Ratusan bahkan mungkin ribuan masyarakat Islam memenuhi Masjid Agung At-Tin dalam peringatan Arbain Sayyidina Husain, Sabtu 21 Februari 2009. Masyarakat dari berbagai golongan dan kelompok, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Ahlul Bait serta beberapa pemuda yang mengenakan jaket majelis taklim tertentu bersama-sama memperingati Haul Agung Sayyidina Husain, yang sebenarnya jatuh pada tanggal 20 Shafar lalu. Acara ini dapat menjadi contoh bagi umat Islam lainnya bagaimana menjalin persatuan sesama umat Muslim tanpa mengenal perbedaan golongan atau mazhab tertentu. Sayyidina Husain adalah milik seluruh mazhab bahkan milik seluruh umat manusia. Peringatan syahidnya Sayyidina Husain dapat menjadi momentum penting mengenai persatuan umat Islam, karena Imam Husain berjuang membela keadilan dan melawan kezaliman. Berikut ini adalah review dari para penceramah pada acara tersebut. Pada hari ini, di luar sana, masih banyak orang-orang yang memancing kemurkaan Allah dengan berbagai maksiat. Tapi kita semua saat ini diselamatkan oleh Allah dan dikumpulkan di tempat mulia ini di rumah Allah. Ini adalah nikmat yang perlu kita syukuri. Di sini kita tidak berbicara mazhab, aliran atau partai. Segala bendera dari berbagai kelompok tunduk dan berada di bawah bendera Allah, yakni Lâ ilâha illallâh. Hari ini kita berkumpul bersama untuk memperingati haul agung cucunda Nabi, Sayyidina Husain. Namun siapakah beliau? Apabila kita ingin mengenal Sayyidina Husain, kita menemukan ayat: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih (QS. Al-Insân [76]: 8-9), kita temukan di sana terdapat Imam Husain. Kita juga menemukan ayat: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang terhadap al-qurbâ (QS. Asy-Syûra [42]: 23), di sana kita menemukan Imam Husain yang Allah perintahkan kita untuk mencintainya. Jika kita sebagai umat Muhammad belum menunaikan upah tersebut, berarti malu kalau kita masih mempunyai utang terhadap Rasulullah. Mengapa kita membicarakan Imam Husain? Karena membicarakan Imam Husain berarti berbicara tentang Islam dan Rasulullah, dan tidak keluar dari itu. Beliau adalah simbol dari perlawanan kezaliman. Kita menjadikan beliau sebagai teladan agar tidak berbuat zalim kepada siapapun, dan mulailah dari diri sendiri. Orang yang memfitnah orang lain berarti berbuat zalim kepadanya. Imam Khomeini mengatakan bahwa ajaran Islam jika disederhakan maka tersimpul dalam ayat lâ tuzhlimûn wa lâ tuzhlamûn (jangan menzalimi dan jangan mau dizalimi). Sayyidina Husain sebelum syahidnya memberikan wasiat kepada Imam Ali Zainal Abidin dan diteruskan kepada Imam Baqir. Wasiat tersebut adalah, “Wahai putraku, jangan engkau menzalimi seseorang yang tidak mempunyai pembela selain Allah.” Sayyidina Husain adalah lambang (ramz) yang dapat mempersatukan umat. Kita tidak berbicara mazhab, kita berbicara Islam di bawah naungan Lâ ilâha illallâh. Karena kalimat Lâ ilâha illallâh Muhammad rasûlullâh inilah kita semua berkumpul di tempat ini sebagai saudara tanpa batas waktu dan tempat. Kalimat ini adalah kalimat dasar dan asas sebagai seorang muslim yang tersusun sebanyak 24 huruf. Apa rahasianya? Nabi berkata bahwa kalau kalimat ini dibaca sekali saja dalam sehari maka 24 jam dosa kita akan diampuni oleh Allah. Kita adalah manusia yang selalu bergelimang dengan dosa. Orang yang mengaku tidak memiliki dosa berarti dia adalah orang yang paling banyak dosanya. Namun ada orang yang berusaha merusak akidah umat