Home , , , , � AlQaeda dan Osama, Benih Pengaitan Islam dengan Terorisme

AlQaeda dan Osama, Benih Pengaitan Islam dengan Terorisme

Kementerian Luar Negeri Turki dalam statemennya menyatakan bahwa AlQaeda dan gembongnya Osama bin Laden, dengan melancarkan berbagai aksi teror, telah menjadi sarana bagi banyak pihak untuk mencoreng citra Islam dan Muslim.

Kantor berita IRNA (3/5) melaporkan, Kementerian Luar Negeri Turki menyebut berita tewasnya Osama bin Laden sebagai tahap penting dalam pemberantasan terorisme.

Kemlu Turki menyebut Osama bin Laden keliru memahami ajaran Islam dan menggunakannya di jalan menyimpang serta melancarkan berbagai serangan teror untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensinya.

AlQaeda dan Osama bin Laden, dinilai oleh Kementerian Luar Negeri Turki sebagai pihak yang bertanggung jawab atas munculnya berbagai upaya pengaitan Islam dengan terorisme. Karena pada hakikatnya, AlQaeda telah membuka jalan bagi pihak-pihak yang sejak awal ingin merusak citra Islam melalui pengaitan ajaran Islam dengan terorisme.

Tewasnya Osama bin Laden itu juga dinilai sebagai pelajaran bagi para anggota AlQaeda dan kelompok-kelompok sejenis.
(IRIB/MZ/3/5/2011)

Pejabat AS Belum Bereaksi Soal Foto Palsu Jenazah Osama

Foto jenazah gembong teroris AlQaeda, Osama bin Laden, yang dipublikasikan sebelumnya, ternyata hasil manipulasi dua foto berbeda yang dipublikasikan online dua tahun terakhir.

Foto yang diklaim sebagai jenazah bin Laden itu ternyata telah beredar di internet sejak 2009 lalu. Beberapa situs koran Inggris menggunakan foto tersebut pada halaman muka, namun dengan cepat mereka terpaksa menghapus foto itu setelah tersiar kabar bahwa foto itu hasil rekayasa. Hal yang sama juga terjadi di berbagai situs surat kabar dan kantor berita dunia.

Koran The Guardian terbitan Inggris misalnya, menyatakan bahwa foto palsu itu digunakan pertama kali pada "themedialine.org," surat kabar online di Timur Tengah, pada tanggal 29 April 2009. Pihak editor menyatakan tidak bisa memastikan apakah foto tersebut asli atau palsu.

Sejak tahun 2009, sejumlah forum konspirasi bersikeras menyatakan bahwa foto itu tidak palsu dan sesuai mengklaim bahwa pemimpin AlQaeda telah tewas.

Foto utama diambil dari bin Laden pada tahun 1998 dan digunakan oleh kantor berita Reuters.

Presiden AS Barack Obama, sebelumnya (2/5) mengumumkan bahwa bin Laden tewas di tangan pasukan AS pada hari Ahad (1/5) setelah dia ditemukan di tempat persembunyiannya di Pakistan.

Sementara itu, seorang pejabat Amerika menyatakan bahwa jenazah bin Laden dilempar ke laut, seraya menyatakan bahwa "pemakaman" tergesa-gesa itu sesuai dengan hukum Islam, yang menetapkan waktu penguburan 24 jam setelah kematian.

Hingga kini belum ada reaksi dari para pejabat Amerika Serikat mengenai tersebarnya foto rekayasa jenazah bin Laden itu. (IRIB/MZ/3/5/2011)

Barat Tenggelam Dicekam Ketakutan

Kemungkinan Serangan Balasan AlQaeda Dunia Barat saat ini tenggelam dicekam rasa ketakutan atas kemungkinan dilancarkannya serangan balas dendam jaringan AlQaeda. Banyak negara yang mengumumkan siaga guna mengantisipasi segala bentuk ancaman serangan balas dendam AlQaeda, pasca pengumuman tewasnya gembong teroris Osama bin Laden.

