhawatiran rezim Zionis Israel.

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu kini tengah sibuk menenangkan warga Zionis yang mulai ketakutan. Netanyahu dalam pidatonya untuk membangkitkan semangat warga Zionis yang mulai ketakutan mengatakan, Nasrullah tidak mungkin dapat merealisasikan ancamannya untuk menduduki al-Jalil di utara Palestina pendudukan.

Nasrullah dalam pidatonya hari Rabu (16/2) menjawab ancaman Menteri Peperangan Israel, Ehud Barak yang akan menyerang Lebanon.Tidak hanya itu, Sekjen Hizbullah bahkan balik mengancam akan merebut wilayah utara Palestina pendudukan, jika berkobar perang yang dipaksakan oleh Israel.

Sayid Hasan mengatakan,"Dua puluh tahun lalu tidak ada petinggi Israel percaya bahwa Hizbullah akan mampu menduduki wilayah utara Palestina pendudukan. Kini, keberhasilan gemilang muqawama akan membuat Israel sulit menduduki Lebanon."

Kepada para pejuang, Sayid Hasan menekankan, bersiap-siaplah untuk menghadapi perang yang dipaksakan oleh Rezim Zionis Israel, mungkin saat itu komandan muqawama akan meminta kalian menguasai wilayah Jalil di Palestina pendudukan.

Dari sisi politik dan militer, para pemimpin rezim Zionis pasca pidato Nasrullah sibuk melakukan analis dan persiapan terhadap kemungkinan serangan Hizbullah atas al-Jalil. Rezim Zionis juga melakukan pengamanan ketat dan meningkatkan penjagaan di pos-pos perbatasan Lebanon.Tidak hanya itu, Israel melipatgandakan jaringan spionase dan perlengkapan militer terbaru di perbatasan dengan Lebanon.

Pejabat militer dan politik Israel melakukan berbagai pertemuan dengan penghuni distrik Zionis terutama di kawasan al-Jalil untuk menenangkan mereka dari ketakutan. Para penghuni kawasan al-Jalil juga mendesak para pejabat tinggi Zionis menyiapkan tempat persembunyian yang kokoh dari serangan roket canggih Hizbullah.

Di sisi lain, pidato Nasrullah mendapat sambutan hangat dari warga Lebanon terutama para pemuda. Bahkan mereka menyatakan kesiapannya bergabung dalam operasi penyerangan al-Jalil, jika perang Israel-Lebanon meletus.

Sejatinya, serangan Al-Jalil selain akan menimbulkan kerugian besar bagi rezim Zionis, juga menjauhkan kemungkinan serangan Israel ke Lebanon. Karena ketika muqawama semakin kuat, maka serangan rezim Zionis atas Lebanon kian melemah. Kini, muqawama tidak hanya terbatas pada pejuang Hizbullah saja. Lebih dari itu Muqawama didukung ribuan warga Sunni Lebanon, Druze, Kristen dan mayoritas rakyat Lebanon yang akan mempertahankan tanah airnya jika Israel menyerang.(IRIB/PH/MF/24/2/2011)

Tumbangnya Demokrasi “Made In USA”

Bola salju protes rakyat menuntut demokratisasi di kawasan Timur Tengah terus menggelinding kencang menggulingkan rezim-rezim diktator di kawasan yang notabene boneka Amerika Serikat.

Kritikus terkemuka AS, Noam Chomsky menyebut demokrasi sejati yang disuarakan dengan lantang oleh bangsa-bangsa Timur Tengah sebagai musuh utama kepentingan Gedung Putih di kawasan.

Menurut Chomsky, di saat Amerika melihat para diktator yang dekat dengan kepentinganya bakal lengser, maka Gedung Putih mengubah kebijakannya. Ketika rakyat berhasil merebut kekuasaan dari tangan para diktator dan militer tidak mampu menguasai situasi, tiba-tiba AS berubah dan mengambil sikap 180 derajat. Dalam kondisi yang semacam ini, AS biasanya mengklaim sejak awal berada bersama rakyat. Dengan cara ini, mereka dapat mengembalikan kekuasaan lama dengan wajah baru.

Washington gencar secara terang-terangan mendukung rezim diktator semacam Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir. Gedung Putih juga sembunyi-sembunyi mendukung Gaddafi di Libya demi emas hitam yang dikeruk dari negara itu.

Dalam pembantaian massal rakyat Libya di tangan Gaddafi, negara-negara Barat masih menahan diri menyikapi kejahatan tersebut. Berbeda saat menyikapi kerusuhan kecil di Tehran, Presiden AS Barack Obama harus menunggu 10 hari untuk mengeluarkan statemen kecaman terkait pembantaian rakyat Libya.

Presiden Amerika dalam pidato televisi pertamanya terkait kebangkitan rakyat Libya dan kejahatan Muammar Gaddafi meminta segera dihentikannya aksi kekerasan yang dilakukan terhadap para demonstran.

AS berupaya mempertahankan rezim diktator di negara-negara Arab setidaknya dengan dua motif utama. Pertama, rezim diktator di negara-negara Arab dan sengketa historis perebutan tahta kekuasaan akan mengalihkan perhatian mereka terhadap brutalitas rezim Zionis atas Palestina.

Kedua, Washington lebih mudah mengontrol pemerintahan diktator yang mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya daripada tuntutan rakyat mereka. Untuk itu, AS masih tetap melindungi rezim-rezim depotik di Timur Tengah yang dipandang bisa menyelamatkan kepentingannya di kawasan. Kini, Gedung Putih menempatkan kapal induknya di perairan Bahrain untuk menyelamatkan negara monarki itu.

Sejatinya, jatuhnya rezim-rezim diktator di kawasan Timur Tengah sebagai kekalahan besar bagi Barat terutama AS. Setidaknya kondisi yang sudah dan sedang terjadi di kawasan Timteng dan Dunia Arab menyentak Zionis dan para pembuat keputusan di Gedung Putih.

Revolusi Tunisia, Mesir dan kini melanda Libya menjadi lonceng yang membunyikan dimulainya era baru di Timur Tengah. Era tumbangnya demokrasi made in Amerika Serikat.(IRIB/PH/AR/25/2/2011)

0 comments to "Tumbangnya Demokrasi “Made In USA” merambah ke Bahrain, Lebanon pun beraksi..Israel pun ketakutan!!!!"

Leave a comment