Home , � Imam Mahdi dalam Agama

Imam Mahdi dalam Agama

Imam Mahdi Dalam Tinjauan Kristologi

Bagi setiap penganut agama, konsep mesianisme atau ideologi agama yang mengajarkan tentang “the ultimate salvation of human race” (penyelamatan akhir bangsa manusia) dari kenistaan, penin­dasan dan kehancuran melalui seorang manusia pilihan Tuhan, bukan suatu hal yang aneh dan mengejutkan. Lima agama besar yang mendominasi dunia—termasuk Islam—menyatakan bahwa mereka meyakini konsep mesianisme.

Sedikit yang kita ketahui bahwa ajaran agama Hindu dan Budha ternyata memiliki figur mesianistik. Pada salah satu teks kuno India, yaitu Visnu Purana, disebutkan bahwa di penghujung periode kali Yuga (era terburuk dari era-era sebelumnya), akan datang seorang kalki atau “Sang Penunggang” yang merupakan “the tenth avatar” atau inkarnasi kesepuluh dari Wisnu. Menurut riwayat, Kalki akan datang ke dunia sambil menunggangi seekor kuda putih dan meng­genggam sebilah pedang api untuk menumpas segala bentuk kejahatan dan mengembalikan nilai-nilai kesucian.

Sedangkan menurut ajaran Budha, disebutkan bahwa Siddhartha Gautama meramalkan datangnya seorang Budha yang lain atau the Buddha to come di masa yang akan datang. Budha yang akan datang ini bernama Mettaya (dalam bahasa Sansekerta disebut; Maitreya), artinya adalah “cinta”. Menurut riwayat, Sang Mettaya akan datang untuk menegakkan sebuah kerajaan ideal dimuka bumi. Sebuah kerajaan yang akan memerintah dengan keadilan dan penuh keda­maian.

Agama-agama samawi atau ajaran yang berpangkal kepada figur Ibrahim seperti Yahudi, Kristen dan Islam juga meyakini akan datangnya seorang Mesiah.

Umat Yahudi, melalui ajaran Tanakh mempercayai akan datangnya seorang Mesiah Tuhan untuk mene­gakkan agama, kerajaan Tuhan dan keadilan di muka bumi. Demikian pula halnya dengan umat Kristen. Dalam ajaran Bibel, mereka mempercayai kedatangan Yesus yang kedua untuk menegakkan “The Heavenly Kingdom on earth” atau Kerajaan Surga di bumi dengan kebenaran dan keadilan.

Umat Islam melalui ajaran Kitab Suci Al-Qur’an dan hadis-hadis Baginda Rasulullah saw, juga meyakini akan datangnya seorang manusia yang bergelar al-Mahdi menjelang akhir zaman untuk mene­gakkan ajaran Islam dan kebenaran, menuai kebatilan serta menabur keadilan.

Banyak riwayat hadis-hadis Nabi saw yang telah dicatat oleh para perawi hadis kelas pertama Suni dan Syiah tentang keda­tangan al-Mahdi untuk menyelamatkan Islam dan pengikutnya dari keterpurukan dan kehancuran.

***

Dalam ilmu-ilmu keislaman ada sebuah bidang studi perban­dingan agama yang sering disebut dengan ilmu Kristologi. Ilmu ini merupakan studi kristis para cendikiawan Islam terhadap agama Yahudi dan Kristen. Mereka mempelajari secara mendalam teks-teks al-Kitab dan hal-hal yang terkait dengan akidah dua agama tersebut. Kata Kristologi sendiri tidak memberikan arti bahwa ilmu ini hanya mempelajari agama Kristen semata-mata, tetapi membahas teologi, filsafat, bahasa dan sejarah bangsa Israel dan ideologi Yahudi. Dari sisi etimologi, Kristologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “Kristos” dan “Logos”. “Kristos” berarti yang diurapi atau “Messiah” menurut lisan bangsa Semit, sedangkan Logos artinya adalah ilmu.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Kristologi adalah mempelajari ke-Mesiah-an atau nubuat-nubuat al-Kitab yang membicarakan tentang figur-figur Mesianistik atau orang-orang yang diurapi Tuhan. Almarhum Syaikh Ahmad Deedat dan Profesor Abdul Ahad Dawud merupakan dua pakar dan figur legendaris Islam dalam bidang Kristologi. Ilmu ini mempelajari nubuat-nubuat penting yang menyatakan tentang keda­tangan Nabi Muhammad saw dalam al-Kitab.

