Home , � Imam Mahdi as

Imam Mahdi as

Imam Mahdi as dan Masyarakat Ideal

Manusia secara naluri mempunyai kecenderungan pada kesempurnaan seperti mencari keadilan, kebenaran dan kebaikan. Dengan adanya kecenderungan tersebut, manusia dalam sepanjang sejarah berusaha merealisasikan kebenaran, keadilan dan nilai-nilai akhlak. Para nabi dan wali merupakan penggagas dan pendahulu misi-misi suci tersebut. Upaya dan perjuangan mereka semenjak awal berupaya memberikan petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan dan keadilan hingga dunia ini terlepas dari kezaliman dan arogansi.

Meski para nabi dan manusia-manusia Tuhan berupaya menyebarkan kepercayaan kepada Allah Swt dan keadilan, namun sejarah membuktikan bahwa upaya itu tidak memberikan hasil yang sempurna dan komprehensif. Sebab, ada sejumlah pihak yang menjadi kendala bagi misi para nabi dan manusia-manusia Tuhan. Karena itulah realiasi keadilan secara merata dan perlawanan terhadap segala kezaliman dan penindasan dihadapkan pada kendala serius dan jauh dari harapan setiap manusia. Untuk itu, penantian pada kemunculan juru penyelamat yang akan merealisasikan tujuan-tujuan agung tersebut, merupakan sisi persamaan yang dimiliki oleh semua agama.

Islam yang merupakan agama terakhir dan paling sempurna, menjelaskan struktur masyarakat ideal bagi seluruh umat manusia. Menurut pandangan Islam, seorang keturunan dari Rasulullah Saww akan muncul di muka bumi pada akhir zaman. Sosok inilah yang akan memerangi kebatilan dan ketidakadilan di dunia serta merealisasikan masyarakat ideal. Pemerintah global Islam yang dipimpin oleh Imam Mahdi af mempunyai kriteria-kriteria khusus yang tidak dimiliki sistem lainnya. Pemerintah Imam Mahdi as akan muncul berdasarkan ajaran-ajaran wahyu dan norma ilahi. Adapun nilai-nilai materi yang dibangun berdasarkan individualisme dan materialisme disingkirkan dari pemerintahan Imam Mahdi as.

Aliran-aliran materialis berkeyakinan bahwa peradaban dan pemerintah harus berdasarkan nilai-nilai spritiual dan agama. Sebaliknya, Islam dengan ajaran-ajarannya yang jelas, memaparkan berbagai tauladan di tengah masyarakat. Menurut pandangan agama suci ini, undang-undang, keadilan, kemuliaan, interaksi sosial dan ekonomi berlandaskan pada ketauhidan dan tercerminkan dalam keindahan. Dalam sistem manajemen Islam, perluasan keadilan dan perlawanan terhadap diskriminasi menjadi prioritas utama agama ini.

Allah Swt dalam surat Nahl ayat 90 berfirman, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." Ayat tersebut menggambarkan pondasi-pondasi penting sosial seperti keadilan dan kemuliaan dengan arti sebenarnya yang akan terealisasi dalam pemerintahan Imam Mahdi af. Dalam pemerintahan Imam Mahdi as digambarkan bahwa persahabatan, saling tolong-menolong dan kemuliaan sangat kokoh, bahkan setiap individu di tengah masyarakat berperilaku bak sebuah keluarga.

Akan tetapi sangat disayangkan, masyarakat saat ini dihadapkan pada hubungan sosial tidak sehat dan destruktif yang bertumpu pada kekhawatiran dan ketidakpercayaan antarmanusia. Kefasadan sosial hingga ketidakamanan di dalam keluarga menunjukkan bahwa peradaban dunia saat ini telah gagal membangun spirit manusia dalam merealisasikan ketenangan diri. Realita tersebut menggambarkan bahwa hubungan sosial manusia tidak dapat digambarkan tanpa landasan spritual. Sederet problema di dunia semakin mencerminkan pentingnya kahadiran sosok juru selamat yang menyematkan dunia dari berbagai tekanan.

Imam Shadiq as berkata, " Di akhir zaman, kemuliaan-kemuliaan akhlak dan nilai kemanusiaan akan menjadi landasan pemerintah global Islam." Imam Bagir as berkata, "Saat Imam Mahdi af muncul, hanya persahabatan, persatuan dan kerjasama yang mengemuka." Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, kekhawatiran dan ketidakpercayaan antarmanusia telah pudar, sedangkan kepercayaan dan keamanan semakin kokoh. Lebih dari itu, radikalisme dan kebejatan moral terus berkurang, dan hukum pun berlaku. Orang-orang kaya juga tidak menzalimi kelompok lemah. Di pemerintahan Imam Mahdi as juga digambarkan bahwa setiap orang saling menghormati serta saling memberi nasehat dan jalan keluar. Disebutkan pula, harta, nyawa dan harga diri berada dalam kondisi aman. Semua manusia juga merasa tenang dan nyaman. Itulah gambaran ideal pemerintah Imam Mahdi as.

Di antara kriteria lain pemerintah Imam Mahdi af adalah memperhatikan kedewasaan akal dan perluasan ilmu. Dalam ajaran Islam, akal dan pemikiran mempunyai tempat yang luar biasa. Pada prinsipnya, agama tidak dapat dipahami dengan baik tanpa peran akal. Dengan ungkapan lain, manusia melalui daya pikirnya, mengenal esensi agama. Akal merupakan petunjuk manusia ke arah perbuatan baik dan memperingatkan hal-hal yang berbahaya. Untuk itu, Al-Quran sangat menganjurkan setiap manusia supaya berpikir dan merenung. Dalam pemerintah Imam Mahdi as, akal berada di samping penyembahan kepada Allah Swt, akhlak dan takwa. Akal yang sehat merupakan petunjuk kebaikan dan norma-norma.

