Home , , , , , , , , , , , , , , , , , , � KTT APEC 2012 di Rusia dan Capaiannya VS Berita KTT XVI GNB 2012 Teheran (Republik ISLAM IRAN) 2012 : Rahbar sebut Bung Karno, Palestina & Zionis Israel,Senjata nuklir tidak menjamin keamanan / HARAM, Ekonomi Dunia hingga Persatuan Sunni dan Syiah serta Persatuan Ummat Manusia...!!!

KTT APEC 2012 di Rusia dan Capaiannya VS Berita KTT XVI GNB 2012 Teheran (Republik ISLAM IRAN) 2012 : Rahbar sebut Bung Karno, Palestina & Zionis Israel,Senjata nuklir tidak menjamin keamanan / HARAM, Ekonomi Dunia hingga Persatuan Sunni dan Syiah serta Persatuan Ummat Manusia...!!!

Pertemuan Wapres RI dengan Rahbar IranPertemuan Wapres RI dengan Rahbar IranPertemuan Wapres RI dengan Rahbar IranPertemuan Wapres RI dengan Rahbar Iran


Rahbar Menyebut Nama Soekarno Dua Kali

“Ayatullah Ali Khamenei mengaku mendengar pidato Bung Karno ketika muda, dan amat terkesan pada sosok beliau,” kata Boediono, saat memberikan keterangan pers di Wisma Duta –kediaman resmi Duta Besar Indonesia untuk Iran--, Jumat 31 Agustus 2012 sore. “Penghargaan beliau terhadap sosok Bung Karno tentu sangat kita apresiasi,” kata Boediono. 


 Rahbar Menyebut Nama Soekarno Dua Kali
Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ali Khamenei sempat dua kali menyebut nama Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Ketika berpidato dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok di Organization of Islamic Conference (OIC) Main Hall, Kamis 30 Agustus 2012, Ayatullah Khamanei mengutip pidato Soekarno pada Konferensi Asia Afrika di Bandung, pada 1955 silam. Kali kedua, nama Soekarno kembali disebut Ayatullah saat menerima kunjungan Wakil Presiden Boediono di kediamannya, di Teheran, Jumat 31 Agustus 2012. 
“Ayatullah Ali Khamenei mengaku mendengar pidato Bung Karno ketika muda, dan amat terkesan pada sosok beliau,” kata Boediono, saat memberikan keterangan pers di Wisma Duta –kediaman resmi Duta Besar Indonesia untuk Iran--, Jumat 31 Agustus 2012 sore. “Penghargaan beliau terhadap sosok Bung Karno tentu sangat kita apresiasi,” kata Boediono. 
Ketika mengutip pidato Soekarno, Ayatullah IAli Khamanei selalu menyebut nama proklamator Indonesia itu dengan nama ‘Ahmad Soekarno’.  Wakil Presiden Boediono sendiri mendapat kesempatan sekitar 30 menit untuk bertemu pemimpin tertinggi Revolusi Iran itu. Kunjungan itu dijaga ketat tentara Iran dan dilarang diliput media. 
Pidato Soekarno pada pembukaan KTT Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, 1955 silam memang menjadi fondasi dasar Gerakan Non-Blok. Sejak konferensi tingkat tinggi pertama di Beograd, Yugoslavia, 1961 silam, gerakan ini menegaskan posisinya sebagai kekuatan penyeimbang dua blok yang berseteru pada masa itu: Barat dan Uni Soviet. Pidato Soekarno menegaskan perlawanan negara-negara berkembang atas kolonialisme dan dominasi satu negara di atas yang lain.
Kepada Boediono, Ali Khamenei menegaskan bahwa Gerakan Non-Blok memiliki potensi amat besar untuk mempengaruhi konstelasi politik internasional. Boediono sendiri menegaskan bahwa Gerakan Non-Blok juga harus memberikan kontribusi dalam peningkatan intensitas kerjasama ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan kesejahteraan rakyat. 


Pertemuan Wapres RI dengan Rahbar Iran

Sebelum menyampaikan pidato pada KTT XVI GNB Teheran 2012, Wapres RI Boediono mengadakan kunjungan kehormatan kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Sayyid Ali Khamanei. 


Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Hadhrat Ayatullah Sayyid Ali Khamanei dalam pertemuannya dengan Wapres RI Boediono menyatakan, “Tujuan utama penyelenggaraan konferensi negara-negara non blok bukanlah sekedar ceremonial belaka melainkan ada hasil yang diharapkan, sebuah gerakan yang memberi pengaruh, dan kita berharap agar tujuan ini tetap kita hidupkan.”
“Semua negara anggota Gerakan Non Blok khususnya Indonesia diharapkan kepada sesama anggota lain lebih meningkatkan kerjasama dan duduk bersama untuk membicarakan masalah-masalah penting internasional dan masalah kawasan.” Lanjutnya.
Rahbar lebih lanjut menyatakan banyaknya pengalaman dan adanya kemajuan yang dialami negara-negara anggota GNB adalah perangkat yang harus dimanfaatkan untuk semakin mendekatkan GNB kepada tujuan berdirinya. “Namun tidak boleh mengabaikan kenyataan bahwa negara-negara GNB punya musuh yang karenanya kita harus waspada dengan segala taktik dan konspirasi mereka.” pesannya mengingatkan.  
Ayatullah Sayyid Ali Khamanei juga tidak lupa untuk mengingatkan diantara konspirasi musuh adalah menciptakan konflik Sunni-Syiah. “Contoh keberhasilan konspirasi mereka melalui konflik Sunni-Syiah bisa kita lihat pada apa yang terjadi di Afghanistan dan Pakistan.” Lanjutnya.
 “Al Qaedah dan Taliban dengan dukungan AS telah menciptakan makar. Namun AS juga yang memerangi mereka. Dengan alasan mengejar Taliban dan Al Qaedah, AS menyerang Pakistan dan Afghanistan padahal tujuan asli mereka adalah menguasai kedua negara tersebut.” Kata Rahbar.
Rahbarpun dalam pertemuan tersebut menegaskan adanya sinyal berbahaya dari konflik Sunni-Syiah jika dibiarkan sebagaimana yang terjadi di Indonesia, Mesir dan Libiya, sebab dapat merusak kedaulatan dan keamanan negara.
Sementara itu, Wapres RI Boediono menyatakan rasa bahagianya dengan terselenggaranya konferensi tersebut. Beliau memandang ajang konferensi tersebut bisa dijadikan momen untuk semakin mempererat kerjasama Indonesia dengan Iran khususnya dalam bidang ekonomi.
Mengenai terjadinya penyerangan terhadap warga Syiah di Sampang yang disinyalir karena adanya isu perbedaan mazhab, beliau menyatakan, “Pemerintah Indonesia saat ini bekerja keras untuk menciptakan kondisi yang baik untuk semua golongan, kaum dan mazhab untuk tetap hidup bersama di bawah bendera yang sama.”
Wapres Mengadakan Pertemuan dengan WNI di Teheran

Boediono mempersilakan WNI untuk mencari penghidupan atau mencari ilmu di luar negeri. Namun, Boediono meminta agar WNI di Iran tidak melupakan Indonesia.
Menurut Kantor Berita ABNA, Wapres Boediono mengadakan pertemuan dengan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Iran. Dalam pertemuan itu, Boediono menyanyikan sepenggal lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki.
"Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata. Namun dalam dunia yang global saat ini, batas-batas negara sudah semakin memudar sehingga bukan harus selalu berada di Indonesia," kata Boediono saat menemui Warga Negara Indonesia di Wisma Duta, Teheran, Rabu (29/8/2012) malam.
Boediono mempersilakan WNI untuk mencari penghidupan atau mencari ilmu di luar negeri. Namun, Boediono meminta agar WNI di Iran tidak melupakan Indonesia.
“Tapi jangan lupakan tanah air. Peliharalah akar kita. Indonesia membutuhkan kontribusi Anda dalam bidang apa pun," ujarnya.

Boediono mengaku baru pertama kali berkunjung ke Iran. Menurutnya, Iran adalah negara yang penting di dunia.
"Ini adalah kunjungan saya yang pertama kali di Iran," kata Boediono.
Acara pertemuan itu dihadiri puluhan mahasiswa dan juga profesional yang bekerja di Iran. Dalam pertemuan itu hadir juga Duta Besar Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Direktur Jenderal Multilateral Hasan Kleib.

Media AS Menurunkan Berita Dusta mengenai Pidato Mursi

Mursi Menyatakan dukungannya atas Iran dalam pidatonya mengenai masalah Palestina, namun dipelintir media AS bahwa Mursi mengecam Iran atas permusuhannya terhadap Israel. 

 Media AS Menurunkan Berita Dusta mengenai Pidato Mursi


Menurut Kantor Berita ABNA, media surat kabar AS The Wall Street
Journal menurunkan berita dusta yang menyebutkan Muhammad Mursi Presiden Mesir
dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi XVI Gerakan Non Blok di Teheran
mengecam Iran atas propagandanya untuk menghapus Israel dari peta dunia.
Padahal Mursi dalam pidatonya memberikan dukungan sepenuhnya kepada Republik
Islam Iran dalam masalah Palestina dan sepakat dengan tuntutan Iran yang
meminta penjajahan oleh rezim Zionis di bumi Palestina harus segera diakhiri. 
GNB Akan Terus Melawan Imperialisme dan Agresi Asing

Di hadapan agresi imperialis di beberapa wilayah, negara-negara di dunia kini sedang berdiri dan berkata: “Cukup sudah”. Ironisnya, upaya Washington mengisolasi Iran malah berakhir dengan AS yang terisolasi. Begitu lama difitnah oleh Washington dan para sekutunya, Iran kini malah sedang didukung seluruh dunia.
Finian Cunningham

Dalam upaya menghancurkan Suriah, poros kekuatan itu dibantu dan didukung oleh kediktatoran Teluk Persia seperti Arab Saudi dan Qatar. Para monarki Arab itu memang anggota GNB tetapi mereka tidak mungkin akan menghadiri konferensi di Teheran untuk alasan yang tidak terpuji.
Ketika KTT Gerakan Non-Blok (GNB) diselenggarakan di Ibukota Iran akhir pekan ini, ia menjanjikan acara terbesar di muka bumi yang bertujuan menunjukkan solidaritas internasional untuk hidup berdampingan secara damai dalam menghadapi agresi imperialis dan ancaman perang habis-habisan.

KTT ke-16 GNB sejak gerakan itu berdiri pada 1961 benar-benar datang saat dunia menghadapi fase paling krusial dalam sejarahnya.

Tidak pernah terjadinya sebelumnya dimana kata-kata Fidel Castro bergaung sedemikian pentingnya. Pemimpin Kuba itu menyatakan pada KTT 1979 bahwa gerakan internasional itu berdiri untuk membela “kemerdekaan nasional, kedaulatan, integritas teritorial dan keamanan negara-negara non-blok” dalam “perjuangan melawan imperialisme dan segala bentuk agresi asing”.

Lima puluh satu tahun setelah berdirinya GNB di Beograd, dunia mungkin telah selamat dari momok kehancuran Perang Dingin. Tetapi dalam dunia unipolar yang muncul sejak saat itu—dan didominasi oleh Amerika Serikat berikut sekutu elitisnya—kita menyaksikan kelahiran kembali perang, agresi dan, ironisnya, ancaman baru perang nuklir—penyebab utama yang memotivasi pembentukan GNB.

Sebanyak 120 negara bergabung dalam GNB. Gerakan ini mewakili 55 persen populasi dunia dan hampir dua pertiga anggota PBB. Bahkan, GNB kadang-kadang disebut sebagai “PBB sejati” karena terlihat lebih demokratis mewakili kepentingan bersama dari mayoritas dunia daripada PBB yang didominasi Barat berikut Dewan Keamanannya yang ditunjuk.

Sementara Amerika Serikat dan sekutu Baratnya dengan arogan menggunakan jubah “masyarakat internasional”, GNB justru yang paling berhak mengklaim sebutan itu. ketika AS dan kekuatan kolonial lama Inggris dan Perancis berbicara tentang “masyarakat internasional”, istilah itu sebenarnya mengacu kepada komplotan elite berkuasa dan kepentingan geopolitik unilateral mereka. Saat ini, dividen perdamaian Perang Dingin hanyalah mimpi yang sinis. Negara anggota GNB terus diserang atau menderita kerusakan akibat peperangan “masyarakat internasional” palsu itu—kekuatan partisan AS dan sekutu NATO-nya. Afghanistan, Irak, Libya, Somalia, dan Pakistan adalah di antara negara yang menderita hal itu. Berbeda dengan GNB yang mengecam agresi dan intervensi, PBB justru tak pernah mengutuk hal itu? Bahkan, PBB secara memalukan malah memberi dukungan moral dan diplomatik terhadap perang ilegal itu.

Juga, tidak seperti PBB, GNB telah secara eksplisit menyerukan perlucutan senjata nuklir dari negara elite global yang terus memiliki puluhan ribu senjata pemusnah massal seraya melanggar kewajiban mereka di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Suriah, satu negara anggota GNB, kini sedang diserang oleh poros kekuatan pimpinan AS—yang meliputi Inggris, Perancis, Jerman, Turki dan Israel—dalam perang agresi rahasia kaum imperialis. Tentu saja tak satu pun dari kekuatan itu yang menjadi anggota GNB. Alih-alih demikian, mereka justru merupakan geng global negara preman yang dipimpin Washington.

Dalam upaya menghancurkan Suriah, poros kekuatan itu dibantu dan didukung oleh kediktatoran Teluk Persia seperti Arab Saudi dan Qatar. Para monarki Arab itu memang anggota GNB tetapi mereka tidak mungkin akan menghadiri konferensi di Teheran untuk alasan yang tidak terpuji.

Dengan cara ini, KTT GNB di Teheran akan mengekspos kejahatan para elite global penggila perang. KTT tersebut akan mengekspos bahwa apa yang disebut “masyarakat internasional” ternyata tak lebih dari gerombolan preman yang menyandera seluruh dunia di bawah ancaman agresi. Ini akan menunjukkan bahwa para elite itu dan klaim mereka tentang penegakan hukum internasional dan hak asasi manusia hanyalah sebuah penipuan dari pemerasan yang tak kenal lelah mengejar keserakahan.

Adalah sebuah keadilan nan indah bahwa Iran mendapatkan kehormatan menjadi tuan tumah peristiwa bersejarah ini. Selama hampir satu dekade, Republik Islam hidup di bawah ancaman perang dari AS dan anteknya. Selama tahun lalu saja, ancaman itu telah bergeser hingga ke tingkat yang sangat intensif. AS, Inggris dan Perancis beserta “anjing penyerang” ilegal mereka bertenaga nuklir, Israel, memiliki keberanian untuk mengancam Iran setiap harinya dengan serangan militer dan, dengan demikian, menghadirkan bayangan penghancuran terhadap dunia.

