Kompas dalam masalah internal Iran menurunkan laporannya. Ada dua poin berkenaan dengan Iran. Poin pertama, analisa perkembangan Iran terbaru yang dilaporkan dari Washington dan dikutip dari Kantor Berita AFP. Poin kedua, kasus Esfandiar Rahim Mashaie yang dipilih sebagai wapres pertama Ahmadinejad yang kemudian mendapat reaksi dari Pemimpin tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma, Sayid Ali Khamenei.
Dalam laporan pertamanya, Kompas melaporkan, "Setelah 20 tahun memegang posisi sebagai Pemimpin Tertinggi Iran, posisi Ayatollah Ali Khamenei mulai guncang.Sengketa hasil pemilihan umum Iran 12 Juni menyeret Khamenei pada konfrontasi terbuka dengan ulama-ulama lain, termasuk mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani." Berita yang dilaporkan Kompas ini mengesankan bahwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Al-Udzma Ali Khamenei dikesankan berseberangan dengan ulama lainnya dan perselisihan tersebut menyebabkan guncangnya jabatan tertingi di Iran ini.
Kompas lebih lanjut melaporkan, Abbas Milani, analis dari Universitas Stanford di depan Kongres AS, Jumat (24/7) di Washington mengatakan, "Kepemimpinan para ulama secara tak terduga pecah dan berantakan." Dia memberi pandangan mengenai situasi di Iran setelah Rafsanjani menyampaikan keraguan atas terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Milani menyebut beberapa ayatollah yang tidak sependapat dengan Khamenei, yaitu Hossein Ali Montazeri, Jalaluddin Taheri, Youssouf Sanei, dan Javad Amoli.
Uniknya, Milani yang diakui sebagai analis oleh Kompas, mencatut nama Javad Amoli sebagai kubu yang berseberangan dengan Rahbar. Pada faktanya, Javadi Amoli adalah salah satu ulama yang hingga kini belum pernah mengeluarkan pernyataan yang diindikasikan sebagai kubu yang berseberangan dengan Rahbar.
Menurut pemberitaan Kompas, Pemimpin Tertinggi disebut sebagai Ketua Majelis Tertinggi Iran yang memiliki kekuasaan untuk menentukan berbagai hal dalam masalah kenegaraan. Padahal Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran yang juga dikenal dengan sebutan Rahbar , bukanlah Ketua Mejelis Tertinggi negara ini.
Pemimpin Tertinggi Iran yang kini dijabat Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei merupakan jabatan tertinggi di negara ini yang dipilih oleh Dewan Ahli Kepemimpinan yang para anggotanya dipilih oleh rakyat. Ada kemungkinan bahwa Mejelis Tertinggi Iran yang dimaksud Kompas adalah Dewan Ahli Kepemimipinan yang saat ini dipimpin oleh Hashemi Rafsanjani.
Di Iran ada tiga mejelis yang para anggota mereka dipilih langsung oleh rakyat. Ketiga majelis tersebut adalah Dewan Musyawarah Kota yang setara dengan DPRD di Indonesia, Parlemen, dan Dewan Ahli Kepemimpinan yang dikenal dengan Majles-e- Khebregan. Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan di Iran saat ini dijabat Hashemi Rafsanjani. Saat ini, Hashemi Rafsanjani mempunyai dua posisi penting di sistem negara Islam di Iran; Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan dan Ketua Penentu Kebijakan Negara Iran.
Lebih lanjut Kompas melaporkan, Rafsanjani adalah juga ulama berpengaruh serta menjabat Ketua Badan Arbitrasi Politik Iran, serta Ketua Dewan yang mengawasi tugas-tugas pemimpin tertinggi. Dia melihat pemerintahan Ahmadinejad telah kehilangan kepercayaan rakyat. Rafsanjani mendapat dukungan dari mantan Presiden Mohammad Khatami, yang menyerukan dilakukannya referendum penyelesaian kisruh politik Iran itu.
Menanggapi perkembangan terakhir pasca pemilu, tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi perselisihan di negara ini. Akan tetapi perselisihan bukanlah hal yang dikhawatirkan selama hukum ditegakkan. Pemimpin Tertinggi atau Rahbar sendiri menegaskan bahwa hukum adalah keputusan final yang tak bisa diganggu gugat. Dalam kondisi seperti ini, Rahbar dalam penyampaian khutbah Jumat terakhirnya berhasil lebih mengokohkan kepercayaan masyarakat Iran. Bahkan pemilu terakhir di Iran disebut sebagai pemilu paling monumental dalam sejarah revolusi.
Selama ini, pemilu sendiri dikenal sebagai bentuk referendum rakyat Iran terhadap sistem pemerintah Islam. Untuk itu, usulan Khatami bisa dikatakan irasional. Terlebih, referendum dalam aturan Iran harus disetujui 2/3 dari seluruh anggota parlemen. Referendum pada umumnya diputuskan dalam kondisi krisis. Kondisi yang ada di Iran sama sekali tidak menggambarkan kondisi krisis. Fenomena saat ini di Iran hanya mencerminkan bahwa kubu kandidat presiden yang kalah menyatakan kekecewaannya dan menggelontorkan trik-trik politik guna mempertahankan para pendukungnya.
Saat ini, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei masih tetap mempunyai peran yang sangat dibutuhkan di negara ini, karena posisinya yang selama ini selalu menjaga aspirasi rakyat dan hukum. Kedua hal inilah yang menyebabkan posisi Pemimpin Tertinggi tetap terjaga.