Hal yang tak dapat dipungkiri, sains dan teknologi yang merupakan hasil inovasi akal manusia tidak akan dihadapkan pada bencana bagi manusia bila dibarengi dengan akal yang sehat. Dalam pemerintahan Imam Mahdi as, kepintaran manusia yang berada dalam hidayah ilahi, dapat mencapai pada kesempurnaan. Dalam kalimat mutiara Imam Shadiq as disebutkan, ilmu mempunyai 27 pintu. Sebelum kemunculan Imam Mahdi as, manusia dapat membuka dua ilmu. Saat Imam Mahdi as muncul, 25 pintu lainnya akan terbuka. Salah satu fenomena yang akan mengemuka saat Imam Mahdi af muncul adalah perkembangan ilmu berkali-lipat yang dibarengi dengan kesempurnaan spiritual, sehingga teknologi dan kemajuan tidak berada di tangan orang-orang yang tidak berhak. Kedewasaan akal yang dibarengi dengan pendidikan akhlak, akan membentuk masyarakat yang ideal.

Berbagai hadis dan riwayat menyebutkan bahwa masyarakat ideal di masa Imam Mahdi af menjadi sarana kedewasaan dan kesejahteraan materi. Tak diragukan lagi, ketika hubungan antarmanusia berlandaskan pada keadilan dan kemuliaan, berbagai kenikmatan dan anugerah ilahi akan melimpah di tengah masyarakat dan berbagai problema sosial dan ekonomi akan pudar. Dalam kondisi seperti ini, sumber daya alam begitu melimpah, dan manusiapun mampu mengoptimalkannya dengan baik.

Rasulullah Saww bersabda, "Di masa ummatku, akan bangkit Imam Mahdi af. Saat itu, masyarakat akan mendapatkan kenikmatan yang tidak pernah didapatkan pada masa sebelumnya. Alampun tidak menyembunyikan kekayaannya." Sesuatu yang akan terjadi di masyarakat Imam Mahdi af merupakan janji Allah Swt yang disebutkan berulangkali dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran dijanjikan bahwa setiap manusia yang beriman baik laki maupun perempuan, melakukan amal saleh, maka Allah Swt akan mempersembahkan kehidupan bahagia dan layak. Dalam pemerintah Imam Mahdi as, kita akan menyaksikan kehidupan yang sehat. Ketidakamanan dan ketidaktenangan di dunia ini berubah menjadi kehidupan yang nyaman dan tenang. Membayangkan masa kemunculan Imam Mahdi dan pemerintahannya saja dapat menenteramkan hati manusia.


Semerbak Harum Mahdi as .1

Imam Mahdi as

Malam telah berakhir, matahari keadilan dan kebebasan muncul di ufuk hati manusia. Seorang manusia agung bangkit dan dengan tangan penuh kasih sayangnya, menanamkan persahabatan dalam hati umat manusia. Ia memiliki wajah penuh pesona, cerah, dan bersahaja. Di hadapan Allah swt dan kebesaranNya, ia adalah manifestasi keindahan dan keagungan Allah swt. Imam Mahdi as adalah sosok yang adil, suci, berperilaku baik, dan berwibawa. Ia tidak akan membiarkan terjadi ketidakadilan meski hanya setitik pun, dan dengan lentera hidayahnya, ia akan menerangi seluruh dunia hingga iman dan keadilan yang sesungguhnya dapat terwujud.

Kini berabad-abad telah berlalu sejak manusia menjejakkan kaki pada peradaban dan budaya moderen. Ketika memasuki tahap atau fase baru dalam perjalanan peradabannya, manusia mengira dapat menyelesaikan seluruh masalahnya. Namun setelah beberapa waktu, manusia harus berhadap-hadapan dengan masalah baru. Kemudian setelah tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut, manusia akan menyadari bahwa ia membutuhkan sang penyelamat untuk mengentaskan manusia dari masalah hakikinya yaitu kesesatan dan kefasadan.

Salah satu fakta nyata di dunia dewasa ini adalah perluasan kezaliman, pelanggaran, dan arogansi. Saat ini kita hidup di dunia yang dipenuhi manusia-manusia yang pada umumnya hidup untuk diri mereka sendiri. Hubungan mereka dengan orang lain berkaitan erat dengan tuntutan materi serta persahabatan mereka berasaskan untung dan rugi. Umat manusia dewasa ini setelah mendapatkan sesuatu, mereka mengejar mimpi baru dan selalu merasa tidak tenang.

Kita tengah hidup di masa ketika keamanan, perdamaian, dan ketenteraman sejati, menjadi sesuatu yang hilang dari dimensi kehidupan. Tren konsumerisme semakin meningkat setiap hari, sementara alam dan lingkungan hidup menuju kepada kehancuran. Keadilan dan dukungan terhadap hak asasi manusi, merupakan kata-kata indah yang mengalir dari mulut orang-orang yang mengklam diri sebagai perwakilan umat manusia. Namun pada saat yang sama, dengan penuh kesombongan mereka melakukan kejahatan di berbagai belahan dunia setiap hari.