Iran adalah anggota GNB yang saat ini sedang mengalami perang agresi. Sabotase infrastruktur, pembunuhan ilmuwan dan penculikan warga, seperti Shahrzad Mirgholikhan yang disiksa selama lima tahun di sebuah penjara Amerika, adalah bagian dari peperangan ini. Demikian juga embargo jahat terhadap perekonomian negara itu yang didalangi Washington.

Ini kejahatan keji yang berdasarkan pada kecurigaan dan kebohongan. Itu semua dilakukan karena Iran menuntut hak legalnya mengembangkan energi nuklir dan mempertahankan kemerdekaan politiknya.

Dan keadilan indah lainnya dari KTT GNB adalah bahwa sebagian besar dunia ini berdiri di belakang Iran dalam menghadapi agresi tersebut. Negara-negara dari Meksiko dan Brazil hingga Indonesia dan Malaysia jelas mengatakan bahwa Iran memiliki hak untuk mengembangkan energi nuklir.

Lebih daripada 100 negara hadir di KTT GNB. Sekitar 35 negara mengirimkan kepala negara ke Teheran. Sekitar 21 negara lain akan diwakili oleh menteri luar negeri.
Di antara mereka yang hadir adalah Perdana Menteri India Manmohan Singh, disertai satu delegasi dari 150 pejabat. Delegasi dari negara-negara pengamat GNB, termasuk Cina, Rusia, dan Brasil juga datang.

Satu kehadiran bersejarah akan menjadi milik Presiden baru Mesir, Mohamed Morsi. Ini akan menjadi kunjungan tingkat tinggi pertama dia ke Iran sejak hubungan kedua negara itu terputus pada 1978 ketika rezim Mesir sejalan dengan AS dalam melawan revolusi Iran.

Dengan melawan ancaman Washington dan sekutunya, negara-negara dari Amerika Latin, Afrika hingga Asia meratakan jalan mereka menuju Teheran. Seraya menekankan kemandirian dan solidaritas, sebagian besar negara-negara itu dilaporkan akan melanjutkan kontrak ekspor untuk minyak Iran, mengabaikan sanksi Amerika dan Eropa baru-baru ini.

Inilah petanda zaman hingga bahkan Sekretaris Kenderal PBB, Ban Ki-moon, telah mengumumkan kehadirannya. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut keputusan Ban untuk pergi ke Iran sebagai “kesalahan besar”, sementara Washington menggambarkannya “sedikit aneh”.

Namun, Ban harus melakukan sesuatu yang lebih daripada sekedar datang. Entah bagaimana dia harus menemukan keberanian untuk berbicara tegas menentang kekerasan pimpinan AS terhadap Iran dan Suriah. Tentu saja itu diragukan mengingat dia diam ketika drone AS membunuh warga sipil di Irak, Afghanistan, Libya, Pakistan dan Somalia. Tapi meskipun demikian, fakta bahwa Ban datang ke Teheran, dengan mengabaikan tekanan Washington, menjadi kesaksian tersendiri akan kebenaran posisi Iran.

Di hadapan agresi imperialis di beberapa wilayah, negara-negara di dunia kini sedang berdiri dan berkata: “Cukup sudah”. Ironisnya, upaya Washington mengisolasi Iran malah berakhir dengan AS yang terisolasi. Begitu lama difitnah oleh Washington dan para sekutunya, Iran kini malah sedang didukung seluruh dunia.

Salah satu ironi adalah bahwa ketika Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet berakhir 20 tahun yang lalu, beberapa analis percaya bahwa Gerakan Non-Blok akan menjadi organisasi tanpa tujuan. Dua dekade berlalu, GNB malah bangkit pada saat momentum yang lebih relevan daripada sebelumnya dan bahkan ia menyadari benar manfaatnya bagi perdamaian dan solidaritas dunia.

Pendirinya, Josip Tito dari Yugoslavia, Sukarno dari Indonesia, Jawaharlal Nehru dari India, Mesir Gamal Nasser, dan Ghana Kwame Nkrumah dari Ghana, tidak diragukan lagi, akan tersenyum lebar.
(Penulis adalah jurnalis Irlandia yang khusus melaporkan soal Timur Tengah dan Afrika Timur. Sumber: Voltaire Network)

GNB, Lembaran Baru Kerjasama Global



Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok ke-16 berakhir Jumat (31/8). Pertemuan yang digelar dalam tiga tahap dari pakar, menlu hingga kepala negara itu dihadiri delegasi 120 negara anggota dan sejumlah negara peninjau. Tidak hanya itu, KTT GNB kali ini juga dihadiri Sekjen PBB, Ban Ki-moon. Sejumlah isu penting seperti krisis politik dan ekonomi global, menghidupkan kembali peran GNB di kancah internasional, dukungan terhadap penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai, masalah Palestina, reformasi struktur PBB, krisis Suriah dan perdamaian dunia yang permenen. 

Dalam deklarasi yang dibacakan di akhir penutupan, seluruh anggota GNB menegaskan peningkatan peran GNB di tingkat internasional. Seluruh anggota juga menyuarakan peningkatan partisipasi kolektif untuk merealisasikan tujuan Gerakan Non Blok. Sebab kesuksesan GNB hanya dapat diraih melalui solidaritas, kerjasama, persaudaraan dan upaya kontinyu berdasarkan kesepahaman dan keadilan.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam penutupan konferensi menyatakan keberhasilan GNB terletak pada sejauh mana kekuatan kerjasama di antara sesama anggota dan partisipasi mereka. Ahmadinejad mengatakan, "Deklarasi final KTT telah disepakati dan sahkan. Deklarasi tersebut mewaliki pandangan bersama. Inilah pesan penting politik kita bersama untuk mengatasi berbagai kendala besar mengenai perdamaian dan keamanan serta keadilan bagi masyarakat internasional." Ahmadinejad menambahkan, pesan penting ini adalah keadilan, kesetaraan, menghormati kemuliaan manusia dan bangsa dunia, dialog dan kerjasama timbal balik yang berkelanjutan.

Mengenai masalah keamanan global. Deklarasi Tehran menyinggung urgensi perlucutan senjata nuklir, dan menegaskan supaya para pemilik senjata nuklir mematuhi pasal 6 NPT mengenai perlucutan senjata nuklir. Anggota GNB juga menekankan bahwa semua negara memiliki hak yang sama dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, termasuk di dalamnya dukungan terhadap Iran yang selama ini menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan sipil.

Sikap Iran ini ditegaskan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Seyyed Ali Khamenei dalam pembukaan KTT yang menegaskan bahwa Iran menjunjung tinggi prinsip "Energi nuklir untuk semua dan senjata nuklir tidak untuk siapapun."
Rahbar mengatakan Tehran memandang penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir, sebagai "dosa besar dan tidak terampuni." Ditegaskannya, penghapusan senjata pemusnah massal merupakan kebutuhan mendesak dan tuntutan universal.

Rahbar mencatat bahwa AS dan sekutu Baratnya telah mempersenjatai rezim Israel dengan senjata nuklir dan menciptakan ancaman utama bagi kawasan Timur Tengah. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa AS dan anteknya melindungi kepentingan Barat atas nama hak asasi manusia, melancarkan intervensi militer ke negara-negara lain atas nama demokrasi dan menyerang orang-orang tak berdosa dengan bom dan senjata yang mengatasnamakan pemberantasan terorisme.

Dukungan anggota GNB terhadap pemanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai sebagaimana yang dilakukan Iran sebagai anggota IAEA dan penandatangan NPT, menegaskan kembali pola hubungan internasional dengan landasan kerjasama, keadilan, persahabatan dan saling menghormati di tengah kuatnya cengkeraman hegemoni sejumlah negara adidyaa dunia. "PR" besar inilah akan dimainkan Iran dalam tiga tahun kedepan. (IRIBIndonesia/PH)


Inilah Langkah GNB Jika Bank Dunia dan IMF Tidak Direformasi



Menteri urusan Ekonomi dan Keuangan Republik Islam Iran mengkonfirmasikan  keputusan Gerakan Non-Blok (GNB) untuk membentuk bank bersama dan meluncurkan Dana Moneter Internasional yang berafiliasi dengan gerakan ini.

Shamsuddin Huseini kepada Mehr News pada Sabtu (1/9) mengatakan, berdasarkan tema-tema yang dipaparkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok Ke-16 di Tehran, ibukota Iran, disebutkan bahwa  jika Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) tidak direformasi maka GNB akan membentuk bank bersama dan meluncurkan Dana Moneter Internasional sendiri.

Seraya menyinggung pendekatan selektif Bank Dunia dan IMF kepada negara-negara dunia, pejabat Iran itu menambahkan, negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk meminjam dana IMF harus menunggu berbulan-bulan padahal IMF dengan mudahnya memberikan pinjaman kepada negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dalam waktu singkat.

"Dalam KTT GNB di Tehran telah dibahas berbagai ide konstruktif tentang masalah ekonomi dan negara-negara anggota Gerakan Non-Blok sepakat bahwa pengelolaan kebijakan ekonomi GNB harus diperluas," pungkasnya, seraya menyinggung perlunya independensi politik dari GNB. (IRIB Indonesia/RA)

Iran, Negeri Penuh Kesan

Konferensi yang saya ikuti selama 2 hari berlangsung di Tehran membawa kesan tersendiri karena di acara ini saya mendapat kesempatan langka bertemu dengan dua pemimpin besar Iran yaitu Presiden Ahmadinejad dan Imam Khamanei. Banyak pesan dari mereka yang positif yang dapat dijadikan inspirasi antara lain agar para wanita bangkit berjuang melalui keluarga, mandiri dan kuat. Hal ini tentu terinspirasi dari besarnya peran wanita dalam menambah semangat dan ikut berpartisipasi ketika revolusi terjadi.


Hannisa Rahmaniar Hasnin

Bermula dari sms pendek yang ditujukan Ketua PB HMI kepadaku “Tlg emailnya dicek ttg pengumuman ke Iran”, maka rencana perjalanan ke Iran pun menjadi kenyataan. Untuk turut menjadi peserta konferensi Islamic awakening movement di Iran beberapa hari sebelumnya saya telah mengirim berkas yang diminta panitia. Begitu lihat email yang ternyata sudah ada beberapa hari yang lalu, menyatakan aku diterima, alhasil waktu sudah sangat mepet dengan jadwal konferensi sehingga persiapan untuk pergi harus dilakukan secara kilat.
Ketika mengurus persiapan untuk ke Iran, banyak hal yang terpikir mengenai sebuah negara yang dikenal sebagai tempat yang ketat mengenai aturan beragama, khususnya pakaian, jadi ada kekhawatiran tersendiri jika disana sampai ada masalah (walau saya mengenakan hijab). Selain itu Iran juga dikenal sebagai negara yang dikenakan embargo oleh Amerika selama bertahun-tahun, jadi yang terbayang adalah negara yang agak mundur perekonomiannnya, teknologi, kemajuan negara, hingga masyarakatnya. Itu baru kekhawatiran dari saya, sedangkan dari keluarga yang dikhawatirkan adalah masalah keamanan karena info dari banyak media, Iran memiliki kelompok ekstrimis yang mungkin saja dapat membahayakan keselamatan saya disana. Keraguan yang muncul untungnya dapat di redam karena rasa penasaran yang besar dan semangat saya yang untuk mengenal budaya lain, apalagi di perjalanan kali ini saya memiliki 2 teman seperjalanan. Namun, karena ada sedikit masalah teknis akhirnya saya harus berangkat duluan sendiri ke negara yang bagi saya asing tanpa kenal siapapun.
Setelah melewati kehebohan dan kegugupan selama perjalanan, akhirnya saya sampai di Iran dini hari. Seperti yang dijanjikan, saya disambut oleh panitia yang secara sigap langsung membantu urus visa on arrival di imigrasi dan langsung mengantar ke hotel. Alhamdulillah, prosesnya cukup lancar karena secara fisik perjalanan pesawat membuat saya agak lelah dan yang pasti saya belum dapat beradaptasi dengan perbedaan waktu. Yang menarik adalah, karena saya datang sendiri jadinya saya disatukan kamarnya dengan peserta dari Thailand jadi misi untuk kenal dengan orang dari negara lain beserta budayanya pun terpenuhi.
Konferensi yang saya ikuti selama 2 hari berlangsung di Tehran membawa kesan tersendiri karena di acara ini saya mendapat kesempatan langka bertemu dengan dua pemimpin besar Iran yaitu Presiden Ahmadinejad dan Imam Khamanei. Banyak pesan dari mereka yang positif yang dapat dijadikan inspirasi antara lain agar para wanita bangkit berjuang melalui keluarga, mandiri dan kuat. Hal ini tentu terinspirasi dari besarnya peran wanita dalam menambah semangat dan ikut berpartisipasi ketika revolusi terjadi.
Pengalaman menarik juga banyak didapat dari konferensi, dimana pesertanya hingga 1200 orang dari 80 negara, berarti saya dapat mendengar dan mengenal orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Mendengar cerita mereka mengenai negara mereka dan masalah yang dihadapi negara mereka terasa lebih baik dibandingkan mendapatkan infonya melalui media, diskusi dapat terjadi dimana saja di meja makan, di lift, di perjalanan dari obrolan yang berat hingga yang ringan. Sisi positifnya tentu saja banyak, antara lain selain meluruskan apa yang sebenarnya terjadi di negara mereka, juga dapat menjadi ajang promosi wisata negara masing-masing karena tentunya masing-masing peserta merasa negaranya indah untuk dikunjungi. Sisi positif lain terlihatnya optimisme dalam diri tiap peserta walau negaranya sedang terjadi konflik, dan kepercayaan diri tiap wanita yang menjadi peserta sangat dapat menjadi inspirasi bagi saya paling tidak.
Yang dapat dipelajari dari penyelenggaraan konferensi ini adalah keseriusan panitia dalam menjalankan acara serta dalam peran masing-masing. Hal ini dapat terlihat selama konferensi acara berlangsung hampir selalu tepat waktu, panitia yang ada juga sigap dalam membantu peserta, logistik yang tidak kurang, dan fasilitas yang disediakan sangat memuaskan peserta. Jika salah satu tujuan dari acara ini adalah untuk menunjukkan bahwa Iran negara yang sejahtera, aman, ramah, dan tidak terpengaruh sama sekali dengan embargo yang terjadi, maka tujuannya cukup berhasil. Sudah tentu efek dari hal-hal positif yang saya alami adalah semua kekhawatiran saya maupun keluarga sirna semua karena penerimaan terhadap orang asing yang baik dan ketika saya datang tidak terjadi gangguan keamanan seperti yang dipikirkan sebelumnya.
Sudah pergi jauh ke Iran tentu sayang jika tidak mengambil kesempatan untuk berjalan-jalan mengenal negara ini lebih jauh, beruntung karena ikut konferensi, saya mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan ke Isfahan yang letaknya agak jauh dari ibukota. Pergi dari subuh hingga tengah malam, dengan perjalanan yang cukup mewah bagi saya karena kami memakai pesawat pulang pergi, tersedia bus yang menghantar, serta petugas keamanan yang dapat menjamin keselamatan kami sepanjang perjalanan. Selama perjalanan di Isfahan, saya merasa seperti terseret ke abad lalu karena masih banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh dan terawat. Saya melihat bagaimana bentuk masjid, taman, hingga hotel pada zaman dahulu yang masih dapat terbayangkan sibuknya manusia pada saat itu berlalu lalang, datang dan pergi karena kondisinya yang masih terjaga baik bangunan maupun lingkungannya.
Selepas dari acara konferensi saya memiliki keberuntungan dengan mendapatkan kesempatan untuk menginap di rumah kawan-kawan dari Indonesia di daerah Qom, yang saya dengar merupakan kota yang terkenal karena banyak ulama berasal dari daerah ini. Karena adanya kesempatan ini, maka saya dapat lebih mengenal masyarakat dan budaya iran secara langsung. Di tempat ini saya terpesona selain karena daerahnya yang dikelilingi oleh gurun dan cuaca yang sungguh berbeda dengan di negara saya, juga karena budaya mereka yang tetap dipegang sampai sekarang. Salah satu hal menarik yang saya alami adalah ketika sedang berjalan-jalan di pusat kota Qom, saya kerap ditegur oleh wanita disana karena tidak mengenakan chadur sedangkan saya merasa sebagai orang asing tidak wajib untuk mengenakannya. Namun pada akhirnya saya juga memakainya karena ketika akan mengambil foto untuk perpanjang visa, pemilik studio foto tidak bersedia memotret jika saya tidak menggunakan chadur. Tempat-tempat menarik juga banyak tersedia di Qom, namun sayang tidak semua saya kunjungi. Sungguh sayang rasanya ketika waktu untuk pulang tiba, semoga nanti saya diberikan berkah untuk melakukan perjalanan ke negeri Iran lagi dan mendapatkan pengalaman yang berbeda dan menarik. Amin.

