Home � Fenomena Perfileman Barat dan Pemutarbalikan Wajah Islam

Fenomena Perfileman Barat dan Pemutarbalikan Wajah Islam





Mengkaji upaya pemutarbalikan wajah Islam di perfileman Barat dan dampaknya akan kami mulai dengan mengetengahkan beberapa berita pendek: 17 koran Denmark memuat dan memublikasikan satu dari 12 karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw dengan alasan kebebasan berkekspresi yang berbuntut kemarahan umat Islam di seluruh dunia. Untuk kesekian kalinya, sejumlah kuburan kaum muslimin di Perancis dinistakan. Akhirnya, Geert Wilders, anggota parlemen Belanda membuat dan menayangkan film pendek "Fitna" dengan bantuan salah satu organisasi Inggris yang berisikan penghinaan luar biasa terhadap Islam.






Apakah anda percaya bahwa kejadian-kejadian itu hanya kebetulan yang terjadi di satu waktu selama dua sampai tiga tahun? Apakah anda yakin betapa para perintis gerakan ini tidak punya hubungan dengan mereka yang seide untuk menyerang prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam? Dengan sebuah riset yang tepat dan teliti, kita dapat memastikan bahwa aksi-aksi itu merupakan langkah berantai yang telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kejadian-kejadian itu punya akar sejarah panjang dan kemungkinan besar tindakan semacan ini bakal terus berlanjut. Tempat kejadiannya biasanya di Eropa dan terkadang di Amerika. Modus operandinya sama, menistakan kepercayaan yang dikultuskan oleh kaum muslimin sedunia.

Mencermati lebih jauh film Fitna, dengan mudah kita dapat memahami pemikiran dan akidah sakit sang pembuat, Geert Wilders. Dia bertahun-tahun hidup di Palestina pendudukan dengan dukungan penuh Zionis internasional. Di parlemen Belanda, Wilders dikenal sebagai pendukung fanatik Rezim Zionis Israel. Pada peringatan peristiwa 11 September, dia mengadakan perkumpulan ekstrim anti Islam dan melontarkan caci makian terhadap ajaran-ajaran Islam yang dikutuskan. Sekalipun demikian, mayoritas pengamat berkeyakinan, Geert Wilders sejatinya hanya kaki tangan yang mengeksekusi pembuatan film Fitna. Di baliknya ada sebuah organisasi sistematik yang mengatur kelompok-kelompok anti Islam yang didukung penuh oleh Zionisme Internasional. Para pengikut kelompok ini, pada dasarnya punya kebencian dengan logika dan ajaran-ajaran agama. Dan sejak lama mereka melakukan aktivitasnya di dunia seni, utamanya di bidang film yang punya target merusak wajah agama-agama langit, utamanya Islam.

Industri perfileman Barat dalam sejarahnya banyak menghasilkan karya-karya bermuatan agama dan spiritual seperti film-film yang menceritakan tentang kehidupan para Nabi. Dalam film-film semacam ini, gambaran kehidupan para Nabi diwakili sumber-sumber sejarah agama mereka. Karya-karya itu dapat disaksikan dalam film-film seperti Nabi Sulaiman as , Nabi Dawud as , perahu Nabi Nuh as dan Nabi Isa as. Namun secara umum, para pakar berkeyakinan bahwa yang digambarkan adalah citra buruk dari para Nabi di Barat. Doktor Hasan Bulkhari, seorang peneliti Iran mengatakan, "Prinsip periwayatan sejarah di Barat punya masalah dan kehidupan para kekasih Tuhan tidak dijelaskan sesuai dengan kenyataan yang ada. Oleh karenanya, kebanyakan pencitraan yang mereka lakukan tidak benar, bahkan mencederai kepribadian seorang Nabi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menciptakan sebuah karya seni, kejujuran seorang seniman sangat berpengaruh. Bila seorang sutradara dan penulis skenario memiliki keyakinan dan berpegang teguh dengan sumber-sumber yang benar, maka dia akan lebih berhasil dan obyektif dalam menghasilkan sebuah karya seni."

