Home , , , , , , , , , � Peran Perempuan dalam Revolusi Tidak Sedikit

Peran Perempuan dalam Revolusi Tidak Sedikit

Peran Perempuan dalam Revolusi Tidak Sedikit

Ayatullah Rafsanjani dalam ceramahnya berkenaan dengan peran perawat yang kebanyakan perempuan berkata, " "Kontribusi para perawat yang telah diberikan selama perang tidaklah kecil. Peran mereka sangat besar, bahkan tidak sedikit dari mereka juga mengorbankan nyawa mereka. Mereka telah menyelamatkan nyawa banyak orang, memberi harapan hidup bagi mereka yang menjadi korban cacat dalam perang dan menguatkan jiwa keluarga-keluarga yang ditinggalkan. Jasa-jasa mereka akan selalu dikenang oleh bangsa ini."


Peran Perempuan dalam Revolusi Tidak Sedikit

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah Hasyimi Rafsanjani dalam sebuah acara peringatan mengenang perjuangan para perawat dalam perang 8 tahun mempertahankan keutuhan Republik Islam Iran yang coba diruntuhkan oleh rezim Saddam Husein mengatakan, "Rakyat di kawasan ini, adalah rakyat yang penuh kewaspadaan, sadar, mujahid dan penuh semangat perjuangan. Rakyat Yaman berbulan-bulan berada di jalanan dan siap syahid untuk itu, di Libia rakyat juga melakukan hal yang sama melakukan perlawanan dan rela mengorbankan nyawa mereka, di Suria kita melihat bagaimana mereka bertahan dan juga kemenangan revolusi rakyat Mesir. Dan perjuangan tersebut terus berlanjut sampai saat ini, karena rakyat telah sadar dan tidak akan lagi rela menerima ketertindasan dari pemerintahan yang zalim."

Mengenai perjuangan rakyat Bahrain, Ayatullah Rafsanjani berkata, "Sementara Bahrain adalah rakyat yang paling terzalimi dan tak satupun memiliki pelindung di dunia ini."

Mantan presiden Iran dua periode ini lebih lanjut berkata, "Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat, dunia informasi dan komunikasi juga semakin mengalami peningkatan dan kemajuan. Sekarang dunia serasa semakin kecil dengan banyaknya channel radio, televisi dan situs-situs berita di internet yang setiap detik mengabarkan berita terbaru dari setiap peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia. Peristiwa penting di sebuah Negara bisa dengan begitu segera diketahui oleh Negara ini. Karenanya peristiwa disebuah Negara dapat mempengaruhi Negara lain tanpa bisa dicegah. Kebangkitan rakyat di Negara-negara kawasan juga disebabkan oleh adanya tekhnologi komunikasi ini yang bagi rakyat yang sadar digunakan untuk bangkit melawan kediktatoran secara bersama-sama."

"Setelah kemenangan revolusi Islam Iran, umat Syiah Irak menjadikan perjuangan rakyat Iran tersebut sebagai inspirasi untuk melakukan hal yang sama, dan merekapun memulai perjuangan mereka untuk melepaskan diri dari belenggu rezim Saddam. Perlawanan demi perlawanan mereka lakukan, sampai sejumlah dari mereka menjadi tahanan bahkan banyak yang sampai harus terbunuh. Karenanya, rezim Saddam melihat Iran sebagai Negara yang berbahaya bagi ideologi politik mereka. Saddampun berusaha mencoba menggulingkan pemerintahan Islam Iran sebab khawatir pengaruh kemenangan revolusi Islam Iran akan merambah ke Irak dan Negara Islam lainnya di kawasan Timur Tengah. Jadi maksud asli rezim Saddam menyerang Iran adalah berusaha untuk membendung pengaruh revolusi rakyat Iran. Rakyat Irak tidak boleh memiliki kesadaran politik sebagaimana rakyat Iran, sebab hal itu sangat membahayakan rezim Saddam yang menjalankan roda pemerintahan dengan cara yang zalim dan semena-mena." Jelasnya.