Kantor berita Mehr melaporkan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, Senin (2/5) waktu setempat, menilai tewasnya Osama sebagai keberhasilan besar, namun program pemberantasan jaringan AlQaeda dan sekutunya terus berlanjut.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada hari saat mengumumkan tewasnya Osama, menyebut hari itu sebagai hari indah dan melegakan bagi warga Amerika dan seluruh masyarakat dunia.

Namun di sisi lain, pemerintah Amerika memperingatkan warganya di seluruh dunia untuk berhati-hati menghadapi kemungkinan serangan balasan dari AlQaeda. Apalagi setelah Ketua Dinas Rahasia Amerika (CIA), Leon Paneta, memastikan adanya serangan balasan dari AlQaeda.

Senator Joe Liberman, Komite Komisi Keamanan Dalam Negeri mengatakan bahwa aksi balas dendam itu mungkin dilakukan oleh oknum yang sama sekali ada kaitannya dengan AlQaeda. "Yang saya khawatirkan adalah dalam beberapa hari mendatang akan muncul seorang "serigala sendirian" yang beraksi melawan seluruh rakyat Amerika," tambahnya.

Kekhawatiran serupa juga dikemukakan oleh Senator Susan Collins yang mengatakan, "Salah satu kekhawatiran saya adalah seorang warga Amerika Serikat melancarkan serangan balas dendam atas kematian Osama."

Pasca pengumuman kematian Osama, polisi di seluruh negara bagian Amerika Serikat disiagakan penuh.

Ketakutan di Eropa

Tidak selang lama setelah pengumuman kematian Osama, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, menginstruksikan kedutaan besar dan konsulat Inggris di seluruh dunia untuk meningkatkan kesiagaan.

Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dalam hal ini mengimbau negara-negara Barat untuk meningkatkan kewaspadaan mereka dalam beberapa pekan mendatang.

Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, menyatakan bahwa tewasnya Osama bin Laden bukan berarti akhir dari AlQaeda.

Tidak ketinggalan, Uni Eropa mengimbau negara-negara anggota untuk meningkatkan pengawasan keamanan menyusul berita tewasnya Osama bin Laden.

Pemerintah Italia dan Inggris menambah jumlah personil polisinya di jalan-jalan. Bahkan pemerintah London mengimbau warganya untuk menghindari tempat-tempat konsentrasi.

Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, juga menekankan pentingnya kewaspadaan warga.
(IRIB/MZ/3/5/2011)

Al Azhar Kutuk Penenggelaman Jasad Osama

Sheikh al-Azhar Kairo, Mesir, Doktor Ahmad al-Tayeb mengutuk tindakan Amerika Serikat, yang membenamkan jasad pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden ke laut dan menilainya sebagai pelanggaran atas hukum Islam.

"Penenggelaman di laut bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam, nilai-nilai agama dan kemanusiaan," kata Sheikh al-Tayeb dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Press TV pada hari Selasa (3/5).

Seraya menyatakan bahwa orang mati harus diberi penghormatan penuh tanpa memandang kebangsaan atau keyakinan mereka, Sheikh al-Tayeb menuturkan, orang meninggal juga harus dihormati setelah dimakamkan.

Presiden AS Barack Obama mengumumkan dalam pidato televisi hari Ahad bahwa Osama telah tewas oleh pasukan khusus Amerika setelah dia ditemukan bersembunyi di sebuah rumah di Pakistan.

Seorang pejabat senior pertahanan AS memberitahukan bahwa jasad Osama telah dibenamkan di laut setelah menggelar prosedur penguburan Islami di dek kapal USS Carl Vinson selama satu jam. Ditambahkannya, jasadnya telah dimandikan dan dibungkus dalam kain putih, lalu dibenamkan di Laut Arab Utara. (IRIB/RM/NA/3/5/2011)

Mantan Analis CIA: Osama, Alat Perang AS

Pengamat dari Amerika Serikat dan mantan analis CIA, Kathleen Christison meyakini Osama bin Laden hanya sebuah alasan dan alat bagi Washington untuk mengobar perang. Ditambahkannya, meski telah mengumumkan kematian pemimpin Al Qaeda itu, AS masih terus melanjutkan kebijakan ekspansifnya.

