Home , , , , � SEMINAR INTERNASIONAL PEMIKIRAN MULLA SADRA

SEMINAR INTERNASIONAL PEMIKIRAN MULLA SADRA




Islamic College (IC) akan menyelenggarakan SEMINAR INTERNASIONAL PEMIKIRAN MULLA SADRA yang akan dihadiri oleh para tokoh-tokoh dan pemikir kenamaan, William Chtittick, oksidentalis dan filosof dari Amerika Serikat dan Ayatullah Mohammad Khamenei, Ketua Lembaga Kajian Pemikiran Mulla Sadra.

Islamic Cultural Center (ICC) juga akan memanfaatkan kehadiran filosof terkemuka yang merupakan saudara tertua Pemimpin Tertinggi Iran itu untuk memberikan ceramah dalam Peringatan Wafat Sayyidah Fathimah Ma’shumah AS di Aula Husainiyah pada Jumat pada 26 Maret 2010.

Prof. DR. Sayyid Muhammad Khamenei dilahirkan di kota suci Masyhad di provinsi Khurasan, pada 1936. beliau menerima pendidikan dasar dan menengahnya di kota ini dan di saat yang sama, ia menguasai literatur Persia, Arab, fiqih (yurisprudensi atau hukum Islam), logika dan filsafat.

Meneruskan studi lanjutannya, ia pergi ke pusat agama Qum (dekat Teheran, ibukota Iran) dan menghabiskan sembilan tahun lebih untuk meradukan penguasaannya atas hokum-hukum Islam, filsafat, dan mistisisme Islam (irfan). Ia menyelesaikan studi-studi fiqihnya terutama di bawah bimbingan Ayatullah Khomeini dan kajian-kajian filsafatnya di bawah bimbingan filosof masyhur, Allamah Thabathaba’i.

Ia memilih Teheran sebagai pusat pelayanan cultural dan ilmiahnya dan meneruskan studi hokum di Fakultas Hukum Universitas Teheran. Kemudian ia menjadi pengacara. Setelah kemenangan revolusi Islam 1979, ia terpilih sebagai anggota Dewan Pakar dalam Konstitusi selama satu periode (delapan tahun).

Selama waktu ini, ia mengajar di berbagai universitas, dan karena keyakinan mendalamnya pada peranan menentukan dari referendum umum perempuan di masyarakat dan keluarga, ia mencoba menerbitkan pandangan-pandangan Islam dalam hal ini berikut hak-hak mereka dalam pidato-pidato, artikel-artikel, wawancara, program radio, dan buku-bukunya. Pada kenyataannya buku ini ditulis sebagai suatu makalah untuk disajikan di konferensi internasional di Teheran.

Sejak beberapa tahun silam, ia mengabadikan sisa usianya dalam kiprah intelektual. Selain mengajar, menulis dan melakukan kajian-kajian intensif serta memimpin sejumlah jurnal ilmiah, ia kini ia menjadi Kepala Lembaga Riset Pemikiran Filsafat Mulla Sadra di Tehran.

Menurut banyak cendekiawan di Iran, Mohammad Khamenei merupakan ikon Sadraisme di zaman ini. Ia diyakini sangat menguasai tema-tema pelik seluruh karya filsafat dan mistik Shadruddin Syirazi.



Mollâ Shadrâ menerapkan prilaku rasional filosofis (as-sulûk al-’aqlî al-falsafî) atas prilaku emosional teosofis (as-sulûk al-qalbi al-irfânî). Karena itulah ia melakukan pembagian perjalanan filosofis dengan gaya pembagian perjalanan teosofis.