Pada masa krisis yang seakan tidak pernah berakhir ini, hanya petunjuk dari Allah swt yang dapat menerangi hati manusia dan menyelamatkan mereka. Seperti yang difirmankan oleh Allah swt, suatu hari kelak akan muncul tatanan baru yang memberikan warna baru di dunia. Pada hari itu, Imam Mahdi as dengan aroma harum kemunculannya akan bersinar di hati manusia dan memberikan energi baru dalam kehidupan. Ia akan menebarkan rasa kasih sayang dan cinta ke seluruh penjuru dunia serta mengembalikan asas hubungan sosial yaitu berdasarkan kasih sayang dan persahabatan.

Imam Mahdi as adalah putra Imam Hasan Askari as. Ibu beliau bernama Narjes Khatun yang merupakan putri raja Romawi dan dibawa ke Baghdad melalui peristiwa yang sangat menakjubkan. Kemudian ia pergi ke Samarra dan menikah dengan Imam Hasan Askari as. Imam Mahdi as adalah hujjah atau imam terakhir Allah swt untuk umat manusia yang saat ini tengah menjalani masa kegaiban. Pada akhirnya, Imam Mahdi as akan muncul dengan kehendak Allah swt serta memenuhi dunia dengan keadilan dan keamanan.

Dalam ajaran agama telah disebutkan banyak hadis tentang kemunculan Imam Mahdi as, tanda-tanda kemunculannya, dan tentang kebangkitan melawan kezaliman. Dalam hadis, Imam Mahdi as diumpamakan sebagai cahaya Allah, pedang tajam, pewaris ilmu, sang penyadar, dan perusak istana-istana kezaliman. Imam Mahdi as mewarisi karakter seluruh auliya Allah. Oleh karena itu, Imam Mahdi memiliki seluruh sifat para nabi termasuk adil, sabar, pengasih, pemberani, dermawan, dan tawadhu'.

Banyak para penyair yang menyamakan Imam Mahdi as dengan Nabi Yusuf. Dalam menyifatinya mereka menekankan poin ini bahwa Imam Mahdi sama dengan Nabi Yusuf yang ghaib dari pandangan masyarakat umum. Ia tidak dikenal di tengah masyarakat untuk menempuh jalan yang benar. Dengan kata lain, Imam Mahdi as bagaikan matahari yang tersembunyi di balik awan tebal namun umat manusia tetap dapat merasakan manfaat eksistensinya, meski mereka tidak dapat menyaksikannya.


Semerbak Harum Mahdi as .2

Imam Mahdi as

Ia akan datang. Ia akan muncul dari balik awan kegelapan masa, ia bersinar bagaikan matahari menerangi kelamnya kehidupan manusia. Ia muncul untuk mengungkap rahasia kehidupan dan memberikan makna yang dalam pada sejarah. Ia adalah Mahdi as yang dijanjikan Allah swt, sang penyelamat umat manusia dan pewaris kepemimpinan ilahi di muka bumi. Pada masa kemunculannya, seluruh unsur kejahilan akan sirna dan seluruh dunia akan bergerak menuju keadilan, persahabatan, dan persamaan. Pada saat itu, orang-orang yang saleh akan berkuasa di muka bumi.

Para penguasa zalim Bani Abbas mendengar berita dan riwayat tentang kelahiran seorang dari Ahlul Bait as yang akan mengakhiri seluruh kezaliman dan ketidakadilan di dunia. Hadis dari Rasulullah saw yang diturunkan dari generasi ke generasi menyebutkan, "Aku memberitahukan kalian tentang Mahdi yang akan memenuhi bumi dengan keadilan pada masa pertikaian antara umat manusia dan ketika dunia dipenuhi kezaliman dan kejahatan. Para penghuni langit dan bumi ridha terhadapnya."

Berita kelahiran sang penyelamat umat manusia ini telah merampas ketenangan dan ketenteraman para penguasa despotik dan zalim. Mereka menyadari bahwa sang penyelamat tersebut adalah putra Imam Hasan Askari as. Ia akan menghancurkan benteng-benteng kesesatan dan kefasadan serta menggulingkan pemerintahan para penguasa zalim. Para pemimpin Bani Abbas sangat mengkhawatirkan masa depan kekuasaan mereka.

Demi memadamkan cahaya terang Ahlul Bait as ini, mereka mengirim para mata-mata ke kediaman Imam Hasan Askali as untuk mengawasi seluruh gerak-gerik beliau beserta keluarga. Mereka hendak membunuh Imam Mahdi as. Dengan demikian, mereka beranggapan dapat mencegah terealisasinya janji Allah swt yaitu munculnya sang penyelamat umat manusia. Namun Allah swt menunjukkan kuasa-Nya dan tanpa pengetahuan musuh, Allah swt telah menebar semerbak harum di muka bumi dengan wujud Imam Mahdi as.

Tahun 255 Hijriah. Hakimah bibi Imam Hasan Askari as yang sedang berada di rumahnya dipanggil oleh Imam. Imam Hasan Askari berkata, "Bibi, malam ini adalah pertengahan bulan Sya'ban. Ketika kamu singgah maka menginaplah di sini. Allah swt pada pertengahan bulan Sya'ban akan melahirkan bayi yang menjadi hujjah-Nya di muka bumi."