Melalui pengantar yang singkat ini, kita tidak akan membahas secara komprehensif nubuat-nubuat mesianistik dalam al-Kitab. Namun, dengan metode pendekatan yang sama sebagaimana digu­nakan oleh para Kristolog Muslim untuk membuktikan kebenaran nubuat-nubuat Nabi Muhammad saw dalam al-Kitab, kita juga akan mengaplikasikan cara serupa untuk membuktikan nubuat-nubuat kedatangan Imam al-Mahdi dalam al-Kitab.

Dalam hal ini, bukan sebuah rahasia bahwa berdasarkan doktrin dan keyakinan umat Yahudi terhadap al-Kitab, umat Yahudi sendiri sesungguhnya mempercayai akan munculnya dua figur mesianistik: pertama adalah kedatangan “Sang Nabi Elia”; sedangkan kedua adalah kedatangan “Sang Mesiah Tuhan” yang menurut kepercayaan mereka berasal dari suku Yehuda keturunan Nabi Daud as.

Berkenaan dengan figur mesianistik pertama atau orang yang disebut dengan “Sang Nabi Elia”, dijelaskan bahwa dia akan datang sebelum kedatangan “Sang Mesiah Tuhan”. Hal ini telah dinubuatkan dalam kitab terakhir Perjanjian Lama yang disebut sebagai Maleakhi atau Malakhai. Ayatnya adalah sebagai berikut:

Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak ADON (Tuan) yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! (Maleakhi 3: 1)

Dan pada ayat selanjutnya:

Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu men­jelang datangnya hari tuhan yang besar dan dahsyat itu. (Maleakhi 4: 5)

Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa berdasarkan catatan historis al-Kitab, Elia[1] adalah seorang nabi Tuhan yang pernah mengunjungi bangsa Israel di masa lalu. Dia datang tidak lama setelah terpecahnya kerajaan Israel Raya menjadi dua wilayah kekuasaan selepas wafatnya Nabi Sulaiman as. Dua kerajaan itu adalah Kerajaan Yudea di Selatan dengan ibukota bernama Yerusalem dan Kerajaan Samaria di Utara dengan ibukota bernama Sikhem.

Menurut al-Kitab, Nabi Elia as adalah nabi Tuhan yang muncul di kerajaan Israel Utara. Dia berdakwah, menegur para penguasa dan menumpas para penyembah Baal yang merupakan nabi-nabi palsu yang berkembang luas di wilayah tersebut. Misi kenabian Elia sarat dengan mukjizat Allah. al-Kitab meriwayatkan beberapa mukjizatnya yang terbesar, yaitu menahan hujan hingga dia menghendakinya,[2] Tuhan memberinya makan melalui burung-burung gagak yang meng­antarkan roti kepadanya,[3] menghidupkan orang mati[4] dan menu­runkan api dari langit.[5] Ketika Elia as wafat, Tuhan meng­angkat ruh beserta tubuhnya ke langit, sehingga Elia as tidak diku­burkan di bumi.[6] Berkaitan dengan nubuat Maleakhi tersebut, dia menjanjikan bahwa “Sang Nabi Elia” akan muncul untuk yang kedua kalinya sebelum tibanya Hari Tuhan yang besar dan dahsyat. Maleakhi, Sang Pemberi nubuat, hidup ratusan tahun setelah periode Nabi Elia as.