Sekalipun Perfileman Barat saat menggambarkan Nabi Isa as tidak melulu berdasarkan kenyataan kehidupannya, namun terkait dengan Nabi Muhammad saw kondisinya sangat berbeda. Pendukung Zionis yang jelas-jelas punya pengaruh dalam industri perfileman Barat selalu berusaha membuat film-film yang menghina Islam dan memutarbalikkan Islam dan keyakinan kaum muslimin. Peningkatan penetrasi pemikiran Zionis di industri perfileman Barat membuat kaum muslimin di mata perfileman Barat, utamanya Holywood tak ubahnya sekumpulan orang zalim yang tidak berbudaya. Masalah ini punya hubungan erat dengan sikap Rezim Zionis Israel yang anti Islam.

Dalam karya-karya mereka, tokoh asli film biasanya digambarkan seorang Yahudi dan Kristen, sementara tokoh antagonis mayoritasnya adalah orang muslim. Jane Fonda, seorang aktris senior Holywood berusaha membenarkan produksi film-film demikian dan bahkan dalam salah satu pernyataan ekstrimnya mengatakan orang-orang Arab sangat berbahaya bagi masa depan dunia. Ucapan ini hanya satu contoh dari ribuan pandangan ekstrim para seniman yang menolak agama tanpa punya informasi yang cukup. Mereka mengeluarkan statemen tak berdasar demi memutarbalikkan substansi agama. Film-film seperti Delta Force, True Lies dan atau Not Without My Daughter merupakan sekilas dari karya-karya anti ajaran-ajaran agama Islam dan kaum muslimin. Tujuan pembuat film-film seperti ini tidak lain hanya menciptakan kebencian publik terhadap pengikut agama Islam.

Film Kingdom of Heaven yang disutradarai Ridley Scott, diilhami kejadian Perang Salib di abad 12 Masehi. Film ini berusaha menggambarkan akar ketegangan yang terjadi di Baitul Maqdis merupakan kepanjangan Perang Salib. Salah satu schene film ini khusus menceritakan kehidupan Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima pasukan kaum muslimin dalam pembebasan Baitul Maqdis. Ridley Scott berusaha memaksakan hubungan Perang Salib dengan kejadian masa kini di Palestina. Khalid Abul Fadhl, Dosen Universitas UCLA Amerika mengritik film ini. Dia berkeyakinan bahwa aksi kekerasan kaum muslimin dalam film ini dapat berakibat para penonton marah terhadap kaum muslimin. Selain karya-karya seperti ini, film-film lain di Barat secara vulgar berupaya merusak citra kaum muslimin dengan berusaha mendekripsikan mereka sebagai fanatik dan gemar perang. Film-film yang dibuat khusus tentang masyarakat Iran setelah revolusi Islam juga merupakan bagian dari karya-karya propaganda Barat. Film-film yang tidak punya hubungan sama sekali dengan kenyataan. Bahkan sebagian kritikus film menganggapnya tidak memperhatikan sedikit pun prinsip-prinsip Realisme. Karya-karya seperti ini dapat disaksikan dalam film Alexander, 300 dan Persepolis.

Dapat disaksikan betapa perfileman Barat berusaha dengan berbagai cara memperkenalkan kaum muslimin sebagai ancaman terhadap Barat. Dalam karya-karya seperti ini, sebagian orang-orang ekstrim yang mengatasnamakan Islam dan melakukan tindakan-tindakan kekerasan langsung digeneralisasikan sebagai perilaku seluruh kaum muslimin. Sampai saat ini, industri perfileman Barat tidak pernah memperkenalkan Islam sebagai agama progresif yang mengajak manusia pada keadilan dalam bersikap, persaudaraan dan perdamaian. Sangat sulit menemukan karya-karya film Barat yang memuat penghormatan, pujian kepada para Nabi dan tidak disertai penistaan.
(berbagai sumber)

Tags:

0 comments to "Fenomena Perfileman Barat dan Pemutarbalikan Wajah Islam"

Leave a comment