Home , , , , , , , � Perang akan datang adalah '' Perang memperebutkan Air ''

Perang akan datang adalah '' Perang memperebutkan Air ''

Ahmadinejad: Barat Memanipulasi Cuaca dan Menimbulkan Kekeringan

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyatakan bahwa negara-negara Barat berencana memanipulasi cuaca dan menciptakan kekeringan di sejumlah wilayah dunia termasuk di Iran.

Hal itu dikemukakan Ahmadinejad hari ini (19/5) pada acara peresmian bendungan Kamal Saleh di Propinsi Markazi.

Kantor berita IRNA melaporkan, Ahmadiejad yang berkunjung ke Arak untuk meresmikan bendungan Kamal Saleh itu menyinggung sebuah artikel yang ditulis oleh seorang politisi Barat yang memaparkan masalah krisis air dalam 30 tahun mendatang. Dalam krisis tersebut, banyak wilayah di berbagai belahan dunia dari Turki dan Iran hingga ke arah timur yang akan mengalami kekeringan. Ditambahkan Ahmadinejad, "Kawasan yang telah ditetapkan dalam artikel itu, menurut politisi tersebut adalah kawasan yang oleh Barat dinilai sebagai ancaman karena berpotensi membangun peradaban dan budaya dunia."

Menyinggung kondisi hujan dan cuaca di wilayah Asia dan Eropa dalam setahun terakhir, Ahmadinejad mengatakan, "Berdasarkan laporan yang terpercaya, negara-negara Eropa menggunakan perlengkapan khusus yang mampu mencegah awan yang berpotensi menimbulkan hujan, bergerak menuju kawasan termasuk Iran."

Ditegaskan Ahmadinejad bahwa masalah ini akan ditindaklanjuti melalui prosedur hukum internasional agar aksi bengis ini tidak terulang kembali.

Menurutnya, tujuan Eropa dalam hal ini adalah menciptakan permusuhan dan peperangan atas masalah air.

"Saya yakin bahwa seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, perang di masa mendatang adalah perang memperebutkan air," ungkap Ahmadinejad.

Di bagian lain pernyataannya, Ahmadinejad menjelaskan, "Mengingat Iran termasuk negara kering dan dengan tingkat curah hujan rendah, maka manajemen pengelolaan air harus lebih ditingkatkan."

Presiden Iran mengatakan, "Tingkat curah hujan di banyak negara mencapai 750 milimeter sementara di Iran hanya 250 milimeter. Jumlah itu pun telah menurun drastis dalam 10 tahun terakhir."

Seraya menekankan bahwa nilai air lebih tinggi dari nilai energi Ahmadinejad memaparkan, "Tanpa energi kita masih dapat hidup, namun tanpa air kehidupan tidak akan mungkin berlanjut."
(IRIB/MZ/19/5/2011)

Iran: D8 Bakal Ekspor Makanan Halal Ke Eropa

Ahmadinejad

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam pertemuannya dengan para menteri pertanian negara-negara anggota D8 mengisyaratkan kapasitas produksi di negara-negara Islam dan menegaskan pentingnya meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian demi mencerabut akar kemiskinan dan menghalau segala kendala menuju kemajuan. Presiden Ahmadinejad menjelaskan bahwa negara-negara anggota D8 memiliki kapasitas luar biasa di sektor pertanian, industri, ekonomi dan sains. Menurutnya semua ini harus diletakkan bersisian dalam sebuah manajemen strategis demi kepentingan negara anggota dan perdamaian dunia.

Pertemuan ini dilakukan Rabu malam (18/5) hari terakhir sidang dua hari para menteri pertanian negara-negara anggota D8 di Tehran. Para pakar dari Bangladesh, Mesir, Indonesia, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Turki dan Iran (anggota D8) dalam sidang ini membahas mekanisme pelaksanaan dan metode mencapai swasembada di sektor produksi pangan.

Produksi pertanian dan perluasan industri pangan kini menjadi sektor ekonomi paling penting dalam pembangunan berkesinambungan. Sejatinya, jaminan keamanan pangan termasuk penting dalam menciptakan keamanan nasional dan tonggak pembangunan ekonomi. Jelas, negara-negara anggota D8 tidak dapat dikecualikan dari masalah ini. Negara-negara D8 dapat bekerjasama guna lebih cepat menciptakan lapangan kerja dan jasa demi meraih keamanan pangan yang berkesinambungan.

Studi-studi yang dilakukan lembaga-lembaga internasional menunjukkan bahwa sekitar satu pertiga dari bahan pangan yang dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia terbuang percuma. Oleh karenanya, kini persoalan seperti bertambahnya tingkat kelaparan di seluruh dunia, hancurnya lingkungan hidup dan sumber-sumber alam menjadi masalah yang membuat keamanan pangan menjadi masalah terpenting seluruh umat manusia. Karena kekurangan bahan pangan telah menjadi masalah sebagian negara di dunia.

Menurut para pakar, negara-negara anggota D8 dengan strategi yang berhasil dan populasi penduduk yang mencapai lebih dari 900 juta orang punya potensi luar biasa di bidang ini. Republik Islam Iran sebagai anggota pendiri kelompok ini siap untuk berbagi pengalaman dengan negara-negara anggota di sektor pertanian dan jaminan pangan. Iran juga telah menyampaikan ide-idenya di pertemuan Tehran. Alih teknologi sesuai kondisi setiap negara, standarisasi produksi pertanian, kesepakatan seluruh negara anggota D8 dalam produksi pangan halal dan satu sikap dalam pertemuan-pertemuan internasional menghadapi perusakan lingkungan hidup oleh negara-negara industri.

