Menghina Nabi Lebih Buruk dari Membakar Masjid al Aqsa
|
Menurut Kantor Berita ABNA, Sayyid Hasan Nashrullah, sekjen Hizbullah Lebanon dalam pidatonya Ahad (16/9) yang disiarkan secara langsung oleh stasiun TV al Manar Lebanon menyinggung film anti-Islam yang sengaja diproduksi untuk melecehkan kehormatan Islam dan Nabi Muhammad Saw menyatakan, "Meskipun sebelumnya mereka telah melakukan penghinaan terhadap Islam dengan membuat novel ayat-ayat Syaitan, membuat kartun karikatur yang melecehkan Nabi di sebuah majalah dan melakukan aksi pembakaran al-Qur'an terang-terangan, namun yang pembuatan film yang melecehkan kehormatan Nabi tersebut jauh lebih berbahaya."
Dalam lanjutan pidatonya Nasrullah menyatakan bahwa tujuan film tersebut diproduksi bukan hanya sekedar untuk melecehkan dan menghina Islam sematan namun tujuan yang lebih berbahaya adalah menciptakan konflik antara Muslim dan Kristen.
"Bangsa yang diam atas penistaan terhadap Rasulnya, pada dasarnya telah memberikan sinyal kepada Israel bahwa Masjid al-Aqsha juga dimungkinkan untuk dihancurkan," tambahnya. Karenanya dalam pandangan Sekjen Hizbullah tersebut, penghinaan terhadap Nabi jauh lebih berbahaya dibanding membakar masjid al Aqsa, oleh karena itu perhatian dan pembelaan kaum muslimin harus lebih hebat.
Sayyid Hasan Nashrullah juga mengapresiasi positif langkah Kristen dalam mengecam film anti-Islam tersebut. Nasrullah menyebut kecaman umat Kristiani atas film tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam meredam konflik.
Nasrullah menambahkan, film itu diproduksi di AS dan sangat tidak logis tanpa sepengetahuan pemerintah AS karenanya ia menghimbau agar dunia Islam meminta pemerintah Washington untuk menghentikan penyebarluasan film tersebut dan juga mencegah penyebaran itu di masa mendatang."Para pembuat film itu dan terutama para pejabat Amerika Serikat harus dimintai keterangan dan diinterogasi, mereka harus bertanggungjawab." tegasnya.
"AS harus mengadili mereka yang terlibat dalam pelecehan terhadap 1,5 miliar manusia di dunia," tambahnya lagi.
"Pemerintah AS dengan alasan kebebasan berekspresi mendiamkan saja kekejian tersebut. Ini adalah contoh nyata untuk membuktikan kemunafikan AS kepada bangsa-bangsa dunia," tegas Nasrullah.
Nabi Dihina, Muslim Inggris Bagi Al-Qur'an Gratis
|
Menurut Kantor Berita ABNA, warga muslim London Inggris dalam menyikapi beredarnya film anti-Islam yang menyebutkan Nabi Muhammad Saw sebagai seseorang yang haus seks dan darah, melakukan aksi simpatik dengan membagikan secara gratis paket Al-Qur'an dan buku sirah Nabi kepada warga non muslim. Salah seorang muslim London menyebutkan bahwa penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi bersumber dari ketidaktahuan mengenai sosok Nabi yang sebenarnya. Karenanya menurutnya selain mengecam tindakan penghinaan tersebut yang terpenting adalah memperkenalkan sosok nabi Muhammad Saw yang sebenarnya kepada umat non muslim.
Aksi simpatik tersebut mendapat apresiasi yang cukup positif dari warga Inggris non muslim. Diberitakan ribuan paket telah terbagi hanya dalam hitungan satu hari.
Demonstrasi Warga Qom Mengutuk Film Anti-Islam
|
Rusia: Hina Islam Bukan Kebebasan Berekspresi, Tapi...
Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Duma Rusia, Alexei Pushkov menilai keliru langkah Barat di balik penyebaran film anti-Islam, yang telah membangkitkan kemarahan dan kebencian Muslim terhadap Amerika Serikat.
