Home , , , , , , � Amerika "merengek" minta pesawatnya dikembalikan oleh Negara Islam...."Kajadian kada tahu basa!!!"Pangeran Saudi: Invasi ke Iran, Bencana bagi Dunia!!

Amerika "merengek" minta pesawatnya dikembalikan oleh Negara Islam...."Kajadian kada tahu basa!!!"Pangeran Saudi: Invasi ke Iran, Bencana bagi Dunia!!






Teheran - Pertikaian soal pesawat pengintai antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran tampaknya semakin memanas. Setelah meminta AS untuk membayar kompensasi, kini pemerintah Iran meminta Presiden AS Barack Obama untuk meminta maaf kepada pihaknya karena telah mengirimkan pesawat pengintai tersebut ke wilayah Iran.

Menurut Iran, seharusnya Obama meminta maaf daripada meminta agar pesawat pengintai tersebut dikembalikan ke AS.

"Tampaknya (Obama) telah lupa bahwa kedaulatan udara Iran telah dilanggar, sebuah operasi mata-mata telah dilakukan dan hukum internasional telah dinjak-injak," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast dalam sebuah konferensi pers dan diberitakan oleh Reuters, Selasa (13/12/2011).

Pada Senin (12/12), melalui sebuah konferensi pers, Obama telah meminta langsung kepada pemerintah Iran agar mengembalikan pesawat pengintai AS yang mereka tembak jatuh. Mehmanparast menilai, sikap Obama tersebut kurang tepat.

"Bukannya menyatakan permintaan maaf resmi atas pelanggaran yang mereka lakukan, ia malah mengajukan permintaan seperti itu. Amerika harus tahu bahwa pelanggaran atas kedaulatan udara Iran bisa membahayakan perdamaian dan keamanan dunia," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengungkapkan pernyataan senada dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang menyebut bahwa pesawat pengintai tersebut telah menjadi 'milik' Iran.

"Pesawat pengintai AS kini menjadi milik Republik Islam Iran. Kami yang akan memutuskan apa yang akan dilakukan dengan pesawat ini," ucap Vahidi kepada kantor berita IRNA.

Sebelumnya, pesawat siluman jenis RQ-170 Sentinel diklaim ditembak jatuh oleh militer Iran pada 4 Desember lalu saat melintas di atas Kota Kashmar, sekitar 225 kilometer dari perbatasan Afghanistan. Pada 6 Desember lalu, dua pejabat AS yang minta dirahasiakan identitasnya, mengakui bahwa pesawat pengintai itu tengah dalam misi badan intelijen AS, CIA.

Presiden AS Barack Obama untuk pertama kalinya telah mengakui bahwa pesawat mata-mata AS berada di tangan Iran. Obama pun meminta pemerintah Iran untuk menyerahkan kembali pesawat tak berawak itu. Namun Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad telah menolak permintaan Obama tersebut.

Pertikaian soal pesawat pengintai ini semakin menambah ketegangan antara Iran dengan negara-negara Barat, yang menuduh Iran tengah berusaha mengembangkan senjata nuklir. Padahal pemerintah Iran telah terang-terangan membantahnya.
(nvc/gah)



Selasa, 13/12/2011 15:06 WIB

Ahmadinejad Tolak Serahkan Pesawat Siluman AS

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews


Foto: AFP
Caracas - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama untuk pertama kalinya telah mengakui bahwa pesawat tanpa awak AS berada di tangan Iran. Obama pun meminta pemerintah Iran untuk mengembalikan pesawat pengintai canggih tersebut. Namun Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menolak memenuhi permintaan Obama itu.

"Mungkin Amerika telah memutuskan untuk memberikan kami pesawat mata-mata ini," kata Ahmadinejad dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Venezuela, seperti diberitakanusatoday.com, Selasa (13/12/2011).

"Kami sekarang memiliki kontrol atas pesawat ini," tambahnya.