Ayatullah Rafsanjani kemudian menegaskan, bahwa kemenangan rakyat Iran mempertahankan keutuhan Republik Islam Iran selama 8 tahun dari agresi militer Irak adalah berkat perlindungan Allah swt. "Iran waktu itu adalah Negara yang baru saja berbenah, dengan perlengkapan senjata yang sangat minim terus dengan gigih berusaha untuk mempertahankan kedaulatan Negara. Meskipun korban dari pihak Iran dua kali lipat lebih banyak dari Irak, yang memiliki kekuatan dan perekonomian serta dukungan dari banyak Negara, namun bangsa kita berhasil meraih kemenangan dan sampai saat ini masih tetap bisa menjalankan roda pemerintahan di bawah koridor aturan-aturan Islam. Ini semua berkat perlindungan Allah swt yang harus kita syukuri."

Ayatullah Hasyemi Rafsanjani kemudian tidak lupa untuk menyampaikan rasa syukur dan terimakasihnya yang besar terhadap perjuangan para perawat (yang mayoritas berasal dari kaum perempuan) selama dalam kondisi perang. Beliau berkata, "Kontribusi para perawat yang telah diberikan selama perang tidaklah kecil. Peran mereka sangat besar, bahkan tidak sedikit dari mereka juga mengorbankan nyawa mereka. Mereka telah menyelamatkan nyawa banyak orang, memberi harapan hidup bagi mereka yang menjadi korban cacat dalam perang dan menguatkan jiwa keluarga-keluarga yang ditinggalkan. Jasa-jasa mereka akan selalu dikenang oleh bangsa ini."

mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=244266

Ketidak Pedulian terhadap Hijab, Pemicu Kerusakan Moral

Ayatullah Makarim Syirazi berkata, "Hijab bukan hanya menebarkan manfaat namun juga dapat mencegah kemungkaran ataupun ketidak amanan yang mungkin terjadi. Kebanyakan penyebab keburukan akhlak sosial dalam sebuah Negara karena kebanyakan kaum perempuannya tidak memberikan perhatian pada persoalan hijab. Karenanya keluarga dituntut, untuk memberikan perhatian pada persoalan hijab ini, sebab ini adalah persoalan kita bersama."


Ketidak Pedulian terhadap Hijab, Pemicu Kerusakan Moral

Menurut Kantor Berita ABNA, Ayatullah al Uzhma Nashir Makarim Syirazi mengawali pelajaran Fiqh di masjid A'dzam Qom yang diasuhnya menyangkut adab beliau berkata, "Dalam agama Islam, semua hal ada aturannnya, dan kita tidak boleh menyepelekan aturan tersebut begitu saja."

Selanjutnya beliau menegaskan, "Dalam Islam hatta persoalan rambut ada aturannya, ini menunjukkan betapa Islam memberi perhatian kepada persoalan masyarakat."

Ayatullah Makarim Syirazi kemudian mengarah kepada pendidikan anak, "Islam mengenai pendidikan anak memulai dari pemberian nama. Berikanlah nama-nama yang indah kepada anak, hindari pemberian nama yang bermakna jelek dan juga hindari pemberian nama yang telah ditetapkan Allah swt sebagai nama-Nya yang khusus. Islampun dalam menetapkan bahwa pemberian nama kepada anak adalah hak kedua orangtuanya, anggota keluarga lain harus memperhatikan hal ini."

Pada bagian lainnya ceramahnya, ustad pengajar hauzah ilmiyah Qom ini kemudian membahas masalah hijab. Beliau berkata, "Mengenai hijab, dalam Al-Qur'an banyak ayat yang diturunkan khusus mengenai hijab. Menunjukkan penting dan urgennya hijab dalam Islam. Dan sebagai muslim, tidak dibenarkan sama sekali untuk melalaikan satupun ayat dalam Al-Qur'an. Menyepelekan sama halnya mengingkarinya."

Ayatullah Makarim Syirazi lebih lanjut berkata, "Kita tahu betapa hijab memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, sementara masih banyak Negara-negara di dunia ini justru menetapkan pelarangan penggunaannya atau memandang negatif penggunaan hijab. Karenanya dakwah atau ajakan untuk mengetahui pentingnya hijab harus lebih digalakkan."

"Sampai saat ini, kita masih juga mendengar pandangan buruk mengenai penggunaan hijab. Padahal berjilbab dengan serampangan atau tidak berjilbab sama sekali akan menimbulkan efek negatif dalam kehidupan sosial." Tegas ulama yang juga sebagai marja taklid ini.