Pushkov mengatakan bahwa menggulingkan pemerintah saat ini di Suriah berarti mempertaruhkan kemungkinan ekstrimis Islam berkuasa. Ditambahkannya, di bawah Presiden Bashar al-Assad, semua kelompok etnis dan agama hidup dalam damai dan harmonis.
Dia menyatakan bahwa Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat dari bahaya ini, tetapi mereka dibutakan oleh pikiran sempitnya dan rencana geopolitik.
"Selain itu, tidak ada jaminan apapun bahwa setelah oposisi berkuasa di Suriah, mereka tidak akan menyatakan perang suci terhadap AS," tambahnya seperti dikutip Mehr News pada Senin (17/9).
Pushkov mencatat militan di Libya atau Suriah dapat meminta Washington untuk memasok senjata dan dukungan keuangan. Mereka juga dapat meminta NATO untuk campur tangan dan memberlakukan zona larangan terbang dan Barat siap melakukannya demi kekuasaan. Ditambahkannya, Washington harus tahu bahwa sebagian besar jika tidak mayoritas, warga Suriah dan Libya tidak senang dengan AS.
"AS keliru jika menganggap komunikasi dengan sekelompok kecil orang-orang yang merebut kekuasaan di Libya berarti akan mendekatkan mereka dengan rakyat Libya secara keseluruhan," jelas Pushkov.
Namun kenyataannya, rakyat Libya tidak berterimakasih untuk itu, karena anggota keluarga mereka banyak yang tewas di tangan AS dan serangan udara NATO.
Di bagian lain, Pushkov menilai film anti-Islam sebagai salah satu unsur yang menyebabkan ketegangan antara Washington dan dunia Arab. Ditegaskannya, Barat keliru jika mereka mengklaim kebebasan berekspresi untuk membenarkan pelecehan terhadap Islam dan Nabi Muhammad Saw.
Dia mengatakan bahwa tindakan seperti itu tidak dimotivasi oleh kebebasan berbicara, melainkan kebebasan menyebarkan kebencian.
"Serangan terus-menerus Barat terhadap Islam tidak hanya akan membangkitkan kemarahan Muslim dari Tunisia hingga ke Afghanistan, tapi Barat juga telah memberikan senjata tajam di tangan ekstremis Islam dan memberi mereka alasan untuk menyerukan jihad," tutup Pushkov. (IRIB Indonesia/RM)
AS Menerima Pelecehan Terburuk di Timteng
Sebuah harian Jerman mengatakan bahwa Amerika Serikat belum pernah menerima pelecehan seperti sekarang ini di Timur Tengah sejak mahasiwa Iran menduduki kedutaan negara itu di Tehran.
Muslim di berbagai negara regional menyerbu kedutaan AS dan menurunkan bendera negara adidaya itu untuk memprotes film yang menghina Islam dan Nabi Muhammad Saw.
Koran Sueddeutsche dalam sebuah analisa menyoroti kemarahan Muslim terhadap AS, menulis bahwa kedutaan-kedutaan Barat telah dibakar dan seorang diplomat Amerika tewas dalam protes tersebut.
"Presiden AS dan sekitar 310 juta warga Amerika kini harus menyaksikan bagaimana seorang diplomat mereka tewas di Libya, kedutaan-kedutaan AS dibakar di Timur Tengah, dan bendera-bendera negara itu diturunkan paksa lalu digantikan dengan bendera Islam," tulisnya.
Sueddeutsche lebih lanjut menambahkan pendudukan kedutaan AS di Tehran telah merusak hubungan antara AS dan Iran sampai saat ini dan peristiwa serupa mungkin saja terulang di dunia Arab.
Pada bagian lain analisanya, Sueddeutsche menulis ada banyak faktor yang memicu kemarahan warga di kawasan. AS dengan pesawat tanpa awaknya tidak hanya membunuh para pemimpin Al Qaeda, tapi juga membantai warga sipil di Yaman.
Kesalahan-kesalahan AS di Timur Tengah belum terlupakan, termasuk perang Irak dan konflik Palestina.