Hannisa Rahmaniar Hasnin, alumni Pasca Sarjana FISIP UI delegasi PB HMI-MPO pada Konferensi Perempuan dan Kebangkitan Islam 10-11 Juli 2012 di Teheran Republik Islam Iran.



Sekjen Majma Tuntut agar Syiah Dihormati

Hak-hak golongan minoritas agama khususnya pengikut Ahlul Bait dalam negara-negara ini agar diberi penghormatan dan pengakuan secara resmi oleh undang-undang yang dengan itu mereka mendapat perlindungan. 

Menurut Kantor Berita ABNA, Sekjen Majma Jahani Ahlul Bait as
menulis surat dalam 3 bahasa yang ditujukan kepada semua peserta KTT XVI GNB
Teheran yang berisi tuntutan agar hak asasi pengikut mazhab Syiah dihormati di
seluruh dunia.



Hujjatul Islam Wal Muslimin Ahkhtari menegaskan, "Pengikut Ahlul
Bait juga punya hak dan kebebasan untuk menyelenggarakan syiar-syiar mazhab
mereka, sebagaimana komunitas lain yang secara bebas mengadakan majelis
berdasarkan keagamaan, kebudayaan, atau tata cara  maszhab masing-masing."



Berikut pesan tertulis Sekjen Majma Jahani Ahlul Bait as yang
ditujukan kepada negara-negara peserta KTT XVI GNB Teheran 2012:



Dengan nama Allah yang Maha Tinggi 



Berkenaan dengan ini Majma' Jahani Ahlul Bait (a.s) mengapresiasi
potif berlangsungnya penyeleggaraan KTT XVI GNB di Teheran terlebih lagi dengan
kehadiran para pejabat tinggi negara-negara anggota di Republik Islam Iran yang
mengiringi harapan untuk kesuksesan yang lebih kepada semua negara anggota.
Begitu juga kami menyatakan harapan agar konferensi ini menjadi awal
transformasi untuk memperat segala bentuk keterkaitan dan hubungan antar
negara, bangsa-bangsa untuk menjalankan perlaksanaan program perdamaian,
kesejahteraan, keamanan di seluruh dunia (khususnya untuk negara anggota), anti
kemiskinan, perluasan keadilan, kedekatan, kerjasama antara negara serta
rakyatnya, saling membantu sehingga dapat melindungi golongan minoritas dan
mereka yang tertindas dalam pergaulan global.



Sejak beberapa bulan belakangan kita menyaksikan berbagai peristiwa
telah terjadi di beberapa tempat yaitu konflik, penistaan atas negara yang berdaulat,
aksi kekerasan dan pembunuhan terhadap golongan minoritas, serangan ke atas
jiwa, harta dan kehormatan golongan yang tertindas. Begitu juga serangan atas
umat Islam khususnya pengikut Ahlul Bait di beberapa negara dan kawasan
sehingga menelan korban jiwa insan-insan yang tidak berdosa serta pemusnahan
tempat-tempat suci. Berdasarkan tanggungjawab besar masing-masing, para pemimpin
negara-negara GNB diharap supaya dapat mencegah terjadinya kembali
peristiwa-peristiwa tragedi tersebut dengan mengambil langkah efektif secepat
mungkin berdasar pada prinsip keadilan dan prikemanusiaan.



Oleh karena itu, Majma' Jahani
Ahlul Bait sebagai diantara organisasi internasional non profit yang menjalin komunikasi
dan keterikatan dekat dengan para pengikut Ahlul Bait, dengan ini meminta
kepada seluruh perserta KTT XVI GNB Teheran 2012 supaya memberikan perhatian
serius terhadap beberapa masalah berikut:



1. Hak-hak golongan minoritas agama khususnya pengikut Ahlul Bait
dalam negara-negara ini agar diberi penghormatan dan pengakuan secara resmi oleh
undang-undang yang dengan itu mereka mendapat perlindungan.



2. Pengikut Ahlul Bait dilindungi sebagaimana
halnya warga negara lain yang bebas menyelenggarakan majelis berdasarkan
keagamaan, kebudayaan, mazhab dan tradisi dalam komunitas mereka sendiri.



3. Melindungi syiar-syiar agama dan mazhab
mereka.



4. Negara-negara anggota GNB untuk tidak
membiarkan kezaliman atas golongan minoritas khususnya pengikut Ahlul Bait.



5. Mengenai orang-orang yang melanggar hak
asasi, jiwa, harta serta kehormatan yang tidak berprikemanusiaan, oknum-oknum
tersebut hendaklah diambil tindakan sepatutnya agar menimbulkan efek jera
sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi di masa mendatang.



6. Meminta kepada tokoh-tokoh agama dan elit
yang berpengaruh di kalangan masyarakat agar berusaha meredamkan suasana,
memberikan nasehat secara bijak kepada masyarakat agar tidak terjadi konflik
atau bentrokan yang tidak perlu. 



7. Demikian juga kami meminta kepada para pejabat
tinggi negara-negara anggota GNB agar tidak terhasut isu-isu perpecahan yang
dipicu dari adanya isu perbedaan oleh mereka yang mengklaim diri sebagai ulama
dan pemimpin umat yang telah mengeluarkan fatwa atau seruan untuk mengagitasi
terjadinya pertumpahan darah, serangan terhadap jiwa, harta dan kehormatan
manusia serta pengrusakan tempat-tempat yang disucikan.



Terakhir, Majma' Jahani Ahlul Bait mengambil kesempatan ini untuk
menyatakan sekali lagi penghormatan, harapan keberhasilan, kemakmuran dan peningkatan
kemajuan bangsa-bangsa anggota GNB, serta kesyukuran yang tulus atas
limpahanNya.



Sekian dan terima kasih



Muhammad Hasan Akhtari



Sekjen Majma' Jahani Ahlul Bait 



Diberitakan, Abbas Haidar selaku wakil Majma' Ahlul Bait telah
menyampaikan surat tersebut setelah diterjemahkan dalam 3 bahasa kepada semua
perwakilan dalam KTT GNB di Teheran.

Dari Pembebasan Palestina Hingga Persatuan Syiah dan Ahli Sunnah

Tulisan ini akan mencoba membeberkan akar masalah, motifasi, sejarah dan bentuk-bentuk tuduhan yang dilontarkan selama ini mengenai Syiah dalam sejarah perjuangan pembebasan Palestina. 
Saleh Lapadi


 Dari Pembebasan Palestina Hingga Persatuan Syiah dan Ahli SunnahSatu cara kuno namun hingga kini masih ampuh adalah upaya memecah belah umat Islam, sekaligus memperkuat front musuh dengan cara menyebarkan tuduhan terhadap teman sendiri dan gambaran tanpa dasar dalam bentuk isu. Karena solidaritas dan persatuan selamanya merugikan musuh. Di masa awal-awal munculnya Islam metode ini dengan baik digambarkan oleh al-Quran.

Kini dengan mencermati begitu sensitifnya masalah perbedaan mazhab di dunia Islam, musuh-musuh Islam memfokuskan masalah ini demi menciptakan perselisihan, perpecahan dan bahkan sampai pertumpahan darah. Jelas, bila sesama pengikut mazhab saling mengkafirkan satu sama lainnya, persatuan menjadi tidak bermakna. Dalam kondisi yang demikian, pengikut sebuah mazhab menjadi tidak peduli akan nasib politik pengikut mazhab lainnya, pendudukan negara-negara Islam oleh pihak asing bahkan terhadap pembantaian umat Islam. Memperkenalkan satu mazhab sebagai kafir merupakan isu paling santer yang ditiupkan musuh selama beberapa dekade ini. Mereka yang berada di balik proyek perselisihan antarmazhab ini senantiasa memperkenalkan Syiah sebagai Rafidhi yang kafir dan Ahli Sunnah sebagai Nashibi yang kafir.

Di antara berbagai kasus yang ada, masalah Palestina dan solidaritas umat Islam sedunia baik antara Syiah dan Ahli Sunnah dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat Islam menjadi fokus manuver rezim Zionis Israel untuk menyebarkan isu pengkafiran sesama Muslim. Dari satu sisi mereka menakut-nakuti rakyat Palestina akan isu bernama penyebaran Syiah dan tokoh-tokoh yang punya hubungan dengan Iran sebagai kaki tangan Iran dan pendakwah Syiah di Palestina. Sementara kepada orang-orang Syiah baik di Iran maupun di mana saja berada, didoktrinkan bahwa orang-orang Palestina adalah Nashibi dan membenci Ahlul Bait Nabi Saw. Dengan isu ini diharapkan bukan hanya orang-orang Syiah tidak membantu, tapi juga meyakini bahwa kehendak Allah agar orang-orang zalim saling berperang dan orang-orang Nashibi yang lebih buruk dari Yahudi dimusnahkan oleh orang-orang Yahudi!!!

Tulisan ini akan mencoba membeberkan akar masalah, motifasi, sejarah dan bentuk-bentuk tuduhan yang dilontarkan selama ini mengenai Syiah dalam sejarah perjuangan pembebasan Palestina.

Ulama Syiah dalam Sejarah Perjuangan Melawan Israel

Bila secara sederhana merunut perjuangan ulama Syiah dalam melawan rezim Zionis Israel yang terbetik di benak seseorang adalah Imam Khomeini ra yang dengan tegas dan kokoh menghadapi Zionis Israel. Namun sebenarnya tidak demikian. Imam Khomeini ra sejatinya hanya merupakan satu bagian dari mata rantai ulama dan para pejuang Syiah yang dengan tetap mempertahankan mazhabnya dengan pemahaman yang dalam menyaksikan betapa ancaman Zionis Israel bukan hanya kepada umat Islam tapi kepada seluruh umat manusia. Dalam upaya menghadapi bahaya ini mereka menyerukan seluruh umat manusia dan memobilisasi para mustadh'afin dan orang-orang yang punya pemikiran merdeka.

Fenomena yang menarik dalam sejarah perjuangan ulama Islam dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat Islam, ulama Syiah adalah yang paling punya peran dalam perjuangan dan memberikan dukungan kepada rakyat Palestina. Sementara ulama yang fanatik buta dan lebih memilih ikut dalam kerangka berpikir musuh Islam malah meninggalkan Palestina sendirian. Dalam sejarah tidak ditemukan para marji Syiah yang terbetik dalam benak mereka bahwa rakyat Palestina adalah Nashibi, bahkan berkali-kali menegaskan keislaman mereka.

Sebagai contoh, Allamah Syarafuddin Amili bukan hanya tokoh dalam berdialog mazhab saja tapi juga merupakan ulama pertama yang menyatakan kekhawatirannya dan memperingatkan dunia Arab akan imigrasi orang-orang Yahudi dari segala penjuru dunia ke Palestina. Dengan sigap ia menuding Inggris yang bertanggung jawab akan semua ini. Inggris memanfaatkan kevakuman kekuasaan sepeninggal runtuhnya Dinasti Ottoman Turki dengan menciptakan rezim boneka tepat di jantung dunia Islam. Allamah Syarafuddin tidak cukup dengan itu tapi meminta kepada negara-negara di dunia untuk memprotes dan menekan Inggris agar mencegah langkah orang-orang Zionis.

Allamah Kasyif al-Githa yang dikenal karena melayangkan surat kepada Raja Arab Saudi yang isinya mengkritik pemikiran takfiri Muhammad bin Abdul Wahhab, termasuk ulama terdepan dalam perjuangan melawan Zionis Israel. Ia banyak melakukan perjalanan mengelilingi negara-negara Islam dan saat bertemu para pemikir ia berusaha membangkitkan kesadaran mereka akan konspirasi dunia Barat. Dalam perjalanan bersejarahnya ke Palestina tahun 1350 Hq, ia ikut dalam sebuah acara yang diselenggarakan bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan berpidato di sana. Allamah Kasyif al-Githa membeberkan berbagai sebab kemunduran dunia Islam, keharusan menjauhi sikap ganda dan bahaya Zionis Israel bagi dunia Islam. Setelah berpidato ia lalu mengunjungi kota Haifa, Nablus dan Yafa.