Hakimah menjawab:"Sapa ibu bayi itu?"
Imam berkata: "Istriku, Narges."
Dengan sangat terkejut Hakimah berkata: "Jiwaku untuk mu. Namun aku tidak menyaksikan tanda-tanda kehamilan dari wanita mulia ini".
Imam tersenyum dan berkata: "Untuk itulah aku berharap agar kau menginap. Ia seperti ibu Nabi Musa yang tidak seorangpun tahu bahwa ia hamil".
Hakimah malam itu datang ke rumah Imam Hasan Askari as. Narges, sosok wanita agung dan bersahaja itu dengan wajah ceria berkata kepada Hakimah: "Selamat datang bibi".
Hakimah berkata: "Junjunganku dan keluarga kami. Malam ini Allah akan menganugerahkan seorang putra yang menjadi pemimpin di dua dunia".
Mendengar ucapan Hakimah itu Narges menundukkan kepala dan duduk perlahan-lahan.

Dalam lanjutan cerita ini, Hakimah menjelaskan:
"Malam itu, setelah menunaikan shalat, aku berbuka puasa dan tidur. Pertengahan malam aku bangun untuk menunaikan shalat malam. Aku melihat Narges yang sedang shalat namun tidak tampak sedikit pun tanda-tanda kehamilannya. Setelah shalat aku kembali tidur. Namun tak lama setelah itu aku terjaga dengan jantung berdebar. Saat itu Narges juga terjaga, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda. Hampir saja aku meragukan ucapan Imam Hasan Askari as. Namun seketika Imam memanggilku dengan suara lantang dan berkata: "Bibi, jangan heran, waktunya telah dekat". Di saat aku tengah membaca AlQuran, tiba-tiba Narges berdiri dengan wajah pucat. Jantungku berdebar keras. Aku menyebut nama Allah dan mendekati Narges. Tak lama kemudian, lahir bayi yang berbeda dengan bayi lainnya, ia sangat suci. Ia bersinar bagaikan bulan. Setelah lahir, bayi yang dinantikan itu bersujud dan bersyukur kepada Allah swt serta mengucapkan syahadah atas keesaan-Nya. Aku menggendong bayi itu. Ketika itulah Imam Hasan Askari as berkata; "Bibi tercinta, bawa putraku padaku", dan aku pun membawa putra itu ke hadapan Imam.

Ketika menyaksikan kegagalan makar musuh dan keadian akan ditegakkan oleh putranya yang tercinta, Imam Hasan Askari as bergembira dan berkata: "Syukur kepada Allah swt yang tidak menarikku dari dunia ini sebelum aku menyaksikan pewarisku, ia adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw dari sisi perilaku dan wajah. Allah swt akan menjaganya pada masa ghaibah, kemudian ia akan memunculkannya untuk menebar keadilan di dunia yang dipenuhi kezaliman dan kefasadan".

Semerbak Harum Mahdi as .3

Imam Mahdi as

Betapa indahnya jika pada satu hari dunia terbersihkan dari seluruh permainan konyol dan fitnah, serta ditegakkan pemerintahan yang adil. Betapa indahnya ketika pada hari itu ayat-ayat Allah swt mengalir dari mulut Imam Mahdi as. Betapa indahnya ketika semerbak aroma harum kehidupan tersebut menyegarkan dunia. Tidak diragukan lagi bahwa hari itu akan tiba. Akan tetapi sudahkah kita mempersiapkan diri?

Pada tahun 260 Hijriah, Imam Hasan Askari as, pasca masa kepemimpinannya selama enam tahun, gugur syahid di usia 28 tahun. Ketika itu, putra beliau Imam Mahdi as menjadi imam dan pemimpin umat. Sejak saat itulah tahap baru kehidupan Imam Mahdi as dimulai. Sangat cepat sekali sejumlah faktor yang menyebabkan kelahiran Imam Mahdi as tersembunyi dari pantauan musuh, juga membuat imam ke-12 ini tidak dapat lagi disaksikan oleh masyarakat. Namun bagaimana pun juga hubungan dan komunikasi masyarakat dengan Imam Mahdi as tetap berlanjut.

Pada satu masa, beliau berkomunikasi dengan masyarakat melalui empat wakil yang ditunjuk langsung oleh beliau. Masyarakat menyampaikan pertanyaan mereka kepada para wakil tersebut dan juga mendapatkan jawaban. Tahap inilah yang disebut dengan Ghaibah Sughro yang berlangsung selama 69 tahun. Pasca era tersebut, atas perintah Allah swt, Imam Mahdi as ghaib secara menyeluruh dari pandangan umat manusia hingga ketika beliau akan menyinari dunia bagaikan matahari.

Masalah ghaibah bukan hal yang aneh dalam sejarah. Dalam riwayat mengenai auliya Allah berulangkali ditekankan mengenai ghaibah Imam Mahdi as dan banyak masyarakat yang mengetahui hal ini. Secara keseluruhan, masalah ghaibah dalam hadis Ahlul Bait Nabi as dinilai sebagai sunnah Allah swt dan telah menjadi fenomena yang biasa di kalangan para nabi dan auliya.

Berdasarkan riwayat, Nabi Shaleh, nabi kaum Tsamud pada usia tuanya juga mengalami ghaibah yang berlangsung selama beberapa waktu kemudian tiba-tiba ia muncul kembali. Bahkan kaumnya sempat tidak mengenalinya. Begitu pula dengan ghaibah Nabi Musa as. Bani Israil sangat kebingungan menghadapi ghaibah Nabi Musa as hingga akhirnya beliau kembali muncul di tengah-tengah kaumnya. Ghaibah seperti ini juga terjadi pada Nabi Ilyas, Daniel, Yunus, Yusuf, dan sejumlah nabi lain. Hal penting yang harus ditekankan dalam hal ini adalah bahwa sunnah ilahi juga berlaku untuk Imam Mahdi as.