Seraya menilai Kebangkitan Islam sebagai sebuah gerakan pembebasan, Sueddeutsche menandaskan dunia Arab akan membebaskan dirinya dari perbudakan yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Utsmani pada tahun 1918.
"Identitas manusia di kawasan tidak bisa dipisahkan dari Islam, oleh karena itu ideologi keagamaan akan selalu memainkan perannya di berbagai ruang, termasuk parlemen negara-negara regional. Pemerintah di kawasan semakin condong ke arah Islam politik," tutupnya. (IRIB Indonesia/RM)
Ini Dia Prediksi Strategis Kawakan AS Tentang Perang Besar Dunia
Henry Kissinger, strategis dan tokoh politik Amerika Serikat awal tahun 2012 mengungkap sebuah skenario yang sekarang ada indikasi Amerika sedang berusaha merealisasikannya.
Mantan menteri luar negeri AS di era pemerintahan Richard Nixon itu tahun lalu dalam wawancaranya dengan Global Research mengungkap upaya Amerika untuk merealisasikan tatanan dunia baru. Dalam wawancara itu Kissinger berbicara tentang masa depan dunia dan apa yang harus dilakukan Amerika Serikat.
Strategis kawakan berusia 89 tahun ini mengatakan, "Jika Anda tidak mendengar tabuh genderang perang, maka Anda tuli."
"Amerika Serikat adalah sedang membiarkan Cina dan Rusia bermain, dan paku terakhir di peti mati adalah Iran, yang tentu saja menjadi target utama Israel. Kami membiarkan Cina untuk meningkatkan kekuatan militernya dan Rusia untuk keluar dari Sovietisasi, guna memberi mereka rasa keberanian palsu, yang itu akan mempercepat proses kehancuran mereka bersama bersama. Kami seperti penembak jitu yang membiarkan lawan pemulanya menarik pistol, dan ketika mereka akan melakukannya, dor, dor!"
"Perang mendatang akan sedemikan parah sehingga hanya satu negara adidaya yang bisa menang, dan itu kita. Inilah sebabnya mengapa Uni Eropa adalah terburu-buru untuk membentuk superstate karena mereka tahu apa yang akan terjadi, dan untuk bertahan hidup, Eropa harus menjadi satu negara yang utuh dan kompak. Urgensi mereka itu menginformasikan kepada saya bahwa mereka tahu betul pertarungan besar segera terjadi."
Setelah menjelaskan hal tersebut, Kissinger mengatakan, "Oh, bagaimana saya bisa memimpikan momen menyenangkan ini. "
"Kuasai minyak maka Anda mengontrol bangsa-bangsa, kuasai makanan maka Anda mengontrol rakyat."
Kissinger menambahkan: "Jika Anda warga biasa, maka Anda dapat bersiap menyambut perang dengan pindah ke pedesaan dan membangun sebuah peternakan, tapi Anda tetap harus mengangkat senjata, mengingat gerombolan orang-orang kelaparan akan berkeliaran."
Setelah berhenti selama beberapa menit, Kissinger melanjutkan, "Kami mengatakan kepada militer bahwa kita harus menguasai lebih dari tujuh negara di Timur Tengah atas sumber alamnya dan mereka (militer) hampir menyelesaikan tugasnya. Kita semua tahu apa yang saya pikirkan terkait militer, tetapi saya harus mengatakan mereka sekarang sangat mematuhi perintah. Hanya saja batu loncatan terakhir, yaitu Iran yang benar-benar akan merusak keseimbangan... Jangan lupa, Amerika Serikat, memiliki senjata terbaik, kita memiliki hal-hal yang tidak dimiliki bangsa lain, dan kami akan memperkenalkan senjata-senjata itu kepada dunia tepat pada waktunya. "
Ucapan Kissinger kala itu menuai reaksi dahsyat akan tetapi berbagai sisi dari wawancara tersebut semakin tampak penting sekarang ketika Amerika Serikat sudah memulai program-program seperti yang garis besarnya dijelaskan oleh Kissinger.