Setelah terbentuknya rezim Zionis Israel dan kekalahan militer negara-negara Arab, Allamah Kasyif Al-Githa mengecam kepala-kepala negara Islam karena bersalah dalam perjuangan dan memobilisasi rakyat. Ia menolak undangan ketua Asosiasi Amerika dan Pecinta Timur Tengah agar mengikuti kongres yang mengkaji pelbagai solusi kerjasama Islam dan Kristen. Dan dalam sebuah surat panjang dan terbuka dengan nama "al-Kalimah al-‘Ulya Fi al-Islam Laa Fi Bahmadun" ia membuktikan bahwa fitnah asli bagi seluruh agama dan mazhab adalah Amerika dan Barat, bukan komunis.

Ayatullah Sayid Abdulkarim Zanjani, seorang faqih Najaf al-Asyraf sama seperti Allamah Kasyif al-Githa banyak melakukan perjalanan ke negara-negara Islam di jalan kemuliaan Islam dan membela Palestina. Saking banyaknya membantu, ia bahkan dituduh sebagai Ahli Sunnah. Padahal dari perjalanan yang dilakukannya banyak membantu orang-orang Syiah di negara-negara Arab. Beliau berkunjung ke Palestina atas undangan Sayid Amin Huseini, Mufti Palestina dan di sana ia menyampaikan pidato yang berapi-api, sehingga Mufti Palestina setelah pidatonya berkata, "Keuntungan yang diraih dari pelajaran Anda di Masjidul Aqsha lebih baik ratusan kali mempersiapkan tentara bagi rakyat Palestina, Arab dan Muslimin."

Ayatullah al-Hakim satu lagi marji Syiah Najaf al-Asyraf yang banyak mengirimkan tim ilmuwan ke pelbagai konferensi dan menjawab fatwa senantiasa mendukung perjuangan rakyat Palestina dan bahkan berada di garis perjuangan melawan Zionis Israel. Sementara para ahli fiqih kontemporer Syiah seperti Ayatullah Kashani, Ayatullah Boroujerdi, Imam Khomeini ra, Ayatullah Taleqani, Allamah Thaba'thaba'i, Ayatullah Golpaigani, Ayatullah Najafi Marashi, Ayatullah Behbahani, Ayatullah Sayid Abdullah Shirazi, Syahid Murtadha Muthahhari dan lain-lainnya semuanya punya sikap transparan mendukung rakyat Palestina dan mengikis setiap isu mengenai apakah orang-orang Palestina Nashibi atau bukan. Mereka juga membuktikan betapa mereka yang mengakui isu ini lebih Katolik dari Paus dan lebih Syiah dari para marji.

Cara Busuk Zionis Israel

Saat Imam Khomeini ra memulai perjuangannya melawan rezim Zionis Israel dan menuntut embargo minyak ke Zionis Israel dan pemutusan hubungan dengan rezim ini, Imam terus menegaskan bahwa faktor yang membuatnya menentang Shah Pahlevi adalah hubungannya dengan Israel. Zionis Israel selalu berusaha melontarkan isu untuk menutupi perjuangan orang-orang Syiah menentang rezim buatan ini.

Isu ini semakin gencar terutama setelah fatwa Imam Khomeini ra pada tahun 1968 saat menjawab permintaan fatwa (istifta) perwakilan kelompok Fatah. Dalam menjawab istifta tersebut Imam Khomeini ra membolehkan para pejuang Palestina memanfaatkan sebagian dari uang khumus dan zakat sesuai dengan kebutuhan di jalan perjuangan melawan Israel. Padahal bila kita mencermati sejumlah surat di buku Shahifah an-Nur saat memberikan izin kepada para wakil syar'inya dalam memanfaatkan unag khumus dan zakat, Imam tampak begitu berhati-hati. Namun sekaitan dengan perjuangan melawan Zionis Israel, masalahnya sedemikian pentingnya perjuangan ini, sehingga Imam dengan segenap kehati-hatiannya memberikan izin penggunaan uang khumus dan zakat, kepada kelompok-kelompok sekalipun punya kecenderungan nasionalis dan bukan Islam.

Untuk mengenal lebih jauh mengenai pandangan jauh ke depan Imam Khomeini ra, menelusuri teks istifta dan fatwa Imam akan menambah informasi untuk membandingkan dengan mereka yang menyebarkan isu bahwa rakyat Palestina adalah Nashibi yang membenci Ahlul Bait.

Empat Istifta Faksi Fatah dan Jawaban Imam Khomeini ra

Waktu : 19 Mehr 1347 / 18 Rajab 1388 / 11 Oktober 1968.

Tempat: Najaf Al-Asyraf, Irak.

Tema : Kewajiban perjuangan melawan Zionis Israel dan solidaritas Palestina.

Kepada: Wakil Fatah.

Soal: Pemimpin pejuang, tolong jelaskan pandangan Anda mengenai pemberian zakat dan saham Imam (khumus) kepada para pejuang pemberani yang berada di bawah komando Fatah yang tengah berjuang di medan kehormatan?

Jawab: Bimillahirrahmanirrahim. Sangat ditekankan bahkan wajib untuk menyisihkan secukupnya dari zakat dan khumus kepada para pejuang di jalan Allah. Kepada para pejuang yang berada di lini perang, berkorban demi menghancurkan Zionis kafir anti kemanusiaan, demi menghidupkan kembali kemuliaan Islam yang telah hilang dan demi memperingati sejarah kegagahan Islam. Wajib kepada setiap muslim, yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mengerahkan segala daya dan upaya di jalan ini bakal mencapai Ihdal Husnayain; syahadah atau kemenangan dan kepada kalian yang berperang di medan pertempuran demi menghapuskan nokta hitam ini, kemenangan cemerlang telah menanti kalian dengan bantuan Allah. Berikan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin bahwa Allah senantiasa berada di belakang setiap kehendak para ksatria yang menuntut kebenaran dan haknya. Saudara-saudara kami yang dengan bantuan Allah Yang Maha Perkasa bakal meraih kemenangan akhir, yakni para pejuang Fatah dan teman-teman seperjuangan mereka pasukan ‘Ashifah dan para pejuang lain di jalan Allah. Membantu mereka dengan segala kekuatan dan fasilitas hukumnya wajib. Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.

Soal: Setelah api revolusi suci semakin berkobar di tanah air Palestina dan keberhasilan luar biasa yang diraih di bawah kepemimpinan Fatah, apa pandangan Anda mengenai saudara-saudara kami yang berjuang di Palestina pendudukan?

Jawab: Bimillahirrahmanirrahim. Pandangan pertama dan terakhir saya tentang saudara-saudara pejuang kami agar mereka terus melanjutkan perjuangan tak kenal lelah mereka. Karena kehidupan yakni akidah dan perjuangan di jalan akidah "Inna al-Hayata Aqidatun wa Jihadun". Tidak diragukan bahwa dalam pemikiran Islam, kematian lebih baik dari kehidupan penuh kehinaan. Dalam kondisi kekinian, kita tidak punya pilihan lain kecuali melanjutkan perjuangan ini dengan segala kekuatan dan fasilitas yang dimiliki sampai berhasil mengembalikan kemuliaan kita dan generasi masa depan kita dalam sejarah penuh keagungan Islam.

Allah berfirman, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu" (QS. 8: 60), "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. 47: 7), "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman" (QS. 3: 139) dan "Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan" (QS. 4: 104).

Soal: Mengenai perjuangan bersenjata yang tengah berlangsung di Palestina dan aksi kekerasan Zionis Israel terhadap warga Arab dan Islam tolong sampaikan pendapat Anda agar seluruh umat Islam di seluruh dunia memobilisasi seluruh kekuatan materi dan non materinya serta ikut dalam jihad suci ini?

Jawab: Bismillahirrahmanirrahim. Sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya, dalam kondisi kekinian setelah tunduk pada undang-undang suci Islam, tidak ada masalah yang lebih wajib dari membela jiwa dan harta di jalan meninggikan Islam. Ketika kalian menyaksikan darah saudara dan saudari tidak berdosa kalian mengalir di tanah air suci Palestina dan saat kalian menyaksikan tanah air kita diduduki dan rumah-rumah kita dihancurkan oleh tangan-tangan Zionis Israel, dalam kondisi yang demikian tidak ada jalan lain kecuali jihad dan kepada seluruh umat Islam wajib hukumnya memberikan bantuan dalam perjuangan ini baik materi maupun non materi. Allah berada di balik kehendak ini. Wallahu Min Warai Al-Qashd.

Soal: Kini pengaruh Zionis Israel telah merasuk ke dalam kehidupan orang Iran yang muslim. Menurut pandangan Anda, apa hal paling mendasar bagi bangsa Iran untuk memutuskan pengaruh Israel di Iran, sehingga saudara-saudara Iran kami juga ikut berjuang dengan para pejuang Palestina?

Jawab: Bismillahirrahmanirrahim. Solusi mendasar adalah rakyat Muslim Iran harus memutuskan hubungan dengan kaki tangan Israel dan agen-agen imperialis lainnya, menekan mereka dari sisi materi dan kejiwaan dan menekan segala kebutuhan vital mereka. Intinya harus melakukan perang ekonomi dengan mereka dan juga berperang di pelbagai bidang lainnya, sehingga mereka terpaksa memutuskan seluruh hubungannya dengan Iran dan seluruh umat Islam. Akhirnya, bangsa Iran mampu membantu baik secara materi dan spiritual kepada mujahidin Palestina.

Dalam kondisi saat ini, merupakan suatu keharusan bagi setiap Muslim untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk membebaskan Palestina dan membalas dendam terhadap para penjajah.

Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.

Tidak boleh ragu bahwa kewajiban seorang muslim yang hidup di daerah paling terpencil dan jauh sekalipun dari Palestina sama dengan seluruh masyarakat Palestina yang muslim. Umat Islam seperti satu tubuh dan dalam tanggung jawab umum berada dalam satu barisan. Tidak ada itu yang namanya memecah belah dan rasialis. Di antara bangsa-bangsa Islam tidak ada sedikit pun keistimewaan, kecuali takwa dan yang paling dimuliakan di hadapan Allah adalah kalian yang paling bertakwa.

Hasbunallahu Wa Ni'malwakil. (IRIB Indonesia) 



Boediono Beri Pesan buat Mahasiswa Indonesia di Iran

"Silahkan adik-adik memanfaatkan dan mengembangkan potensi dengan belajar ke seluruh dunia, tapi jangan lupakan tanah air. Peliharalah akar kita. Indonesia membutuhkan kontribusi anda, dalam bidang apapun," kata Wapres Boediono dalam pesan-pesannya kepada puluhan mahasiswa Indonesia yang belajar di Iran dalam ramah tamah di Wisma Duta, Tehran.
 Boediono Beri Pesan buat Mahasiswa Indonesia di Iran
Menurut Kantor Berita ABNA, Wakil Presiden Boediono menyitir sepenggal lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki untuk mengingatkan para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Iran agar tidak lupa pada tanah airnya.
"Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda. Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata. Bukan harus selalu di Indonesia. Dalam dunia yang global saat ini, batas-batas negara sudah semakin memudar. Silahkan adik-adik memanfaatkan dan mengembangkan potensi dengan belajar ke seluruh dunia, tapi jangan lupakan tanah air. Peliharalah akar kita. Indonesia membutuhkan kontribusi anda, dalam bidang apapun," kata Wapres Boediono dalam pesan-pesannya kepada puluhan mahasiswa Indonesia yang belajar di Iran dalam ramah tamah di Wisma Duta, Tehran.
Bertindak sebagai tuan rumah jamuan makan malam di Wisma Duta itu adalah Duta Besar Indonesia untuk Iran Dian Wirengjurit dan istri, Ibu Erly Wirengjurit. Turut hadir Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan istri, Ibu Sranya Natalegawa dan Direktur Jenderal Multilateral Hasan Kleib. Pada malam sebelum pembukaan KTT Gerakan Non Blok ke-16 itu, Wapres Boediono juga didampingi oleh Ibu Herawati Boediono dan rombongan terbatas dari Jakarta.
Kunjungan ke Iran merupakan kunjungan yang pertama kali dilakukan Wapres. Ia menyampaikan bahwa Iran adalah negara yang penting dalam arena dunia. "Kita perlu mengerti dengan benar kondisi yang terjadi di Iran, tidak hanya mendengar dari sumber kedua atau ketiga," ujar Wapres. Hal ini penting dilakukan agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat bagi kebijakan Pemerintah Indonesia.
Selain kalangan mahasiswa, turut hadir kaum profesional Indonesia yang bekerja di Iran dan para pekerja Kedutaan Besar Republik Indonesia di Iran. Dalam kesempatan itu, Wapres menyampaikan kabar terakhir dari Indonesia dari tema ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dari segi ekonomi, ia menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. "Dalam situasi yang berat, dimana banyak negara-negara  yang mengalami masalah, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kwartal kedua tahun 2012 cukup baik bahkan meningkat," ujar Wapres.
Wapres menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif itu diperoleh kala sejumlah negara mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, bahkan pada beberapa negara terjadi pelarian uang ke luar negeri, tingkat pengangguran meningkat. "Beberapa negara kampiun dalam pertumbuhan ekonomi, seperti Cina, India, dan Brasil mengalami kemeresotan," ujar Wapres.
Kondisi perekonomian Indonesia yang baik itu menuai pujian dari dalam dan luar negeri. Tetapi terkadang kita seringkali mengkritik terlalu keras, sehingga kadangkala kita melupakan sebuah prestasi. "Kita memerlukan kritik, tetapi yang dibutuhkan adalah kritik terhadap diri sendiri yang seimbang. Karena jika kita tidak pernah mengkritik merupakan sesuatu yang tidak baik, tetapi jika kita mengkritik terlalu keras akan dapat kehilangan kepercayaan diri," ujar Wapres.

