بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
A K A L
إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ
Al-BAqoroh : 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut dengan membawa apa yang berguna bagi manusia, air yang Allah turunkan dari langit, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering-kerontang), dan Dia tebarkan segala jenis hewan di atas bumi itu, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh terdapat tanda-tanda(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pada suatu hari aku [Suma'ah bin Jamran] pernah hadir di majlis Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). Di sana juga hadir murid-muridnya yang lain. Beliau membicarakan tentang Akal dan Kejahilan. Kemudian Imam Ja’far (sa) berkata: “Kenalilah akal dan pasukannya serta kejahilan dan pasukannya, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”
Kemudian Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung menciptakatan akal sebagai makhluk ruhaniah pertama.
Saat itu akal berada di samping kanan Arasy, ia diciptakan dari cahaya-Nya. Kemudian Allah berfirman padanya: menghadaplah pada-Ku, ia pun menghadap pada-Nya. Lalu Allah berfirman: berpalinglah, ia pun berpaling. Selanjutnya Allah berfirman: Kuciptakan kamu sebagai makhluk yang agung, Aku muliakan kamu di atas semua makhluk-Ku.
Kemudian Allah menciptakan kejahilan dari laut yang diliputi kegelapan. Lalu Allah menyuruhnya berpaling, ia pun berpaling. Kemudian menyuruhnya menghadap, tapi ia tidak mau menghadap-Nya. Maka Allah berfirman padanya: Kamu sombong! Kemudian mengutuknya.
Selanjutnya Allah menciptakan 75 pasukan akal. Melihat hal itu dengan sifat dengki dan permusuhan kejahilan berkata: Tuhan, akal adalah makhluk-Mu sebagaimana aku juga makhluk-Mu: mengapa Engkau muliakan dia dengan kekuatan sementara aku sebagai lawannya tidak memilikinya?
Berikan padaku kekuatan seperti dia. Maka Allah berfirman: Baiklah. Tapi, jika kamu dan pasukanmu bermaksiat pada-Ku, Aku akan keluarkan kalian dari rahmat-Ku. Kejahilan menjawab: Aku terima janji itu. Kemudian Allah menciptakan baginya 75 pasukan. Pasukan akal dan pasukan kejahilan sebagai berikut:
No
| Pasukan Akal | Pasukan Kejahilan |
1 | Kebajikan (menteri akal) | Kejahatan (menteri kejahilan) |
2 | Keimanan | kekufuran |
3 | Harapan (raja’) | Putus asa (qunuth) |
4 | Keadilan (‘adl) | Kezaliman (zhulm) |
5 | Ridha terhadap takdir (ridha) | Marah terhadap takdir (sukhth) |
6 | Rasa terima kasih (syukr) | Kufur nikmat (kufr) |
7 | Pasrah (tawakkal) | Ambisius (harsh) |
8 | Keperdulian (ra’fah) | Tak perduli (ghirrah) |
9 | Pengetahuan (‘ilm) | Kebodohan (jahl) |
10 | Kesucian, jaga diri (‘iffah) | Kecerobohan (tahattuk) |
11 | Zuhud (zuhd) | Cinta dunia (raghbah) |
12 | Sopan (rifq) | Kasar (kharq) |
13 | Waspada (rahbah) | Gegabah (jur’ah) |
14 | Rendah hati (tawadhu’) | Sombong (takabbur) |
15 | Kalem (ta’uddah) | Tergesa-gesa (tasarru’) |
16 | Menahan emosi (hilm) | Tak sopan, gemar memaki (safah) |
17 | Pendiam (shamt) | Banyak bicara, cerewet (hadzar) |
18 | Patuh pada Allah (istislam) | Bangga diri, sombong (istikbar) |
19 | Patuh pada pemimpin yang benar (taslim) | Arogan (tajabbur) |
20 | Pemaaf (‘afwu) | Kedengkian (hiqd) |
21 | Lembut hati (riqqah) | Keras hati (qaswah) |
22 | Keyakinan (yaqin) | Keraguan (syak) |
23 | Kesabaran (shabr) | Meronta (jaza’) |
24 | Lapang dada (shafh) | Pendendam (intiqam) |
25 | Kaya hati (ghina) | Fakir hati (faqr) |
26 | Merenung (tafakkur) | Lalai (sahw) |