Ungkapan Kissinger itu jika disandingkan dengan pernyaataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta (15/9) bahwa Washington harus siap mengirim pasukannya ke 17-18 titik di dunia Islam menyusul protes anti-penistaan terhadap Rasulullah, maka semakin jelas pula bahwa kemungkinan ini merupakan bagian dari skenario yang telah lama dirancang oleh Amerika Serikat. (IRIB Indonesia/MZ)
Konsekuensi Aksi Penistaan
Semua kalangan politisi, sosial dan media memahami bahwa penghinaan terhadap kesucian Islam seperti pelecehan terhadap al-Quran dan Nabi Muhammad Saw akan menyulut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Pihak-pihak yang sengaja menghina kesucian Islam pada dasarnya telah menyulut perang peradaban dan konflik di antara penganut agama dan bangsa.
Penistaan terhadap kesucian Islam telah terjadi sejak lebih dari 14 abad lalu. Di masa permulaan Islam, orang-orang yang bodoh dan tidak mampu mencegah meluasnya ajaran suci Nabi Muhammad Saw berupaya membendung meluasnya ajaran ini dengan cara menebar fitnah, adu domba, pelecehan dan penghinaan. Meski demikian, upaya-upaya musuh Islam tidak mampu menghancurkan keagungan agama samawi ini dan bahkan ajaran Rasulullah Saw tetap berkembang luas hingga saat ini.
Pada dekade terakhir, musuh-musuh Islam menggunakan metode baru yang lebih terorganisir untuk menistakan kesucian Islam. Mereka seakan ingin menyulut Perang Salib baru di dunia. Genderang Perang Salib baru ini pertama kalinya ditabuh oleh Salman Rushdie dengan menulis dan mempublikasikan sebuah buku berjudul "Ayat-ayat Setan". Buku tersebut terang-terangan telah melecehkan kesucian Nabi Muhammad Saw.
Buku Salman Rushdie telah menyulut kemarahan dunia Islam dan membuat darah umat Islam mendidih. Meski aksi-aksi seperti itu dikecam, namun tindakan nista itu selalu diulang. Musuh-musuh Islam terus melancarkan tindakan provokatif dan melukai hati satu miliar lebih umat Islam.
Upaya lain musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan kesucian agama ini adalah dengan cara membentuk berbagai kelompok ekstremis di antara umat Islam. Kelompok ini kemudian menebarkan berbagai tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan ajaran suci Islam, bahkan melakukan berbagai kejahatan seperti pemboman dan aksi teror lainnya atas nama Islam. Dengan demikian, musuh-musuh Islam dapat menjustifikasi tindakan permusuhan mereka dan mempropagandakan kepada publik bahwa Islam adalah agama kekerasan yang harus dimusuhi.
Kelompok ekstremis seperti al-Qaeda terbentuk tidak lepas dari peran Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA), meski kelompok ini kemudian mengancam kepentingan AS dan Barat. Al-Qaeda dan Salafi mengklaim bahwa mereka berperang dan berjuang demi Islam, padahal tindakan mereka yang menebar teror seperti pemboman dan pembantaian, bahkan pembunuhan dengan cara menggorok leher korban yang mereka anggap halal darahnya telah mengotori wajah Islam dan memperburuk citra agama suci ini serta bertentangan dengan ajaran Islam yang cinta perdamaian.
Kelompok-kelompok ekstremis ini dimanfaatkan AS untuk mengejar ambisinya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center New York pada 11 September, Washington menyebut al-Qaeda sebagai dalang dalam serangan tersebut dan menjadikan hal itu sebagai dalih untuk melancarkan agresi ke negara lain. Kemudian militer AS membantai warga Muslim di Afghanistan dan Irak dan merampas harta benda mereka dengan dalih memerangi terorisme.
Di sisi lain, musuh-musuh Islam membuat berbagai karikatur anti-Islam di Denmark dan memporduksi film di Belanda yang melecehkan agama suci ini. Mereka mengklaim memporduksi film tersebut demi melawan kelompok yang mereka sebut "umat Islam" di Timur Tengah. Sementara itu, Terry Jones ,seorang pastor dari Florida Amerika Serikat mengorganisir 50 orang untuk menggelar aksi pembakaran al-Quran dalam acara memperingati peristiwa 11 Septermber.