Lebih detail mengenai hijab, Ayatullah Makarim Syirazi berkata, "Hijab bukan hanya menebarkan manfaat namun juga dapat mencegah kemungkaran ataupun ketidak amanan yang mungkin terjadi. Kebanyakan penyebab keburukan akhlak sosial dalam sebuah Negara karena kebanyakan kaum perempuannya tidak memberikan perhatian pada persoalan hijab. Karenanya keluarga dituntut, untuk memberikan perhatian pada persoalan hijab ini, sebab ini adalah persoalan kita bersama."

"Meskipun banyak Negara muslim yang menginjak-injak aturan berhijab ini, seperti Turki misalnya. Kita harus tetap memegang kukuh syariat Allah ini. Negara kita (Iran) ini berdiri berdasarkan aturan Islam karena pengorbanan para syuhada. Kita sebagai pelanjut perjuangan mereka, tidak boleh membuat darah mereka tertumpah sia-sia. Kita harus tetap menjalankan Negara ini dalam jalur Islam yang mereka perjuangkan." Pesan beliau di akhir ceramahnya.(http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=243860)

Pemersatu Rakyat Bahrain adalah Kecintaan kepada Ahlul Bait as

Bertepatan dengan hari ke 100 perjuangan rakyat Bahrain dalam menghadapi kezaliman rezim Ali Khalifah perkumpulan para pengamat politik dan wartawan ABNA menyelenggarakan seminar "100 Hari Perjuangan Rakyat Tertindas" di auditorium Daftar Tabligat Islami Qom Iran. Pada kesempatan tersebut, Hujjatul Islam wa Muslimin Thahiri Bahraini memaparkan pandangannya.


Pemersatu Rakyat Bahrain adalah Kecintaan kepada  Ahlul Bait as

Menurut Kantor Berita ABNA, bertepatan dengan hari ke 100 perjuangan rakyat Bahrain dalam menghadapi kezaliman rezim Ali Khalifah perkumpulan para pengamat politik dan wartawan ABNA menyelenggarakan seminar "100 Hari Perjuangan Rakyat Tertindas" di auditorium Daftar Tabligat Islami Qom Iran.

Dalam seminar tersebut, Hujjatul Islam wa Muslimin Thahiri Bahraini salah seorang pengajar Hauzah Islamiyah Qom menyampaikan paparan dan pandangan politiknya mengenai situasi politik yang terjadi di Bahrain. Dalam paparan ceramahnya yang disampaikan dalam bahasa arab, Hujjatul Islam Thahiri Bahrain memulainya dengan mengucapkan banyak terimakasih kepada Majma Jahani Ahlul Bait dan para pekerja pers yang tergabung di Kantor Berita ABNA yang telah menjadi penyelenggara seminar tersebut. Beliau selanjutnya berkata, "Kebangkitan yang tengah terjadi saat ini di Bahrain, bukanlah kebangkitan yang terjadi secara kebetulan dan begitu saja, mengikuti hiruk pikuk revolusi yang telah terjadi di beberapa Negara sebelumnya. Melainkan kebangkitan yang telah didesain dan direncanakan jauh-jauh sebelumnya yang kemudian mendapat kesempatan yang dimulai oleh kebangkitan di beberapa Negara di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah."

Lebih lanjut beliau berkata, "Bisa dikatakan kebangkitan yang saat ini terjadi di Bahrain terinspirasi dan terpicu oleh kebangkitan yang sebelumnya telah terjadi di Tunisia dan Mesir. Namun pada dasarnya, memuncaknya kemarahan rakyat Bahrain karena kezaliman dan penindasan yang mereka hadapi, yang kemudian meletus menjadi sebuah kebangkitan dengan memanfaatkan momen yang ada."

Hujjatul Islam Thahiri kemudian menyebutkan keberadaan Ayatullah Syaikh Isa Qasim sebagai seseorang yang diangkat sebagai pemimpin revolusi Bahrain menjadikan revolusi Bahrain mempunyai nilai lebih dibandingkan revolusi di Tunisia dan Mesir. Keberadaan pemimpin yang diakui bersama tersebut oleh para penggerak revolusi menjadikan perlawanan rakyat Bahrain sampai saat ini masih terus berlanjut dan semakin hari mereka semakin menunjukkan persatuan yang kokoh.