Oleh sebab itu, janji Maleakhi sesungguhnya mengindikasikan kepada nubuat mesianistik. Sekalipun hidup ratusan tahun setelah Nabi Elia as, tapi Maleakhi masih tetap menjanjikan datangnya “Sang Nabi Elia” yang kedua setelah kedatangannya yang pertama di masa lalu.

Figur mesianistik kedua menurut kepercayaan umat Yahudi adalah Sang Mesiah Tuhan. Umat Yahudi sangat menghormatinya dan al-Kitab sendiri memang memberikan kedudukan yang amat tinggi dan terpuji untuknya. Setiap nabi dan rasul Tuhan yang mengunjungi bangsa Israel selalu mengingatkan mereka akan keda­tangannya di kemudian hari. Menurut al-Kitab, Sang Mesiah adalah sosok sempurna makhluk Tuhan, pendekar langit sejati, putra Tuhan (baca: nabi atau rasul) yang sulung; para malaikat dan penghuni langit kerap memujinya, senyampang penghuni bumi bangga dan menanti kehadirannya.

Demi kecintaan Tuhan kepadanya, al-Kitab memberitahukan bahwa Tuhan akan meremukkan setiap makhluk ciptaan-Nya yang menyombongkan diri di hadapan Mesiah-Nya. Dalam al-Kitab, Sang Mesiah diberi gelar Adon yang dalam bahasa Ibrani berarti “Tuan”. Kitab Mazmur mencatat sebuah nubuat agung tentang Sang Mesiah yang dipanggil oleh Nabi Daud as sebagai “Tuanku”:

Demikianlah firman Tuhan kepada Tuanku: “Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” (Mazmur 110:1)

Sedangkan Nabi Yesaya as pada salah satu nubuatnya mengenai Sang Mesiah menyatakan sebagai berikut:

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada diatas bahu­nya, dan namanya disebut orang: Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. (Yesaya 9: 5)

Nabi Yesaya as juga menubuatkan bahwa Sang Mesiah akan menghancurkan berhala dan mengalahkan para penyembahnya:

Orang-orang yang percaya kepada patung pahatan akan ber­paling ke belakang dan mendapat malu, yaitu: orang-orang yang berkata kepada patung tuangan: “kamulah allah kami!”

Nabi Hagai as dalam sebuah nubuatnya menyatakan bahwa keda­tangan Sang Mesiah akan menggoncangkan segenap bangsa di dunia, lantaran dia akan mengokohkan Rumah Tuhan serta memberikan damai sejahtera untuk selama-lamanya:

Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga HIMDAH[7] kepunyaan dari segala bangsa akan datang menga­lir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan keme­gahan, …Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula,…dan ditempat ini Aku akan memberi damai sejahtera [syalom; atau salam], demi­kianlah firman Tuhan semesta alam. (Hagai 28-10)

Demikianlah sekilas ungkapan penghormatan dari al-Kitab kepada Sang Mesiah.

***

Menurut keyakinan umat Yahudi hingga saat ini, Sang Mesiah yang dijanjikan dalam al-Kitab itu belum kunjung tiba dan demikian pula halnya dengan “Sang Nabi Elia”. Konsep ini jelas berbeda dengan ajaran Kristen, karena komunitas yang meyakini kenabian dan kerasulan Isa as serta Kitab Injil menyatakan bahwa Yesus adalah Sang Mesiah Tuhan yang pernah dinubuatkan dalam al-Kitab ter­sebut.

Kita tentu tidak akan membahas materi di atas secara mendalam. Yang jelas, selain banyaknya masalah kerancuan pemberitaan Kitab-kitab Injil Kanonik Kristen saat ini, klaim Kristen yang menyatakan bahwa Yesus adalah Mesiah keseluruhan umat manusia ternyata telah memunculkan kontradiksi yang luar biasa dalam konteks pemahaman terhadap sejumlah nubuat al-Kitab itu sendiri. Kerancuan itu ber­sumber pada kenyataan bahwa apabila Yesus adalah Sang Mesiah, maka siapakah “Elia” yang akan datang itu? Mengenai hal ini, umat Kristen menyatakan bahwa Yohanes Pembaptis (Yahya as) adalah “Sang Nabi Elia” yang pernah dinubuatkan oleh Maleakhi.

