Home , , , � Sandiwara itu bernama Bank Century dkk...

Sandiwara itu bernama Bank Century dkk...


Mencari Albert Einstein Indonesia
“…….kekuatan financial yang dahsyat terpusat pada tangan-tangan militer; pemuda dimiliterkan; dan kesetiaan warganegara, khususnya pegawai negeri, diawasi secara ketat oleh kekuatan polisi yang setiap hari makin bertambah kuat saja. Orang-orang yang berpikiran politik bebas ditindas. Rakyat secara halus diindoktrinasi oleh radio, pers, dan sekolah. Di bawah tekanan rekayasa rahasia dari kaum militer, luas cakupan informasi rakyat akin lama makin sempit.”…… penggalan ucapan Albert Einstein yang keras terhadap rencana presiden Harry S Truman waktu itu untuk mengembangkan bom gidrogen.
Sejak itu, tidak henti-hentinya Einstein mengecam tindakan pemerintah Amerika yang dianggapnya akan menghancurkan kemanusiaan. Dan sejak itu pula, Einstein –ilmuwan besar itu- menjadi sumber inspirasi bagi segenap ilmuwan lainnya. Oleh karena itu disini ada pembagian karakter dari orang-orang yang terlibat. Mereka yang terlibat dalam data dan gagasan analitis adalah ilmuwan, orang yang bergelut dalam penerapan parktis adalah tehknokrat, orang yang berjuang untuk menyebarkan dan menegakkan gagasan normative adalah moralis. Nah… sementara Eintein adalah gabungan dari unsur-unsur tadi.


Ketika Einstein berjuang melawan militerisasi ilmu, ketika ilmuwan lain mengecam pembantaian Nagasaki, ketika ilmuwan merisaukan pelanggaran hak-hak asasi dinegerinya; atau ketika Vaclav Havel menuliskan karya-karya sastranya sebagai alat untuk menentang tirani, maka pada saat yang sama kita melihat betapa mereka tengah merisaukan drama yang terjadi di negerinya sejak awal.

Nah….di Indonesia, dalam beberapa bulan terakhir, publik disuguhi sejumlah sinetron politik yang panas. Mulai dari kriminalisasi KPK, pembunuhan Nasruddin Zulkarnain dan cinta segitiga Antasari Azhar-Nasruddin-Rani, sampai skandal Bank Century yang saat ini hampir mancapai antiklimaks.

Namun, sayangnya, media massa dan ilmuwan yang punya keberanian seperti Albert Einstein tak berhasil melakukan napak tilas atas apa yang terjadi dan membiarkan publik menonton klimaks sinetron ini tanpa melihat episode-episode awal secara lebih runut. Bahkan publik dirundung kekacauan dan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, saya hanya ingin melontarkan satu pertanyaan penting: mengapa waktu perencanaan dan kejadian ketiga perkara ini berdekatan?. Kenapa para ilmuwan-ilmuwan seperti Albert Eintein di Indonesia bungkam waktu itu dan berkoar-koar sekarang ini.?

Seperti yang sudah tersiar di media, pembahasan soal talangan terhadap Bank Century terjadi pada November 2008. Di masa yang hampir bersamaan sepertinya operasi kriminalisasi terhadap KPK dengan target utama Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Rianto juga digelindingkan. Untuk menambah bumbu cerita dan menciptakan pengecoh yang cantik, Nasruddin mulai digerakkan untuk meneror AA.

Di saat dua pimpinan KPK sibuk menangkal upaya kriminalisasi dan AA sibuk terlibat ancam mengancam, aksi perampokan atas Bank Century tancap gas.

Tak bisa dipungkiri bahwa pada periode itu media massa dan ilmuwan Indonesia seperti bungkam. Ada banyak kemungkinan. Kemungkinan yang paling baik tentu karena media massa waktu itu sedang kebajiran berita. Ada berita-berita heboh menjelang pemilu, konflik dengan Malaysia yang makin seru, dan tentu saja hantu terorisme yang masih bergentayangan.

Hanya ada satu institusi yang saat itu mencium bau tak sedap, yaitu BPK. Sutradara sinetron ini sepertinya lupa akan peran BPK atau dilupakan oleh Dzat Yang Tak Pernah Lupa. Maka tanpa kenal lelah BPK di bawah pimpinan Anwar Nasution mulai melacak dan menyusun strategi serangan balik.

Benar saja, sebelum masa jabatannya berakhir dan digantikan oleh wajah baru oleh penguasa, pimpinan BPK lama sudah tuntas menyusun laporan hasil audit skandal Bank Century.

Sekarang marilah kita lihat dari sisi motif. Dalam semua kejahatan, motif adalah hal yang terpenting. Motif perampokan Bank Century jelas: memenangkan pemilu 2009. Lalu, ketika masih begitu banyak pertanyaan dan kecurigaan di benak publik, tiba-tiba saja Noordin M. Top muncul dan mencuri perhatian semua mata.
(Memang tak ada yang bisa memastikan hubungan sutradara sinetron ini dengan Noordin M. Top. Tapi Noordin M. Top memang sudah beberapa kali muncul sebagai “dewa penyelamat” di saat ada guncangan politik. Misalnya, saat pemerintah menaikkan harga BBM sampai 100% lebih pada Oktober 2005 hingga membuat rakyat marah, sebuah bom mengguncang Bali di bulan yang sama).

Pemenang pemilu 2009 sepertinya terus terkena beban moral untuk melalukan pembuktian terbalik. Mengapa? Karena ada begitu banyak indikasi yang menunjukkan terjadinya manipulasi massif lewat money politics yang besar-besaran.

Walhasil, dari mulai kriminalisasi KPK, skandal Bank Century, kecurigaan dan indikasi kecurangan pemilu dan matinya semua teroris yang mestinya bisa mengungkap fakta-fakta, semuanya itu adalah catatan kelam tahun 2009. Lalu kenapa isu-isu itu sedemikian dekat dan rapat selisih waktu antara lainnya..? mengapa pula ilmuwan Indonesia yang mempunyai kepedulian seperti Albert Einstein, Vaclav Havel, Andrei Sakharov baru sekarang ini berkoar-koar?. Dimana moralis, tekhnokrat waktu itu tidur..?

Nampaknya kebanyakan para ilmuwan, tekhnokrat, moralis waktu itu belum menyadari tanggungjawab mereka sebagai sarjana dan warga Indonesia; dan bahkan menyangka mereka tidak menjadi korban wabah hysteria yang mengancam masa depan kita dan anak-anak kita……namun begitu, masih ada harapan bahwa mereka saat ini bertekad untuk menghindari kesalahan yang sama; sikap yang sejauh ini mereka miliki memperkuat harapan. Oleh karena itu mari kita dukung mereka mengungkap fakta dibalik fenomena mengerikan ini, di negeri Indonesia. [islammuhammadi/mt]

Tags: , , ,

0 comments to "Sandiwara itu bernama Bank Century dkk..."

Leave a comment