Islam, dengan nabi baru setelah Muhammad atau wahyu baru setelah Al-Quran. Mereka tidak menyerang Kristen atau Hindu atau Budha, tapi umat Islam sendiri yang diganggu. Ada Islam Jasun (Jawa – Sunda), ada Satria Paningit, bahkan Polda Metro Jaya mendapat award dari polisi internasional, karena tidak pernah ada polisi yang bisa menangkap malaikat (Lia Aden) Islam harus menguasai republik ini. Sayyidina Husain, syahidnya, juga berjuang dalam hal politik. Maka itu saya anjurkan kepada cucu-cucu Sayyidina Husain agar dapat menguasai politik negeri ini agar dapat membuat undang-undang yang tidak merusak Islam. Kita tidak cukup berdemonstrasi, tapi harus masuk ke dalam DPR, karena politik sangat penting dan tidak ada jalan lain. Seandainya penduduk negeri ini beriman kepada Allah, maka Allah akan memberikan rezekinya. Bayi yang ada di dalam perut masih dapat hidup karena telah di jamin rezekinya oleh Allah. Nabi pernah berkata, “Rezeki itu ada dua macam, rezeki yang kita cari dan rezeki yang mencari kita.” Yang terakhir, dalam rangka meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad, karena sebentar lagi bulan Rabiul Awal maka marilah kita perbanyak shalawat. Ada banyak shalawat, namun shalawat yang terbaik adalah shalawat yang terpendek bernama shalawat Jibril, shallallâhu ‘alâ Muhammad. Ini shalawat yang dibaca para wali. Bacalah minimal seribu dalam sehari. Sekarang ini musimnya kredit, maka kreditlah dengan membaca 200 kali setiap habis shalat Maka saya ijazahkan shalawat ini kepada Anda semua. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS. Muhammad [47]: 7). Kita semua terinspirasi atas perjuangan Imam Husain, penghulu para syuhada, penghulu para mujahidin, untuk membuat kita tetap tegar dan ingin menolong sesama. Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk masuk kedua tempat. Pertama di Libanon Selatan tahun 2006 dan yang terakhir adalah Gaza. Ayat di atas benar-benar memberikan bukti pada saat perang antara Hizbullah dengan Israel. Hizbullah menghancurkan tank Israel sebanyak 100 buah dan 400 serdadu Israel sedangkan di pihak Hizbullah 100 korban. Sedangkan di Gaza, dengan geografis berbeda dan terisolasi harus mencari bantuan dengan membuat terowongan yang dalamnya mencapai 30 meter. Pejuang Hamas hanya memiliki senjata AK-47 dan RPG (Rocket-Propelled Grenade) sederhana sedangkan militer Israel adalah yang terkuat kelima di dunia dilengkapi tank terbaik Merkava. Mereka mengatakan dapat menaklukan Gaza dalam waktu 2-3 hari. Tapi faktanya hingga 3 minggu lebih Gaza tetap bertahan. Ini terlihat tidak rasional. Tapi pejuang Hamas terinspirasi perjuangan Imam Husain dan mereka sangat merindukan kematian yang mulia. Orang Barat mencap mereka dengan teroris, tapi Allah telah memberikan kemuliaan kepada mereka. Mengapa? Karena Hamas melawan kezaliman dan ketidakadilan. Inilah bagaimana inspirasi yang dibawa Penghulu Para Syuhada dapat melawan kezaliman dalam bentuk jihad dan mengabdi kepada Allah. Bapak dan ibu, marilah kita didik anak-anak kita dan keluarga kita. Ibu-ibu di sana bangga jika anak-anaknya syahid di jalan Allah. Sayyidina Husain selalu berada di samping Rasulullah; perjuangan Sayyidina Husain adalah perjuangan Rasul, kasih sayangnya, akhlak bahkan matanya adalah mata Rasulullah SAW. Di setiap kenikmatan selalu saja ada orang yang hasud, termasuk kenikmatan yang Sayyidina Husain peroleh saat itu. Di sini kita kumpul untuk mengenang Imam Husain, semoga kita tergolong orang yang