Berbicara melalui seorang penerjemah, Ahmadinejad mengatakan pihaknya memiliki orang-orang yang mampu mengendalikan pesawat siluman tersebut.

"Ada orang-orang di sini yang telah mampu mengendalikan pesawat mata-mata ini, yang pasti dapat menganalisis sistem pesawat ini juga. Bagaimanapun, kami sekarang memiliki pesawat mata-mata," cetusnya.

Stasiun TV Iran pada Senin, 12 Desember kemarin memberitakan bahwa para ahli Iran tengah dalam tahap akhir pengambilan data-data dari pesawat tak berawak RQ-170 tersebut. Pemerintah Teheran telah menyebut penyitaan pesawat tersebut sebagai kemenangan bagi Iran. Pesawat yang jatuh di Iran baru-baru itu telah dipamerkan oleh stasiun TV Iran.

Pejabat-pejabat AS mengklaim bahwa pesawat canggih tersebut mengalami kerusakan sehingga jatuh di Iran. Namun pihak Iran mengklaim telah menembak jatuh pesawat yang mampu menghindari radar tersebut.
(fiq/ita)


Kamis, 08/12/2011 18:30 WIB

AS Kritik Iran Soal Pemblokiran Situs Kedutaan Virtual

Rita Uli Hutapea - detikNews

Washington - Baru sehari diluncurkan, situs kedutaan virtual Amerika Serikat untuk Iran telah diblokir. Pemerintah AS pun mengkritik Iran yang memblokir akses Internet ke situs tersebut. Gedung Putih menyebut langkah itu menunjukkan bahwa rezim Iran tidak mempercayai rakyatnya.

"Lewat tindakan ini, pemerintah Iran sekali lagi menunjukkan komitmennya untuk membangun tirai pengawasan dan penyensoran elektronik di sekitar rakyatnya," demikian pernyataan Gedung Putih seperti dilansir AFP, Kamis (8/12/2011).

"Upaya-upaya sistematis pemerintah Iran untuk menahan informasi bagi warga negaranya -- mengendalikan apa yang dilihat dan didengar rakyat Iran -- akan gagal di abad ke-21 ini saat teknologi memberdayakan warga negara di seluruh dunia," demikian disampaikan Gedung Putih.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner mengatakan, Iran dipersilakan untuk membuat kedutaan virtual serupa yang ditujukan untuk warga Amerika. Dikatakan Toner, kedutaan virtual AS untuk Iran tersebut mendapatkan hampir 500 ribu hits di hari pertama peluncurannya. Namun dari jumlah itu hanya 9.771 hits yang terdeteksi berasal dari Iran.

AS dan Iran hingga kini tidak memiliki hubungan diplomatik sejak terjadinya revolusi Islam di Iran pada tahun 1979. Saat itu warga Iran menggulingkan kekuasaan shah Iran yang pro-Barat dan menduduki kedutaan AS di Teheran selama 444 hari.

(ita/vit)


Selasa, 06/12/2011 12:24 WIB

Pasukan Iran Diperintahkan Siaga Perang

Rita Uli Hutapea - detikNews


Mahmoud Ahmadinejad (Reuters)
Teheran - Iran siap siaga. Pasukan elit Iran, Garda Revolusioner telah diperintahkan untuk siaga perang di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa Barat terus berupaya melumpuhkan program nuklir Iran.

Pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei seperti dilansir harianTelegraph, Selasa (6/12/2011), memerintahkan semua pemimpin militer, intelijen dan keamanan negeri itu untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi negara Islam Iran.

Atas perintah itu, Jenderal Mohammed Ali Jaafari, panglima Garda Revolusioner, meningkatkan status kesiapan operasional pasukan negeri itu serta mempersiapkan kemungkinan serangan dari luar dan serangan diam-diam.

