Home , , , , , , , , , � "Mampus Amerika" menjadi "Mampus Keluarga Kerajaan Arab Saudi" dan Inilah Isi Surat Ekstra Rahasia Mendagri Saudi!!!

"Mampus Amerika" menjadi "Mampus Keluarga Kerajaan Arab Saudi" dan Inilah Isi Surat Ekstra Rahasia Mendagri Saudi!!!


Kirim Tentara ke Bahrain, Dalam Negeri Saudi Rusuh

Pemerintah Arab Saudi mengirimkan pasukan militer ke Bahrain untuk menumpas protes anti rezim Khalifa, di saat aksi protes rakyat di negareinya sendiri kian meningkat dari sebelumnya.

Demikian diungkapkan Ketua Komisi Menentang Penyiksaan di Bahrain yang berbasis di London, Rodney Shakespeare kepada Press TV dalam sebuah wawancara Kamis (16/3)

"Jika digelar pemilihan umum yang bebas dan adil di Arab Saudi, maka 99 persen rakyat akan memilih melawan rezim. Itulah sebabnya mereka mencegah gelombang demokrasi di Bahrain," tambah Shakespeare.

Pengamat Timur Tengah ini menggambarkan serangan hari Rabu oleh polisi anti huru-hara Bahraian dan pasukan Arab Saudi terhadap demonstran sebagai "pembantaian secara sengaja dan terorganisir."

"Para demonstran adalah orang-orang yang selama puluhan tahun telah mengemukakan tuntutannya secara moderat dan memprotes dengan cara non-kekerasan," kata Shakespeare.

Dia menuding AS turut bertanggung jawab atas pembantaian pemrotes. "Sinyal penumpasan brutal datang ketika Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengunjungi kawasan baru-baru ini,"tegasnya.

Setidaknya enam orang tewas di Bahrain ketika pasukan negara ini yang dibantu militer Saudi melancarkan serangan brutal terhadap para demonstran anti-pemerintah di Manama pada Rabu.

Dalam sebuah laporan yang dirilis Kamis (17/3), Amnesti International menyerukan pada pemerintah Barat untuk menghentikan pengiriman senjata ke Bahrain. Sebab senjata itu digunakan rezim Manama untuk menumpas para demonstran damai.

Lebih dari 1.000 tentara Arab Saudi dan 500 polisi dari Uni Emirat Arab, yang didukung tank dan helikopter, membantu pemerintah kaya minyak itu untuk menumpas aksi protes rakyatnya sendiri yang menuntut keadilan.(IRIB/PH/18/3/2011)

Anak Ariel Sharon: Bakar Bangsa Arab!

Putra sulung Mantan Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Ariel Sharon mengusulkan untuk membakar bangsa Arab.

Situs a-Islam al-Youm hari ini (14/3) melaporkan, Gilad Sharon putra sulung penjagal kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila dalam sebuah wawancara dengan koran Yediot Aharonot mengatakan, orang-orang Arab harus dibakar.

Dia menyatakan, pengepungan atas orang-orang Arab dan Palestina harus diperketat.

Gilad Sharon adalah putra Ariel Sharon yang melakukan kejahatan kemanusiaan dengan membantai 3500 orang di kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila tahun 1982.

Sementara itu, dilaporkan bahwa tentara dan pemukim Zionis menyerang warga Palestina yang sedang menunaikan shalat di Masjidul Aqsha. Serangan yang terjadi Ahda (13/3) kemarin itu melukai sejumlah jamaah shalat.

Laporan lainnya menyebutkan bahwa tentara Zionis juga menyerang sebuah daerah di dekat kota Selfit, Tepi Barat Sungai Jordan. (IRIB/AHF/14/3/2011)

Tentara Saudi Makin Brutal, Perawat Bahrain Ditembak Mati

Penembak jitu Arab Saudi menembak mati seorang perawat Bahrain, ketika staf medis ini mencoba mencapai rumah sakit di ibukota.