dimulaikan oleh Allah. Sayyidina Husain adalah inspirator para syuhada dan motor bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Allah berfirman bahwa di antara orang beriman mereka orang yang menepati janji kepada Allah siap berada di depan di jalan dan siap mati menjadi syuhada. Di antara mereka ada yang menunggu kapan panggilan syahid itu tiba, dan mereka tidak berubah sedikitpun. Inilah insipirasi Sayyidina Husain RA. Kecintaan kita kepada Imam Husain mudah-mudahan membuat Rasul cinta kepada kita. Orang yang mencinta seseorang yang dicintai Nabi, maka dia akan dicintai Nabi SAW. Insya Allah di akhirat kita bersama Rasulullah di surga. Oleh karena itulah, Imam Syafi’i RA berkata, “Wahai keluarga Rasul, cinta kepadamu adalah wajib sebagaimana diwajibkan Allah dalam Al-Quran.” Hari ini kita mengenang haul Imam Husain yang pasti membuat Rasul senang. Mengapa kita berani mengatakan bahwa Rasulullah SAW senang dengan melihat apa yang kita lakukan? Karena firman Allah SWT dalam Al-Quran bahwa para syahid adalah tidak mati dan tetap hidup serta mendapat rezeki dari Allah, sedangkan maqam nabi berada di atas syuhada. Karena itu dalam Al-Quran disebut: Nabi-nabi, ash-shiddiqîn, asy-syuhadâ` dan orang-orang shaleh (QS. An-Nisâ [4]: 69). Dalam hadis disebutkan, “Bershalawatlah disaat aku hidup maupun aku telah meninggal.” Maknanya adalah bahwa Nabi SAW walaupun tidak berada di tengah kita, tapi beliau tidaklah mati dan menerima salam kita. Karena itu laik bagi kita untuk menyampaikan bela sungkawa atas syahidnya cucu beliau, Imam Husain. Kita memperingati ini bukan hanya karena Imam Husain adalah cucu Nabi tapi karena Imam Husain selalu berada di garis Islam. Sebelum keluar perang, Imam Husain berkata, “Sesungguhnya aku bangkit bukan karena kesombongan atau melakukan kerusakan, tapi dalam rangka melakukan perbaikkan dalam umat kakekku, Rasulullah.” Ini artinya telah terjadi penyelewengan dalam ajaran Islam. Karena itu pemerintahan harus dipimpin oleh orang yang shaleh dan memperjuangkan nilai keagamaan dan kemanusiaan serta diterima oleh seluruh rakyat. Sejarah mencatat bahwa perjuangan melawan kezaliman di setiap negara selalu diilhami darah suci Imam Husain. Inilah yang dikatakan Imam (Khomeini), “Darah mengalahkan kekuatan pedang.” Perjuangan Imam Husain tidak khusus terhadap suatu golongan atau bangsa, tapi seluruh manusia yang memiliki kehendak seperti perjuangan Imam Husain. Pengalaman saudara kita di Palestina telah membuktikan hal tersebut. DR. Ramadhan Abdullah, ketua faksi Jihad Islami di Palestina, ketika balik studi dari Amerika diberi buku oleh DR. Fathi Syaqaqi tentang Imam Husain. Ketika DR. Abdullah protes dan bertanya, “Mengapa engkau berikan aku buku tentang Imam Husain terus menerus?” DR. Fathi Syaqaqi menjawab, “Perjuangan Palestina butuh semangat Al-Husan, karena itu selamanya aku akan berikan buku tentang Imam Husain kepadamu.” Kelompok Hamas di Gaza yang merupakan kelompok kecil namun penuh dengan keimanan tidak dapat dikalahkan meski oleh Israel yang memiliki fasilitas lengkap. Kemenangan ada ditangan Islam, namun dengan syarat bahwa umat Islam harus bersatu mempererat ukhuwah agar ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Dengan persatuan dan persaudaraan itu, Islam akan harum namanya di muka bumi ini. Salam bagi pejuang dan orang yang bersatu di jalan Allah dan kutukan Allah bagi musuh-musuh Allah. (Ayatullah DR. Mahdi Hadavi Tehrani) Hidup dan dunia ini bukan tempat