Namun, di sinilah letak kerancuan konteks nubuat yang dimak­sudkan, mengingat Injil Yohanes mencatat sebuah dialog yang terjadi antara Yohanes Pembaptis dengan para Imam Yahudi dan pemuka suku Lewi. Di kala itu, Yohanes Pembaptis telah diminta untuk bersaksi mengenai siapakah dirinya yang sebenarnya dan mengapa dia memberitakan Sang Mesiah dan menyatakan bahwa Kerajaan Surga telah dekat?

Memang benar, dalam khutbah-khutbahnya di padang berbukit belantara Yudea, Yohanes selalu mengajak bangsa Israel untuk bertaubat dan mengatakan bahwa waktu datangnya Kerajaan Surga telah dekat. Di tepi sungai Yordan, dia membaptis para pengikutnya dengan air sebagai tanda pensucian rohaniah dan lahiriah mereka. Dia juga mengajak bangsa Israel untuk mengingat kembali nubuat-nubuat para nabi suci Israel mengenai Sang Mesiah dan meme­rintahkan mereka untuk merendahkan diri di hadapan Sang Tuan pada saat kedatangannya. Pada salah satu ungkapannya yang indah dalam Injil Lukas, Yohanes Pembaptis mengingatkan bangsa Israel akan kemuliaan dan keagungan sosok Sang Mesiah dan ajaran yang akan dibawanya dengan mengatakan:

Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih ber­kuasa daripadaku akan datang dan membuka tali kasutnya pun aku tidak layak.

Ia akan membaptis kamu dengan roh kudus dan dengan api.

Alat penampi sudah ditangannya untuk membersihkan tempat pengirikannya dan untuk mengumpulkan gandumnya ke dalam lumbungnya, tetapi debu jerami itu akan dibakarnya dalam api yang tidak terpadamkan. (Lukas 3: 16-17)

Akibat pelbagai pemberitaan yang telah disampaikan oleh Yohanes ini, para imam Yahudi dan petinggi Lewi mempertanyakan siapakah jatidiri Yohanes Pembaptis itu sebenarnya. Dialog persaksian Yohanes mengenai dirinya diriwayatkan sebagai berikut:

Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “siapakah engkau?”

Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesiah”

Lalu mereka bertanya kepadanya: “kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “bukan!”

“Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “bukan!” (Yohanes 1: 19-21)

Kemudian mereka kembali bertanya:

Mereka bertanya kepadanya, katanya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” (Yohanes 1: 25)

Dengan jawaban yang sangat jelas Yohanes menjawab:

Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” (Yohanes 1: 23)

Jawaban Yohanes Pembaptis yang singkat ini ternyata telah dipahami dengan baik oleh para penanya. Yohanes menjelaskan bahwa dia bukanlah obyek nubuat atau salah seorang dari yang mereka tanyakan, tetapi dia sama seperti Yesaya as, yaitu pembawa kabar mengenai figur-figur mesianistik tersebut.

Yesaya as adalah salah seorang nabi Tuhan kepada bangsa Israel yang muncul di Kerajaan Yudea setelah perpecahan terjadi. Dia bernubuat dan menghadapi para pengingkar ajaran Tuhan. Yesaya as terkenal dengan nubuat-nubuatnya yang mengagumkan.