Christison dalam wawancara eksklusif dengan IRNA, Selasa (3/5) mengatakan, "Saya berpikir kematian Osama tidak akan memberi banyak pengaruh terhadap kebijakan yang disebut perang melawan terorisme, yang dipelopori oleh AS dan sekutunya."

"Pada prakteknya, perang tersebut tidak begitu punya hubungan dengan Osama dan Taliban. Saya khawatir AS akan terus melakukan intervensi militer di negara-negara lain pasca tewasnya Osama," jelasnya.

AS mengejar tujuan-tujuan imperialisnya, mengontrol kawasan Timur Tengah dan menjamin akses aman ke sumber-sumber minyak di kawasan. Negara adidaya itu hanya ingin memperkuat hegemoni rezim Zionis Israel di kawasan dan juga membantu rezim-rezim bonekanya seperti Arab Saudi.

Christison yang aktif sebagai analis CIA pada dekade 1960, menegaskan, Osama sama sekali tidak diperhitungkan sebagai sebuah faktor penting dalam tujuan-tujuan AS. Ia hanya alat Washington dalam mengejar kebijakan ekspansif AS. Ditambahkannya, pengumuman tewasnya Osama pasti akan membantu Presiden Barack Obama di AS, terlebih masa kampanye pemilu presiden mendatang telah dimulai dan popularitas Obama juga merosot.

"Euforia kebanyakan warga AS atas kematian Osama menunjukkan bahwa mereka telah memberikan apresiasi besar kepada Obama. Presiden AS akan dianggap sebagai pahlawan dan tentu saja akan menyetop penurunan popularitas Obama," tambahnya.

"Sejak beberapa tahun lalu, Osama tidak lagi mengontrol operasi Al Qaeda dan memainkan peran penting dalam aksi-aksi terorisme dan AS juga mengetahui dengan baik masalah ini. Namun, tetap mengeksploitasinya sebagai sarana dan alat pada saat-saat diperlukan," tegasnya.

Ketika ditanya tentang peran AS dan beberapa negara Arab dalam mendirikan Al Qaeda, Christison menjelaskan, meski pada prinsipnya Al Qaeda dan Osama adalah produk Barat dan beberapa negara Arab, tapi bukan berarti negara-negara itu masih mengendalikan organisasi teroris tersebut.

Osama bin Mohammed bin Awad bin Laden yang lahir pada tahun 1957 di Riyadh adalah seorang warga negara Arab Saudi dan anggota keluarga Bin Laden, pendiri dan pemimpin kelompok teroris Al Qaeda.

Setelah meninggalkan kuliah pada tahun 1979, Osama bergabung dengan mujahidin Afghanistan untuk melawan invasi Soviet di negara itu. Dari tahun 1979-1989 di bawah Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan, CIA menyediakan bantuan finansial, senjata dan pelatihan secara terbuka dan rahasia kepada mujahidin Afghanistan dan Osama untuk melawan Soviet. Presiden Reagan bahkan sering memuji mujahidin Afghanistan sebagai pejuang kebebasan. (IRIB/RM/NA/3/5/2011)

Osama, Produk Usang AS dan Barat

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyebut kematian pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden sebagai sebuah kemenangan bagi negaranya. Padahal, rekam jejak aktivitas Osama menunjukkan bahwa ia adalah produk dua instansi pendidikan, Wahabi Arab Saudi dan Dinas Intelijen AS, Inggris dan Pakistan.

Osama bin Mohammed bin Awad bin Laden yang lahir pada tahun 1957 di Riyadh adalah seorang warga negara Arab Saudi dan anggota keluarga Bin Laden, pendiri dan pemimpin kelompok teroris Al Qaeda. Steve Coll, pemenang hadiah sastra Pulitzer dalam bukunya, Bin Laden Family menulis, "Keluarga ini memiliki kekuasaan dan pengaruh di Arab Saudi dan punya hubungan khusus dengan keluarga kerajaan Saudi."