hiburan. Allah SWT berfirman: Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al-Ankabût [29]: 2) Kita yakin bahwa dalam shirathal mustaqîm akan penuh dengan ujian. Allah berfirman lagi: Orang-orang Yahudi dan Nasrani sekali-kali tidak akan senang kepadamu, sampai kamu mengikuti millah mereka (QS. Al-Baqarah [2]: 120). Kita ibarat mobil, kita yang menyetir kita sendiri, jika tidak maka Yahudi dan Nasrani yang akan menyetir/mengontrol kita. Sekarang untuk menguji apakah kita berada di golongan shirathal mustaqîm, maghdhûbatau dhâllîn, gampang. Tadi tidak akan ridha, tidak akan tenang, tidak akan rela orang Nasrani dan Yahudi sampai kita ikut mereka. Kapan orang kafir menganggap kita baik? Kalau kita sudah ikut mereka; bukan agamanya tapi ikut berpolitik bersama mereka. Contoh, kalau ada penjahat berkumpul di bawah jembatan, kemudian ada polisi lewat. Kata penjahat “Itu polisi baik”. Baik dibilang oleh penjahat sama dengan jahat. Kemudian datang lagi polisi yang tegas dan menegakkan hukum, lalu penjahat itu bilang “Itu polisi jahat”. Minus dikali minus sama dengan plus. Jadi siapa yang berpolitik dengan Amerika itulah yang jahat. Dalam surah Al-Mujâdilah ayat 22: Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Tidak mungkin orang beriman itu membela musuh-musuh Allah. Mereka membunuh saudara kita di Gaza tapi kita memaafkan mereka? Mereka yang sesat adalah mereka yang berkumpul bersama Yahudi dan Nasrani. Mereka yang benar adalah mereka yang dimusuhi Yahudi dan Nasrani. Gampang ‘kan? Jadi tidak usah “katanya” tapi lihatlah firman Allah. Firman Allah tidak pernah salah. Ihdinash shirâthal mustaqîm. Jalan lurus bukan hanya ibadah yang bagus. Tidak ada orang yang shalat sesat, orang puasa sesat; dibidang ibadah muslimin bagus. Tapi banyak yang sesat dibidang politik. Apa jalan yang lurus? Jalan yang diberi nikmat. Siapa mereka? Nabi-nabi, orang jujur, para syuhada, para shalihin; itulah jalan yang lurus, jalan Rasul, jalan Imam Husain. Sabarlah walau banyak hambatan dan gangguan. Orang yang ikut jalan nabi itu seperti syajarah thayyibah (QS. Ibrâhîm : 24). Kenapa baik? Pohon itu punya akar yang kuat artinya iman yang kuat. Buahnya banyak berarti bisa memberi manfaat kepada orang banyak. Berbunga artinya bisa menyenangkan orang banyak. Kalau pohon mangga di lempar batu, pohonnya melempar? Buah! Ada ustadz kita yang rumahnya di Bangil di lempar batu, tapi dibalas dengan buah, dibalas dengan kebaikan. Begitulah jalan Ahlul Bait yakni memberi kebaikan karena kita bersaudara. Itulah syajarah thayyibah, itulah shirâthal mustaqîm. Acara ini juga diisi dengan lantunan shalawat dari Haddad Alwi dan Sulis serta pembacaan puisi oleh Nella Anne. Arbain kali ini, sekali lagi telah menjadi contoh dan bukti bahwa mereka yang mengerti dan paham adalah mereka yang berusaha untuk mewujudkan persatuan Islam, melawan segala kezaliman di bawah naungan Lâ ilâha illallâh. Liputan: © ejajufriArbain 1430 H: Contoh Persatuan Umat Islam
Sulit bagi kita untuk menggambarkan kemuliaan dan kebesaran orang yang telah digambarkan oleh Al-Quran. Kita menemukan ayat:Sesungguhnya Allah hendak menghapus dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan mensucikan kalian sesuci-sucinya (QS. Al-Ahzâb [33]: 33) dan di sana terdapat Sayyidina Husain.
Home � Islam dan Jihad , Pemuda , Persatuan Islam , Safar � Persatuan Umat Islam
Persatuan Umat Islam
Posted by cinta Islam on 4:10 PM // 0 comments
0 comments to "Persatuan Umat Islam"