Pelaksanaan usulan-usulan ini memerlukan tekad bulat negara-negara anggota D8. Karena hasilnya adalah produksi pangan halal dengan standar terpadu di seluruh negara Islam. Guna merealisasikan hal ini, penting untuk memperhatikan kebutuhan bahan pangan yang semakin meningkat. Selain itu, jaminan keamanan pangan dapat menjadi jalan baru bagi ekspor makanan halal yang dengan cepat akan mencapai pasar Eropa. Karena di sana ada sekitar 50 juta umat Islam yang membutuhkan makanan halal. (IRIB/Sl/NA/19/5/2011)

Israel Provokasi Obama untuk Serang Iran

Lobi rezim Zionis Israel di Amerika Serikat mendorong Presiden Barack Obama untuk berperang dengan Iran dan negara-negara Timur Tengah perlu berjaga-jaga tentang skenario ini," kata seorang analis politik.

"Lobi Yahudi, Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) mendorong konfrontasi dengan Iran," kata James Morris kepada Press TV dalam sebuah wawancara pada hari Kamis (19/5).

Morris mengatakan, permintaan penasihat keamanan nasional, Tom Donilon kepada Institut Urusan Timur Dekat Washington untuk mengambil tindakan lebih serius terhadap Iran, sangat mengkhawatirkan.

"Neo-konservatif di AS juga berkomplot melawan Suriah sejak Damaskus mendukung gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon," jelasnya.

"Apa yang terjadi sekarang di Suriah, saya pikir dampak aktivitas terselubung Neo-konservatif AS di lembaga Identitas Nasional Demokrasi," tambahnya. Menurut Morris, mereka ingin menciptakan kekacauan di Suriah sehingga Obama campur tangan seperti yang ia lakukan di Libya.

Pada kesempatan itu, Morris mendesak negara-negara Timur Tengah untuk waspada terhadap plot AS dan Israel di kawasan.

"Satu-satunya hal yang bisa kukatakan adalah bersiap untuk perang lagi. Itu semua bagian dari rencana Israel untuk menyerang Iran dan Suriah. Negara-negara regional perlu waspada tentang hal ini," ujarnya. (IRIB/RM/20/5/2011)

Pidato Klise Obama dan Isu Timur Tengah

Media massa AS dalam beberapa hari terakhir gencar membahas pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengenai transformasi politik di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Diprediksi, selain menyinggung masalah kebangkitan rakyat di Timur Tengah, Obama dalam pidatonya juga membicarakan masalah terbunuhnya Osama bin Laden, gembong teroris al-Qaeda.

Revolusi rakyat di dunia Arab di luar dugaan Barat terutama AS. Pasalnya, sejumlah pemimpin Arab yang digulingkan dari jabatannya adalah para diktator yang mendapat dukungan penuh dari negara-negara Barat.

Sebagian besar diktator ini menduduki jabatan kekuasaannya dengan bantuan Eropa dan AS. Namun, setelah bertahun-tahun menjalankan kekuasaan despotik, rakyat Timur Tengah akhirnya berhasil menggulingkan para pemimpin zalim itu. Hingga kini, diktator Arab dukungan Barat semacam Ben Ali di Tunisia dan Mubarak di Mesir terjungkal dari jabatannya, dan kini, krisis politik paling buruk menguncang Libya, Yaman dan Bahrain.

Dalam kondisi demikian, Presiden AS dalam pidatonya yang ditujukan kepada umat Islam berupaya menjelaskan kebijakan makro negaranya menyikapi perubahan terbaru di kawasan. Seperti biasa, Obama akan mengungkapkan peran AS sebagai pahlawan hak asasi manusia dunia dan berlepas tangan dengan membebankan krisis Timur Tengah di pundak para pemimpin kawasan.

Selain itu, Obama dalam pidatonya juga akan mengungkapkan usulannya mengenai bantuan finansial bagi negara-negara kawasan. Di mata AS, masalah ekonomi dan kemiskinan merupakan faktor pemicu kebangkitan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara. Obama optimis demokrasi ala Barat akan menjalar di Timur Tengah.

Sebelumnya, pada tahun 2009, Obama berpidato khusus mengenai umat Islam. Ketika itu, Kairo dipilih menjadi tempat presiden AS mengemukakan pandangannya mengenai umat Islam dunia. Dengan cara ini, Obama berharap bisa meredam kemarahan umat Islam dunia terhadap AS.

Namun faktanya kinerja Obama terhadap umat Islam tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, George W Bush. Contohnya, janji Gedung Putih menekan rezim Zionis supaya menghentikan pembangunan disktrik Zionis di Palestina pendudukan hanya omong kosong belaka.

Demikian juga, dua tahun lalu sebuah negara muslim seperti Pakistan berulangkali menjadi sasaran bombardir pesawat tanpa awak AS yang menewaskan sejumlah korban warga sipil. Tidak hanya itu, keputusan terbaru AS menyerang tempat persembunyian Bin Laden di Pakistan juga melanggar kedaulatan Pakistan.Hingga kini, pemerintahan Obama bertekad melanjutkan keberadaan militer AS di Afghanistan dan Irak.

Sejatinya, setelah bertahun-tahun dihina dan dijajah, bangsa-bangsa dunia bosan dan geram mendengarkan janji-janji manis Gedung Putih, karena mereka menuntut Gedung Putih bersikap serius untuk mewujudkan janji-janjnya.(IRIB/PH/NA/19/5/2011)

0 comments to "Perang akan datang adalah '' Perang memperebutkan Air ''"

Leave a comment