Setelah meninggalkan kuliah pada tahun 1979, Osama bergabung dengan mujahidin Afghanistan untuk melawan invasi Soviet di negara itu. Dari tahun 1979-1989 di bawah Presiden Jimmy Carter dan Ronald Reagan, CIA menyediakan bantuan finansial, senjata dan pelatihan secara terbuka dan rahasia kepada mujahidin Afghanistan dan Osama untuk melawan Soviet. Presiden Reagan bahkan sering memuji mujahidin Afghanistan sebagai pejuang kebebasan.

Al Qaeda sendiri didirikan pada tahun 1988 dengan tujuan memerangi tentara Soviet di Afghanistan. Organisasi ini mendapat dukungan dari pemerintah Amerika dan Pakistan. Namun pasca kekalahan Soviet, Osama kembali ke Arab Saudi. Invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 telah menempatkan kerajaan Saudi dalam risiko, lalu Osama bertemu dengan Raja Fahd dan memintanya untuk tidak bergantung pada bantuan non-Muslim. Ia menawarkan pasukan mujahidinnya untuk membela Arab Saudi, namun usulan itu ditolak. Setelah monarki Saudi mengundang penggelaran pasukan AS di wilayah Saudi, Osama secara terbuka mengecam pemerintah Saudi.

Sejak tahun 1992, pemerintah AS mulai mengesankan bahwa Osama dan jaringan Al Qaeda menargetkan militer Amerika yang bertugas di Arab Saudi dan Yaman, serta satuan militer yang ditempatkan di Tanduk Afrika, termasuk Somalia. Kini, Washington melalui konspiranya menuding Al Qaeda bertanggung jawab atas serangkaian aksi teror dan peristiwa 11 September. Padahal sebelum itu, pemerintah AS memanfaatkan organisasi tersebut untuk melawan pendudukan Soviet demi membendung pengaruh Komunis.

Namun harus diakui, Al Qaeda dan Osama telah menjadi sarana bagi banyak pihak untuk mencoreng citra Islam dan kaum Muslim. Pada hakikatnya, Al Qaeda telah membuka jalan bagi pihak-pihak yang sejak awal ingin merusak citra Islam melalui pengaitan ajaran Islam dengan terorisme.

Saat ini ketika isu keamanan menjadi perhatian utama rakyat AS, Obama memanfaatkan keberhasilan tim keamanannya untuk mempengaruhi opini publik, sebagai persiapan pemilu mendatang. Meski kematian Osama tidak akan menyelamatkan pasukan pimpinan AS di Afghanistan, tapi setidaknya bisa memperbaiki citra Obama yang anjlok akibat berbagai krisis. (IRIB/RM/NA/3/5/2011)

Kontoversi Tewasnya Osama Bin Laden

Osama di Buang ke Laut?

Epik dunia ini memang cukup menarik jika didekati dengan teori konspirasi. Ada banyak kejadian yang membuktikan kebenaran pendekatan ini. Misalnya sejarah Neil Amstrong sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan, ternyata terbukti hanya hasil propaganda Amerika melawan Uni Soviet waktu itu dalam perang dingin, yang berhasil mengorbitkan Yuri Gagarin mengitari bumi.

Peristiwa 11 September saja sampai hari ini masih menjadi tanda tanya besar. Runtuhnya Twin Tower WTC seperti hasil dari demolition yang biasa digunakan untuk meruntuhkan gedung bekas. Banyak analisis di internet yang menyebutkan kemustahilan tabrakan pesawat terbang dapat meluluh lantakan gedung WTC. Bahkan jika 10 rudal Tomahawk atau Scud ditembakan ke gedung, pasti hasilnya akan patah atau berlubang sebagian, namun tidak akan runtuh vertikal.