Dalam bagian berita lainnya, Kompas melaporkan, Karim Sadjadpour dari Carnegie Endowment for International Peace juga memberi keterangan di Komisi Urusan Luar negeri House of Representatives AS. Dia sependapat bahwa Khamenei telah kehilangan semua legitimasi di dalam rezim. Khamenei juga tidak dianggap sebagai pemicu meningkatnya represi sosial dan politik di negara itu. Dikatakannya pula, "Akan tetapi, dengan bersikeras mendukung Ahmadinejad, Khamenei telah menjadikan diri sebagai seorang partisan yang berpikiran sempit."
Pandangan sentimen Sadjadpour membuktikan bahwa dirinya asal bicara tanpa bukti. Pernyataan Sadjadpour sama sekali tidak mempunyai alasan untuk membuktikan bahwa Rahbar kehilangan legitimasi. Apakah kumpulan segelintir masyarakat di Tehran yang tidak didukung seluruh wilayah di negara ini, dapat dijadikan alasan penyataan Sadjadpour tersebut?! Dukungan kepada Ahmadinejad setelah terpilih sebagai Presiden Iran kesepuluh dalam pemilu spektakuler merupakan sikap yang harus dilakukan oleh semua lapisan rakyat. Tidak ada alasan untuk menolak kepresidenan Ahmadinejad yang dipilih oleh mayoritas rakyat Iran. Rahbar yang merupakan bagian dari rakyat Iran, sudah sewajarnya memberikan dukungan pada presiden terpilih. Untuk itu, dukungan Rahbar pada Ahmadineja merupakan sebuah kelaziman untuk menjaga sistem di negara ini.
Sebelum pemilu, Rahbar mempoisisikan seperti rakyat biasa dengan tidak menyatakan pandangannya secara terbuka mengenai pilihannya terhadap kandidat presiden yang ada. Setelah pemilu, Ahmadinejad yang terpilih sebagai Persiden Iran, sudah seharusnya mendapat dukungan penuh dari semua rakyat, termasuk Rahbar.
Di akhir laporannya, Kompas mengangkat perkembangan mengenai dipilihnya Esfandiar Rahim Mashaie sebagai wakil presiden. Hal tersebut ditentang keras oleh tokoh-tokoh garis keras. Penentangan ini memanas. Khamenei pun meminta Ahmadinejad agar Mashaii segera dicopot dan diganti. Meski hingga saat ini Ahmadinejad belum menentukan sikap soal wakil presiden itu, penolakan Khamenei atas pilihan Ahmadinejad menunjukkan pemimpin tertinggi Iran itu tidak mendukung Ahmadinejad secara membabi-buta. Dukungan kepada Khamenei, kubu reformis, pun mulai mengalir lagi.
Menanggapi pemilihan Mashaie dan surat Rahbar, ada beberapa hal yang harus digarisbawahi. Ketika Meshaie dipilih sebagai wapres pertama Ahmadinejad, kritikan dari berbagai pihak mulai mengalir. Bahkan Ayatollah Makarim Shirazi, seorang marji tersohor di negara ini, mengeluarkan fatwa yang isinya menolak keputusan tersebut. Keputusan Ahmadinejad dianggap tidak tepat, mengingat Mashaie adalah tokoh kontroversial.
Meshaie pernah menyatakan bahwa rakyat Iran dan masyarakat Israel bersahabat. Meshaie dalam penyataannya berusaha membedakan antara masyarakat dan pemerintah Israel. Namun menurut kebijakan garis besar Republik Islam Iran, masyarakat rezim ini yang berada di Palestina pendudukan, dikategorikan sebagai penduduk ilegal. Sebab, mereka juga ikut berpartisipasi dalam merampas dan menduduki wilayah Palestina.
Pernyataan Meshaie saat itu langsung mendapat teguran dari Rahbar dalam salah satu khutbah Jumatnya. Selain itu, Meshaie pernah berniat menggabungkan antara Lembaga Haji dan Ziyarah dengan Departemen Pariwisata. Langkah Meshaie itu dianggap keluar dari jalur dan sistem. Dalam sistem Republik Islam Iran, Lembaga Haji dan Ziyarah di Iran berada di bawah kendali Pemimpin Tertinggi. Ada beberapa instansi di Iran yang berada di bahwa pengawasan Pemimpin Tertinggi seperti media televisi dan radio, tempat-tempat suci, dan angkatan bersenjata.
Bukanlah hal yang mengherankan jika langkah Ahmadinejad bisa mengundang fitnah. Sangatlah wajar jika Rahbar berupaya menjaga nama baik Presiden Ahmadinejad yang dipilih sekitar 24 juta warga Iran, dengan melayangkan surat ke Presiden Iran kesepuluh ini. Berikut ini, kami lampirkan terjemahan teks Rahbar ke Ahmadinejad sebagai berikut;
Bismillahirrahmanir rahim
Pengangkatan Esfandiar Rahim Mashaie sebgai Wakil Presiden bertentangan dengan maslahat Anda, pemerintah dan akan menyebabkan perselisihan dan friksi di antara pendukung Anda.
Pengangkatan tersebut harus dibatalkan dan dianggap seperti tidak pernah terjadi.vSayyid Ali Khamenei,v27 Tir 1388/18 Juli 2009.
Sumber Irib
Home � � Sedikit Catatan untuk Kompas: Iran dan Politik Dalam Negeri
Sedikit Catatan untuk Kompas: Iran dan Politik Dalam Negeri
Posted by cinta Islam on 6:07 PM // 0 comments
0 comments to "Sedikit Catatan untuk Kompas: Iran dan Politik Dalam Negeri"