Keprihatin IRIB atas Pemberitaan Kompas
Koran Kompas kemarin (Kamis, 31/12) dalam berita internasionalnya menyinggung kemelut yang muncul di Iran. Dalam berita bertajuk, polisi ancam tanpa ampun atas oposisi itu disebutkan, kepala kepolisian Iran, Rabu (30/12), mengancam akan bertindak "tanpa ampun" dalam menghadapi aksi-aksi protes baru yang dilakukan para pendukung kelompok oposisi Iran. Dia menambahkan, lebih dari 500 pendemo telah ditangkap dalam gelombang pertikaian mematikan sepanjang pekan ini.
Kami (IRIB) hanya ingin meluruskan pemberitaan ini sekaligus menyatakan keprihatinan yang mendalam atas subyektivitas berita yang dirilis oleh koran terkemuka di Indonesia setingkat Kompas. Mungkin kesalahpahaman ini terjadi karena kelemahan atau tendensi anti-Iran dari sumber berita.
Pertama, tentang penggunaan istilah oposisi. Kelompok opisisi di Iran eksis sebagaimana di negara lain. Namun kelompok minoritas tersebut masih dalam struktur pemerintahan. Artinya, kelompok ini memiliki wakil di parlemen. Dapat kami sebutkan tokoh-tokohnya seperti Hujjatul Islam wal Muslimin Ali Khani, Kavakebiyan, dan masih banyak lagi. Namun apakah mereka mewakili ratusan orang yang berbuat onar di Tehran Ahad (27/12) lalu? Tentu tidak. Oposisi adalah lawan atau rival pemerintah yang berkuasa, bukan pihak yang ingin menghapus seluruh pondasi dan prinsip negara. Sebagaimana dalam slogan yang diteriakkan oleh para perusuh di Tehran, mereka bukan menentang atau tidak setuju kebijakan pemerintah, melainkan menyerukan peruntuhan prinsip dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat Iran.
Sebenarnya aksi-aksi kekerasan di jalan-jalan Tehran Minggu (27/12) yang disebutkan Kompas itu bukan muncul karena upaya pencegahan pemakaman Ayatollah Besar Ali Montazeri, melainkan pada peringatan salah satu hari sakral bagi umat Syiah yaitu momentum kesyahidan putra Rasulullah saaw di padang Karbala atau yang dikenal dengan Asyura.
Kedua. Sangat tidak obyektif jika disebutkan para demonstran penentang para perusuh di Iran itu hanya berjumlah puluhan ribu seperti yang diberitakan Kompas. Di satu titik di Tehran berlangsungnya demo itu saja, masyarakat memenuhi jalan sepanjang hampir 23 kilometer, diperkirakan jumlahnya mencapai ratusan ribu. Belum lagi ratusan bahkan jutaan rakyat Iran yang mementaskan dukungan penuh dan ikrar mereka terhadap prinsip dan nilai-nilai revolusi di berbagai kota Iran.
Di bagian lain pemberitaan Kompas dikesankan bahwa pemerintah Iran memberi waktu libur kepada para pegawai negeri dan pekerja agar mereka agar bisa menghadiri demonstrasi, serta mengorganisasikan bus-bus untuk mentransportasikan para pelajar sekolah dan para pendukung lainnya dari wilayah pinggiran kota. Di Iran, tipe berita atau ungkapan seperti ini telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai lieteratur situs-situs anti-revolusi Islam yang disetir oleh pihak asing, bahkan juga dilakukan oleh BBC Persia.
Kesan pemaksaan halus terhadap para pegawai negeri, pelajar, guru, atau berbagai kalangan lainnya itu dapat dengan mudah ditepis dengan pawai akbar pada hari Selasa (29/12) lalu. Pada hari itu, rakyat Iran bahkan para anggota parlemen turun ke jalan-jalan menunjukkan kegeraman mereka atas penistaan yang dilakukan para perusuh pada hari Asyura. Padahal sebelumnya, berbagai lembaga dan instansi pemerintah serta LSM telah mengumumkan untuk berdemo keesokan harinya Rabu (30/12). Namun kegeraman rakyat tidak dapat dibendung lagi dan secara spontan mereka meluapkan kemarahan mereka atas para perusuh dan negara-negara asing pendukungnya.
Ketiga, tentang penindakan tegas terhadap para perusuh (bukan oposisi), pada tahap awal pihak yang paling menekankan penindakan tegas tersebut adalah rakyat Iran sendiri. Perlu diketahui bahwa polisi mendapat kritikan dari masyarakat karena dinilai hanya menjadi penonton ketika aksi kerusuhan di Tehran itu terjadi. Bahkan di sejumlah media Iran, selang sehari setelah aksi kerusuhan tersebut, termuat berita-berita bertajuk "Kami Tidak Menginginkan Polisi Penonton". Wajar sekali jika para perusuh itu harus ditindak tegas, mengingat masyarakat telah dirugikan, korban melayang, dan muncul security disorder yang mengancam stabiltias dan ketenteraman.
Keempat. Kompas menyebutkan, para pendukung, garis keras khususnya, marah karena sejumlah pemrotes menghina pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, melanggar tabu mengkritik secara pribadi pemimpin tertinggi tersebut.
Perlu penjelasan panjang untuk masalah ini. Namun ada beberapa poin singkat yang perlu dijelaskan. Pertama, pemerintahan Islam Iran dibentuk berdasarkan referendum pasca revolusi yang dipimpin oleh Imam Khomeini. Kedua, konsep wilayatul faqih atau pemimpin faqih yang saat ini berada di tampuk Ayatullah Khamenei, tercantum dalam UUD Iran. Ketiga, kepemimpinan beliau bukan ‘milik pribadi' seperti yang dikemukakan Kompas. Karena selain ada proses pemilihan dan juga ada lembaga yang bertanggung jawab mengawasi kinerja pemimpin tertinggi tersebut. Jadi protes rakyat Iran itu bukan hanya bersifat kecemburuan buta.... berita terkait klik disini....
Lagi, Warga Tehran Gelar Pawai Akbar Kecam Perusuh
Jamaah shalat Jumat Tehran seusai shalat menggelar pawai akbar mengecam penistaan hari Asyura yang dilakukan segelintir perusuh. Para peserta pawai meneriakan slogan mendukung Pemimpin Revolusi Islam dan mengecam para penyulut fitnah pada hari Asyura. Diakhir pawai, dibacakan statemen bersama mengecam penistaan hari Asyura Imam Hussein as.
Salah satu isi statemen tersebut menyatakan, Setelah 14 abad berlalu, tidak hanya Iran, bahkan umat Islam dan orang-orang merdeka di seluruh dunia terinspirasi oleh spirit perjuangan Imam Husein as melawan kezaliman dengan mengibarkan bendera anti-imperialisme.
Para peserta pawai akbar mendesak pengadilan Iran menindak tegas pelaku penistaan hari Asyura.
Home � Agama , Islam dan Jihad , Muharram , Persatuan Islam , Politik , Wahabi � Iran rusuh lagi???!!!!!!
Iran rusuh lagi???!!!!!!
Posted by cinta Islam on 3:37 PM // 0 comments
0 comments to "Iran rusuh lagi???!!!!!!"