Beliau berkata, "Pada revolusi yang terjadi di Tunisia dan Mesir, organ-organ Islam semisal Al-Azhar dan Ikhwanul Muslimin tidak menunjukkan perannya yang signifikan atau bisa dikatakan tidak ada sama sekali, dan kalaupun ada peran mereka terlalu terlambat, diakhir-akhir keberhasilan revolusi. Sementara kebangkitan yang terjadi di Bahrain adalah kebangkitan yang dipicu oleh semangat ber Islam yang tinggi, yang terinspirasi oleh perjuangan dan keberhasilan revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini. Yakni sebuah revolusi yang dibangun dari madrasah Ahlul Bait as."

Lebih lanjut, pelajar hauzah Ilmiyah Qom ini menyebutkan akar persoalan kebangkitan rakyat Bahrain yang dicetuskan tanggal 14 Februari 2011 lalu. Beliau berkata, "Kebangkitan rakyat di Bahrain telah bermula sejak tahun 1766, yakni sejak bermula dari kedatangan Ali Khalifah yang berasal dari Kuwait, yang kemudian dengan kekayaannya banyak menguasai tanah di Bahrain. Singkatnya Ali Khalifah sama sekali tidak mempunyai hak pengklaiman atas Bahrain. Hal ini diungkap oleh sejarahwan besar Yusuf Bahraini yang menuliskan dalam kitabnya, Hadaiq An Nadhirah. Sejak itulah rakyat pribumi Bahrain mulai melancarkan perlawanan dan ketidaksetujuan atas kedatangan Ali Khalifah. Namun perlawanan demi perlawanan tersebut mampu dimentahkan dengan adanya tekanan dari Ali Khalifah. Bahkan Yusuf Bahrain harus tersingkir dan kemudian menetap di Qutaif. Lalu kemudian, muncul tokoh revolusi lagi yang bernama Husain Bahraini, namun sayang perjuangannya pun belum menuai hasil. Namun setidaknya ini menunjukkan, sebelum kebangkitan 14 Februari lalu, rakyat Bahrain telah memulainya dari dulu."

"Selama perjuangan untuk merebut kembali hak-hak mereka, rakyat Bahrain telah mengorbankan segalanya, nyawa dan harta mereka. Apa yang mereka lakukan adalah sebagaimana yang dilakukan Imam Husain as, yakni pantang untuk terhina." Tegas beliau.

Lebih lanjut Hujjatul Islam Thahiri berkata, "Peringatan-peringatan kesyahidan, semisal syahadah Imam Husain as dan Sayyidah Fatimah as di Bahrain, menjadi penyemangat tersendiri bagi rakyat Bahrain untuk bangkit melawan. Keberanian Imam Husain as yang meskipun dengan kekuatan yang sangat terbatas menjadi inspirasi bagi mereka."

Dalam bagian lain pada ceramahnya menyangkut tujuan kebangkitan rakyat Bahrain, ia memaparkan, "Rezim Ali Khalifah sendiri juga bertanya, apa yang menyebabkan rakyat ini sedemikian bersatu untuk melawan? Jawabannya cuman satu, pemersatunya adalah berpegangan kepada Ahlul Bait as. Syiar rakyat Bahrain adalah, kami Sunni dan Syiah bersaudara dan bersatu yang tidak akan menjual Negara ini. Namun sayang, oleh rezim Ali Khalifah yang membayar tentara sewaan memporak-porandakan syiar tersebut, dengan menulis pada dinding-dinding hauzah dan husainiyah syiar-syiar perpecahan mazhab, karenanya kebanyakan media menuliskan kebangkitan yang terjadi di Bahrain adalah konflik sektarian, dan akhirnya tidak menimbulkan simpatik umat Islam se dunia."

Atas adanya fitnah perpecahan antar Sunni-Syiah oleh rezim Ali Khalifah, Hujjatul Islam Thahiri mengutuknya dengan keras. Beliau berkata, "Diantara taktik perpecahan tersebut, setiap demonstran yang tertangkap ketika ditanya oleh tentara, apakah ia Sunni atau Syiah? Dan setiap dijawab Syiah, maka demonstran tersebut kemudian disiksa dan dijebloskan ke penjara tanpa proses hukum. Mereka juga menghancurkan masjid-masjid umat Syiah dan membakar Al-Qur'an yang berada di dalamnya. Bahkan salah seorang ulama Wahabi mengatakan, seandainya saya bisa ke Bahrain, aku akan membunuh umat Syiah disana dengan terjangan peluru."