Ke depannya, kata Wapres, ia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa dipertahankan 6 persen.  Pertumbuhan penting agar lapangan pekerjaan tetap terbuka, demikian juga untuk memberi alokasi biaya bagi program-program pendidikan dan kesehatan, serta mengurangi jumlah orang miskin. "Kalau tidak punya pertumbuhan, tidak ada kemajuan, kita hanya berbagi kemiskinan. Program dan proyek di bidang infrastruktur akan terus dijalankan. Saya cukup iri hati dengan pembangunan jalan di Iran, karena pembangunan jalan, kereta api dan pelabuhan di tanah air ketinggalan dibandingkan kebutuhan yang begitu cepat," katanya. Peningkatan jumlah mobil yang melonjak sampai 30 persen menjadi indikator pertumbuhan yang tinggi, namun tidak berbanding dengan pembangunan ruas jalan.
Tak seperti Iran yang wilayahnya berada pada satu dataran luas, Wapres menyinggung bahwa salah satu kesulitan Indonesia terletak pada situasi geografisnya yang sangat menantang dan dengan 75 persen wilayah yang terdiri dari air. Hubungan laut harus ditingkatkan demi menurunkan biaya logistik dan selanjutnya mengejar pemerataan pembangunan. "NKRI adalah satu konsep politik. Tapi itu tidak akan berlanjut bila tidak ada kesatuan ekonomi. Kalau tidak diatasi, bisa-bisa wilayah kita nyantol ke pihak luar," kata Wapres.
Selain memprioritaskan konektivitas, saat ini pemerintah juga berupaya mengejar nilai tambah dari hasil alam, baik dari pertanian maupun tambang. Indonesia harus berupaya meningkatkan nilai dari setiap nilai kekayaan alam yang kita keruk. Indonesia wajib membangun smelter. Minyak sawit pun semestinya tidak hanya diekspor mentahnya, namun Indonesia juga harus bisa menciptakan produk turunannya yang nilainya tinggi. Maka, saat ini pemerintah menggiatkan program hilirisasi dengan membangun industri hilir dari produk yang dulunya dijual mentah.
Di bidang politik, Wapres mengingatkan akan tujuan Indonesia membangun konsolidasi yang sudah diputuskan sebagai sebuah sistem negara kita yaitu demokrasi. Tanpa perjuangan generasi muda, perubahan dan reformasi bisa jadi belum terjadi. Dan itu semua terjadi sebelum Mesir atau yang  lainnya mengalami perubahan. Wapres mengutip penilaian banyak pengamat dari luar negeri bahwa Indonesia punya pengalaman yang sangat berharga karena berhasil mengatasi saat-saat kritis demokrasi. Setelah masa kritis berakhir, kini saatnya melakukan konsolidasi demokrasi.
"Prosesnya secara umum berjalan cukup baik, meski ada resiko di sana-sini. Tapi dalam masa-masa tranisi itulah yang bisa membuat demokrasi gagal. Resiko itu antara lain korupsi, yang akan menghancurkan sistem apa pun yang ada. Maka pemberantasan korupsi adalah prioritas. Hal lain adalah politik uang. Karena politik itu adalah basisnya mengkompetisikan kebijakan-kebijakan untuk publik. Kalau hal itu bisa diperjualbelikan, maka kebijakan publik akan mementingkan yang punya uang. Kemudian birokrasi. Jangan sampai birokrasi terkooptasi oleh kepentingan yang sempit atau kepentingan bisnis," kata Wapres.
Maka, Wapres menekankan, komitmen dari semua pihak untuk kukuh menegakkan dan mengkonsolidasikan demokrasi adalah tugas dari penegakkan konstitusi, yakni mewujudkan Indonesia yang berdiri di atas keberagaman.

Boediono Sampaikan 3 Isu Krusial pada KTT Non-Blok

“Pertama-tama tentu akan saya tegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar partisipan di sini. Indonesia adalah pendiri Gerakan Non-Blok pada 1961 silam,” kata Boediono, dalam konferensi pers di Hotel Azadi, Teheran, Kamis, 30 Agustus 2012.

Menurut Kantor Berita ABNA, Wakil Presiden Boediono, Jumat, 31 Agustus 2012, dijadwalkan berpidato di forum Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok. Kepada pers Indonesia yang meliput KTT Non-Blok ini di Teheran, Boediono menjelaskan sejumlah isu krusial dan posisi Indonesia yang akan disampaikan di hadapan pemimpin 120 negara Non-Blok.
“Pertama-tama tentu akan saya tegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar partisipan di sini. Indonesia adalah pendiri Gerakan Non-Blok pada 1961 silam,” kata Boediono, dalam konferensi pers di Hotel Azadi, Teheran, Kamis, 30 Agustus 2012.

Presiden Soekarno memang merupakan salah satu penggagas Non-Blok bersama Presiden Yugoslavia Joseph Broz Tito, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru. Cikal bakal gerakan ini dimulai dari penyelenggaraan KTT Asia Afrika di Bandung pada 1955 silam.
Isu pertama yang akan disampaikan Boediono terkait dengan tema KTT Non-Blok tahun ini yakni reformasi tata kelola global. “Indonesia sepakat tata kelola dunia saat ini, termasuk institusi seperti Perserikatan Bangsa Bangsa, International Monetary Fund, Bank Dunia, harus dikritisi,” kata Boediono. Selama ini, kepentingan negara berkembang sulit disuarakan dalam forum-forum internasional tersebut.
Wakil Presiden Indonesia juga akan secara khusus menyoroti kegagalan Dewan Keamanan PBB mengambil sikap yang bulat dalam mengakhiri konflik di Suriah, sebagai contoh nyata perlunya ada reformasi di lembaga-lembaga dunia. “Ini memang mencerminkan perlunya ada perbaikan,” katanya.
Isu kedua yang akan diangkat Boediono dalam forum KTT Non-Blok adalah soal penyelesaian perang saudara di Suriah. Pada Pembukaan KTT Non-Blok, Kamis, 30 Agustus 2012, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menolak keras segala bentuk intervensi asing di Suriah. Sedangkan Presiden Mesir Mohammad Morsi malah terang-terangan mendorong perubahan mendasar di Suriah dan siap menawarkan bantuan untuk sebuah "Suriah baru yang merdeka". Pernyataan Morsi membuat delegasi Suriah walk-out meninggalkan ruang sidang.
“Posisi Indonesia yang akan saya sampaikan akan menegaskan kembali sikap yang sudah disampaikan Presiden SBY,” kata Boediono. Dalam berbagai kesempatan, SBY memang meminta Dewan Keamanan PBB segera menyelesaikan perbedaan internalnya dan memutuskan apa yang seharusnya dilakukan di Suriah, dalam konteks penghentian kekerasan dan jatuhnya ribuan korban di sana. “Mengenai solusi politiknya kelak, biarlah itu ditentukan sendiri oleh rakyat Suriah sendiri,” kata Boediono.
Ketika ditanya apakah sikap Indonesia ini bisa diartikan sebagai persetujuan atas intervensi militer internasional di Suriah, Boediono menegaskan sekali lagi bahwa posisi Indonesia adalah meminta ketegasan Dewan Keamanan PBB. “Dewan Keamanan PBB harus muncul dengan satu suara untuk menghentikan pertikaian berdarah di Suriah,” katanya. 

Terakhir, kata Boediono, Indonesia akan mendorong Gerakan Non-Blok mengambil peran lebih aktif dalam penyelesaian masalah Palestina. Salah satu caranya, Indonesia meminta 40 anggota Gerakan Non-Blok yang belum mengakui Palestina untuk segera membuka hubungan diplomatik dengan negara itu.
“Selain itu, ada empat cluster aksi lain yang harus dilakukan Gerakan Non-Blok untuk membantu Palestina,” katanya. Keempat cluster aksi itu adalah pemberian sanksi diplomatik kepada Israel, pemberian bantuan capacity building untuk pemerintah Palestina, bantuan untuk rekonsiliasi internal di Palestina antara faksi Hamas dan Fatah, serta penggunaan media sosial untuk mendorong penyelesaian masalah Palestina.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menegaskan bahwa kelima langkah aksi ini sudah disetujui pada pertemuan tingkat menteri luar negeri Gerakan Non-Blok, yang berakhir Rabu, 29 Agustus 2012. “Konkretnya, akan ada upaya agar Israel tidak mendapat keuntungan dari pendudukan ilegalnya di tanah Palestina,” kata Marty.
Ketika ditanya bagaimana Gerakan Non-Blok akan mendorong penggunaan media sosial untuk penyelesaian konflik Palestina sementara Iran, sebagai Ketua Gerakan Non-Blok 3 tahun ke depan, memblok akses internet ke Facebook dan Twitter, Marty menjelaskan bahwa tentunya Indonesia berharap Iran bisa membedakan antara kebijakan domestiknya dan perannya sebagai pemimpin forum internasional.
Pidato Lengkap Rahbar dalam KTT GNB ke-16

Sekarang tujuan utama Gerakan Non-Blok setelah enam dekade berlalu dan tetap hidup dan tegak berdiri; adalah tujuan-tujuan seperti anti-penjajahan, independensi politik, ekonomi dan budaya, tidak berkomitmen pada kutub-kutub kekuatan, serta peningkatan solidaritas dan kerjasama antarnegara anggota. Fakta-fakta dunia saat ini sangat jauh dari tujuan-tujuan tersebut, akan tetapi tekad bersama dan upaya menyeluruh untuk melalui fakta-fakta tersebut dan dalam mencapai tujuan, meski penuh kendala, akan tetapi sangat memberikan harapan dan hasil.


 Pidato Lengkap Rahbar dalam KTT GNB ke-16

بسم‌اللّÙ‡‌الرّحمن‌الرّحیم‌

الحمد للّÙ‡ ربّ العالمین Ùˆ الصّلاة Ùˆ السّلام على الرّسول الأعظم الأمین Ùˆ على اله الطّاهرین‌ Ùˆ صحبه المنتجبین Ùˆ على جمیع الأنبیاء Ùˆ المرسلین.‌


Saya mengucapkan selamat datang kepada Anda para tamu yang mulia, para pemimpin dan delegasi negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB) dan para peserta lainnya di konferensi besar internasional ini.
Kita berkumpul di sini dengan hidayah dan pertolongan Allah Swt, memberikan kembali kehidupan baru kepada gerakan yang dibentuk enam dekade lalu berkat keawasan dan penguasaan atas kondisi serta keberanian sejumlah pemimpin politik yang peduli dan bertanggung jawab, sesuai dengan tuntutan masa dan situasi dunia saat ini.
Para tamu kami dari berbagai wilayah geografi jauh dan dekat berkumpul di sini dan milik berbagai bangsa dan etnis serta memiliki keyakinan, budaya, sejarah, dan warisan yang beragam, akan tetapi seperti yang ditekankan oleh Ahmad Soekarno, salah satu pendiri gerakan ini di Konferensi—yang terkenal—Bandung pada 1955, bahwa prinsip pembentukan GNB, bukan kesatuan geografis, etnis atau agama, melainkan persatuan itu sendiri.  Di hari itu, negara-negara anggota GNB sangat membutuhkan sebuah ikatan yang mampu melindungi mereka dari dominasi jaringan kekuatan adidaya dan hegemonis; sekarang dengan perkembangan dan kemajuan sarana hegemoni, tuntutan tersebut tetap ada.

Saya ingin mengungkapkan fakta lain:
Islam mengajarkan bahwa manusia dengan keragaman etnis, bahasa dan budaya, memiliki fitrah yang setara yang menyeru mereka pada kesucian, keadilan, kebajikan, solidaritas dan kerjasama, dan watak kebersamaan ini yang jika dapat selamat melintasi keinginan menyimpang, maka ia dapat membimbing manusia kepada tauhid, makrifat zat Allah Swt. 
Ini adalah hakikat terang yang sedemikian memiliki kapasitas yang mampu membentuk pilar dan pondasi masyarakat yang bebas, mulia, maju dan adil, serta meresapkan pancaran spiritualitas ke seluruh aktivitas materi dan duniawi manusia, dan dapat mewujudkan sorga dunia sebelum sorga yang dijanjikan Allah Swt. Dan dalam fakta kolektif dan menyeluruh yang dapat membentuk ikatan kerjasama persaudaraan bangsa-bangsa yang dari sisi lahiriyah, jejak historis dan geografis tidak memiliki kemiripan satu sama lain.

Setiap kali kerjasama internasional berdasarkan pada ikatan seperti ini, maka hubungan antarnegara bukan berdasarkan kekhawatiran, ancaman atau ketamakan, dan kepentingan sepihak atau mediasi oknum-oknum pengkhianat, melainkan berasaskan pada prinsip kepentingan kolektif yang benar, dan lebih tinggi dari itu, kepentingan kemanusiaan, yang dapat melegakan jiwa mereka yang sadar dan opini rakyat mereka.
Sistem ideal ini berada di titik yang berlawanan dengan sistem imperialisme yang dalam beberapa abad terakhir kekuatan kolonial Barat dan sekarang negara-negara arogan dan agresor Amerika Serikat, sebagai pengklaim, penyebar luas, dan pionir dalam hal ini. 