Sebagaimana dilaporkan Press TV, saksi mata menuturkan korban diserang kemarin (Kamis,17/3) di desa Qadam saat menuju Rumah Sakit Salmaniya.

Para pengunjuk rasa di negara yang mayoritas penduduknya Syiah itu menuntut reformasi konstitusi dan perubahan sistem monarki yang telah memimpin selama 230 tahun. Para demonstran menggelar kemah damai di Bundaran Mutiara sejak 14 Februari lalu.

Aksi kekerasan pemerintah Manama yang dibantu tentara Saudi dan negara Arab lainnya memicu kecaman dan protes masyarakat dunia dari berbagai negara termasuk Iran, Irak, Lebanon, dan Arab Saudi. Mereka mengelar unjuk rasa memprotes invasi yang dipimpin Saudi di Bahrain dan tindakan keras terhadap para demonstran anti-rezim.(IRIB/PH/18/3/2011)

Ketua Wefaq Desak Raja Abdullah Tarik Tentara Saudi dari Bahrain!

Di tengah meningkatnya pertumpahan darah di Bahrain, pemimpin partai oposisi terbesar Bahrain mendesak Raja Arab Saudi segera menarik pasukannya keluar dari negara itu.

"Militer Saudi harus menarik diri dari Bahrain, dan Raja Abdullah sendiri yang harus menginstruksikannya segera," kata Sheikh Ali Salman, ketua faksi Syiah Al Wefaq pada hari Kamis.

Arab Saudi bersama anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) lainnya, mengirim angkatan bersenjata ke Bahrain untuk membantu pemerintah Manama menumpas demonstran damai yang memperjuangkan haknya.

"Kami menyerukan supaya PBB menyelidiki atas peristiwa yang terjadi di Bahrain sejak 14 Februari sampai sekarang,"tegas Salman.

Kemarin, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay mengecam langkah baru pemerintah Manama menyita rumah sakit negeri di tengah tindakan agresi yang diambil oleh pasukan pemerintah Bahrain yang dibantu tentara Saudi dan negara Arab lainnya.

"Terjadi penangkapan sewenang-wenang, pembunuhan dan pemukulan terhadap para demonstran dan petugas medis, serta pengambilalihan rumah sakit dan pusat kesehatan oleh pasukan keamanan Bahrain,"katanya.(IRIB/PH/18/3/2011)

Timur Tengah Bergolak, Harga Minyak Menggila

Setelah Dewan Keamanan PBB merilis resolusi anti-Rezim Gaddafi serta eskalasi kekerasan di Bahrain harga minyak di pasar dunia mulai membumbung tinggi. Harga minyak Brent dilaporkan naik sekitar 1,45 dolar dan diperdagangkan di level 116,35 dolar perbarel. Minyak mentah Amerika naik 1,66 dolar dan dipasarkan dengan harga 103,8 dolar perbarel.

CNN dari New York dalam laporannya menyebutkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate di pasar New York naik 3,50 dolar dan dipatok 101,47 dolar perbarel. Gejala kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia terjadi di saat OPEC sebagai organisasi pengekspor minyak hingga saat ini belum mengumumkan kenaikan harga. Patut dicatat Libya dan Bahrain, dua negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara yang saat ini dilanda krisis internal adalah dua anggota OPEC. Libya juga tercatat penyuplai minyak utama bagi negara Eropa.

Pengamat minyak dunia menila esklasi kekerasan dan friksi di sejumlah negara Timur Tengah khususnya Libya dan Bahrain sebagai faktor utama pemicu kenaikan minyak. Instabilitas keamanan di Timur Tengah dan Afrika Utara juga meningkatkan kekhawatiran soal suplai minyak ke pasar dunia.

Reuters dalam analisanya menilai kenaikan harga minyak berkaitan erat dengan tingginya inflasi di perekonomian global. Menurut Reuters kondisi ini mengakibatkan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dan Eropa merevisi kebijakan finansial dan suku bunganya. Di sisi lain, kenaikan harga minyak diprediksikan akan berbuntut pada melonjaknya harga bahan pangan dan komoditi lainnya. Pada akhirnya negara industri besar dunia akan mendapat imbas tingginya inflasi.