Jaafari juga memerintahkan unit-unit Garda Revolusioner untuk memindahkan rudal-rudal jarak jauh Shahab ke tempat-tempat rahasia di berbagai penjuru Iran. Di tempat tersebut, persenjataan Iran itu akan aman dari serangan musuh dan bisa digunakan untuk melancarkan serangan balasan.

Perintah ini disampaikan di tengah meningkatnya tekanan internasional atas program nuklir Iran. Negara-negara Barat mencurigai Iran diam-diam mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang dijalankannya. Namun pemerintah Iran bersikeras bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi bagi kepentingan rakyat sipil.

Beberapa waktu lalu pemerintah Israel terang-terangan menyatakan bahwa serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran kini semakin mungkin. Namun baru-baru ini pejabat-pejabat Israel mengatakan bahwa negeri itu tidak akan menyerang Iran untuk saat ini. Namun semua opsi masih tetap terbuka.

(ita/vit)


Selasa, 13/12/2011 15:15 WIB

Iran Tahan 15 Orang yang Diduga Mata-mata AS

Novi Christiastuti Adiputri - detikNews


Ilustrasi (Reuters)
Teheran - Pemerintah Iran telah menahan 15 orang yang diduga mata-mata Amerika Serikat (AS) dan Israel. Dakwaan terhadap 15 orang ini telah dikeluarkan oleh jaksa wilayah setempat.

"Surat dakwaan telah diterbitkan oleh kantor kejaksaan setempat terhadap 15 orang," ujar Kepala Kejaksaan Teheran, Jafari Dolatabi seperti diberitakan kantor berita Fars dan dilansir AFP, Selasa (13/12/2011).

"Orang-orang tersebut diduga mata-mata yang bekerja bagi AS dan Israel," imbuhnya.

Namun sayangnya, Dolatabi enggan menyebutkan secara detail identitas para tersangka tersebut. Tidak dijelaskan juga kapan dan di mana para tersangka ditahan.

Otoritas Iran sendiri beberapa kali telah mengumumkan bahwa pihaknya berhasil menangkap sejumlah orang yang diduga mata-mata AS. Namun seringkali tidak dijelaskan lebih lanjut kapan penangkapan tersebut dilakukan.

Pada Mei lalu, Kementerian Intelijen Iran mengumumkan penangkapan 30 orang yang diduga mata-mata dari badan intelijen AS, CIA. Mereka dituduh melakukan spionase dan sabotase di Iran.

Iran seringkali menuduh AS berusaha melemahkan rezim pemerintahan mereka melalui serangkaian operasi rahasia. Melalui operasi rahasia tersebut, AS berupaya mengumpulkan informasi mulai dari soal infrastruktur, fasilitas pertahanan hingga nuklir yang ada di Iran.

Bukti lain dari keberadaan operasi rahasia AS di Iran terungkap pekan lalu saat Iran memamerkan pesawat pengintai AS yang diklaim berhasil ditembak jatuh militer Iran. Atas hal ini, Presiden AS Barack Obama telah meminta pemerintah Iran untuk mengembalikan pesawat tanpa awak tersebut.

(nvc/ita)


Kami Mampu Bikin RQ-170 Secara massal dan lebih Superior

"Di masa depan yang tak lama, kami akan mampu memproduksinya secara massal. Pakar teknologi Iran akan segera membangun pesawat drone yang lebih superior ketimbang milik AS."

Kami Mampu Bikin RQ-170 Secara massal dan lebih Superior

Menurut Kantor Berita ABNA, Anggota parlemen Iran dari komisi kebijakan luar negeri, Parviz Sorouri, menyatakan Iran dalam tahap akhir mengungkap data yang tersimpan dalam pesawat tanpa awak (drone) jenis pengintai yang ditangkap di wilayah Iran pekan lalu.

Tehran memang sengaja mengumbar berita kehilangan drone AS yang ditujukan sebagai pukulan bagi negara seterunya. Iran juga mengklaim berencana mereproduksi teknologi tersebut. Sebelumnya dilaporkan pasukan keamanan Iran telah menembak jatuh drown menggunakan sistem pertahanan udara yang dulu dirahasiakan.