Berdasarkan riwayat, dalam masalah ghaibah Rasulullah saw juga menyinggung ghaibah Imam Mahdi as. Rasulullah dalam sebuah riwayatnya menyatakan, "Mahdi adalah putraku. Namanya adalah namaku dan julukannya adalah julukanku. Ia adalah orang yang paling mirip denganku dari sisi lahiriah. Pada masa ghaibah dan kebingungan saat itu, banyak masyarakat yang tersesat. Kemudian ia akan muncul seperti komet dan memenuhi bumi dengan keadilan sama seperti ketika kezaliman memenuhi dunia".

Mungkin sejumlah orang akan berpendapat bahwa seandainya Imam Mahdi as tidak ghaibah maka umat manusia tidak akan menghadapi krisis seperti saat ini. Dalam hal ini, para ahli agama dan ulama berpendapat bahwa Rasulullah saw pada masa risalahya telah menyampaikan seluruh pokok dan hukum-hukum politik, sosial, ekonomi, dan budaya Islam kepada umat manusia. Ajaran agama Islam sedemikian jelas dan komprehensif sehingga mampu membimbing manusia menggapai kebahagiaan. Agama Islam juga menyimpan bimbingan bagi umat manusia untuk sebuah pemerintahan pada masa risalahnya sebagai teladan pemerintahan yang saleh dan adil.

Namun di sisi lain, sejarah menjadi saksi bahwa umat manusia hingga kini belum siap menerima keberadaan satu pemerintahan global dan masih terjerat tipu daya para penguasa zalim. Allah swt menjaga Imam Mahdi as dari gangguan musuh dan berkehendak bahwa Imam Mahdi as akan muncul ketika umat manusia telah benar-benar siap untuk menerima pembentukan pemerintahan tunggal di dunia.

Perlu diperhatikan pula bahwa Imam Mahdi as meski hingga kini ghaibah, namun kaum muslim juga meyakini hal ini bahwa berkah wujudnya dan perhatian manusia suci ini tetap dapat dirasakan. Mereka meyakini pula bahwa pada masa ghaibah Imam Mahdi as tetap berperan dalam membimbing umat manusia. Seperti yang diucapkan Imam Mahdi as kepada seorang wakilnya:"Cara untuk mengambil manfaat dariku sama seperti matahai, ketika awan tebal menutupnya". Yakni ketika matahari berada di balik awan, semua orang tetap dapat merasakan manfaat matahari.

Semerbak Harum Mahdi as .4

Semerbak Imam Mahdi as

Ketika kalian memikirkannya, maka aroma melati putih akan dapat kalian rasakan. Ia adalah sosok penderma, yang selalu mengasihi orang-orang yang papa dan memerlukan pertolongan. Ia selalu tunduk dan khusyu' di hadapan Allah swt, namun pada saat yang sama ia sangat tegas dan keras dalam menyikapi para orang-orang zalim. Mahdi as adalah teladan manusia sempurna. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, ia tidak mengejar tujuan lain kecuali ridha dari Allah swt. Adapun mengenai orang-orang zalim dan sombong Imam Mahdi as mengatakan, "Pada masa kebangkitanku nanti, aku tidak akan menerima baiat dari para taghut".

Keadilan adalah poros programnya. Persahabatan, permusuhan, kesabaran, perlawanan, dan bahkan masalah penghibahan, bagi beliau harus berdasarkan keadilan. Imam Mahdi as sangat bertawakal kepada Allah swt dan hanya pada kekuatan-Nya, Imam Mahdi as bersandar. Dalam hal ini ia mengatakan, "Pasti bahwa Allah bersama kita. Maka kita tidak memerlukan siapapun". Dengan kemunculannya nanti, Imam Mahdi as akan menegakkan kebenaran dan menyelaraskan seluruh akidah sesuai dengan ajaran Al-Quran. Ia mengatakan:"Ketika Allah swt mengizinkan kita, maka kebenaran akan berkuasa dan kebatilan akan sirna".

Ujian dan cobaan merupakan sunnah penting Allah yang berlaku di setiap masa dan di setiap tahap kehidupan manusia. Dengan demikian tingkat komitmen manusia pada pokok dan keyakinannya dapat terbukti. Berdasarkan hal ini, salah satu hikmah penting ghaibah Imam Mahdi as adalah cobaan bagi umat manusia. Termasuk di antara ujian Allah swt pada masa ghaibah adalah pengukuran tingkat keimanan dan ketaatan manusia.

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa pada masa ghaibah tersebut, manusia akan merasakan kesulitan yang hebat untuk tetap komitmen terhadap keyakinan agama mereka. Pada masa ghaibah, musuh akan menggunakan berbagai macam cara guna mencegah upaya masyarakat untuk mengetahui kebenaran dan hakikat, mulai dari propaganda pemikiran hingga budaya. Oleh karena itu salah satu imbauan penting agama pada masa ghaibah adalah komitmen terhadap agama dan nilai-nilainya. Dalam hal ini Imam Mahdi as mengatakan, "Setelah ghaibah masyarakat akan mengalami kebingungan".