Menelusuri empat rute perjalanan Mollâ Shadrâ sangatlah melelahkan, apalagi dalam bagian-bagian tertentu dalam perjalanannya, ia sering memberikan sentuhan-sentuhan rfani, bahkan kadang kala kembali ke Yunani lagi. Itulah, sebabnya, karya-karya Mollâ Shadrâ tidak bisa diperlakukan sebagaimana lazimnya buku-buku filsafat lainnya, sampai-sampai ada yang merasa tidak sopan apabila membuka atau membacanya tanpa lebih dahulu berwudhu'. Sebagian orang menganggap penerjemahan karya Mollâ Shadrâ yang tidak dilakukan oleh tim yang mumpuni dan direstui oleh para ulama dianggap sebagai kelancangan.

Mollâ Shadrâ membagi empat rute perjalanan (al-Asfâr al-Arba'ah) sebagai berikut:


1. As-Safar min al-Khalq ila al-Haq atau 'Perjalanan dari al-khalq (makhluk) ke al-Haq (Tuhan).
Dalam tahap ini pelaku perjalanan mempelajari hukum-hukum dalam filsafat (metafisika). Ia juga disebut dengan perjalanan dalam natur. Ia dapat dianggap sebagai pemanasan sebelum perjalanan menuju (pengenalan terhadap) Allah. Inilah fase pembahasan masalah-masalah umum dalam filsafat.

2. As-Safar bi al-Haq fî al-Haq atau 'Perjalanan dengan al-Haq dalam al-Haq.' Dalam tahap ini pelaku perjalanan membahas tema-tema Tauhid dan sifat-sifat al-Haq. Ia juga disebut dengan perjalanan dalam kesempurnaan al-Haq. Dalam perjalanan ini, yang dipelajari adalah filsafat ketuhanan atau filsafat teologi (bukan ilmu kalam) yang lazim disebut dengan al-falsafah bi al-ma'nâ al-akhash, masalah-masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan. Inilah fase tauhid dan sifat-sifat Tuhan.

3. As-Safar min al-Haq ilâ al-Khalq bi al-Haq atau 'Perjalanan dari al-Haq menuju al-khalq dengan al-Haq.'
Dalam tahap ini, pelaku perjalanan membahas perbuatan-perbuatan Tuhan. Ia juga disebut dengan 'Penampakan Ilahi (Tuhan) dalam segala sesuatu yang dipandangnya. Inilah fase pembahasan aksi-aksi Tuhan.

4. As-Safar bi al-Haq fî al-Khalq atau 'Perjalanan dalam al-khalq dengan al-Haq'. Dalam tahap pelaku perjalanan membahas jiwa dan Hari kebangkitan.

Perlu ditambahkan pula, bahwa setiap arif menganggap masing-masing dari empat perjalanan diatas sebagai tingkatan tauhid. Sebagaimana telah diketahui bahwa terdapat lima peringkat tahuid, yaitu 1. tahuhid untuk kalangan umum (tauhid ’âmmah); 2. tauhid untuk kalangan khusus (tauhid al-khâshshah); 3. tauhid untuk kalangan lebih khusus dalam kalangan khusus (tauhid khâshah al-khâsh); 4. tauhid untuk kalangan inti dalam dalam kalangan yang lebih khusus (tauhid khulâshah khâshah al-khâsh); 5. tauhid untuk kalangan paling inti dari kalangan yang lebih khusus (tauhid shafâ’ khulâshah khâshah al-khâshshah). Peringkat terakhir ini hanya ditempati oleh para pelaku safar keempat.

Henry Corbin menyesalkan keterangan sebagian pemikir dan orientalis Barat yang terkesan ’sok tahu’ tentang Mollâ Shadrâ, seperti Cont De Gobino dari Perancis yang menafsirkan ’empat safar’ sebagai perjalanan geografis, Edward Granvill Brown dari Inggris, yang kata Asfâr dari “sifr” yang berarti lembaran. (Dicopy dari HIKMAH YANG MENJULANG, akan diterbitkan Mizan)

sumber:http://www.facebook.com/album.php?aid=15128&id=1618081247&op=6#!/yandasadra?v=app_2347471856

0 comments to "SEMINAR INTERNASIONAL PEMIKIRAN MULLA SADRA"

Leave a comment