Drone, yang dibuat dari teknologi 'siluman' terbaru telah dipresentasikan sebagai kejatuhan berkah berharga bagi ilmuwan teknologi pertahanan Iran.

"Langkah kami berikut adalah membalik rekayasa teknologi pesawat tersebut," ujar Sorouri. "Di masa depan yang tak lama, kami akan mampu memproduksinya secara massal. Pakar teknologi Iran akan segera membangun pesawat drone yang lebih superior ketimbang milik AS." imbuhnya optimis.

Sementara pejabat Iran lain juga menggarisbawahi bahwa mereka mungkin membolehkan pesaing AS, seperti Cina mendapat teknologi tersebut. Pejabat AS sejauh ini telah menggunakan tekanan diplomatik untuk memulihkan teknologi serupa pada helikopter yang jatuh di Pakistan dalam serangan yang membunuh Osama bin Ladin.

Washington memang mengakui kehilangan drone, namun bersikeras menyatakan pesawat itu jatuh ketika kehilangan kontak dari pengendalinya ketika beroperasi di atas Afghanistan.

RQ-170 Sentinel, nama pesawat itu adalah yang paling canggih yang digunakan militer AS dan diperalati teknologi serupa pada jet tempur angkatan udara AS, F22 dan F35.

Hingga kini beberapa pakar AS meragukan otentifikasi model drone yang ditunjukkan televisi AS. Sementar yang lain menyatakan sistem elektroniknya cukup menjadi hadiah bernilai bagi negara seteru.

Tokoh dari lembaga think-thank Brooking Institution, Peter Singer, kepada surat kabar AS menyatakan bahwa drone itu bisa membuat satu lompatan teknologi lebih mudah. "Secara mendasar tidak pernah mudah untuk membalik rekayasa teknis dari apa pun, hanya dengan misal, menggunakan radar. Namun bekerja bahkan dengan sistem yang rusak di tangan untuk mempelajari dari dekat, jauh lebih mudah untuk meniru atau malah membuat sistem penangkal alat tersebut di masa depan."(abna.ir)

Akhir Kata Keberhasilan Iran Merampas Pesawat RQ170

Setelah berita jatuhnya pesawat pengintai AS ke tangan militer Iran, skenario pertama media massa Barat adalah menganggap sepele masalah tersebut, dengan menebar klaim bahwa pesawat itu telah lepas kontrol atau hilang.


Akhir Kata Keberhasilan Iran Merampas Pesawat RQ170

Menurut Kantor Berita ABNA, Pesawat pengintai Amerika Serikat RQ170 kini berada di cengkeraman militer Republik Islam Iran. Masalah ini tidak dapat diterima oleh Amerika Serikat sebagai negara super power, oleh karena itu Washington mengerahkan mesin-mesin propagandanya untuk menyangsikan kemampuan Iran menangkap pesawat tersebut dalam kondisi baik.

Pesawat RQ170 atau yang disebut dengan Sentinel itu, oleh sebagian pihak disebut dengan Beast of Kandahar itu, merupakan salah satu pesawat pengintai andalan Amerika Serikat dan memiliki peran urgen dalam berbagai misi militer Negeri Paman Sam, termasuk dalam penangkapan Osama bin Laden.

Secara keseluruhan, RQ170 mirip dengan pesawat bombar B2 Angkatan Udara AS, yang diproduksi untuk melaksanakan misi pada ketinggian luar biasa. Oleh karena itu, pesawat RQ170 termasuk pesawat pengintai AS yang memiliki tingkat keamanan tinggi.

Setelah berita jatuhnya pesawat pengintai itu ke tangan militer Iran, skenario pertama media massa Barat adalah menganggap sepele masalah tersebut, dengan menebar klaim bahwa pesawat itu telah lepas kontrol atau hilang.