Nigel Gault, pengamat IHS Global Insight terkait hal ini menandaskan, kenaikan harga minyak dapat menurunkan tingkat produksi dan menambah angka pengangguran di negara-negara industri. Melonjaknya harga minyak dunia ditakutkan akan menciptakan krisis finansial baru di Eropa dan Amerika. Padahal negara industri dunia saat ini masih belum mampu keluar dari krisis finansial 2007-2010 akibat bangkrutnya bank-bank Amerika.

Di Zona Euro krisis ini juga masih belum sepenuhnya teratasi. Tingkat inflasi di kawasan ini pada bulan Januari mencapai lebih dari 2,4 persen. Angka ini bagi Zona Eropa merupakan nilai terburuk sejak dua tahun terakhir.

Amerika Serikat sendiri juga mengalami kondisi sulit. Bertambahnya defisit bujet dan hutang yang ditanggung negara Paman Sam saat ini terus meningkat. Oleh karena itu, dipastikan AS sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia akan mendapat imbas yang tidak sedikit dari kenaikan harga minyak dunia. Pada tahun 2009, AS mengalami defisit anggaran sebesar 1,4 trilyun dolar dan pada tahun 2010 sekitar 1,2 trilyun dolar.

AS dan Eropa merupakan pengimpor minyak terbesar dunia dan kenaikan harga minyak akan menyulitkan sektor perdagangan dan anggaran umum di negara ini. (IRIB/MF/18/3/2011)

Kesalahan Terbesar Arab Saudi Sepanjang Sejarah

Menurut sumber-sumber diplomatik dan terpercaya di negara Teluk Persia kini muncul kekuatan segitiga baru. Kekuatan tersebut adalah pendukung al-Qaeda, terorisme pemerintahan dan kapitalisme. Kekuatan segitiga baru ini memporak-porandakan kebangkitan rakyat Bahrain. Di sisi lain, pemerintahan kerajaan Arab Saudi telah melakukan kesalahan terbesarnya sepanjang sejarah.

Sementara itu, Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA) pekan lalu dilaporkan berhasil menekan Arab Saudi untuk campur tangan dalam menangani krisis di Bahrain. CIA mengancam Riyadh dengan sejumlah dukumen yang menunjukkan keterlibatan Arab Saudi dengan al-Qaeda. Sumber-sumber diplomat Timur Tengah menyatakan, agresi militer Arab Saudi ke Bahrain adalah langkah berbahaya karena dapat merusak stabilitas di kawasan dan mengobarkan api di dalam negeri Saudi sendiri.

Sumber ini menambahkan, para petinggi Arab Saudi telah salah langkah dan keliru dalam menentukan strategi. Sikap mereka ini bahkan mendorong bangsa di negara kaya minyak bangkit dan menyerukan kebebasan serta demokrasi. Bagi Amerika sendiri hal ini banyak menguntungkan pihaknya karena Washington berhasil mengubah slogan "Mampus Amerika" menjadi "Mampus Keluarga Kerajaan Arab Saudi". Hal ini juga dinilai sebagai kekalahan telak kerajaan Arab Saudi.

Al-Qaeda sebuah organisasi teroris bikinan Arab Saudi. Oleh karena itu, tak heran jika kelompok teroris ini mendapat dukungan finansial dan strategi dari Riyadh. Amerika Serikat bukannya tidak mengetahui hal ini. Washington memiliki bukti dan dokumen kuat atas langkah Riyadh serta menggunakannya dalam waktu yang tepat untuk menekan Arab Saudi agar senantiasa tunduk terhadap Gedung Putih.

