Home , , , , , , , � Suni-Syiah bersatu..Indonesia sejahtera.....

Suni-Syiah bersatu..Indonesia sejahtera.....

Haul Sayidina Husain Kembali Persatukan Suni-Syiah

Liputan Acara (Diperbarui Tanggal 14 Februari 2010)

Peringatan gugurnya Sayidina Husain di Masjid Agung At-Tin, Minggu (14/02), kembali menyatukan umat muslim dari berbagai ormas dan mazhab. Ribuan jemaah yang hadir dari perwakilan NU, Muhammadiyah, FPI, HMI, kiai, habaib dan ustaz, bersama-sama bersalawat kepada Rasulullah saw. yang dipimpin Hasyim Abdullah dan mengenang kesyahidan cucu Rasul, Sayidina Husain bin Ali.

Ustaz Othman Umar Shahab yang menjadi penceramah pertama sempat menyinggung ayat,“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali mawaddah pada al-qurbâ’.” (QS. 42: 23). Para mufasir menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan keluarga Nabi saw. Mawaddah di sini lebih tinggi dari padamahabbah, karena mawaddah berarti mahabbah (kecintaan) sekaligus ittiba’ (mengikuti dan mencontoh). Sedangkan al-qurbâ dengan alif lam menandakan ma’rifah yang merupakan kekhususan kepada keluarga Nabi.



Pembicara kedua adalah KH. Noer Iskandar SQ, pimpinan Ponpes Asshiddiqiyah. Sambil menangis beliau menyatakan bahwa kita memiliki utang yang besar terhadap Rasulullah saw, karena beliau jauh lebih mencintai kita daripada kita mencintai beliau. Kematian yang disebut sebagai nasihat membuat kita mengenang beliau dan mengenang Sayidina Husain dengan menggelar acara haul.

Beliau juga menyampaikan permasalahan judicial review yang dilakukan beberapa LSM terhadap UU No. 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama. Adanya undang-undang itu saja agama mayoritas di Indonesia bisa dilecehkan apalagi tanpa adanya peraturan tersebut. Lima agama sah yang ada Indonesia bisa terancam jika UU tersebut dicabut.

Beliau meminta umat muslim untuk tidak lagi ribut masalah nikah siri dan mutah, sementara zina semakin meluas di mana-mana. Umat Islam harus bersatu menghadapi ancaman kekuatan asing. Jika umat muslim sendiri saling ribut, maka akan mudah dihancurkan. Beliau juga menasihati kaum Syiah untuk tidak takut menunjukkan jati dirinya, dan ulama Suni untuk tidak takut bergabung dengan acara Syiah.

Sementara dari PP Muhammadiyah diwakili oleh Piet Hizbullah Khaidir. Ia menyatakan bahwa Imam Husain adalah simbol kebenaran yang dilawan oleh simbol kebatilan. Simbol tersebut terus berlangsung hingga hari ini dan mereka yang mempelajari dan mengikuti perjuangan Imam Husain akan diberi kekuatan untuk melawan kebatilan.

Komando Laskar Jihad FPI, Awid Mashuri, yang hadir menyatakan agar kita menghindari permusuhan sesama umat muslim yang tidak jelas, sedangkan Ahmadiah sudah jelas kesesatannya. Sambil mengingatkan aksi demonstrasi di Monas dua tahun lalu, ia mengatakan bahwa AKKBB kali ini menggunakan jalur hukum dengan mengancam UU No. 1 Tahun 1965. Untuk itu ia meminta umat muslim, baik Syiah maupun Suni, untuk bersatu melawan antek-antek Yahudi. Ceramah singkatnya pun diwarnai teriakan takbir jemaah.

Dr. Muhsin Labib yang menjadi pembicara kelima menyatakan bahwa kita yang hadir dalam acara haul ini telah menunjukkan kecintaan pada kebenaran dan anti terhadap kezaliman. Kehadiran kita bukan sekedar untuk tangis dan ratapan, bukan juga untuk membuka kembali lembar sejarah. Tapi menunjukkan rasa anti terhadap Yazid-Yazid baru masa kini dan masa depan. Umat muslim diminta untuk tidak tertipu dengan penampilan fisik tapi lihatlah siapa yang bersama keadilan dan melawan kezaliman.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Muhammad Chozin, yang menjadi pembicara selanjutnya menceritakan mengenai sejarah Sayidina Imam Husain (begitu ia menyebutnya) mulai sejak lahir hingga syahid di Karbala. Ia menyatakan bahwa Sayidina Husain harus menjadi inspirasi bagi para pemuda untuk menyuarakan kebenaran.

Pembicara terakhir adalah Syekh Abdul Jawad Ibrahimi. Beliau menyatakan bahwa ayat Alquran memang seluruhnya diturunkan kepada Nabi saw. Tapi dalam beberapa ayat terdapat kata qul (katakanlah) dan itu memiliki bermakna khusus. Salah satu ayat tersebut adalah, “Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali mawaddah pada al-qurbâ’.” (QS. 42: 23)

Sama seperti para nabi sebelumnya yang tidak meminta upah, namun kali ini Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah Swt. untuk meminta upah atas risalah yang telah di sampaikan oleh beliau, yakni kecintaan dan mengikuti (mawaddah) kepada keluarga Nabi saw. Sudahkah kita mengikuti keluarga Nabi? Acara ditutup oleh salawat dan renungan yang dipimpin oleh Haddad Alwi.

Liputan: ejajufri © 2010



0 comments to "Suni-Syiah bersatu..Indonesia sejahtera....."

Leave a comment