Mengapa kita perlu menyangsikan propaganda media massa Barat itu? Jawabannya tersimpan pada dimensi dan mekanisme pengoperasian pesawat pengintai itu.

Amerika Serikat sebagai produsen pesawat moderen itu menyatakan bahwa pesawat pengintai itu hilang beberapa hari sebelumnya dan kemungkinan setelah jatuh, militer Iran mengklaimnya, dan masalah ini tidak membuktikan kemampuan khusus pertahanan Iran.

Poin tersebut mungkin berpengaruh untuk meredam gejolak media massa, namun tidak dapat diterima menurut pandangan analis.

Jawaban:

Ketika sistem pesawat tanpa awak yang lebih kuno dibandingkan RQ170 , termasuk Predator memiliki sistem khusus yang akan mengembalikan pesawat tersebut ke pusat komando secara otomatis jika terjadi kerusakan pada komunikasi dan kontrol dengan pusat komando, lalu bagaimana mungkin sistem yang penjelasannnya di tayangkan dalam film dokumentasi Secrets of Navy Seal Team Six melalui Discovery Channel pada 2011 itu tidak terpasang pada pesawat RQ170? Jelas tidak mungkin.

Poin lainnya adalah bahwa pada pesawat-pesawat seperti RQ170 dipasang sistem automatic self destruction yang akan menghancurkan seluruh sistem dan badan pesawat guna mencegah jatuhnya informasi ke tangan pihak lain. Lalu bagaimana mungkin RQ170 sekarang berada di tangan militer Republik Islam Iran?

Pada tahap berikutnya, Amerika Serikat tampak berupaya keras dengan bantuan media massa Barat untuk mengesankan bahwa pengambilalihan kontrol RQ170 itu bukan merupakan sebuah keberhasilan bagi Republik Islam Iran. Associated Press melaporkan, "Kemungkinan pesawat itu jatuh dari ketinggian sangat tinggi dan komponen yang dikumpulkan oleh Iran mungkin dalam bentuk kepingan kecil.

Jika demikian, pertama, jika pecahan komponen pesawat tersebut berupa kepingan kecil, lalu mengapa Republik Islam dapat mengidentifikasi jenis pesawatnya?

Kedua, komponen sekecil apapun tetap menyimpan informasi yang sangat berharga bagi militer Republik Islam Iran.

Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi banyak kasus jatuhnya pesawat pengintai Amerika Serikat di Afghanistan, Irak, Pakistan, dan bahkan Somalia. Militer Amerika Serikat langsung mengerahkan jet-jet tempurnya untuk menghancurkan rongsokan pesawat pengintainya yang jatuh guna mencegah jatuhnya informasi dan teknologi ke pihak lain. Hal ini menunjukkan bahwa rongsokan pesawat pengintai saja menyimpan informasi yang sangat berharga, lalu bagaimana dengan pesawat yang masih dalam kondisi baik?

Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Panglima Angkatan Udara Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (Pasdaran) menyatakan, "Telah dikumpulkan informasi dan berdasarkan penanganan elektronik secara detail, terungkap bahwa pesawat tersebut menjalankan misi infiltrasi dan spionase di Iran. Namun setelah memasuki zona udara di timur Iran, pesawat itu terperangkap dalam jebakan elektronik Angkatan Bersenjata Iran dan berhasil diturunkan dengan tingkat kerusakan minimum."

Panjang dua sayap pesawat tersebut mencapai 26 meter dan lebar kerangkanya mencapai 4,5 meter. Tinggi pesawat tersebut mencapai 1,84 meter dan memiliki sistem pengumpulan data moderen di bidang elektronik, visual, komunikasi, dan bahkan berbagai sistem radar.

