Home , , , � Internet, Buku, dan Budaya Baca

Internet, Buku, dan Budaya Baca



Hampir setiap dekade, perkembangan produksi ilmu meningkat dua kali lipat. Sementara volume informasi yang menyertainya juga melonjak tinggi. Untuk menyebarkan tumpukan informasi yang begitu besar itu ke seluruh penjuru dunia, perlu adanya media khusus yang bisa menyebarkannya dalam waktu sesingkat mungkin. Satelit, internet, dan media lain seperti radio, televisi, koran, majalah dan buku merupakan perangkat yang selama ini digunakan untuk menyebarkan dan mentransfer informasi ke seluruh dunia.

Seiring dengan terjadinya revolusi sains dan teknologi, maka jarak waktu antara penemuan ilmu baru dan aplikasinya semakin hari kian berhimpitan. Di masa lalu, perlu waktu sekitar 150 tahun untuk mengaplikasikan sebuah penemuan ilmiah. Namun di penghujung abad 20, selisih waktu tersebut kian menurun.

40 tahun lalu, ketika Universitas California (UCLA) untuk pertama kalinya menguji sistem komputer, tak ada yang menyangka jika ujicoba tersebut kini telah berrevolusi dengan sedemikian cepatnya hingga lahirlah internet seperti sekarang. Kini internet telah berubah menjadi jaringan komunikasi terbesar bagi masyarakat dunia. Bahkan diperkirakan jumlah pengguna internet saat ini telah menembus angka 1,5 miliar.

Berdasarkan hasil beberapa survei tahun 2009, internet merupakan salah satu fenomena yang paling revolusioner dalam mengubah kehidupan masyarakat dunia. 48 persen responden jajak pendapat di Eropa beranggapan bahwa internet merupakan simbol dekade terakhir.

Selain sebagai perangkat komunikasi yang strategis, internet juga turut mempercepat perkembangan kemajuan sains. Tidak hanya itu saja, internet juga memainkan peranan penting dalam perekonomian global. Munculnya krisis ekonomi global belakangan ini juga turut berpengaruh terhadap dunia teknologi informasi dan komunikasi. Perusahaan telepon seluler, televisi, dan komputer konvensional juga mendapat ancaman serius dari melejitnya ekspansi internet.

Dan Schiller, seorang Professor di Universitas Illinois, AS dan penulis buku Capitalis Digital dalam artikelnya menulis, "Internet merupakan mekanisme terpenting yang memungkinkan meluasnya hubungan sosial dalam sistem kapitalisme. Karena itu, dengan piciknya AS berupaya mempertahankan hegemoninya terhadap internet. Secara kasat mata, AS telah memiliki peran dan posisi yang tak tertandingi di sektor ini. Sebagai misal, keputusan final mengenai sistem nama domain internet berada di tangah sebuah lembaga semi-rahasia, gabungan militer AS dan beberapa lembaga pemerintahan yang bekerjasama dengan sejumlah perusahaan. Selain itu, seluruh perangkat jaringan routing di tingkat global, dipasok AS. Begitu juga dengan sistem pencarian internet dan radio juga berada dalam monopoli perusahaan-perusahaan Paman Sam".

Di bagian lain hasil telaahnya, Dan Schiller mengkaji peran internet untuk menimbun modal di AS. Dia juga meneliti sejuahmana posisi strategis internet dalam menghasilkan keuntungan bisnis. Sejumlah data menunjukkan, saat krisis ekonomi global memuncak, kepadatan trafik internet pada tahun 2009 melonjak hingga 74 persen. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dalam kondisi yang sulitpun, internet masih memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.


Salah satu faktor yang menyokong internet sebagai perangkat vital masyarakat modern adalah keberadaan peran internet selaku agen penyebar budaya dan media tulis. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, tahun 2010 kali ini diprediksi bakal menjadi masa boomingnya perangkat buku elektronik atau e-book. Dan popularitas perangkat canggih itu bakal makin meningkat. Selain itu, penjualan buku lewat internet juga mengalami perkembangan pesat dan mendapat sambutan luas masyarakat dunia. Perkembangan ini telah mengubah model tradisional penjualan buku, sehingga persoalan klasik seperti masalah waktu dan jarak antara penjual dan pembeli buku bukan hambatan lagi. Promosi dan penjualan buku lewat internet, semakin mempermudah konsumen buku memperolehnya sehingga mampu meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat.