Para tamu yang mulia!
Sekarang tujuan utama Gerakan Non-Blok setelah enam dekade berlalu dan tetap hidup dan tegak berdiri; adalah tujuan-tujuan seperti anti-penjajahan, independensi politik, ekonomi dan budaya, tidak berkomitmen pada kutub-kutub kekuatan, serta peningkatan solidaritas dan kerjasama antarnegara anggota. Fakta-fakta dunia saat ini sangat jauh dari tujuan-tujuan tersebut, akan tetapi tekad bersama dan upaya menyeluruh untuk melalui fakta-fakta tersebut dan dalam mencapai tujuan, meski penuh kendala, akan tetapi sangat memberikan harapan dan hasil. 
Di masa lalu yang tidak begitu jauh, kita menyaksikan kegagalan politik era Perang Dingin dan unilateralisme setelahnya. Dengan menimba pelajaran dari pengalaman bersejarah itu, kita sedang bergerak menuju sistem global baru dan Gerakan Non-Blok dapat dan harus menunjukkan peran barunya. Sistem (baru) tersebut harus berdasarkan partisipasi komprehensif serta kesetaraan hak bangsa-bangsa. Solidaritas dan kerjasama kita negara-negara anggota GNB ini, merupakan tuntutan utama dalam membentuk sistem itu.
Untungnya, prospek transformasi dunia, mengindikasikan sebuah sistem multi-dimensional yang di dalamnya, kutub-kutub kekuatan kuno menyerahkan posisinya kepada sekelompok negara, kebudayaan dan peradaban yang beragam dan memiliki berbagai tuntutan ekonomi, sosial dan politik. Berbagai peristiwa besar yang kita saksikan dalam tiga dekade terakhir, semuanya menunjukkan munculnya kekuatan-kekuatan baru yang dibarengi dengan pelemahan kekuatan-kekuatan (adidaya) kuno. Peralihan kekuasaan secara gradual ini, memberikan kesempatan kepada negara-negara Gerakan Non-Blok untuk memainkan pengaruh penting dan proporsional di kancah global dan mempersiapkan sebuah manajemen yang adil dan menyeluruh di tingkat dunia. Kita negara-negara anggota GNB, dalam periode lama dan dengan keragaman pandangan serta kecenderungan, mampu melestarikan solidaritas dan hubungan kita demi tujuan kolektif dan keberhasilan ini bukan masalah sederhana dan sepele. Ikatan ini dapat menjadi bekal menuju sebuah sistem yang adil dan berprikemanusiaan.
Kondisi dunia saat ini, mungkin menjadi kesempatan yang tidak akan terulang lagi untuk GNB. Pernyataan kami bahwa ruang kontrol dunia tidak boleh ditangani dengan diktatorisme segelintir negara Barat. Partisipasi demokratis global di sektor manajemen internasional harus dapat diwujudkan dan dijamin. Inilah tuntutan semua negara yang secara langsung maupun tidak langsung telah atau sedang menderita kerugian akibat interferensi sejumlah negara arogan.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki struktur dan kinerja yang tidak logis dan adil serta benar-benar tidak demokratis; Ini adalah diktatorismenyata dan sebuah kondisi kuno, ditolak, dan kadaluarsa. Dengan penyalahgunaan metode keliru ini, Amerika Serikat dan sekutunya dapat memaksakan kesewenag-wenangannya kepada dunia di balik kedok nilai-nilai tinggi. Mereka mengatakan bahwa hak asasi manusia yang menginginkan kepentingan Barat, mereka mengatakan demokrasi, dan menggulirkan intervensi militer ke berbagai negara dengan alasan tersebut, mereka mengungkapkan pemberantasan terorisme, serta menyerang warga tak berdaya di desa dan kota-kota dengan bom-bom dan senjata mereka. Di mata mereka, kemanusiaan dibagi menjadi dua kategori, kelas pertama dan kelas kedua atau ketiga. Nyawa manusia di Asia, Afrika dan Amerika Latin sangat murah dan adapun nyawa di Amerika Serikat dan Eropa sangat murah. Keamanan Amerika Serikat dan Eropa sangat penting, adapun keamanan umat manusia lainnya tidak penting. Penyiksaan dan teror jika dilakukan oleh Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, dan antek-antek mereka legal dan sepenuhnya dapat dimaklumi. Penjara-penjara rahasia mereka di berbagai penjuru dunia menjadi saksi perlakuan buruk dan tidak manusiawi para sipir penjara terhadap para tahana yang tidak memiliki pengacara dan dipenjara tanpa melalui proses hukum. Baik dan buruk sepenuhnya relatif  dan didefinisikan secara sepihk. Kepentingan-kepentingan mereka dipaksakan kepada bangsa-bangsa dunia dengan mengatas namakan ketentuan internasional. Dengan menggunakan jaringan medianya, mereka memperkuat pernyataan mereka dengan memperkenalkan sebagai "masyarakat internasional, serta mengubah kebohongan menjadi kejujuran, kebatilan menjadi  kebenaran, kezaliman menjadi upaya penegakan keadilan, dan dalam menyikapi setiap pernyataan benar yang mengungkap penipuannya, mereka melabelnya sebagai kebohongan serta menilai setiap tuntutan sah sebagai kenakalan." 

Rekan-rekan!
Kondisi yang cacat dan penuh cela ini tidak boleh berlanjut. Semua pihak telah lelah menghadapi struktur internasional yang keliru ini. Gerakan 999 persen warga di Amerika Serikat dalam melawan sentra-sentra kekayaan dan kekuasaan di negara itu, serta protes warga negara-negara Eropa Barat terhadap politik ekonomi pemerintahan mereka juga menunjukkan habisnya kesabaran rakyat menghadapi kondisi ini. Kondisi yang tidak logis ini harus disembuhkan.
Hubungan kokoh, logis, dan komprehensif negara-negara anggota GNB dapat memberikan pengaruh besar dan esensial dalam menemukan penawar tersebut.
Para hadirin yang mulia!
Perdamaian dan keamanan internasional adalah salah satu isu vital dunia saat ini dan pemusnahan senjata bencana pemusnah massal merupakan tuntutan mendesak dan seruan universal. Di dunia sekarang ini, keamanan merupakan tuntutan bersama di mana tidak ada ruang untuk diskriminasi. Mereka yang menimbun senjata anti-kemanusiaan di gudang senjata tidak berhak untuk menyatakan diri sebagai penegak keamanan global. Tidak diragukan lagi, itu tidak akan mewujudkan keamanan bagi diri mereka sendiri. Sangat disayangkan sekali negara-negara yang memiliki persenjataan nuklir terbesar tidak punya niat serius dan tulus untuk memusnahkan senjata mematikan itu dari doktrin militer mereka dan mereka masih menganggap senjata tersebut sebagai instrumen yang menghalau ancaman dan sebagai standar penting dalam mendefinisikan politik dan posisi internasional mereka. Perspektif seperti ini harus ditolak dan dikutuk.
Senjata nuklir tidak menjamin keamanan, juga tidak mengkonsolidasikan kekuatan politik, melainkan ancaman bagi keamanan dan kekuatan politik. Peristiwa yang terjadi pada 1990-an menunjukkan bahwa kepemilikan senjata tersebut bahkan tidak mampu menjaga keruntuhan sebuah rezim seperti Uni Soviet. Dan sekarang kita menyaksikan sejumlah negara tertentu menghadapi gelombang ketidakamanan mematikan meski memiliki bom atom.
Republik Islam Iran menilai penggunaan senjata nuklir, kimia dan sejenisnya sebagai dosa besar dan tidak terampuni. Kami mengusulkan gagasan "Timur Tengah bebas dari senjata nuklir" dan kami berkomitmen dalam hal ini. Bukan berarti kami menepikan hak kami untuk mendayagunakan tenaga nuklir sipil dan produksi bahan bakar nuklir. Berdasarkan hukum internasional, penggunaan damai energi nuklir adalah hak setiap negara. Semua harus dapat menggunakan sumber energi yang bersih untuk berbagai tuntutan penting negara mereka dan masyarakat, tanpa harus bergantung pada pihak lain dalam mewujudkannya. Sejumlah negara Barat, mereka memiliki senjata nuklir dan yang bersalah dalam aksi ilegal ini, ingin memonopoli produksi bahan bakar nuklir. Gerakan secara diam-diam sedang bergulir untuk mengkonsolidasikan monopoli permanen atas produksi dan penjualan bahan bakar nuklir di pusat-pusat yang membawa label internasional tetapi pada kenyataannya beradai di bawah kontrol segelintir negara Barat saja.
Sebuah ironi pahit dari masa kita adalah bahwa pemerintah AS, yang memiliki stok senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya terbesar dan paling mematikan dan satu-satunya negara bersalah karena penggunaannya, saat ini ingin memegang panji penentangan terhadap proliferasi nuklir. AS dan sekutu Baratnya telah mempersenjatai rezim penjajah Zionis dengan senjata nuklir dan menciptakan ancaman besar bagi wilayah sensitif ini. Namun kelompok penipu yang sama tidak mentolerir penggunaan damai energi nuklir oleh negara-negara independen, dan bahkan menentang dengan segala kekuatannya, produksi bahan bakar nuklir untuk tujuan damai, radiofarmasi dan tujuan manusiawi lain. Alasan mereka adalah kekhawatiran produksi senjata nuklir. Dalam kasus Republik Islam Iran, mereka sendiri tahu bahwa mereka berbohong, tetapi kebohongan itu dibenarkan oleh sebuah jenis politik yang benar-benar tidka memiliki jejak spiritualitas sedikit pun. Apakah pihak yang tidak malu menciptakan ancaman nuklir di abad ke-21, akan malu ketika berbohong?
Saya menekankan bahwa Republik Islam tidak pernah mengacu senjata nuklir dan bahwa hal itu tidak akan pernah merelakan hak bangsanya untuk menggunakan energi nuklir demi tujuan damai. Moto kami adalah: "Energi nuklir untuk semua dan senjata nuklir tidak untuk siapapun." Kami menekankan masing-masing dua prinsip tersebut, dan kami tahu bahwa mematahkan monopoli sejumlah negara Barat dalam produksi energi nuklir dalam koridor Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) adalah demi kepentingan semua negara independen, termasuk para anggota Gerakan Non-Blok.

Pengalaman sukses Republik Islam dalam melawan arogansi dan tekanan komprehensif Amerika dan sekutunya telah membuktikan bahwa perlawanan dari bangsa yang bersatu dan tegas dapat mematahkan segala permusuhan dan membuka lebar jalan menuju tujuan mulianya. Kemajuan yang komprehensif yang dicapai negara kami dalam dua dekade terakhir merupakan fakta bagi kita semua untuk melihatnya, seperti yang berulang kali dibuktikan oleh para pengamat resmi internasional. Semua ini terjadi di bawah sanksi, tekanan ekonomi dan kampanye propaganda oleh jaringan yang berafiliasi dengan Amerika dan Zionisme. Sanksi, yang dinilai melumpuhkan oleh para komentator tidak masuk akal, bukan hanya tidak melumpuhkan kami, namun justru membuat langkah kami lebih mantap, meningkatkan tekad kami dan memperkuat kepercayaan diri kami terkait kebenaran analisa kami dan kemampuan bangsa kami. Berualng kali kjmi menyaksikan bantuan ilahi dengan mata kepala kami sendiri dalam menghadapi tantangan.

Para tamu terhormat! 
Saya menganggap perlu untuk berbicara tentang isu yang sangat penting, yang meski berhubungan dengan wilayah kami, namun telah merambah dimensi yang lebih luas melampauinya dan mempengaruhi kebijakan global selama beberapa dekade. Isu tersebut adalah krisis tragis Palestina. Ringkasan dari masalah ini adalah bahwa berdasarkan plot mengerikan Barat dan di bawah bimbingan Inggris pada 1940-an, sebuah negara yang merdeka dengan identitas sejarah jelas yang disebut "Palestina" telah dirampas dari rakyatnya melalui penggunaan senjata, pembunuhan dan penipuan dan telah diberikan kepada sekelompok orang yang sebagian besarnya adalah imigran dari negara-negara Eropa. Perampasan besar ini- yang awalnya disertai dengan pembantaian orang-orang tak berdaya di kota dan desa-desa serta pengusiran mereka dari rumah kediaman dan tanah air mereka ke negara-negara jiran - telah berlangsung selama lebih dari enam dekade dengan bentuk kejahatan yang sama dan berlanjut hingga hari ini. Ini merupakan isu yang paling penting umat manusia.
Para pemimpin politik dan militer rezim Zionis merampas dan tidak bisa mengelak dari kejahatan apapun selama ini: mulai dari membunuh warga (Palestina), menghancurkan rumah dan peternakan mereka, menangkap dan menyiksa pria dan wanita dan bahkan anak-anak mereka, menistakan dan menghina bangsa itu serta berupaya menghancurkannya agar dapat dicerna dalam perut pemakan haram rezim Zionis, hingga menyerang kamp-kamp pengungsi di dalam Palestina sendiri dan di negara-negara tetangga tempat jutaan pengungsi hidup. Nama seperti Sabra dan Shatila, Qana dan Deir Yasin telah terukir dalam sejarah wilayah kami dengan darah rakyat Palestina yang tertindas.
Bahkan sekarang setelah 65 tahun berlalu tetap bergulir kejahatan terhadap warga Palestina yang tersisa di wilayah pendudukan oleh para serigala ganas Zionis. Mereka melakukan kejahatan baru satu demi satu dan menciptakan krisis baru di wilayah tersebut. Nyaris tidak ada sehari yang terlewatkan tanpa ada laporan korban nyawa, cedera dan penangkapan para pemuda yang berdiri untuk membela tanah air dan kehormatan mereka dan memprotes penghancuran wilayah perkebunan dan rumah mereka. Rezim Zionis, yang telah melakukan pembunuhan dan menciptakan konflik dan kejahatan selama beberapa dekade dengan melancarkan perang tragis, membunuh orang, menduduki wilayah Arab dan mengorganisir terorisme yang disponsori negara di kawasan dan di dunia, melabel rakyat Palestina sebagai "teroris", orang-orang yang berdiri untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Dan jaringan media yang dimiliki oleh Zionisme dan banyak media Barat serta antek-antek bayaran mereka, mengulangi kebohongan besar yang melanggar nilai-nilai etika dan komitmen jurnalistik itu, serta para pemimpin politik yang mengklaim membela hak asasi manusia telah menutup mata di hadapan semua kejahatan dan tanpa malu mendukung bahwa rezim kriminal tersebut dan berani berperan sebagai pendukungnya.
Menurut sudut pandang kami, Palestina adalah milik rakyat Palestina dan bahwa berlanjutnya pendudukan merupakan ketidakadilan besar dan tidak dapat ditoleransi serta ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan global. Semua solusi yang disarankan dan ditindaklanjuti oleh Barat serta afiliasi mereka untuk "menyelesaikan masalah Palestina" keliru dan tidak berhasil, dan akan tetap demikian di masa depan. Kami telah mengajukan sebuah solusi demokratis adil dan menyeluruh. Semua rakyat Palestina - baik yang ada di Palestina sekarang dan yang telah dipaksa mengungsi ke negara-negara lain namun tetap mempertahankan identitas sebagai warga Palestina, termasuk Muslim, Kristen, dan Yahudi - harus mengambil bagian dalam referendum yang diawasi secara berhati-hati, membangun kepercayaan dan memilih sistem politik negara mereka, dan semua orang Palestina yang telah menderita bertahun-tahun di pengasingan harus kembali ke negara mereka dan ambil bagian dalam proses referendum ini kemudian membantu merancang konstitusi dan menyelenggarakan pemilihan umum. Setelah itu, baru perdamaian dapat ditegakkan.
Sekarang saya ingin memberikan sedikit  hati nasihat kepada para politisi Amerika yang selalu berdiri untuk membela dan mendukung rezim Zionis. Sejauh ini, rezim ini telah menciptakan masalah yang tak terhitung jumlahnya untuk Anda. Ini telah menciptakan kesan buruk bagi Anda di opini masyarakat regional, dan itu telah membuat Anda terlihat seperti kaki tangan dalam kejahatan penjajahan Zionis. Tebusan materi dan moral yang ditanggung oleh pemerintah Amerika dan rakyatnya dalam hal ini sangat mengejutkan, dan jika ini terus berlanjut, terbusan akan menjadi lebih berat di masa depan. Pikirkan tentang proposal referendum dari Republik Islam dan dengan keputusan berani, selamatkan diri kalian dari situasi mustahil saat ini. Tidak diragukan lagi, masyarakat regional dan semua pemikir independen di seluruh dunia akan menyambut langkah tersebut.