Pada akhirnya, seluruh keraguan dan upaya propaganda media massa Barat khususnya Amerika Serikat dalam hal ini diakhiri oleh Republik Islam Iran dengan menayangkan video pesawat RQ170. Video yang ditayangkan melalui sebuah televisi nasional Iran itu menutup seluruh celah bagi Amerika Serikat untuk berkilah menepis keberhasilan militer Iran. (IRIB Indonesia/MZ/SL)



AS dan Politik Anti Iran


Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Ramin Mehmanparast membantah dan mengecam keras vonis bias pengadilan distrik AS yang menuduh Tehran terlibat dalam aksi pemboman Kedubes AS di Kenya oleh milisi al-Qaeda pada 1998 lalu. Menurut Mehmanparast, tuduhan ilegal dan infaktual yang dikeluarkan pengadilan distrik AS merupakan bagian dari skenario yang didalangi Gedung Putih terhadap Republik Islam Iran.

Mengacu pada catatan aktivitas Al Qaeda yang berada di bawah dukungan pemerintah AS, Mehmanparast mengungkapkan tewasnya sembilan diplomat Iran di Afghanistan pada tahun 1998 yang membuktikan kebenaran Iran, dan kebohongan tuduhan palsu Washington. Ia mengungkapkan, AS mencoba untuk menjustifikasi dan menutupi kesalahannya sendiri dan rezim Zionis melalui berbagai skenario terhadap bangsa dan pemerintah Iran, tetapi mereka gagal.

Sementara itu,Wakil tetap Iran di PBB, Mohammad Khazaee baru-baru ini menyerahkan dukumen kepada sekjen PBB, Ban Ki-moon. Ia mendesak Ban untuk menindak brutalitas Amerika Serikat dan memburu serta mengukum pelaku aksi teror di Iran sesuai dengan Konvensi 1973. Dokumen yang diserahkan kepada Ban Ki moon melalui menlu Iran tersebut menunjukkan bahwa bukan saja Amerika mendalangi aksi teror terhadap tokoh dan ilmuwan Iran, bahkan Washington berusaha menyerang infrastruktur Iran dengan membiayai kelompok teroris.

Strategi anti Iran yang terapkan AS sejatinya merupakan kelanjutan dari perang urat syaraf Washington terhadap Tehran. AS berusaha keras menekan Iran dengan mempropagandakan klaim palsu dan tindakan seperti ini bertentangan dengan konvensi internasional serta mengancam perdamaian serta keamanan dunia. Sejumlah anggota perlemen Amerika November lalu secara transparan membicarakan upaya teror terhadap petinggi Iran. Menyusul statemen arogan tersebut, duta besar Swiss sebaga penjaga kepentingan AS di Tehran dipanggil departemen luar negeri Iran dan dimintai keterangan. Dalam kesempatan tersebut, deplu Iran memberikan catatan protes mereka atas sikap AS yang terus mendukung kelompok teroris.

Tak hanya itu, AS juga menuding Iran berusaha meneror dubes Arab Saudi di Washington. Amerika membidik kebijakan luar negeri Iran dan berusaha merusaknya. Dengan klaim menggelikan tersebut AS berupaya merenggangkan hubungan antara Tehran dan Riyadh.

Sikap AS yang menjadikan Iran sebagai kambing hitam di kawasan sejatinya merupakan skenario negara ini untuk memalingkan warganya dari krisis yang dihadapinya saat ini, mulai krisis di Irak dan Afghanistan hingga krisis ekonomi. Vonis pengadilan distrik AS yang menuduh Tehran terlibat dalam aksi pemboman Kedubes AS di Kenya oleh milisi al-Qaeda pada 1998 lalu juga termasuk dalam skenario busuk ini. (IRIB Indonesia/MF)


Ahmadinejad: Laporan IAEA Soal Nuklir Iran Politis


Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad kembali mengecam laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai program energi nuklir sipil Tehran, dan menggambarkan laporan organisasi internasional itu bermotif politis.

