AS masih Tunduk pada Lobbi Yahudi
Jerusalem – Untuk kesekian kalinya, Amerika Serikat mendesak Iran menjawab tawaran diplomasi terkait isu pengayaan nuklir. Kali ini deadline dipatok paling lambat September 2009. Seolah senang dengan ultimatum itu, Israel menyatakan kemungkinan penggunaan kekuatan militer.
Ultimatum itu, seperti dilansir BBC, Selasa (28/7), diungkapkan Menteri Pertahanan AS Robert Gates saat berkunjung ke Israel untuk bertemu Menhan Ehud Barak dan PM Benjamin Netanyahu. Gates mengatakan, tawaran Amerika kepada Iran ini tidak terbatas seperti dikatakan Menlu Hillary Clinton di awal bulan ini.
“Kami berharap Iran segera memberi jawaban saat Sidang Umum PBB digelar September mendatang,” ucapnya.
Ultimatum serupa sebenarnya bukan pertama kali ini terjadi. Pada 2006, pemerintah George W Bush pernah mengeluarkan ultimatum serupa. Dewan Keamanan PBB memberikan batas waktu 30 hari bagi Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uraniumnya. Hanya saja tidak ada penjelasan langkah apa yang akan diambil jika Iran membangkang.
Dengan sejumlah peristiwa seperti itu, tentu wajar jika kemudian banyak yang mempertanyakan keseriusan AS dan Israel untuk memberi sanksi kepada Iran. Apakah kembali gertak sambal yang berlaku?
Yang menarik, mantan duta besar AS di PBB, John Bolton, mengatakan Washington sebenarnya telah menderita kekalahan yang memalukan dalam mengendalikan kegiatan nuklir Iran. Sebab, Teheran sukses mempertahankan kepentingan nasional mereka.
“Apabila Washington memilih operasi militer terhadap infrastruktur nuklir Iran sebelumnya, tentu ancaman nuklir Iran tidak akan ada sampai saat ini,” kata dia.
Dia juga ragu pemerintahan Obama akan memilih pendekatan militer terhadap Iran. Sebab, prospek untuk itu sangat gelap. Apalagi, kepala Badan Energi Atom Dunia (IAEA) El-Baradei mengumumkan bahwa mereka tidak menemukan komponen senjata nuklir. Termasuk yang berhubungan dengan studi fisika nuklir di negeri Iran.
Dengan melihat hal-hal tersebut, tentu akan banyak pihak ragu dengan ultimatum yang seringkali dikeluarkan kepada Iran. Bush yang dikenal sangat ‘tidak ramah’ kepada Dunia Islam pun tidak mengeluakan tindakan apapun atas ancamannya.
Pada fenomena terakhir, utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, George Mitchell, mengklaim ada kemajuan dalam perundingan perdamaian Timur Tengah. Namun, Israel hingga kini masih menolak ide penghentian perluasan permukiman di wilayah Palestina. Padahal, hal ini menjadi sorotan utama Presiden AS Barack Obama.
Keberhasilan perundingan itu, diungkapkan Mitchell, usai bertemu PM Israel Benjamin Netanyahu, di Jerusalem, Selasa (28/7). Menurut dia, saat ini telah diraih kemajuan dalam upaya mencapai persetujuan mengenai cara memulai kembali pembicaraan damai dengan Palestina.
"Pertemuan kami berlangsung produktif dalam suasana yang nyaman, seperti halnya kalau teman mendiskusikan masalah-masalah penting,” ucapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Netanyahu yang menyebutkan terjadi suasana positif dari pertemuannya dengan Mitchell. Pihaknya, kata dia, mencatat kemajuan ke arah pencapaian pengertian.
“Perundingan memungkinkan kami maju terus dan merampungkan proses perdamaian yang akan dibina antara kami dan tetangga kami Palestina. Juga dengan seluruh kawasan," kata Netanyahu.
Kedua pejabat mengatakan mereka membicarakan masalah permukiman Israel yang menyebabkan sengketa besar antara kedua negara. Hal ini sesuai keinginan Obama yang menuntut Israel membekukan semua pembangunan permukiman Yahudi.
Namun, keduanya enggan menjelaskan arah pembicaraan mereka mengenai masalah itu. Netanyahu sendiri sejauh ini menolak ide penghentian permukiman Yahudi.
Analis BBC spesialis kawasan Timur Tengah Roger Hardy menyebut pemerintahan Obama sangat ingin memberikan kesan bahwa mereka sangat serius mengenai perdamaian di kawasan. Sehingga, harus menangani empat masalah sekaligus. Yakni Palestina, Suriah, Iran, dan normalisasi negara-negara Arab dan Israel. Agenda inilah yang dinilainya sangat ambisius.
Di satu sisi, kata dia, Mitchell menginginkan kemajuan dalam hal pembekuan permukiman Yahudi oleh Israel. Sebab, hal inilah yang menimbulkan ketegangan antara pemerintahan Obama dan Netanyahu.