Para tahu yang terhormat!
Sekarang saya ingin kembali ke titik awal saya. Kondisi global sangat sensitif dan dunia sedang melintasi sebuah titik sejarah penting. Hal ini diharapkan akan melahirkan tatanan dunia baru. Gerakan Non-Blok, yang mencakup hampir dua pertiga dari masyarakat dunia, dapat memainkan peran poros dalam membentuk masa depan tersebut. Penyelenggaraan konferensi utama di Tehran itu sendiri merupakan peristiwa penting yang harus dipertimbangkan. Dengan penyatuan sumber daya dan kapasitas kita sebagai anggota, gerakan ini dapat menciptakan peran sejarahnya dalam menyelamatkan dunia dari ketidakamanan, perang dan hegemoni.
Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui kerja sama komprehensif antar satu sama lain. Di antara kita hanya segelintir negara yang makmur dan menikmati pengaruh internasional. Sepenuhnya mungkin untuk menemukan solusi masalah melalui kerjasama ekonomi dan media dan melalui berbagai pengalaman yang membantu kita berkembang dan mencapai kemajuan. Kita perlu memperkuat tekad. Kita perlu tetap loyal pada tujuan kita. Kita tidak perlu takut kekuatan intimidator ketika mereka mengerutkan kening kepada kita dan tidak seharusnya kita senang ketika mereka tersenyum. Kita harus memperhatikan kehendak Tuhan dan hukum-hukum penciptaan sebagai dukungan kita. Kita harus belajar dari apa yang terjadi ke kamp komunis dua dekade lalu dan dari kegagalan kebijakan yang disebut "demokrasi liberal Barat" sekarang, yang tanda-tandanya dapat disaksikan oleh semua orang di jalan-jalan negara-negara Eropa dan Amerika dan dalam masalah ekonomi berkepanjangan di negara tersebut. Dan akhirnya, kita harus mempertimbangkan Kebangkitan Islam di kawasan ini dan tumbangnya diktator di Afrika Utara, yang sangat bergantung pada Amerika dan menjadi antek Zionis, sebagai kesempatan besar. Kami dapat membantu meningkatkan "produktivitas politik" Gerakan Non-Blok di pemerintahan global. Kami dapat mempersiapkan dokumen bersejarah yang bertujuan untuk membawa perubahan dalam struktur ini dan untuk menyediakan sarana-sarana administratifnya. Kami dapat merencanakan kerjasama ekonomi yang efektif dan menentukan paradigma hubungan budaya di antara kita. Tidak diragukan lagi, pembentukan sekretariat yang aktif dan bersemangat untuk organisasi ini akan memberikan bantuan besar dan signifikan dalam mencapai tujuan-tujuan ini.
Terima kasih.
[Sumber terjemahan: IRIB Indonesia]

Ayatullah Khamenei: Senjata Nuklir Dosa Besar

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, Republik Islam Iran ingin membuktikan kepada dunia bahwa memiliki senjata nuklir tidak akan mendatangkan kekuatan, tapi sebaliknya kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir bisa dilumpuhkan dan itulah yang akan dilakukan oleh bangsa Iran. 

 Ayatullah Khamenei: Senjata Nuklir Dosa Besar

Menurut Kantor Berita ABNA, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Seyyed Ali Khamenei mengatakan Tehran memandang penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir, sebagai "dosa besar dan tidak terampuni."

Pada pembukaan KTT ke-16 GNB hari Kamis (30/8), Ayatullah Khamenei mengatakan, penghapusan senjata pemusnah massal merupakan kebutuhan mendesak dan tuntutan universal.

Rahbar menegaskan bahwa Iran menjunjung tinggi prinsip "Energi nuklir untuk semua dan senjata nuklir tidak untuk siapapun."
"Sangat ironis bahwa pemerintah AS yang memiliki stok terbesar dan paling mematikan dari senjata nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya, dan satu-satunya negara yang telah menggunakannya, tapi saat ini ingin membawa bendera menentang proliferasi nuklir," tegasnya.
Rahbar mencatat bahwa AS dan sekutu Baratnya telah mempersenjatai rezim Israel dengan senjata nuklir dan menciptakan ancaman utama bagi kawasan Timur Tengah.
"Slogan kami adalah ‘Timur Tengah Tanpa Senjata Nuklir' dan kami berkomitmen dengan prinsip itu," ucap Ayatullah Khamenei.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menegaskan bahwa AS dan anteknya melindungi kepentingan Barat atas nama hak asasi manusia, melancarkan intervensi militer ke negara-negara lain atas nama demokrasi dan menyerang orang-orang tak berdosa dengan bom dan senjata yang mengatasnamakan pemberantasan terorisme.
Sebelumnya, Rahbar dalam berbagai pertemuan berulangkali menegaskan bahwa bangsa Iran tak pernah dan tak akan pernah berpikir membuat senjata nuklir. "Bangsa ini akan membuktikan kepada dunia bahwa senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan. Tapi bangsa yang mengandalkan bakat dan potensi insani dan alamnya bisa meruntuhkan kekuatan yang memiliki senjata nuklir," ungkap Ayatullah Khamenei pada pertemuan dengan kepala dan para pejabat Badan Energi Atom Iran di awal tahun.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, Republik Islam Iran ingin membuktikan kepada dunia bahwa memiliki senjata nuklir tidak akan mendatangkan kekuatan, tapi sebaliknya kekuatan yang mengandalkan senjata nuklir bisa dilumpuhkan dan itulah yang akan dilakukan oleh bangsa Iran. (IRIB Indonesia/PH)

 Ahmadinejad menyebut Mesir sebagai "sekutu strategis Iran"

Ahmadinejad menyebut Mesir sebagai "sekutu strategis Iran" dan menyatakan adalah kepentingan bangsa dan pemerintah Iran dalam meningkatkan kerja sama dan hubungan persahabatan dengan pemerintah Mesir dan bangsa.

 Ahmadinejad menyebut Mesir sebagai "sekutu strategis Iran"
Menurut Kantor Berita ABNA, pada pertemuan Kamis (30/8/12) dengan Morsi di ibukota Iran, Tehran, Ahmadinejad menyebut Mesir sebagai "sekutu strategis Iran" dan menyatakan kepentingan bangsa dan pemerintah Iran dalam meningkatkan kerja sama dan hubungan persahabatan dengan pemerintah Mesir dan bangsa.



Ahmadinejad menunjukkan bahwa hubungan persahabatan antara Iran dan Mesir akan menjadi manfaat dari seluruh Timur Tengah dan mengatakan, "Republik Islam Iran siap untuk memberikan pengalaman dan fasilitas yang tersedia bagi saudara-saudara Mesir dan [siap] untuk pertukaran ilmu pengetahuan, teknologi dan keahlian antara kedua negara."

Presiden Iran menggambarkan Israel dan kebijakan hegemonik Barat sebagai ancaman bagi kawasan dan dunia, dan menambahkan, "Kekuatan arogan tidak pernah mendukung kemajuan dan kekuatan bangsa-bangsa independen dan pencari keadilan dan persahabatan atau permusuhan terhadap negara didasarkan pada tujuan jangka panjang yang mereka kejar di arena internasional. "

Ahmadinejad menggarisbawahi perlunya reformasi di semua negara-negara regional, mencatat bahwa negara-negara harus berhati-hati dengan cara mengimplementasikan reformasi.

Dia menyinggung peran strategis Iran dan Mesir dalam menyelesaikan isu-isu regional, termasuk krisis Suriah, dan mencatat bahwa setiap mediasi di Suriah harus ditujukan untuk menghentikan pertumpahan darah dan mengarah pada aturan kehendak rakyat.

Ahmadinejad, bagaimanapun, memperingatkan terhadap campur tangan asing di Suriah dan menunjukkan, "Kita harus waspada agar NATO dan kekuatan hegemonik lainnya tidak akan mampu untuk campur tangan dalam urusan tersebut."

Morsi, yang mengunjungi Tehran pada hari Kamis (30/8/12) untuk menghadiri KTT ke-16 Gerakan Non-Blok, mengatakan, "Mesir juga menganggap Iran sebagai mitra strategis dan percaya bahwa, dengan pandangan positif untuk masa depan, setiap orang harus memberikan alasan yang cocok untuk daerah perkembangan. "
"Perasaan persahabatan dan persaudaraan antara rakyat Iran dan Mesir adalah timbal balik dan kami selalu menghormati posisi dan kemajuan konstruktif dari bangsa Iran dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan," katanya

Presiden Mesir menyerukan upaya kolektif oleh semua negara-negara regional untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan mencatat bahwa krisis Suriah hanya dapat diselesaikan melalui mediasi dan upaya para pemain regional utama seperti Iran. (Islam Times)

Sekjen PBB Menyoroti Kepresiden Iran Di GNB

Sekjen PBB menggambarkan Republik Islam sebagai negara berpengaruh di arena regional dan internasional dan menekankan bahwa PBB akan memiliki kerjasama dan konsultasi yang luas dengan GNB selama kepresidenan Iran.
 Sekjen PBB Menyoroti Kepresiden Iran Di GNB
Menurut Kantor Berita ABNA, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan kepemimpinan Iran di Gerakan Non-Blok (NAM) untuk tiga tahun ke depan memberikan kesempatan yang baik bagi penyelesaian isu-isu regional dan internasional.

Ban membuat pernyataan dalam pertemuan dengan Ketua Majlis Iran, Ali Larijani pada hari Rabu (29/8/12) di sela-sela KTT GNB di ibukota Iran, Tehran.

Dia menggambarkan Republik Islam sebagai negara berpengaruh di arena regional dan internasional dan menekankan bahwa PBB akan memiliki kerjasama dan konsultasi yang luas dengan GNB selama kepresidenan Iran.

Mengenai perkembangan yang sedang berlangsung di wilayah tersebut, khususnya di Suriah, sekjen PBB mengatakan bahwa KTT GNB memberikan kepala gerakan dengan kesempatan yang cocok untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah Suriah dan oposisi bahwa mereka sangat menentang aksi militer di Suriah.

Dia menyatakan harapan bahwa Republik Islam Iran akan lebih mengefektifkan peran vitalnya di Suriah melalui kerjasama dengan Perwakilan Khusus PBB-Liga Arab yang baru untuk Suriah, Lakhdar Brahimi.

Larijani, dalam pembicaraannya memuji keberadaan Ban di Iran untuk menghadiri KTT GNB sebagai kesempatan baik untuk saling berkonsultasi mengenai isu-isu regional dan internasional yang penting dan mengatakan kehadirannya dalam KTT itu merupakan indikasi dari perhatian khusus kepada motivasi dan tujuan dari gerakan .

Dia mengatakan bahwa selama tiga tahun kepemimpinannya pada gerakan, "Republik Islam Iran pasti akan membela hak-hak para anggota melalui mengadopsi sebuah kebijakan yang independen."

Mengomentari situasi di Suriah, Larijani mengatakan bahwa "Republik Islam Iran selalu mengumumkan bahwa mereka mendukung reformasi demokrasi di Suriah dan akan melakukan yang terbaik untuk membantu memulihkan perdamaian di negeri ini."

Dia juga meminta Sekjen PBB untuk memainkan peran aktif lebih lanjut untuk mencegah negara-negara tertentu dari menciptakan kekacauan di Suriah.

Sekjen PBB sementara berada di Iran untuk menghadiri KTT Gerakan Non-Blok ke-16.(Islam Times)