"Saya tidak khawatir tentang posisi IAEA terhadap Iran. Laporan lembaga nuklir internasional itu tidak memiliki nilai hukum. Dirjen IAEA sendiri tahu bahwa laporan itu politis, "kata Ahmadinejad dalam sebuah wawancara Senin (12/12) dengan televisi pemerintah Venezuela.

Pada tanggal 8 November, IAEA merilis sebuah laporan yang disponsori Barat terutama AS mengenai program nuklir Iran. Dalam laporan tersebut IAEA menuduh Tehran mengejar tujuan militer dalam program nuklirnya tanpa menunjukkan bukti yang bisa diverifikasi.

Iran menolak laporan itu dan menilainya tidak seimbang, tidak profesional dan dipersiapkan dengan motif politis di bawah tekanan politik negara-negara Barat terutama Amerika Serikat.

Iran tercatat sebagai anggota IAEA dan penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Hingga kini seluruh aktivitas nuklirnya secara resmi diawasi oleh IAEA. (IRIB Indonesia/PH)


Jumat, 09 Desember 2011 Oleh Konspirasi

Iran Pertontonkan Penembakan Pesawat Mata-Mata AS

Pesawat mata2 ASTelevisi Iran menampilkan apa yang dikatakan mereka sebagai pesawat mata-mata tanpa awak yang ditembak jatuh dari wilayah udara negara itu. Penayangan ini dilakukan setelah para pejabat AS menyatakan keprihatinan dan mati-matian membantah mereka mengoperasikan pesawat mata-mata tanpa awak, walau belakangan mengakui.

Menurut kantor berita semi-resmi Fars, di segmen televisi, komandan Pasukan Udara Garda Revolusi, Amir Ali Hajizadeh, mengatakan bahwa pasukan Iran menemukan pesawat "yang menyusup wilayah udara negara kita untuk memata-matai misi kita."

"Setelah memasuki bagian Timur negara itu, pesawat ini jatuh ke dalam perangkap angkatan bersenjata kita dan jatuh di Iran dengan kerusakan minimal," kata Hajizadeh pada Fars.

Menurut pejabat militer Iran itu, pesawat tak berawak itu "dilengkapi dengan pengawasan yang sangat maju, pengumpul data, komunikasi elektronik, dan sistem radar." Pesawat semacam itu, katanya, telah dirancang untuk menghindari sistem radar. Ini adalah teknologi terbaru dari pesawat canggih yang digunakan oleh Amerika Serikat.

"Teknologi yang digunakan dalam pesawat ini sudah digunakan dalam B2 dan pesawat F35," tambah Hajizadeh. Pesawat itu dikendalikan dan dipandu melalui link satelit dan stasiun di darat di Afghanistan dan Amerika Serikat.

"Pakar militer sangat menyadari betapa berharganya informasi teknologi pesawat ini," tulis Fars mengutip Hajizadeh.

RQ-170 telah digunakan di Afghanistan selama beberapa tahun. Para pejabat AS mengakui bahwa militer kehilangan kontrol dari salah satu pesawat tersembunyi itu saat menerbangkan misi di Afghanistan barat. Kantor berita resmi IRNA mengatakan bahwa pasukan bersenjata Iran menembak jatuh pesawat itu.

Pada hari Senin, para pejabat militer AS mengatakan bahwa mereka khawatir bahwa sebuah pesawat pengintai tersembunyi yang jatuh di Iran dan bisa memberikan kesempatan untuk mengumpulkan informasi tentang program rahasia.

Namun para ahli mengatakan hari Senin bahwa bahkan jika Iran menemukan bagian pesawat mata-mata tak berawak, mereka mungkin akan mendapatkan sedikit dari itu.


2 comments to "Amerika "merengek" minta pesawatnya dikembalikan oleh Negara Islam...."Kajadian kada tahu basa!!!"Pangeran Saudi: Invasi ke Iran, Bencana bagi Dunia!!"

  1. iran memang sangat berani..salut

  2. semoga kita seberani Iran untuk melawan superioritas amerika

Leave a comment