27 | Hafal (hifzh) | Lupa (nisyan) |
28 | Penyambung (ta’aththuf) | Pemutus (qathi’ah) |
29 | Rasa nerima (qana’ah) | Rakus (hirsh) |
30 | Persamaan (musawat) | nutup diri (man’u) |
31 | Cinta-kasih (mawaddah) | Permusuhan (‘adawah) |
32 | Memenuhi janji (wafa’) | Tidak memenuhi janji (ghadar) |
33 | Ketaatan (tha’ah) | Kemaksiatan (ma’shiyah) |
34 | Rendah hati (khudu’) | Arogansi (tathawwur) |
35 | Kedamaian (salamah) | Bencana (bala’) |
36 | Cinta (hubb) | Marah (ghadhab) |
37 | Kejujuran (shidq) | Kebohongan (kidzb) |
38 | Kebenaran (haqq) | Kebatilan (bathil) |
39 | Amanat (amanah) | Khianat (khiyanah) |
40 | Ketulusan (ikhlash) | Kemusyrikan hati (syaub) |
41 | Cekatan (syahamah) | Lamban (baladah) |
42 | Kepandaian (fahm) | Ketololan (ghabawah) |
43 | Pengenalan (ma’rifah) | Penyangkalan (inkar) |
44 | Pengendalian, keteraturan (madarah) | Perdebatan kasar (mukhasyanah) |
45 | Menjaga keselamatan orang lain | Melakukan makar (mumakarah) |
46 | Menyimpan rahasia (kitman) | Menyebarkan rahasia (ifsya’) |
47 | Menegakkan salat (shalah) | Penyia-nyiaan (idha’ah) |
48 | Berpuasa (shiyam) | Tidak puasa (ifthar) |
49 | Perjuangan (jihad) | Lari dari perjuangan (nukul) |
50 | Melaksanakan haji (hajj) | Melanggar perjanjian (nabdzul mitsaq) |
51 | Menjaga lisan | Mengadu-domba (namimah) |
52 | Berbakti pada orang tua (birrul walidayn) | Durhaka (’uquq) |
53 | Makruf (ma’ruf) | Mungkar (munkar) |
54 | Menutu aurat (satr) | Bersolek (tabarruj) |
55 | Menjaga diri (taqiyyah) | Mengubral pembicaraan (idza’ah) |
56 | Keseimbangan (inshaf) | Fanatik (hamiyyah) |
57 | Perkhidmatan (mihnah) | Kedurjanaan (baghyu) |
58 | Bersih (nazhafah) | Kotor (qadzir) |
59 | Malu (haya’) | Bugil (khal’u) |
60 | Terarah (qashd) | Permusuhan (’udwan) |
61 | Rileks (rahah) | Kelelahan (ta’ab) |
62 | Kemudahan (suhulah) | Kesulitan (shu’ubah) |
63 | Keberkahan (barakah) | Kebinasaan (mahq) |
64 | Menjaga keseimbangan (qiwam) | Berlebihan (mukasarah) |
65 | Kebijaksanaan (hikmah) | Hawa nafsu (hawa) |
66 | Tangguh, kokoh terhadap beban (waqar) | Rapuh, lemah terhadap beban (khiffah) |
67 | bahagia (sa’adah) | Nestapa (syaqawah) |
68 | Taubat (tawbah) | Keras kepala (ishrar) |
69 | Memohon ampun (istighfar) | Terpedaya (ightirar) |
70 | Menjaga waktu ibadah (muhafazhah) | Mengakhirkan waktu ibadah (tahawun) |
71 | Berdoa (du’a) | Angkuh, sombong (istinkaf) |
72 | Rajin (nasysyath) | Malas (kasal) |
73 | Kebahagiaan (farh) | Kesedihan (huzn) |
74 | Persahabatan (ulfah) | Perpecahan (firqah) |
75 | Dermawan (sakha’) | Kikir (bukhl) |
Semua sikap pasukan akal tersebut tidak akan menyatu kecuali pada diri seorang Nabi atau washi (penerus)nya atau seorang mukmin yang hatinya telah lulus dalam ujian.
Adapun selain mereka, ia hanya memiliki sebagian pasukan ini, kemudian ia menyempurnakan jiwanya dengan pasukan akal sambil mewaspadai pasukan kejahilan. Ketika itulah ia akan mencapai derajat yang tinggi bersama para Nabi dan para washinya (sa). Tentunya sebelumnya ia harus mengenal keberuntungan melalui pengenalan akal dan pasukannya serta menjauhi kejahilan dan pasukannya. Semoga Allah membimbing kita untuk mentaati-Nya dan mencapai ridha-Nya.”
sumber : (Biharul Anwar 1: 109-111).
Imam Ja’far Shadiq adalah seorang berasal dari keturunan RAsul SAAW. Ja’far bin Muhammad Baqir bin Zainal Abidin bin Hussein bin Ali bin Ab Thalib, silsilah ini disebut juga silsilah rantai emas…(www.imamchanel.wordpress.com)
0 comments to "Tafsir (serial) : Pasukan Akal VS Pasukan Kejahilan"