Seorang diplomat Arab kepada Kantor Berita IRNA menandaskan, petinggi Arab Saudi telah menyadari kekeliruan strategi mereka. Oleh karena itu, mereka langsung memberikan reaksi bahwa pengiriman pasukan negara ini atas permintaan Bahrain dan mengemban misi menjaga infrastruktur serta berusaha menciptakan peluang solusi di krisis Manama.

Thomas Lippman, pengamat masalah Arab Saudi di Dewan Hubungan Luar Negeri AS menulis,"Saya tidak percaya bila pengiriman militer Arab Saudi ke Bahrain dilakukan setelah tercapai kesepakatan para menteri luar negara Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC)." Menurutnya lawatan terbaru Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Robert Gates ke Timur Tengah pekan lalu telah mendorong Arab Saudi terlibat dalam krisis Bahrain.

Sementara itu, Simon Henderson, pengamat di The Washington Institute menilai keterlibatan Riyadh dalam krisis Manama hanya didorong ketakutannya soal merembetnya aksi demo rakyat Bahrain ke wilayah Syiah di timur Saudi. Namun kini ternyata masalah Bahrain telah menjadi isu internasional dan kondisinya telah berubah. (IRIB/IRNA/MF/18/3/2011)

Lima Kota Arab Saudi Bergolak

Pasukan keamanan Saudi di timur kota Omran membubarkan para pendemo yang mengutuk intervensi militer kerajaan Arab Saudi atas gejolak di Bahrain. Menurut laporan PressTV, setidaknya sepuluh demonstran terluka setelah pasukan Arab Saudi membubarkan para demonstran yang berbaris. Pasukan keamanan Arab Saudi membubarkan para pendemo damai dengan tongkat yang dipukulkan ke mereka.

Aksi unjuk rasa serupa juga terjadi di beberapa kota lain timur Arab Saudi seperti Qatif, Safwa, Awamiya dan al-Rabeeya. Para demonstran juga menyerukan pembebasan tahanan politik yang ditahan selama 16 tahun tanpa prosedur pengadilan.

Hari Kamis (17/3), lebih dari 4.000 pengunjuk rasa memadati jalan-jalan di timur kota Qatif menuntut reformasi politik serta pembebasan tahanan politik. Menurut keterangan para saksi mata, aparat polisi menembakkan peluru dan gas air mata guna membubarkan massa. Akibatnya sejumlah orang cedera.

Seorang pejabat Saudi Senin (13/3) mengatakan bahwa lebih dari 1.000 tentara dari negara-negara anggota P-GCC telah dikirim ke Bahrain. Arab Saudi mengklaim pengiriman ribuan pasukannya ke Bahrain adalah dalam rangka mengantisipasi "ancaman keamanan" dari negara jirannya itu dan juga dalam upaya meredam eskalasi aksi protes anti-pemerintah.

Intervensi militer Arab Saudi itu terjadi dua hari setelah Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, berkunjung ke Manama dan berdialog dengan Raja Syeikh Hamad bin Isa Al Khalifa. (IRIB/PressTV/AR/18/3/2011)

Bundaran Mutiara di Bahrain Rata dengan Tanah

Bundaran Mutiara di Manama telah rata dengan tanah. Pasukan Bahrain dan Arab Saudi yang dilengkapi dengan tank dan helikopter menghancurkan bundaran yang menjadi pusat protes para pendemo anti-rezim Al-Khalifa. Padahal Bundaran Mutiara adalah ikon nasional Bahrain. Namun rezim Al-Khalifa tak peduli untuk menghancorkan ikon itu yang dijadikan sebagai ajang aksi protes masyarakat Bahrain.

Bundaran Mutiara atau Pearl adalah monumen di tengah bundaran Mutiara yang dalam bahasa Arab disebut Dawar al-Lu'lu'. Bundaran Mutiara itu adalah sebuah jalan lingkar yang terletak di kawasan finansial Manama, Bahrain. Monumen ini terdiri dari enam layar perahu yang mengarah ke langit, yang masing-masing memegang mutiara di atasnya. Enam layar melambangkan enam negara Arab di Teluk Persia, sedangkan mutiara melambangkan warisan bersama. Dasar monumen ini merupakan kolam berbentuk segi dua belas yang terdapat air mancur. Namun semua itu sekarang tinggal kenangan setelah pasukan Arab Saudi dan Bahrain menghancurkannya.