Untungnya banyak orang yang berhasil lolos dari ujian tersebut. Mereka bukan hanya tidak melepaskan keimanan mereka terhadap Allah swt, bahkan terus berupaya untuk meningkatkannya. Pada masa ghaibah akan muncul berbagai macam pemerintahan diktator, demokrasi, sekuler, dan lain-lainnya. Masyarakat pada masa itu akan menyadari tujuan yang sebenarnya pemerintahan tersebut.

Mereka sama sekali tidak memperhatikan masalah keadilan sosial. Pada masa ujian ini, umat manusia pada akhirnya menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi kezaliman, perang, dan fitnah adalah dengan kembali kepada spiritualitas dan agama. Saat ini kita menyaksikan instabilitas di berbagai sektor kehidupan dan ini diakibatkan oleh jauhnya jarak manusia dengan agama.

Oleh sebab itu kini banyak orang yang mulai memalingkan kembali perhatian mereka kepada agama dan spiritualitas. Mengenai masalah keimanan yang sejati pada masa ghaibah Rasulullah saw mengatakan, "Wahai Ali, masyarakat yang paling beriman dan beragama adalah mereka yang hidup di akhir zaman. Mereka tidak melihat nabi sedangkan imam mereka ghaibah. Meski demikian, mereka tetap konsisten terhadap iman mereka dengan bersandarkan pada ilmu pengetahuan dan maarif serta buku-buku yang mereka miliki".

Namun, mengingat pembedaan antara kebenaran dan kebatilan pada masa ghaibah sangatlah sulit, maka tugas untuk menjelaskan hal tersebut dipikul oleh para alim ulama yang bertakwa. Mereka adalah para penjaga perbatasan hakikat Islam yang dapat memberikan jawaban terhadap seluruh kebutuhan umat manusia sesuai pada masanya dengan menggunakan argumentasi ilmiah. Pada masa ghaibah, para ulama tersebut adalah mencegah penyimpangan masyarakat dan berupaya menegakkan pemerintahan shaleh di muka bumi. Mengenai peran para ulama agama dalam masyarakat Imam Mahdi as mengatakan, "Para ulama akan menjaga hati masyarakat yang goncang, mereka seperti nakhoda yang menjaga kendali kapal".

Pada masa awal ghaibah, Ishaq bin Ya'qub, mengirimkan surat kepada Imam Mahdi as melaui seorang wakil beliau. Dalam suratnya, ia bertanya kepada Imam Mahdi bahwa kepada siapa saja masyarakat harus merujuk? Beliau menjawab: "Dalam berbagai peristiwa yang kalian alami, kalain harus merujuk pada perawi hadis. Karena mereka adalah hujjah kami untuk kalian dan aku adalah hujjah Allah untuk kalian".

Para cendikiawan Muslim berpendapat, benar bahwa Imam Mahdi as akan menegakkan keadilan dan membasmi kebatilan pada masa kemunculannya, namun hal ini tidak berarti bahwa masyarakat tidak berbuat apa-apa atau tidak peduli terhadap peristiwa yang terjadi di dunia, hingga masa munculnya Imam Mahdi as. Justru salah satu tanda-tanda pemerintahan shaleh Imam Mahdi as adalah keberadaan orang-orang shaleh yang berjuang menegakkan keadilan. Pada masa ghaibah, masyarakat berkewajiban untuk memperkokoh pilar-pilar agama, nilai-nilai kemanusiaan, dan keimanan. Dengan demikian kemunculan Imam Mahdi as akan semakin dekat dengan semakin banyaknya orang-orang mukmin yang peduli terhadap umat.

Semerbak Harum Mahdi as .5‎

Semerbak Harum Mahdi as

Salam kepada para penanti Imam Mahdi af yang sangat mengharapkan ‎kedatangannya ke muka bumi ini. Salam kepada umat yang melihat ufuk harapan ‎dengan kedatangan Imam Mahdi af. Salam kepda Imam Mahdi yang merupakan ‎hujjah yang terselubung di balik keghaibannya. Imam Mahdi af adalah sosok yang ‎sama dengan figur para nabi dan poros kebangkitan. Kami terus menanti ‎kedatangan Imam Mahdi as. Melalui kesuciannya dan kebesarannya, keadilan di ‎seluruh penjuru di dunia akan tegak.‎

Tidak sedikit orang yang mengenal istilah penantian. Namun jika keyakinan ‎tersebut dihubungkan dengan kemunculan Imam Mahdi as, maka makna penantian ‎itu mempunyai arti besar. Menurut agama Islam, penantian merupakan keimanan ‎yang kokoh pada keimamahan atau kepimpinan Imam Mahdi as dan rasa optimis ‎akan kemunculan Hujjah Ilahi atau Imam Mahdi af, yang melaluinya kezaliman ‎akan sirna dan keadilan akan tegak.‎

Pada dasarnya, penantian dapat diartikan dengan kerinduan manusia akan ‎pencapaian kondisi yang lebih baik dan ideal. Masalah ini merupakan hal yang ‎sangat bernilai bagi manusia. Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, ‎Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei ketika berbicara mengenai aspek-aspek ‎penantian, mengatakan, "Dalam satu aspek, penantian sama halnya dengan ‎ketidakpuasan akan kondisi yang ada. Pernyataan "Kami menanti" dapat diartikan ‎bahwa apa yang kami lakukan tidaklah cukup dan masih kurang. Kami terus ‎menanti terpenuhinya kapasitas kebaikan di alam semesta ini. Dari aspek lainnya, ‎penantian adalah optimisme kaum mukmin akan masa depan. Penantian seorang ‎dapat diartikan dengan tersebarnya pemikiran yang gamblang, yang merupakan ‎pemikiran ilahi sebuah umat manusia. Sisi lain juga menjelaskan bahwa penantian ‎berarti seorang penanti akan bergerak dengan penuh harapan dan dorongan yang ‎kuat. Spirit penantian mengajarkan manusia untuk melakukan perjuangan demi ‎kebaikan dan maslahat."‎