Kasus bom Bali pertama juga masih menjadi tanda tanya. Bagaimana bom karbit 1 mobil bisa menyebabkan lubang cukup dalam dan lebar. Bahkan TNI saja menyanggahnya dengan menguji coba meledakkan TNT yang ternyata efeknya jauh dari dampak yang dihasilkan di kasus Bom Bali pertama. Beberapa pakar bom berpendapat kalau ciri-ciri ledakannya hampir sama dengan bom Micronuclear yang menimbulkan kejutan gelombang listrik yang menyebabkan seluruh listrik padam sesaat sebelum meledak.

Kasus serbuan Obama yang katanya berujung pada kematian Osama, masih cukup banyak menimbulkan tanda tanya. Osama dikabarkan tinggal di sebuah rumah besar yang mirip benteng. Secara kasat mata, intelejen Pakistan yang pro Amerika pasti akan mudah mengendus keberadaan Osama.

Apakah kira-kira kemungkinan kasus ini hasil rekayasa? Ya bisa jadi.

1. Obama saat ini sedang bersiap melakukan kampanye politik untuk pilihan jabatan yang kedua. Harus ada kejadian yang monumental yang bisa dicatat sebagai keberhasilan pemerintahan Obama. Sehingga memang akhirnya ceritanya berjudul Obama vs Osama.

2. Perang di Iraq, Afganistan (dan Pakistan) cukup banyak menguras kocek Negara Paman Sam ini, harus ada entry point bagi Amerika untuk tidak kehilangan muka jika harus meninggalkan Afghanistan. Rekayasa kematian Osama, bisa menjadi alasan bagi Pasukan Amerika bahwa misi mereka sudah tercapai. Mereka akan pulang dengan pesta pora. Amerika belajar dari perang Vietnam yang kalah perang dan pulang dengan wajah tertunduk.

3. Berita terakhir disebutkan bahwa jenasah Osama dibuang ke laut untuk menghindari pengikutnya mengkultuskan dan dikhawatirkan pengikutnya menjadikan kuburan Osama sebagai simbol terorisme. Tetapi cara ini bisa juga sebagai cara bagi Amerika untuk menghilangkan jejak dan barang bukti kematian Osama. Jika ada test DNA Osama, pastilah sangat mudah bagi Amerika untuk merekayasa hasilnya. Justru tindakan membuang jenasah Osama ke laut, akan semakin menguatkan kecurigaan rekayasa ini.

4. Osama sendiri masih misterius. Foto-foto yang beredar tentang Osama ternyata hanya memiliki kemiripan saja. Sedangkan foto Osama yang tampak terluka dan berlumuran darah disinyalir hasil pekerjaan Photoshop atau GIMP.


Kematian Osama antara Nafas Umat Islam dan Kemenangan AS

Semenjak Gedung Pencakar Langit, Word Trade Center (WTC) dihajar pesawat pada tanggal 11 September 2001. Amerika dengan tegas dan tajam langsung meletakan telunjuknya ke hidung Osama. Meski tidak ada informasi akurat apakah pelaku yang memimpin penyerangan menggunakan pesawat itu benar-benar dipimpin oleh Osama. Tapi Amerika sangat yakin akan tuduhannya itu, sehinga menetapkan tanggal itu sebagai hari yang menjadi awal bagi terbukanya permusuhan dengan Osama. Osama dan pengikutnya adalah teroris.

Sebetulnya, semenjak insiden penyerangan pada gedung WTC pun, merupakan pukulan berat bagi umat Islam di dunia (mungkin tidak semua). Dan hal itu ditambah dengan tindakan Imam Samudera Cs yang melakukan pemboman di Kecamatan Kuta, Pulau Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Sehingga semenjak saat itu Umat Islam selalu dicurigai, sering dikaitkan dengan terorisme. Bahkan beberapa orang tidak lagi meletakkan kata teroris pada "Umat Islam", melainkan pada Islam itu sendiri. "Islam adalah teroris", atau "terorisme Islam". Dan hal itu merupakan fitnah yang sangat besar, yang sangat mengancam dan menakutkan untuk sebagian umat Islam melebihi aksi terorime itu sendiri.