Sebelumnya, pasukan Arab Saudi menyerang rumah sakit Salmaniya dan tidak mengijinkan para dokter, perawat dan keluarga korban meninggalkan atau memasuki gedung rumah sakit.
Seorang pejabat Saudi Senin (13/3) mengatakan bahwa lebih dari 1.000 tentara dari negara-negara angoota P-GCC telah dikirim ke Bahrain. Arab Saudi mengklaim pengiriman ribuan pasukannya ke Bahrain adalah dalam rangka mengantisipasi "ancaman keamanan" dari negara jirannya itu dan juga dalam upaya meredam eskalasi aksi protes anti-pemerintah.

Masih mengenai Bahrain, ribuan warga Bahrain setelah shalat Jumat (18/3) di kota Draz, kembali turun jalan menggelar aksi unjuk rasa. Meski pemerintah sudah melarang, tapi masyarakat tak peduli dan tetap melanjutkan demonstrasi yang sudah dimulai sejak beberapa pekan lalu. Hingga kini, aksi unjuk rasa di Bahrain sudah menelan banyak nyawa. Bahkan dilaporkan pula, banyak korban yang gugur syahid dalam kondisi mengenaskan seperti kepala yang pecah karena tembakan pasukan pro-rezim. Sejumlah situs juga menampilkan korban sadisme pasukan pro-rezim Al-Khalifa. (IRIB/PressTV/AR/19/3/2011)

Jutaan Umat Saudi Berdemo, Riyadh Kirim Puluhan Tank

Sejumlah orang cedera setelah polisi menembakkan peluru karet ke arah demonstran anti-pemerintah dalam aksi protes jutaan umat di kota Qatif di timur Arab Saudi.

Kemarin (18/3), lebih dari 4.000 pengunjuk rasa memadati jalan-jalan di kota timur Qatif menuntut reformasi politik serta pembebasan tahanan politik.

Menurut keterangan para saksi mata, aparat polisi menembakkan peluru dan gas air mata guna membubarkan massa. Akibatnya sejumlah orang cedera. Sementara itu, digelar pula demonstrasi lain dalam rangka menyampaikan solidaritas terhadap rakyat Bahrain.

Para demonstran menyerukan diakhirinya serangan militer ke Bahrain, setelah Riyadh mengirimkan sedikitnya 1.000 pasukan ke Manama guna menumpas protes rakyat.

Para pengunjuk rasa menuntut pemerintah Riyadh segera menarik mundur pasukannya dari Bahrain.

Para saksi mata menambahkan bahwa puluhan tank bergerak menuju kota Qatif, di saat ribuan demonstran termasuk ulama dan perempuan terus berdemo damai meski dijaga ketat oleh polisi anti huru-hara.

Protes anti-pemerintah dalam beberapa waktu terakhir terus bergulir di bagian timur Arab Saudi, meskipun pemerintah telah mengeluarkan larangan segala bentuk aksi demonstrasi. Di satu sisi, pemerintah Riyadh juga meningkatkan tindakannya terhadap para demonstran.

Kaum Syiah Arab Saudi sebagai kelompok minoritas negara ini mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah. Namun pemerintah Saudi menolak tuduhan tersebut. (IRIB/MZ/SL/18/3/2011)

Jannati: Mengapa Para Pengklaim Demokrasi Takut Rakyat?

Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Ahmad Jannati, dalam khotbahnya hari ini (18/3) menyatakan, "Amerika Serikat di satu sisi mengimbau semua pihak untuk bersabar, namun di sisi lain, membuka pintu lebar-lebar bagi kejahatan para penguasa despotik di kawasan."