Mengingat berbagai interpretasi soal kebangkitan dan revolusi Imam Mahdi af, ‎penantian kemunculan Imam Mahdi af ditafsirkan dengan dua interpretasi, positif ‎atau konstruktif dan negatif atau destruktif. Penantian negatif atau destruktif ‎merupakan bentuk penafsiran dangkal soal Imam Mahdi as. Sekelompok orang ‎mengatakan, kita harus menanti hingga pada tahap kebatilan menguasai dunia dan ‎kebenaran tidak mempunyai pendukung. Melalui pandangan tersebut, seseorang ‎berkeyakinan Imam Mahdi dengan sendirinya akan muncul di muka bumi ini ‎setelah kerusakan tersebar di seluruh penjuru.‎

Menurut para pendukung pandangan ini, segala upaya melawan kezaliman ‎sepatutnya dikecam. Ini adalah bentuk penantian negatif yang mengajak seseorang ‎supaya melepaskan langkah konstruktif dan perbuatan baik. Sebagai contoh, kita ‎bersikap diam dalam menyikapi ketidakadilan dan menanti kedatangan Imam ‎Mahdi af untuk meluruskan kondisi yang ada. Interpretasi keliru ini mengakibatkan ‎berbagai dampak yang membuat kehancuran dan ketidakpedulian atas kondisi ‎masyarakat. Tentu saja, pandangan seperti itu tidak selaras dengan ajaran-ajaran ‎Islam.‎

Sementara itu, penantian positif dan konstruktif diartikan dengan seseorang yang ‎bertanggungjawab akan kondisi masyarakat. Penantian semacam ini mendorong ‎seseorang bersikap konsisten dan tidak apatis. Interpretasi penantian konstruktif ‎juga bersumber dari ayat-ayat Al-Quran dan berbagai riwayat hadis. Berbagai ayat ‎menyebutkan bahwa kemunculan Imam Mahdi as merupakan poros terpenting ‎dalam perlawanan antara kubu kebenaran dan kebatilan, yang pada akhirnya ‎dimenangkan oleh kubu kebenaran.‎

Dengan ibarat lain, penantian akan kemunculan Imam Mahdi af adalah sebuah ‎harapan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Allah swt dalam Surat ‎Qashash ayat 5 berfirman, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-‎orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan ‎menjadikannya orang-orang yang mewarisi bumi'.‎

Kemunculan Imam Mahdi af merealisasikan idealisme yang tercantum di kitab-kitab ‎samawi dari masa ke masa dan telah dijanjikan kepada orang-orang yang saleh. ‎Dalam surat Anbiya ayat 105 disebutkan, "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam ‎Zabur sesudah (Kami tulis dalam Lauhul Mahfuzz, bahwasanya bumi ini dipusakai ‎hamba-hamba Ku yang saleh".‎

Para pendukung interpretasi positif penantian Imam Mahdi af meyakini bahwa ‎dalam sepanjang sejarah senantiasa terjadi konflik antara kubu yang tengah ‎berkembang dan kubu yang tengah hancur, dan pada akhirnya, proses pergerakan ‎dan perubahan berpihak pada kubu yang tengah berkembang. Para pasukan yang ‎menanti kemunculan Imam Mahdi as senantiasa berusaha membentuk diri dan ‎melawan kezaliman untuk menuju ke arah pencerahan dan persiapan menyambut ‎kedatangan Imam Mahdi af. Rasulullah saw menyebutnya sebagai penantian yang ‎termulia.‎

Beliau bersabda, "Berbahagialah para penanti yang mengalami masa kemunculan ‎atau dzuhur Imam Mahdi af. Merekalah para pengikut Imam Mahdi af sebelum ‎kebangkitannya. Mereka bersahabat dengan sahabatnya dan bermusuhan dengan ‎musuhnya".‎

Penantian konstruktif dapat menghubungkan sang penanti dengan Imam Mahdi af. ‎Umat manusia secara psikologis mempunyai hubungan dengan Juru Selamat ‎Dunia. Mereka mengeluhkan kondisi tidak aman dan berbagai problema, dan ‎kemudian mengharapkan pertolongannya dan menjalin komitmen dengan Juru ‎Selamat Dunia. Penantian semacam ini mempunyai nilai yang luar biasa.‎

Seseorang yang menjalin hubungan dengan pusat kemuliaan ilahi akan mendapat ‎taufik dan peluang lebih besar untuk mencapai tingkat kesempurnaan. Pada ‎prinsipnya, hubungan seseorang dengan manifestasi kekuatan dan keadilan Ilahi ‎membuat manusia terus berkembang dan mempersiapkan sarana manusia untuk ‎lebih sempurna. Sangatlah jelas bahwa perhatian pada pusat cahaya harus ‎dilandasi dengan ketulusan dan kesungguhan.‎