KTT GNB ke-16 dalam Sorotan Media



Gerakan Non Blok (GNB) dicetuskan untuk meredam dampak akibat konflik antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Embrio Gerakan Non Blok sudah muncul dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Pada konferensi itu dikembangkan wacana mengenai politik anti kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia Afrika. Wacana inilah yang kemudian berkembang menjadi politik non blok. Tujuan dari gerakan ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979 adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan,integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok".
Menyusul Kemenangan Revolusi Islam, Iran menjadi anggota GNB pada tahun 1979. Pada KTT GNB ke-6 di Havana, Iran secara resmi menjadi anggota organisasi terbesar kedua setelah PBB itu. Sejak tercatat sebagai anggota, Iran senantiasa aktif memainkan peranannya. Iran melontarkan isu Palestina, penentangan terhadap kekerasan antar-mazhab dan rasisme, mengusulkan dibukanya pasar negara-negara utara bagi ekspor negara-negara selatan.
Kini, Iran memegang kepemimpinan periodik GNB untuk tiga tahun mendatang  dari Mesir. Dengan kepemimpinan baru Iran ini, GNB diharapkan akan semakin aktif dan dapat memainkan peran lebih besar di tingkat internasional. Pada KTT ke-16 yang digelar dari 26-31 Agustus di Tehran,  mayoritas delegasi pakar, menlu dan kepala negara dari 120 negara dunia menegaskan urgensi restrukturisasi GNB dan peran lebih besarnya di arena intrenasional. Di luar itu, KTT GNB ke-16 kali ini berhasil membuktikan kegagalankonspirasi Barat, terutama AS dalam mengucilkan Republik Islam Iran.
Kemenangan Iran ini tentu saja memicu kemarahan para pejabat AS dan rezim Zionis. Melalui berbagai mesin propagandanya, mereka melakukan beragam cara dengan menyensor dan memboikot gebyar pemberitaan pertemuan besar tingkat dunia di Tehran tersebut.
Selama penyelenggaran KTT GNB ke-16 berlangsung, media massa Inggris seperti koran The Guardian dan Daily Telegraph memilih bungkam untuk menutupi kegagalan kebijakan pemerintahan mereka dalam menyudutkan Iran. Lain lagi yang dilakukan BBC. Media mainstream ini menempuh cara lain untuk mengarahkan audiens dari isu utama pertemuan Tehran, seperti mengulas masalah diliburkannya Tehran, pengamanan pertemuan, dan kebersihan kota. Bahkan, BBC menerapkan taktik tersebut ketika pembukaan KTT GNB ke-16 dimulai demi mengalihkan tujuan utama digelarnya pertemuan internasional itu.
Di tingkat regional, televisi Alarabiya mengalihkan peristiwa penting kali ini dengan mengarahkan pada hal-hal kecil seperti berbagai surat dari oposisi pemerintah Iran kepada presiden Mesir maupun Sekjen PBB, Ban Ki-moon. Tapi tingginya partisipasi para tokoh penting dunia pada KTT GNB ke-16 kali ini menjadi pukulan telak bagi musuh Iran, baik di dalam maupun luar negeri.
Sejumlah media lain seperti Aljazeera, Reuters dan CNN menyensor berita mengenai penyelenggaran pertemuan internasional di Tehran itu. Padahal sehari sebelumnya, bahkan pada saat dimulainya pertemuan, media-media massa itu menayangkan kejadian mengenai Suriah dan pemilu AS.
Televisi Fox News gencar mengkritik Sekjen PBB Ban Ki-moon karena keputusannya menghadiri KTT GNB di Tehran. Televisi yang dekat dengan kubu Republik dan kelompok haus perang Amerika Serikat itu menilai keputusan Ban Ki-moon bertentangan dengan seluruh langkah Washington untuk menyudutkan Republik Islam Iran. Dalam laporannya, Fox News menyinggung kebijakan anti-Israel oleh Republik Islam dan mengklaim tidak seharusnya Sekjen PBB menerima undangan Iran untuk hadir dalam KTT GNB Tehran.
Masalah lain yang disorot oleh Fox News adalah pelimpahan kepemimpinan periodik GNB kepada Iran hingga tiga tahun mendatang. "Ahmadinejad dalam waktu dekat akan berkunjung ke New York untuk menghadiri Majelis Umum PBB, sebagai Presiden Iran dan juga sebagai Ketua GNB, blok pemilik suara terbesar di Majelis Umum." Partisipasi Sekjen PBB dalam KTT GNB Tehran, membuat para pejabat Barat geram dan banyak pihak yang menilai kehadiran Ban sebagai sebuah kekalahan telak politik Barat mengisolasi Republik Islam.
Sejumlah media Barat mengakui bahwa penyelenggaran Konferensi Tingkat Tinggi Ke-16 GNB di Tehran sebagai tamparan keras bagi Amerika Serikat, sekaligus gagalnya upaya Barat mengucilkan Republik Islam Iran di kancah global. Koran Los Angeles Times dalam sebuah artikelnya menulis, KTT GNB di Tehran sebagai tamparan keras terhadap Washington. Los Angeles Times melaporkan, Sekjen PBB Ban Ki-moon menghadiri KTT meski secara pribadi Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benyamin Netanyahu telah mendesaknya untuk mengurungkan kunjungannya ke Iran. Selain itu, Presiden Mesir Muhammad Mursi juga melawat ke Tehran. Koran Amerika itu juga menyinggung partisipasi Perdana Menteri India di KTT GNB sebagai salah satu pembeli minyak Iran.
Los Angeles Times dalam artikelnya berupaya menggambarkan ketidakpuasan rakyat Iran atas kondisi ekonomi saat ini seperti kenaikan harga barang dan minimnya gaji pegawai. Meski demikian, koran tersebut mengakui bahwa rakyat Iran merasa bangga dengan penyelenggaraan KTT GNB Ke-16 di negara mereka dan menyebutnya sebagai kebanggaan nasional dan mendukung even besar itu. 
Sementara itu, Financial Times menilai KTT GNB di Tehran sebagai momentum internasional terbesar di Iran sejak kemenangan Revolusi Islam. Koran terbitan Amerika Serikat  itu (27/8) dalam laporannya menyebutkan bahwa Iran berharap dapat menggunakan kesempatan ini untuk "memperjuangkan haknya memperkaya uranium." Financial Times mengutip pidato Ali Akbar Salehi, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengungkapkan bahwa Tehran tidak menyulut friksi dan tidak menginginkan sesuatu yang melampui dari haknya.
Di luar itu, Euronews menyebut KTT GNB ke-16 di Tehran sebagai keberhasilan diplomasi Iran. Media massa Eropa ini menilai pertemuan Tehran sebagai kegagalan tekanan sanksi AS dan rezim Zionis terhadap Iran.
Di tengah konspirasi media yang dilakukan Barat terhadap pertemuan Tehran, pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei pada pembukaan KTT GNB ke-16, menjadi perhatian utama para pemimpin negara dunia dan media massa global. Sejumlah media massa global secara langsung menyiarkan pidato Rahbar. Contohnya, AFP mengungkapkan, "Pemimpin Iran di hadapan Ban Ki-moon menyebut struktur PBB diktator. Koran Zionis, Yediot Aharonot  menyebut pidato Ayatullah Khamenei sebagai pidato penyulut api terhadap Barat, dan dia tengah menyiapkan sebuah sistem dunia baru."
KTT GNB ke-16 berakhir dengan sikap bungkam media massa mainstream. Terkait hal ini, Ezzatollah Zarghami, Direktur Radio dan Televisi Iran (IRIB) sebagai anggota aktif Persatuan penyiaran Asia-Pasifik (ABU), menegaskan urgensi pembentukan blok media GNB sebagai media independen. Di hadapan para peserta pertemuan GNB ke-16, Zarghami mengatakan, "Pembentukan blok media GNB sangat penting bagi persatuan media dan jurnalis GNB yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan ilahiah sebagai prinsip utamanya. GNB dengan 120 anggota memiliki potensi yang melebihi posisinya saat ini." (IRIB Indonesia)


KTT APEC di Rusia dan Capaiannya




KTT Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) ke-24 digelar selama dua hari di kota Vladivostok, Rusia mengindikasikan bahwa organisasi ini tidak mampu mengambil keputusan kolektif untuk meningkatkan pengaruhnya di percaturan regional dan internasional akibat kontradiksi kepentingan antar anggota.

KTT APEC ke-24 digelar mulai hari Sabtu dan Ahad (8-9/9) di Vladivostok, Rusia dengan dihadiri 21 negara Asia dan kawasan Pasifik. Di KTT ini, para pemimpin negara anggota APEC berunding mencari solusi untuk meningkatkan hubungan ekonomi di antara mereka. Selain itu, isu-isu penting politik juga menjadi agenda pembicaraan mereka.

APEC terdiri dari sejumlah negara Asia dan sekitar Pasifik yang berkumpul setiap tahun untuk memulihkan hubungan dan kerjasama ekonomi-politik di antara mereka. Markas besar organisasi ini berada di Singapura. Organisasi ini dibentuk guna menciptakan kesamaan visi ekonomi di antara negara-negara Asia-Pasifik. Pembentukan organisasi ini mulai dirintis sejak dekade 80-an, pasca perang dingin berakhir. Kondisi pasca perang dingin di dunia cukup unik karena ditandai dengan percepatan laju persatuan ekonomi Eropa, terbentuknya zona perdagangan bebas di Amerika utara dan meningkatnya pengaruh Asia di kancah global.

Di kondisi seperti ini, Bob Hawke, perdana menteri Australia di tahun 1989 mengusulkan sidang menteri Asia-Pasifik untuk membicarakan langkah-langkah pengokohan kerjasama ekonomi di kawasan ini. Usulan ini mendapat respon positif dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan anggota ASEAN. Dengan demikian pada November 1989 digelarlah sidang tingkat menteri APEC di Sydney dengan diikuti 12 negara dan menandai dibentuknya forum ekonomi Asia-Pasifik.

Selanjutnya KTT APEC digelar setiap tahun membahas upaya peningkatan kerjasama ekonomi di antara anggota. Tahun ini Rusia menjadi tuan rumah KTT ke-24 APEC. KTT ini digelar di saat krisis ekonomi global yang terjadi sejak tahun 2008 hingga kini masih terus berlangsung. Para peserta KTT dengan slogan penyatuan visi untuk meningkatkan laju ekonomi dan kemajuan memulai perundingannya untuk membahas perdagangan bebas, investasi, kesatuan ekonomi regional, keamanan pangan, sektor produksi dan pengokohan laju ekonomi. Sementara Rusia sebagai tuan rumah berusaha memanfaatkan moment ini untuk memainkan peran lebih aktif dan besar di pasar anggota APEC.

Deklarasi KTT APEC Vladivostok
KTT APEC ke-24 yang berlangsung di kota Vladivostok, Rusia berakhir Minggu, (9/9) setelah 21 kepala negara dan pemerintahan melakukan sidang selama dua hari. Pada akhir pertemuan, mereka mengeluarkan Deklarasi mengungkapkan komitmen bersama untuk memperkuat kemakmuran di kawasan Asia-Pasifik dan kepemimpinan dalam ekonomi global.

Deklarasi APEC 2012, memuat rincian langkah-langkah untuk membangun kemajuan yang telah dicapai negara anggota dengan mewujudkan prioritas  APEC 2012 yang meliputi ; Liberalisasi Perdagangan dan Investasi, Integrasi Ekonomi Regional, Penguatan Ketahanan Pangan, Kerjasama Intensif menuju pertumbuhan Inovatif, memerangi korupsi dan memastikan transparansi.

"Kami, para pemimpin APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), berkumpul di Vladivostok, Rusia pada tanggal 8-9 September 2012 untuk KTT APEC ke-20 (2012) dengan tema "integrasi untuk pertumbuhan, Inovasi untuk kesejahteraan" guna melapangkan jalan memperkuat kesejahteraan kawasan dan kepemimpinan dalam ekonomi global".

Melihat kemajuan ekonomi di negara-negara APEC selama kurun waktu dua dekade, para kepala negara  dan pemerintahan APEC berharap agar negara-negata anggota APEC terus tumbuh dan berkembang di tahun-tahun mendatang.

"Sejak Pertemuan Para Pemimpin APEC pertama 'pada tahun 1993 di Seattle, Amerika Serikat, perdagangan kami telah tumbuh empat kali lipat dan investasi asing langsung di kawasan Asia-Pasifik tumbuh pada tingkat lebih dari 20 persen per tahun. Kami berharap untuk membangun keberhasilan ini perlu diambil langkah-langkah ekstra untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bersama dan kemakmuran di tahun-tahun mendatang".

Para pemimpin APEC menyadari bahwa kuatnya  perdagangan internasional, investasi, dan integrasi ekonomi merupakan pendorong utama bagi pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang. Dengan keanggotaan semua negara-negara APEC, di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mereka menegaskan kembali komitmen mereka untuk liberalisasi perdagangan dan investasi serta fasilitasi di kawasan Asia-Pasifik.

Prospek Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Indonesia sebagai pimpinan KTT APEC 2013 akan melakukan langkah-langkah operasionalisasi isu sehingga hasil KTT di Bali tahun depan bisa diimplementasikan oleh 21 kekuatan ekonomi di Asia Pasifik yang menjadi anggota APEC.

Kepala Negara juga meminta penajaman isu-isu yang akan dibahas. Sebagai chairman, Indonesia harus menyiapkan agenda kerja sama yang lebih riil dan konkret. "Saya ingin ketika kita bicara energy security atau food security, kerja samanya seperti apa,‘ kata Presiden SBY kepada wartawan Indonesia usai KTT APEC di Vladivostok, Rusia, Minggu malam waktu setempat.

Presiden mengatakan operasionalisasi isu penting agar apa yang dibicarakan dan kemudian disepakati dapat segera diadopsi oleh para pemimpin kekuatan ekonomi setelah mengikuti KTT APEC di Bali 2013 mendatang.

"Contohnya untuk pangan bagaimana langkah produksi pangan yang lebih nyata, juga misalnya kalau kita berteriak-teriak tentang mengenai produksi pangan yang menurun, lakukanlah research lebih riil selain melakukan policy coordination," kata Presiden.

Deklarasi Vladivostock yang dihasilkan dalam KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2012 menjadi penting bagi Indonesia. Pasalnya Indonesia akan menjadi ketua sekaligus tuan rumah APEC 2013 mendatang.

Presiden mengatakan, Indonesia siap menjadi tuan rumah dan menyambut para pimpinan dan delegasi negara-negara anggota APEC. "Indonesia sudah siap tahun depan. Kita jadi ketua, kita akan lakukan segala sesuatunya dengan baik dan harapan kita nanti, kita bisa mencapai prestasi yang baik sebagai tuan rumah APEC,‘ kata Presiden SBY.

Friksi Antar Anggota
Di KTT APEC kali ini diwarnai dengan sejumlah friksi di antara anggota khususnya antara Amerika Serikat dan Rusia. Friksi ini terkait Iran dan Suriah. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan sanksi AS dan PBB terhadap Iran dan Suriah tidak ada gunanya dan hanya merugikan sektor ekonomi Rusia. Hal itu dikemukakannya setelah pertemuan dengan Hillary Clinton di sela-sela KTT APEC di Vladivostok.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, "Sanksi unilateral AS terhadap Suriah dan Iran sudah keluar dari kawasan dan telah menjamah kepentingan bisnis Rusia," sebagaimana dilaporkan Russia Today (10/9).

Sementara itu, Menteri  Luar Negeri AS Hillary Clinton dalam sebuah pernyataan, menilai kecil kemungkinan negaranya dan Rusia akan mencapai kesepakatan terkait Suriah. Kantor berita ISNA, Senin (10/9) melaporkan, Clinton dalam konferensi pers di Rusia, mengatakan "Menurut keyakinan saya, kesepakatan antara Washington dan Moskow terkait strategi untuk menyelesaikan krisis Suriah masih terlalu jauh."

"Pembicaraan saya dengan Presiden Vladimir Putin dan Menlu Sergei Lavrov tidak membawa kemajuan berarti dan perbedaan kedua negara masih berlanjut," tambahnya. Clinton menjelaskan bahwa Rusia telah mengajukan draf resolusi baru ke Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah, namun resolusi akan sia-sia jika tidak mengikat. "Kami berulang kali menyaksikan Presiden Bashar al-Assad tidak mengindahkan resolusi dan terus melanjutkan tindakannya," tegas Clinton.

Seraya menekankan bahwa pembicaraannya dengan Lavrov akan berlanjut di masa mendatang, Clinton menambahkan AS akan meningkatkan tekanan kepada rezim Assad sehingga kekerasan bisa diakhiri.

Kesimpulan
Sepertinya upaya APEC untuk menciptakan kesamaan visi di antara anggota akan sangat sulit dilakukan mengingat adanya friksi dan kontradiksi di dalam akibat perpedaan sikap serta kebijakan negara-negara berpengaruh di organisasi ini seperti AS, Rusia dan Cina yang merembet ke sektor politik dan ekonomi. Karena sebuah organisasi yang dibentuk dengan harapan dan kepentingan nasional yang beragam dan terkadang kontradiktif akan sulit menjadi sebuah struktur yang kokoh.

Oleh karena itu, dengan landasan ini sepertinya APEC telah berubah menjadi arena untuk berunding dan mengumumkan kebijakan politik-ekonomi negara-negara anggota. Dengan demikian secara praktis APEC tidak memiliki visi bersama di kepentingan mendasar dan infrastruktur yang kokoh di konstelasi politik dan ekonomi yang luas. (IRIB Indonesia/MF)


Suasana Penyelenggaraan KTT XVI GNB Teheran 2012

 Suasana Penyelenggaraan KTT XVI GNB Teheran 2012

















0 comments to "KTT APEC 2012 di Rusia dan Capaiannya VS Berita KTT XVI GNB 2012 Teheran (Republik ISLAM IRAN) 2012 : Rahbar sebut Bung Karno, Palestina & Zionis Israel,Senjata nuklir tidak menjamin keamanan / HARAM, Ekonomi Dunia hingga Persatuan Sunni dan Syiah serta Persatuan Ummat Manusia...!!!"

Leave a comment