Upaya terbaru pengagum Perang Salib baru adalah memproduksi film penghinaan terhadap kesucian Rasulullah Saw yang berjudul "Innocence of Muslims". Film ini dibuat oleh Sam Bacile, seorang warga California Amerika Serikat keturunan Israel dengan sumbangan Zionis sebesar 5 juta dolar.
Film anti-Islam yang disebarkan melalui Youtube itu telah menyulut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Ribuan warga Mesir menyerbu gedung Kedutaan Besar AS di Kairo dan menurunkan bendera negara itu serta mengibarkan sebuah bendera bertuliskan syahadah ""Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah" di atas gedung tersebut . Di sisi lain, warga Libya yang marah mengepung konsulat Amerika di kota Benghazi, bahkan aksi protes tersebut menyebabkan tewasnya Duta Besar Amerika Serikat Christopher Steven dan tiga diplomatnya.
Sebenarnya, peristiwa di Benghazi dapat dikatakan sebagai puncak lain dari genderang perang peradaban yang ditabuh oleh musuh-musuh Islam. Sebab, pertama, peristiwa ini dijadikan alat musuh untuk mengurangi perhatian opini publik terhadap gelombang protes umat Islam yang menentang film tersebut. Kedua, para pengagum perang Salib akan menggunakan peristiwa ini sebagai dalih untuk melanjutkan kekerasan terhadap umat Islam. Padahal, saat ini ditemukan tanda-tanda bahwa dalang pembunuhan terhadap Dubes AS di Libya mengarah kepada kelompok teroris al-Qaeda di mana anasir kelompok ini menembakkan roket ke konsulat AS.
Serangan terhadap konsulat AS di kota Benghazi yang bersamaan dengan hari penyerangan terhadap gedung WTC pada 11 September mengindikasikan adanya skenario tertentu di balik serangan yang menewaskan Dubes AS itu. Ada kemungkinan Washington dengan dalih serangan tersebut akan mengerahkan pasukannya ke Libya dan membajak revolusi di negara itu atau paling tidak mengontrol Kebangkitan Islam di kawasan sesuai dengan kepentingan Gedung Putih. Hal itu diperkuat dengan agresi Amerika ke Afghanistan dan Irak pasca serangan 11 September sekitar sebelas tahun lalu dan ada kemungkinan Washington akan mengulangi cara-cara yang sama.
Jika Barat menuding umat Islam sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan gedung WTC di New York dan konsulat AS di Benghazi kemudian mencampur hal itu dengan protes umat Islam terhadap film penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw, maka dunia akan terseret ke dalam perang peradaban.
Dalam kondisi ini, tidak hanya umat Islam yang akan menanggungnya tetapi keamanan warga Barat juga terancam. Dengan demikian, tindakan provokatif seperti pelecehan, penghinaan, kekerasan dan agresi harus dihindari. Menghormati nilai-nilai semua agama di dunia serta menjaga martabat manusia adalah hal yang urgen untuk menjaga keamanan dunia. (IRIB Indonesia/RA)
Rahbar Bongkar Kebohongan Barat Soal Kebebasan Berpendapat dalam Penistaan
Rahbar, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut Amerika Serikat sebagai pelestari diktatorisme dan mengemukakan pertanyaan "Mereka dengan rapor merahnya bagaimana dapat mengklaim diri sebagai penegak demokrasi dan kebebasan?"
Fars News melaporkan, hal itu dikemukakan Rahbar Senin (17/9) dalam acara wisuda dan penyematan pangkat kepada lulusan Akademi Militer Republik Islam Iran.
Menyinggung kejahatan terbaru musuh Islam dalam menistakan kesucian Rasulullah, Muhammad al-Mustafa Saw, Rahbar menegaskan, "Berlandaskan pada pengenalan politik anti-Islam kaum imperialis dan rezim Zionis Israel, bangsa-bangsa dunia mengarahkan tudingan kepada Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa. Para penguasa di negara-negara tersebut harus mencegah aksi-aksi sinting itu, dan membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kejahatan tersebut."