Pesan Yesaya as dan juga Yohanes as kepada bangsa Israel adalah sama, yaitu: “Luruskanlah jalan Tuhan!”. Pesan ini bukan berarti bangsa Israel diharuskan untuk membangun sebuah jalan dan meluruskan permukaannya, tapi merupakan pesan moral dan memi­liki efek serta implikasi yang amat mendalam bagi kehidupan spiritual dan intelektual bangsa Israel. Melalui dialog yang terjadi antara Yohanes Pembaptis dan para imam Yahudi, petinggi Lewi dan peng­anut mazhab Pharisi itu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penting berikut. Pertama, pernyataan-pernyataan dari Yohanes sendiri jelas membantah klaim umat Kristen yang menyebut Yohanes Pembaptis sebagai figur mesianistik pertama atau “Sang Nabi Elia” yang dijanjikan, karena Yohanes sendiri telah menafikankannya.

Kedua, kepercayaan umat Yahudi yang mengatakan bahwa mereka hanya menanti dua figur mesianistik ternyata tidak sepenuhnya benar, karena bangsa Israel sesungguhnya menantikan tiga figur mesianistik dan bukan dua! Figur-figur itu adalah “Sang Nabi Elia”, “Sang Mesiah” dan “Nabi itu”. Menurut pengakuan Yohanes, dia sama sekali tidak termasuk dalam ketiga figur tersebut.

Ketiga, sungguh amat disayangkan bahwa umat Kristen sekarang tidak memelihara dialog Yohanes dalam bahasa aslinya; yaitu Bahasa Aramaik, karena paling tidak kita sudah tidak bisa lagi memahami kata-kata Aramaik apa yang terungkap dalam dialog tersebut. Menurut Bibel versi AV strong, kata “nabi” yang diucapkan oleh para penanya kepada Yohanes dalam teks Yunani adalah prophetes. Secara etimologis, kata ini merujuk kepada nabiy’ dalam dialek Ibrani. Padanan contohnya adalah pernyataan yang pernah diucapkan Musa as ketika dia menjanjikan Sang Mesiah kepada bangsa Israel dalam Kitab Ulangan:

Seorang nabi (nabiy’) akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (Ulangan 18: 18)

Berkaitan dengan hal ini, perlu dibuat sebuah pemahaman ringkas bahwa ketika para imam Yahudi dan petinggi Lewi bertanya kepada Yohanes berkenaan dengan jatidirinya, sudah pasti pertanyaan itu terkait dengan kedatangan beberapa orang nabi (pembawa kabar). Namun, yang menjadi pertanyaan disini adalah: apakah ketiga figur mesianistik yang dijanjikan itu adalah nabi secara keseluruhannya?

Kitab Maleakhi menjanjikan bahwa figur mesianistik pertama yang akan datang adalah “Nabi Elia”: “Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia”.[8] Maksudnya, figur pertama yang dijanjikan kepada bangsa Israel adalah seorang nabi. Para imam Yahudi dan petinggi Lewi yang bertanya kepada Yohanes jelas mengetahui maksud dari pertanyaan mereka sendiri. Selain sebagai nabi, “Sang Elia” yang dijanjikan juga adalah seorang utusan Tuhan, karena ayat di atas jelas menyebutkan bahwa Tuhan akan “mengutusnya” sebagai “Nabi Elia”.

Adapun mengenai figur mesianistik kedua atau Sang Mesiah, maka para imam Yahudi dan petinggi suku Lewi yang mengajukan pertanyaan itu kepada Yohanes, juga sudah pasti mengetahui bahwa Sang Mesiah adalah seorang nabi Tuhan, karena dia adalah Tuan, Sultan dan Pangeran bagi semua utusan Tuhan. Banyak nubuat yang memastikan hal ini. Salah satu contohnya adalah nubuat dalam Kitab Ulangan yang telah kami sebutkan di atas.

Namun, selain Sang Mesiah akan datang sebagai nabi dan utusan Tuhan, dijelaskan juga bahwa Sang Mesiah adalah Imam Tertinggi sege­nap makhluk Tuhan. Maksudnya, Sang Mesiah akan memangku tiga jabatan langit sekaligus, yaitu: nabi, utusan (rasul) dan imam. Di bawah ini adalah ayat-ayat al-Kitab yang mengkonfirmasikan hal tersebut.

