Anak-anak SD di Indonesia memiliki rata-rata tinggi di bawah normal atau pendek dalam lima tahun terakhir. Hal ini diduga karena asupan gizinya kurang terpenuhi. Selain berpengaruh pada postur fisik, gizi yang baik juga memengaruhi prestasi anak di sekolah.
Menurut ahli gizi, dr Fiastuti Witjaksono, MS Sp GK, masalah gizi yang ditemui di masyarakat adalah kekurangan, kelebihan, dan salah gizi. Masalah ini timbul karena anak-anak belum mengerti makanan apa saja yang sehat dan bergizi. “Anak-anak juga sering dibiarkan memilih makanan sendiri tanpa pengawasan dan tuntunan dari orangtua,” katanya dalam acara Pentingnya Nutrisi Seimbang yang digagas oleh Unilever di Jakarta, Selasa (28/7).
Survei yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap 4.500 sekolah di Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan 45 persen jajanan anak tercemar bahan pangan mikrobiologi dan zat kimia. Misalnya saja mengandung zat pewarna yang kurang aman dan kandungan gula cukup tinggi.
Oleh karena itu, Fiastuti mengimbau para orangtua untuk membawakan bekal pada anak-anaknya ke sekolah dengan makanan sehat. Makanan yang baik untuk anak, paparnya, adalah makanan yang mengandung karbohidrat (45-65 persen), protein (10-25 persen), lemak (25-40 persen), serta vitamin dan mineral.
“Untuk anak yang masih di bangku SD seharusnya membawa bekal yang sehat ke sekolah. Selain membuat anak lebih kuat terhadap penyakit, juga menambah gizinya yang juga berpengaruh terhadap tinggi tubuh,” ungkap Fiastuti.
Untuk melihat tinggi badan anak yang ideal, orangtua bisa menggunakan rumus berikut:
N = 10 + 2(N-1). “N” adalah umur si anak. Angka 10 merumuskan jumlah berat badan anak normal pada 1 tahun pertama. Angka 2 mengindikasikan jumlah berat badan anak yang normal setiap tahunnya.(Kompas)
0 comments to "Tinggi Anak Indonesia di Bawah Normal?"