Sejak dulu, buku memainkan peranan penting dalam pertukaran dan pewarisan ilmu pengetahuan dan budaya. Namun kini buku juga bergantung pada teknologi modern. Sebagaimana kita ketahui bersama, kendati penduduk negara-negara Eropa dan AS hanya 20 persen dari total populasi dunia, namun sekitar 70 persen produksi buku dunia berasal dari mereka. Kondisi ini terjadi lantaran mereka didukung teknologi penerbitan dan modal yang besar. Para pakar kini berpendapat, meski produksi buku dan ilmu berada dalam prioritas pertama, akan tetapi distribusi dan penyediaan akses untuk memperolehnya juga memiliki posisi yang vital.

Saat ini, negara-negara di dunia kian sadar akan peran dan posisi strategi teknologi informasi. Mereka pun berlomba-lomba untuk bisa menggapai teknologi paling mutahir dan menyediakan akses yang seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dan ilmu. Upaya untuk memberantas buta huruf dan meningkatkan taraf pendidikan masyarakat terpencil kini telah diusahakan lewat penerapan sistem pendidikan baru dengan memanfaatkan teknologi informasi sepeti internet. Dengan cara itu, kemudahan akses untuk memperoleh infomasi dan pengetahuan makin terbuka lebar bagi siapa saja dan di mana saja.

Namun begitu, ketimpangan dalam produksi buku dan ilmu di dunia masih terlihat begitu kentara. Sejumlah data menunjukkan, untuk setiap satu juta orang di Afrika, hanya 20 judul buku yang diterbitkan. Namun di kalangan masyarakat Eropa, angka itu tercatat 800 judul buku untuk setiap satu juta penduduk.


Masalah penting lainnya adalah bagaimana mengupayakan terciptanya budaya membaca melalui saluran pendidikan dan akses terhadap buku dalam situasi apapun. Pendidikan di sekolah, media massa, dan pemanfaatan waktu luang merupakan sejumlah cara penting untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat. Contoh nyata dari masalah ini bisa kita lihat dalam masyarakat Iran. Hasil penelitian tentang tingkat minat baca di Iran selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa minat baca masyarakat di bidang kesehatan, psikologi, dan agama meningkat drastis. Karena itu, tingkat taraf pengetahuan umum masyarakat pun kian meningkat. Sehingga masyarakat Iran pun semakin peka dengan isu-isu sosial yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, meningkatnya penerbitan buku di Iran dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan positif dalam produksi buku dan pengetahuan terus berlangsung dan tingkat minat baca per orang di Iran pun makin meningkat.

Peningkatan minat baca memiliki kaitan langsung dengan dengan tumbuhnya media komunikasi lain. Demikian halnya dengan di Iran. Di kalangan negara-negara Timur Tengah, pertumbuhan pengguna internet tertinggi masih dipegang Iran. Pada tahun 2005, masyarakat Iran yang memiliki akses terhadap internet sekitar 8 persen atau 5,5 juta orang dari total populasinya. Angka itu meningkat 2300 persen dibanding tahun 2000. Hasil penelitian terbaru juga menunjukkan mayoritas pengguna internet di Iran merupakan kalangan muda berusia 18-28 tahun. Sebagian besar penggunaan internet dimanfaatkan untuk mengisi waktu senggang, mengakses informasi dan pengetahuan terbaru, serta untuk keperluan pendidikan.

Sebelumnya banyak ahli yang memperkirakan bahwa minat baca buku di kalangan masyarakat bakal makin menurun seiring dengan merebaknya fenomena internet. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan prediksi tersebut. Internet sebagai fenomena revolusioner dekade akhir ternyata tidak hanya berperan dalam meningkatkan taraf pengetahuan umum masyarakat, tapi juga meningkatkan minat baca masyarakat terhadap buku dan media pers. Singkat kata, salah satu dampak positif internet adalah meningkatnya minat baca dan tiras buku. Internet berhasil memudahkan masyarakat untuk mengakses buku dan sumber informasi seluas dan secepat mungkin di mana pun mereka berada.(irib)

0 comments to "Internet, Buku, dan Budaya Baca"

Leave a comment