Menyinggung perasaan tertinggal musuh-musuh Islam dalam menghadapi bangsa besar Iran dan gerakan menggelora dan bergemuruh Kebangkitan Islam, Rahbar menambahkan, "Masalah ini membuat musuh umat Islam melakukan aksi-aksi gila seperti peristiwa terbaru."
Beliau menilai aksi itu termasuk pelajaran abadi dalam sejarah dan menjelaskan, "Para penguasa kubu adidaya, di samping menolak mengecam kejahatan tersebut, tidak melaksanakan tugas dalam menindak kejahatan tersebut, juga mengklaim bahwa mereka tidak terlibat di dalamnya."
"Kami tidak bersikeras untuk membuktikan keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan tersebut, akan tetapi cara-cara para politisi Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa sendiri yang membuat mereka tersangka sebagai pihak yang bersalah oleh opini umum bangsa-bangsa dan mereka harus melepaskan diri dari kejahatan besar itu dengan langkah praktis bukan dengan lisan saja."
Menyinggung motif-motif anti-Islam kaum adidaya Rahbar mengatakan, "Karena motif-motif itulah kaum adidaya tidak dan tidak akan pernah mencegah penistaan terhadap Islam dan sakralitasnya."
Dalam membuktikan kebatilan dalih para pejabat Amerika Serikat dan Barat bahwa pencegahan penistaan terhadap Islam itu bertentangan dengan kebebasan berpendapat, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan beberapa poin argumentatif.
Adanya garis merah yang jelas di Barat dalam mencegah segala bentuk serangan terhadap prinsip-prinsip imperialisme, termasuk di antara poin tersebut.
"Apakah ada orang yang percaya bahwa pencegahan aksi penistaan terhadap sakralitas Islam, bertentangan dengan agama di negara-negara yang di dalamnya penyoalan prinsip-prinsip imperialisme direaksi dengan kekerasan dan brutalitas?"
Di sebagian besar negara Barat, tidak ada orang yang berani menyoal peristiwa Holocaust yang tidak jelas atau menulis artikel tentang politik akhlak menjijikkan adidaya termasuk soal homoseksual, bagaimana mungkin dalam masalah-masalah ini tidak ada kebebasan berpendapat, namun penistaan terhadap Islam dan sakralitasnya dibebaskan dengan dalih bohong kebebasan berpendapat?
Rahbar menyebut para pejabat Amerika Serikat sebagai pelestari diktatorisme dan menyinggung dukungan konstan selama puluhan tahun mereka terhadap Hosni Mubarak mantan diktator Mesir, Mohammad Reza Pahlevi diktator Iran, dan juga para diktator sekarang di kawasan. "Dengan rapor merah seperti ini, bagaimana mungkin mereka dapat mengungkapkan klaim-klaim demokrasi dan dukungan terhadap kebebasan?"
Rahbar menilai aksi demonstrasi rakyat ke pusat-pusat politik-sosial Amerika Serikat di berbagai negara dunia merefleksikan kebencian mendalam mereka terhadap politik imperialisme dan zionisme.
"Hati bangsa-bangsa telah dipenuhi dengan kebencian terhadap Amerika Serikat dan oleh karena itu ketika seperti peristiwa terbaru, satu kasus dan sebuah isu muncul, kebencian dan kegeraman itu akan terluap secara massif."
Di akhir penjelasannya, Rahbar menekankan, "Tidak diragukan lagi bahwa matahari Islam akan bersinar lebih terang dari sebelumnya dalam menghadapi konfrontasi kaum adidaya dengan agama Allah ini, dan kemenangan akan berpihak pada umat Islam."(IRIB Indonesia/MZ)
0 comments to "Rahbar Bongkar Kebohongan Barat Soal Kebebasan Berpendapat dalam Penistaan : "penghinaan terhadap Nabi jauh lebih berbahaya dibanding membakar masjid al Aqsa""