Oleh karena itu, aksi terorisme yang terjadi selama dekade ini bukan hanya dirasakan keresahannya oleh rakyat Amerika, tapi bagi umat Islam itu sendiri. Sebab meski bagaimana pun, Osama bukanlah ikon Islam, ia bukan pula gambaran dan ajaran Islam. Osama bukan sandaran kehidupan Islam layaknya Nabi Muhammad yang bisa menjadi tauladan. Begitu pula kasus Bom Bali dan Imam Samudera Cs, tindakannya bukanlah bentuk ajaran Islam. sehingga seperti yang sudah disinggung sebelumnya, aksi penghancuran WTC dan Bom Bali itu sendiri merupakan jerat yang sangat menyesakan dada bagi umat Islam. Sebab setiap kali ada aksi yang "berkonotasi mengancam" bagi kehidupan sosial, lagi-lagi yang sering-dengan tidak mengatakan selalu-dituding adalah Islam.

Jadi, jika berbicara tentang terorisme, ketakutan, ancaman, kecurigaan, dan hal semacamnya, siapakah yang lebih merasakan ketakutannya. Amerika, atau kah umat Islam sendiri.

Di satu sisi-tidak dalam segala hal-Amerika menuduh Islam adalah teroris. Dan di sisi lain, Umat Islam sendiri merasakan hal itu tuduhan yang sangat menyakitkan dan menyesakan kehidupan keberagamaan. Bahkan ketakutannya dan kebebasan nafas Islam begitu serasa terhimpit tudingan itu. Saya jadi ingat suatu kalimat (ayat) yang sering diucapkan. "Fitnah lebih besar dari pada pembunuhan".

Sekarang Amerika bergembira atas kematian Osama, bahkan hal itu dirasakan sebagai bentuk kemenangan. Dan yang jadi pertanyaan, benarkah kematian Osama Bin Laden akan mendinginkan dunia dari kata "terorisme"?

Prof. Dr. Amien Rais ketika ditanya persoalan tersebut pada sebuah acara televisi menjawab (TV One, Kabar Malam), "Aksi terorimse tidak akan hilang selama akar terorisme ini tidak dihilangkan."

Pertanyaan lain muncul, "Akar terorisme, mungkinkah akan dikaitkan kembali dengan Islam?" (IRIB/Kompasiana/3/5/2011)

Kubu Oposisi Italia Protes Pembunuhan Osama bin Laden

Sejumlah anggota parlemen Italia dari kubu oposisi mengemukakan pertanyaan apakah tidak sebaiknya Amerika Serikat menangkap hidup-hidup Osama bin Laden untuk diseret ke pengadilan internasional daripada membunuhnya.

Menurut laporan IRNA, kelompok ini mengkritik pembunuhan Bin Laden oleh AS setelah negara adidaya ini bercokol selama 10 tahun di Afghanistan dan membantai ribuan rakyat tak berdosa. Mereka menambahkan, tindakan AS bukan merupakan kemenangan bagi Washington dan juga tidak mengakhiri aksi teror di Afghanistan.

Wakil ketua parlemen Italia dari kubu demokrat termasuk sosok yang mengkritik pembunuhan atas Osama bin Laden. Ia berpendapat menangkap hidup-hidup Bin Laden jauh lebih baik ketimbang membunuhnya. Dalam wawancaranya dengan televisi RAI 3, ia menyebut Bin Laden harus ditangkap hidup-hidup. Pasca tewasnya Bin Laden, ia mempertanyakan selanjutnya apa misi militer AS di Afghanistan.

Sementara itu, Sekjen NATO, Anders Fogh Rasmussen dua hari lalu mengkonfirmasikan percepatan proses penarikan pasukan asing dari Afghanistan. (IRIB/IRNA/MF/4/5/2011)

Tags: , , , ,

0 comments to "AlQaeda dan Osama, Benih Pengaitan Islam dengan Terorisme"

Leave a comment