Pertama, ayat yang menjelaskan mengenai kenabian Sang Mesiah:

Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (Ulangan 18:18)[9]

Kedua, ayat yang menjelaskan bahwa Sang Mesiah adalah seorang utusan atau rasul Tuhan:

Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuan [ADON] yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Utusan10 [MAL’AK] Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. (Maleakhi 3: 1)

Bagian ayat pertama yang menyatakan “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!”, menun­jukkan atas kedatangan “Sang Nabi Elia” yang akan menjadi figur mesianistik pertama bangsa Israel. Sedangkan bagian yang menya­takan tentang kedatangan “Sang Adon” ke Rumah Tuhan secara mendadak menunjukkan kunjungannya ke Yerusalem pada saat Sang Mesiah menjalankan misinya yang suci. Adapun mengenai bagian akhir ayat yang mengatakan “Utusan Perjanjian yang kamu kehen­daki itu”, menunjukkan bahwa selain sebagai seorang nabi, Sang Mesiah juga merupakan seorang utusan Tuhan.

Ketiga, jabatan ketiga Sang Mesiah adalah sebagai Imam Tuhan. Jabatan ini disebutkan dalam Kitab Mazmur berikut ini:

TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melki­sedek.” (Mazmur 110: 4)

Kata imam pada ayat di atas berbeda dengan istilah nabiy’ (nabi) atau mal’ak (utusan) seperti yang pernah disebutkan ayat-ayat sebe­lumnya. Dalam teks Ibraninya, kata yang dipergunakan adalah kohen yang berasal dari kata kahan yang artinya adalah chief ruler (pang­lima tertinggi), leader (imam), prince (pangeran) atau officer (pe­mangku).

Menurut al-Kitab, jabatan ini merupakan jabatan tertinggi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia pilihan-Nya. Dalam Kitab Kejadian disebutkan bahwa Tuhan telah menganugerahkan jabatan ini kepada Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as, Nabi Ishak as, Nabi Yusuf as, Nabi Harun as dan keturunan mereka. Bahkan, dalam al-Kitab, institusi kekohenan menjadi ajaran puncak dan inti dari konsep kepemimpinan Ilahiah.

Melalui pemahaman ini, dapat dipastikan bahwa para imam Yahudi dan petinggi suku Lewi yang menanyakan perihal identitas Yohanes Pembabtis sebenarnya telah mengetahui setiap pertanyaan yang mereka ajukan, karena pada hakikatnya mereka hanya mau mengetahui tentang apakah Yohanes termasuk salah satu dari tiga figur mesianistik yang dijanjikan tersebut.

Berkaitan dengan hal ini, pertanyaan para imam Yahudi dan petinggi suku Lewi yang ketiga, yaitu: “Engkaukah nabi yang akan datang itu?” menjadi tidak relevan dengan seluruh permasalahan yang ada. Maksudnya, kata nabi untuk merujuk kepada figur mesianistik ketiga menjadi sesuatu yang ganjil, jika tidak ingin disebut sebagai mustahil! Ayat dalam Kitab Maleakhi secara jelas menyebutkan bahwa “Sang Nabi Elia” yang akan datang sebelum kemunculan Sang Mesiah adalah seorang nabi. Sedangkan nubuat-nubuat mengenai Sang Mesiah sendiri juga sudah jelas bahwa Sang Mesiah akan menjadi seorang nabiy’ (nabi), mal’ak (utusan) dan kohen (imam).

Kecuali telah terjadi kesalahan penulisan ataupun periwayatan dari penulis Injil Yohanes, maka tidak ada alasan bagi para imam Yahudi dan petinggi Lewi untuk seakan-akan mengulang kembali pertanyaan itu kepada Yohanes Pembabtis untuk merujuk kepada figur-figur yang mereka telah tanyakan sebelumnya. Alasannya, dua figur mesianistik ini telah ditanyakan sebelumnya dan Yohanes sendiri telah menegaskan bahwa dia bukan Elia maupun Mesiah. Lalu, siapakah figur mesianistik ketiga yang mereka tanyakan itu?