"Siksaan yang dialami rakyat Bahrain bukan sekedar fisik saja, namun juga secara mental dan psikologis. Rakyat Bahrain saat ini menjadi terkucil dan terasing dalam pergaulan dunia internasional. Tidak ada kontak sama sekali dengan dunia luar, sehingga tidak bisa menceritakan kejadian yang sebenarnya. Hatta Al Jazirah dan Al Arabiyah yang dituding selama ini sebagai media pers yang netral juga menyebutkan konflik yang terjadi di Bahrain adalah konflik yang dipicu oleh perpecahan mazhab." Lanjutnya.

Atas terbunuhnya empat tokoh Syiah dalam penjara Ali Khalifah yang dituding sebagai orang dibalik kericuhan di Bahrain, Hujjatul Islam Thahiri mengatakan, "Terbunuhnya empat tokoh Syiah tersebut menunjukkan ketidak inginan Ali Khalifah untuk menghentikan konflik di Bahrain secara damai. Sebab dengan membunuh empat orang tersebut, Ali Khalifah seakan-akan ingin berkata, kalau membunuh empat orang ini saja kami bisa, apalagi membunuh yang lainnya."

Di ujung pembicaraannya, Hujjatul Islam Thahiri kembali mengucapkan terimakasih atas penyelenggara seminar. Dan mengucapkan terimakasihnya yang mendalam terhadap rakyat Iran yang telah menunjukkan simpatiknya dan dukungannya yang luar biasa terhadap perjuangan rakyat Bahrain selama ini.

Kecintaan kepada Ahlul Bait Wajib Sebagaimana Puasa dan Shalat

Penduduk Mesir adalah pengikut setia dari ayat Al-Qur'an yang berbunyi, "Wahai Nabi, sampaikan kepada mereka, aku tidak meminta upah apapun atas dakwahku, kecuali kecintaan kepada keluargaku". Dari ayat tersebut, menunjukkan kecintaan kepada keluarga Nabi adalah sesuatu yang wajib, sebagaimana wajibnya shalat dan puasa bagi orang-orang yang beriman.


Kecintaan kepada Ahlul Bait Wajib Sebagaimana Puasa dan  Shalat

Menurut Kantor Berita ABNA, Dr. Syaikh Alawi Amin, ulama senior Mufti Mesir yang juga menjabat sebagai guru besar Ushuluddin universitas Al Azhar Mesir dalam kunjungannya ke Iran menyempatkan diri berziarah ke makam Sayyidah Maksumah di Qom dan turut menyelenggarakan shalat Jum'at bersama ribuan warga Qom, Jum'at 27 Mei 2011. Sebelum pembacaan khutbah Jum'at dimulai, beliau diberi kesempatan untuk menyampaikan ceramah singkatnya.

Redaksi ABNA menuliskan ceramah singkat beliau sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirahim

Teriring salam Allah swt bagi kekasih-Nya yang sangat dicintai-Nya, Rasululah saww. Salam juga buat ibu pelanjut keturunan Nabi, Fatimah az Zahra dan istri dari Waliyullah Ali as yang oleh Rasulullah saww diantara kaum Muhajirin dan Anshar dikenal sebagai saudaranya yang paling layak sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa as.

Dan bukan sebuah kebetulan jika keturunan nabi Musa as dilanjutkan oleh saudaranya Harun sebagaimana generasi suci Rasulullah saww dilanjutkan oleh Imam Allah as, yang kemudian dilanjutkan oleh dua pemuda suci Imam Hasan as dan Imam Husain as.

Bapak-ibu yang saya hormati

Saya berasal dari Negara Mesir. Sebuah Negara dimana terkubur sebagian tubuh Imam Husain as dan juga tempat Zainab as saudara perempuan Husain as pernah bermukim. Saya tidak punya cukup banyak waktu untuk mengungkapkan begitu besarnya kecintaan rakyat Mesir kepada Ahlul Bait Nabi saww. Penduduk Mesir adalah pengikut setia dari ayat Al-Qur'an yang berbunyi, "Wahai Nabi, sampaikan kepada mereka, aku tidak meminta upah apapun atas dakwahku, kecuali kecintaan kepada keluargaku". Dari ayat tersebut, menunjukkan kecintaan kepada keluarga Nabi adalah sesuatu yang wajib, sebagaimana wajibnya shalat dan puasa bagi orang-orang yang beriman.