“Di sisi lain, Mitchell juga sudah pergi ke Suriah. Tempat dia menyatakan perdamaian antara Israel dan Suriah harus menjadi tujuan jangka pendek,” paparnya
Israel sendiri hingga kini menunjukkan sikap tidak ingin diatur AS. Hal ini tergambar melalui surat kabar Israel Maariv yang melaporkan Menhan Israel Ehud Barak dan George Mitchell mencapai perjanjian. Yakni, bahwa Washington mengizinkan Israel membangun sekitar 2.500 unit rumah di Tepi Barat.
Berita ini langsung dibantah juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ian Kelly. Dia mengatakan, garis dasar pemerintah Obama tidak berubah. “Semua pihak di kawasan itu harus menghormati kewajiban mereka,” kata dia.
Kelly mendasarkan hal itu pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam peta jalan damai yang disepakati oleh masyarakat internasional pada 2003. Yakni, demi perdamaian Palestina-Israel ditetapkan pembekuan permukiman Israel.
Dalam wawancara dengan National Public Radio, Obama berjanji tetap mempertahankan hubungan dekat dengan Israel. Namun, dia menekankan situasi status quo di kawasan itu tidak dapat diteruskan karena membahayakan kepentingan kedua negara.
Pemerintahan Obama saat ini berulangkali mendesak Israel menghentikan aktivitas pembangunan permukiman baru di Tepi Barat, Palestina. Namun, Netanyahu tidak peduli dengan desakan tersebut. Sikap itu membuat hubungan AS dan Israel mengalami ketegangan.
Lalu, apa sebenarnya yang menjadi kendala alotnya Israel menyetujui peta jalan damai? Buku The Israel Lobby and US Foreign Policy, yang ditulis John J Mearsheimer dan Stephen M Walt (2007), mungkin dapat menggambarkannya.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa kelompok neokonservatif Yahudi yang saat ini menguasai arah kebijakan Pemerintah Israel dan luar negeri AS tidak menginginkan berdirinya negara Palestina berdampingan dengan Israel. Yang mereka inginkan adalah penguasaan seluruh wilayah Palestina.
Wilayah itu terbentang dari Jalur Gaza hingga Laut Mati dan Sungai Jordan. Bahkan sampai ke Dataran Tinggi Golan, yang merupakan wilayah Suriah yang dikuasai Israel.
Hal itu terbukti dengan sikap Menteri Luar Negeri Israel yang beraliran ultranasionalis Avigdor Lieberman. Lieberman menolak permintaan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton untuk menghentikan pembangunan perumahan di Tepi Barat.
"Kami pikir bahwa sebagai mana halnya di banyak tempat. Lahir, menikah, dan meninggal. Kami tak bisa menerima visi pembekuan menyeluruh dan mutlak atas permukiman-pemukiman itu,” tegasnya.
Kembali ke buku tadi, sangat gamblang dijelaskan bagaimana lobi-lobi Yahudi di AS membuat Pemerintah AS tidak berdaya mengambil inisiatif ataupun mendesak Israel melakukan perdamaian dengan Palestina. Apalagi untuk berdirinya negara Palestina.
Apa yang sekarang yang dihadapi oleh Israel adalah cita cita yang tidak pernah terjadi untuk membentuk sorga Israel yang aman dan damai, tempat kembali semua orang Yahudi, tapi malah sebaliknya, kedepan Israel terpaksa merancang peperangan, dari kekelahan yang dialaminya. Sementara acaman terus menghantui kehidupan masyarakat dan warga didalamnya. Sehingga kehidupan didalam Negara itu tidak terbayangkan.
Lobbi Yahudi boleh saja menguasai Amereka Serikat tapi ternyata tidak dapat mengusai sebagian manusia yang akan meneruskan perjuangannya menuntut hak dan kemerdekaan yang telah diambil oleh Zionis dengan mendirikan Israel diatas darah dan tanah orang Palesina. Orang Arab dan Muslimin masih menjadi bagian yang terus berpotensi untuk menjadi bara permusuhan dalam perang yang tidak dapat ditolak.
Jadi politik dan diplomasi tidak akan banyak berguna, karena penindasan Zionis di tanah Palestina dalam bentuk Israel masih terus berjalan, Palestina pada haknya masih akan meneruskan perjuangannya, dan dibelakangnya ada muslimin –dimanapun dia berada-, sama halnya di Amerika Serikat, ketika lobby lobby Yahudi masih berkuasa, maka kehidupan manusia tidak akan pernah ada, karena semuanya bertujuan sama, menyusun strategi penindasan dalam kehidupan manusia….maka mustahil perdamian akan tercapai selama penindasan manusia dan kemanusian masih terus dijalankan. . .Bravo Islam.....
0 comments to "Gertak sambel Amerika dan Israel !!!"