Satu-satunya jalan untuk menjembatani kerancuan ini adalah asumsi bahwa Yohanes—atau siapa pun—yang pernah menyalin Injil Kanon keempat ini dari bentuk aslinya telah salah menuliskan kata yang sebenarnya. Perlu diketahui, selain kata kohen dapat berarti imam seperti yang diadopsi oleh para penerjemah al-Kitab dalam bahasa Indonesia, namun al-Kitab sendiri sebenarnya memiliki padanan kata lain untuk menunjukkan kepada makna yang serupa. Contohnya pada kisah Nabi Musa as dan Harun as dalam Kitab Bilangan diceritakan bahwa Tuhan telah memilih duabelas orang pemimpin bangsa Israel dan memerintahkan Musa as untuk meng­angkat mereka:

Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pemimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tong­kat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. (Bilangan 17: 6)

Kata “pemimpin” pada ayat di atas tidak menggunakan kata kohen untuk memberikan semacam atribut kepemimpinan terhadap kedua belas orang yang terpilih itu, tapi al-Kitab menggunakan kata nasiy’ yang cakupan artinya jauh lebih luas dari makna kohen. Arti kata nasiy’ adalah ketua (chief), kapten (captain), imam (leader), gubernur (governor), pangeran (prince) dan penguasa (ruler).

Kesimpulannya, sangat mungkin bahwa pertanyaan yang diajukan oleh para imam Yahudi dan petinggi Lewi mengenai figur mesianistik yang ketiga sebenarnya adalah nasiy’ (imam) dan bukan nabiy’ (nabi) sebagaimana yang dicatat oleh penulis Injil Yohanes. Salah satu alasannya adalah ketika mereka bertanya, mereka sesungguhnya tidak meragukan figur-figur mesianistik tersebut. Mereka hanya ber­tanya apakah Yohanes termasuk salah satu dari ketiga figur yang mereka tanyakan. Maksudnya, pertanyaan mereka bersifat personal dan tidak substansial. Kalimat “Elia” dan “Mesiah” yang telah mereka ucapkan membuktikan dan menguatkan argumen ini.

Pada kasus yang berbeda dalam konteks yang sama, Injil Yohanes sendiri memang mendapat kritik tajam dari para Kristolog Muslim karena dianggap telah menggunakan kata-kata Yunani yang menyim­pang dari teks-teks aslinya. Kasus penulisan parakletos (artinya: penghibur) dari kata yang seharusnya adalah periclytos (artinya: terpuji; Arab: AHMAD) merupakan salah satu contoh penyimpangan tersebut. Dalam hal ini, tentu saja kita yakin seratus persen bahwa kata yang pernah diucapkan oleh Yesus tentu saja bukan paracletos maupun periclytos karena dua kalimat ini adalah bahasa Yunani, sedangkan Yesus sendiri berbicara dengan bahasa Aramaik. Julukan yang diberikan oleh Yesus kepada salah seorang Hawariy-nya yang bernama Simon bar Yonas as dengan Keffas menunjukkan bahwa Yesus—seumur hidupnya—tidak pernah memanggil Simon as dengan sebutan Petros dalam logat Yunani-nya.

Dengan paparan ini, terbuka kemungkinan bahwa kata yang diucapkan oleh para imam Yahudi dan petinggi Lewi yang seben­arnya adalah nasiy’ (imam) bukan nabiy’ (nabi, pembawa kabar). Hanya saja -baik disengaja maupun tidak- kata ini diasumsikan oleh penerjemahnya sebagai nabiy’ sehingga mereka menerjemahkannya menjadi prophetes dalam bahasa Yunaninya. Selain itu, nubuat-nubuat lain dalam sebagian al-Kitab yang akan diuraikan setelah ini memang menguatkan pandangan bahwa figur mesianistik ketiga yang dijanjikan al-Kitab dan yang pernah ditanyakan oleh para imam Yahudi dan para petinggi Lewi kepada Yohanes Pembaptis adalah (nasiy’) atau Imam al-Mahdi yang juga dijanjikan oleh Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad saw.