Menyinggung krisis di Bahrain, Ayatullah Jannati mengatakan, "Mayoritas rakyat Bahrain adalah Syiah dan karena mereka Syiah, selama puluhan tahun lamanya hak mereka dinistakan. Namun kini mereka sadar bahwa mereka mampu bangkit melawan sama seperti di negara-negara Islam lainnya."

Ditambahkannya, "Ketika rezim non-populis sadar bahwa mereka telah terdesak, mereka meminta bantuan dari Arab Saudi untuk mengirim pasukan."

Lebih lanjut dijelaskannya, "Pihak-pihak yang selalu mengoarkan demokrasi, mengapa kini mereka khawatir akan partisipasi rakyat. Tidak ada ketentuan intenasional yang membolehkan invasi militer untuk membantai warga negara lain."

Di bagian lain khotbahnya, Ayatullah Jannati menyinggung serangan brutal rezim Gaddafi terhadap rakyat tak berdosa negara itu, seraya mengatakan, "Rakyat telah puluhan tahun bersabar menghadapi orang gila (Gaddafi) ini, namun kesabaran mereka telah sampai pada batasnya dan mereka melawan. Gaddafi tidak berbeda dengan rezim Zionis Israel yang selalu melancarkan serangan brutal terhadap bangsa Palestina."

Di akhir khotbahnya, Ayatullah Jannati menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas tragedi gempa, tsunami,dan krisis radiasi nuklir yang terjadi di Jepang. Ditambahkannya, Iran siap membantu Jepang. (IRIB/MZ/MF/18/3/2011)

Inilah Isi Surat Ekstra Rahasia Mendagri Saudi!!!

Departemen Dalam Negeri Arab Saudi mengeluarkan instruksi yang ekstra rahasia kepada para pejabat keamanan negara ini. Instruksi itu meminta pasukan keamanan Arab Saudi supaya menindak para pendemo dengan kekerasan dan tanpa ampun. Bahkan para pasukan keamanan juga dibenarkan menembakkan peluru ke arah para pendemo.

Surat intruksi yang ditandatangani Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Nayef bin Abdulaziz diungkap oleh Televisi Al-Alam. Dalam surat itu tertera bahwa para pemimpin polisi kota Riyadh, Makkah Al-Mukaramah, Madinah Al Munawarah, Al Bahah, Hail, Al-Qasim, wilayah-wilayah utara, Jouf, Asir, Tabuk, Najran, Jazan dan Ash Sharqiyah ditekankan supaya menindak para pendemo tanpa ampun dan menembak mereka.

Meski Departemen Dalam Negeri sudah mengeluarkan surat ancaman kepada para pendemo, masyarakat di kota Ahsa, As-Sharqiyah, tetap menggelar aksi unjuk rasa damai sebagai bentuk solidaritas atas masyarakat Bahrain.

Pada saat yang sama, keluarga kerajaan Saud berselisih pendapat terkait pengiriman pasukan ke Bahrain. Dilaporkan, pengutusan pasukan ke Bahrain itu adalah perintah individual yang dikeluarkan oleh Nayef bin Abdul Aziz yang merangkap sebagai Menteri Dalam Negeri dan Deputi Kedua Perdana Menteri.

Terkait hal ini, para aktivis dan politisi pro-demokrasi terus menggalakkan aksi protes dan menyampaikan ke seluruh warga Arab Saudi supaya melawan arogansi kerajaan Arab Saudi. Menurut laporan yang ada, gerakan anti-rezim sudah melebar ke berbagai pelosok seperti di kota Riyadh, Najran, Tabuk dan Makkah Al-Mukaramah. Dengan demikian, gerakan anti-keluarga Saud bukan hanya diprakarsai komunitas Syiah, tapi juga didukung para pemuda Ahlus-Sunnah. (IRIB/Masherqnews/Al-Alam/AR/19/3/2011)

0 comments to ""Mampus Amerika" menjadi "Mampus Keluarga Kerajaan Arab Saudi" dan Inilah Isi Surat Ekstra Rahasia Mendagri Saudi!!!"

Leave a comment