Semerbak Harum Mahdi as .6‎

Semerbak Harum Mahdi as

Keyakinan terhadap masalah kemunculan dan penantian juru selamat dunia ‎merupakan khazanah yang sangat mulia dan memiliki banyak berkah. Seluruh ‎bangsa di dunia dapat mengambil manfaat keyakinan tersebut. Pokok penantian ‎juru selamat termasuk di antara ajaran pokok Islam dan bahwa umat manusia tidak ‎boleh merasa putus asa mengharapkan rahmat Allah swt. Dengan kata lain, ‎penantian berarti memiliki hari yang penuh dengan harapan dan optimistis terhadap ‎nasib umat manusia. Tentu tidak semua orang dapat merasakan pesan itu, namun ‎sudah selama bertahun-tahun lamanya umat manusia telah menanti-nantikan ‎datangnya sang juru selamat yang akan mengakhiri penderitaan umat manusia. ‎Namun pasti ia akan datang. Inilah keyakinan yang sebenarnya terhadap penantian ‎juru selamat.‎

Mari kita contohkan sebuah kapal yang terombang-ambing oleh badai dahsyat dan ‎para penumpangnya hanya memiliki persediaan makanan dan minuman terbatas. ‎Jika para penumpang tersebut mengetahui bahwa tidak ada pantai hingga radius ‎ribuan kilometer, apa yang akan mereka lakukan? Apakah menurut Anda mereka ‎akan terus menjaga kapal tersebut bergerak maju? Jawabannya jelas tidak.‎

Mereka tentu tidak memiliki acuan atau semangat untuk melakukannya. Mereka ‎akan melakukan hal-hal yang tidak berguna dan hanya bersifat menghabiskan ‎waktu di atas kapal tersebut. Misalnya, orang yang tidak peduli akan tidur dengan ‎tenang hingga ia mati, atau orang yang zalim maka ia akan mengganggu orang ‎lain, merampas hak orang lain sehingga dengan demikian ia berharap dapat ‎bertahan hidup lebih lama beberapa jam.‎

Namun jika para penumpang kapal tersebut meyakini bahwa di sekitar mereka ‎terdapat pantai yang aman, maka tidak penting lagi jauh atau dekatnya jarak dari ‎pantai tersebut. Yang terpenting adalah ada pantai yang dapat mereka tuju. ‎Dengan harapan tersebut, para penumpang kapal itu akan berupaya untuk sampai ‎ke pantai. Meski mereka tidak punya waktu untuk itu, namun mereka tetap akan ‎berusaha menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Ini adalah hasil ‎dari harapan yang mereka tanamkan dalam hati.‎

Sebesar apapun kadar harapan dalam diri manusia, maka sayap-sayap ‎keputusasaan tidak akan berkepak lagi. Harapan akan mendorong manusia untuk ‎berupaya, bergerak, dan bertahan hidup hingga sampai pada tujuan.‎

Di sepanjang sejarah kehidupan sosialnya, umat manusia bagaikan para ‎penumpang sebuah kapal yang diterjang badai. Umat manusia tidak pernah lepas ‎dari masalah yang ditimbulkan oleh para penguasa zalim yang berusaha ‎menguasai seluruh aspek kehidupan. Harapan akan memberikan manusia ‎kekuatan untuk bertahan di hadapan setiap kezaliman dan kesombongan. Selain ‎meyakini bahwa penderitaan tersebut pada satu hari akan berakhir, harapan juga ‎memotivasi umat manusia untuk berjuang. Penantian terbitnya matahari pagi ‎kebebasan dan keadilan, akan meniupkan semangat hidup yang bergelora dalam ‎diri manusia.‎

Menurut Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma ‎Sayyid Ali Khamenei: "Harapan tersebut akan memberikan pada kedua lengan kita, ‎akan menerangi hati kita, dan menjelaskan bahwa setiap gerakan keadilan ‎merupakan poros perputaran alam dan sejarah umat manusia. Dengan demikian, ‎berdasarkan perspektif seperti ini, masalah Imam Mahdi as bukan hanya khusus ‎untuk kaum Syiah atau bahkan kaum muslim saja, melainkan penantian seluruh ‎manusia dan bangsa di dunia. Harapan ini tertanam pada diri manusia yang ‎menggerakkan sejarah umat manusia menuju perbaikan."‎

Dengan demikian, penantian sangat berkaitan erat dengan kesehatan jiwa. ‎Keyakinan terhadap agama, akan menyirami jiwa dan memberikan makna yang ‎dalam pada kehidupan. Penantian dapat menjadi sarana peningkatan dan ‎perkembangan kemampuan individu dalam berperan di kancah sosial, serta upaya ‎untuk mengubah nasib.‎

Ketika manusia sedang dalam penantian, maka ia juga akan mempersiapkan diri ‎dan merasa bergairah. Penantian kedatangan sang juru selamat meningkatkan ‎kemampuan manusia untuk bertahan dan bersabar dalam menghadapi segala ‎macam cobaan. Bukti nyatanya adalah ketabahan umat manusia dewasa ini. Meski ‎saat ini manusia menghadapi berbagai kendala besar baik dari sisi materi maupun ‎spiritualitas, namun mereka tetap mengharapkan masa depan yang cerah. Karena ‎harapan atas munculnya sang juru selamat dapat menyejukkan hati dan membuat ‎jiwa manusia lebih tabah menghadapi kezaliman dan ketidakadilan.‎
(sumber:irib indonesia)

Tags: ,

0 comments to "Imam Mahdi as"

Leave a comment