Atau sebagaimana termaktub dalam hadits yang sangat masyhur dari Rasulullah saww, "Saya meninggalkan bagi kalian, dua hal yang sangat berharga, dan barangsiapa yang berpegang teguh terhadap keduanya sepeninggal saya, tidak akan tersesat selama-lamanya. Salah satu dari selainnya lebih tinggi kedudukannya. Yakni Kitabullah Al-Qur'an yang merupakan tali Ilahi dari langit ke bumi dan keturunanku yang suci. Keduanya tidak akan terpisah sampai aku berada di telaga al Haudh di surga. Perhatikan bagaimana tindakan kalian sepeninggalku terhadap keduanya."

Kecintaan kita kepada Ahlul Bait as sesungguhnya berpusat kepada kecintaan kepada Imam Husain as, penghulu para syuhada dan sahabat-sahabat setia beliau. Bagi setiap muslim dan yang menjadikan Lailahaillallah Muhammadarrasulullah sebagai syiar hidupnya wajib memberikan kecintaan kepada Imam Husain as dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam kehidupannya..

Karbala pada hakikatnya adalah cahaya Islam di muka bumi ini. Orang-orang yang tergabung dalam laskar Imam Husain as adalah satu umat yang saat itu paling mewakili Islam, sebab mereka tetap bertahan untuk menjalankan perintah dien yang suci dalam menghadapi kezaliman Bani Umayyah yang berupaya untuk mematikan syiar Islam.

Kezaliman dan rezim yang zalim adalah dua alasan besar yang memicu setiap pergerakan revolusi. Revolusi Imam Husain as adalah sebesar-besarnya kebangkitan dalam Islam. Dan revolusi Islam yang terbesar di masa modern ini adalah revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra. Beliau adalah keturunan dari Imam Husain dan Fatimah az Zahrah, dan setiap muslim wajib untuk mengikuti jalan orang besar ini sebagaimana saat ini rakyat Mesir berupaya mengikuti apa yang telah beliau lakukan, menggulingkan kediktatoran.

Mengenai Revolusi Bahrain

Namun mengenai kebangkitan rakyat Bahrain, saya harus menyampaikan keterzaliman mereka yang tiada tara. Mereka harus terlibat dalam perang yang tidak seimbang dan tidak adil. Menurut saya, mereka yang telah melancarkan permusuhan kepada rakyat berlindung kepada kebencian mazhab untuk kepentingan politik mereka. Turut campurnya Negara-negara Teluk Persia di Bahrain dan juga Amerika Serikat sebab Bahrain adalah sebuah Negara yang memiliki nilai penting yang sangat strategis. Mengapa tidak ada Negara-negara Arab yang turut campur dengan urusan dalam negeri Yaman? Mengapa mereka justru melakukan sikap yang berbeda mengenai konflik internal yang terjadi di Bahrain? Itu karena saham-saham dan kekayaan mereka di Bahrain menjadi terancam dengan adanya kebangkitan rakyat.

Apakah hal tersebut adalah sesuatu yang masuk akal, hendak menghentikan aksi unjuk rasa rakyat dengan penyerangan secara militer?. Setiap orang dari demonstran Bahrain dengan tangan kosong harus menghadapi tentara Bahrain dan tentara Saudi yang bersenjata lengkap. Apakah mereka yang hanya sekedar menuntut hak-haknya dalam politik, ekonomi dan keadilan harus diserang sedemikian rupa? Para pemimpin-pemimpin Arab harus tahu, pengingkaran terhadap hak-hak asasi rakyat adalah dosa besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt.

Untuk menutup pembicaran saya yang singkat ini, sekali lagi saya sampaikan salam rakyat Mesir bagi seluruh rakyat Iran. Semoga Allah swt tetap menjaga kalian dan revolusi Islam kalian. Insya Allah.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

mainsource:http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=244485



0 comments to "Peran Perempuan dalam Revolusi Tidak Sedikit"

Leave a comment