Selain apa yang telah diuraikan tentang beberapa aspek Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyangkut kedatangan “Sang Nabi Elia” dan “Sang Mesiah”, kini tiba gilirannya untuk mengetahui apakah al-Kitab sendiri memang pernah menjanjikan kedatangan seorang nasiy’ yang diurapi Tuhan tersebut?

***

Ada sebuah kitab dalam al-Kitab Perjanjian Baru yang penuh dengan wacana-wacana profetis dan figur-figur mesianistik. Tidak mengherankan apabila penafsiran kitab ini oleh umat Yahudi dan Kristen sangat tidak relevan, tidak kontekstual dan tidak obyektif. Kitab yang dimaksudkan adalah Kitab Wahyu atau Apocalypse. Kata apocalyse berasal dari bahasa Yunani, yaitu apokalupsis atau apokaluptô yang secara harfiah berarti wahyu (revelation), tindakan mengungkap (uncover) atau tindakan menyingkap (reveal). Concise Oxford Dictionary menjelaskan arti apocalypse sebagai berikut:

1. Revelation, the last book of the New Testament, recounting a divine revelation to St. John, 2. A revelation, esp. of the end of the world. 3. a grand or violent event resembling those described in the Apocalypse. [11]

Di bawah ini adalah beberapa informasi dan sikap yang harus diambil terhadap isi dan kandungan Kitab Wahyu:

Pertama, Kitab Wahyu berbicara mengenai peristiwa-peristiwa yang terkait dengan akhir zaman atau Hari Kiamat.

Kedua, isi nubuat-nubuat dalam Kitab Wahyu sebenarnya memang tidak terkait dengan dua figur mesianistik yang pernah disebutkan sebagai “Sang Nabi Elia” dan “Sang Mesiah”, karena secara kese­luruhan Kitab Wahyu membicarakan mengenai hal-hal sesudah keda­tangan mereka dan bukan sebelum atau pada saat mereka muncul. Lebih jelasnya, topik yang berkenaan dengan figur manusia yang diurapi Tuhan memang ada dan dijelaskan, bahkan dalam beberapa tempat, namun semua nubuat tersebut tidak lagi terkait dengan “Sang Nabi Elia” dan “Sang Mesiah” seperti yang diuraikan dalam Perjanjian Lama dan sebagaimana yang pernah dijanjikan oleh Yesus mengenai paracletos (atau periclytos) setelah dirinya.

Ketiga, isi Kitab Wahyu tidak tersusun secara kronologis tetapi secara tematis.

Keempat, sekalipun Kitab Wahyu mengandung beberapa pem­beri­taan yang relevan dengan pemberitaan Hari Kebangkitan yang pernah disampaikan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw dan para imam suci Ahlulbait, namun sebagai seorang Muslim kita tidak mempercayai adanya kitab Tuhan yang sepenuhnya utuh seperti pada saat diwahyukan Allah kecuali Al-Qur’an. Kita yakin seratus persen bahwa hanya Al-Qur’an satu-satunya kitab Tuhan yang masih murni dan tidak terdistorsi, sedangkan al-Kitab Yahudi dan Kristen telah bercampur dengan berita-berita palsu dan bohong. Tetapi, terkait dengan hal itu, kita juga mempercayai bahwa salah satu fungsi Al-Qur’an yang tidak terpisahkan dari fungsi-fungsi lainnya adalah “membenarkan” atau meluruskan segala macam bentuk informasi yang telah menyimpang atau senganja disimpangkan dalam al-Kitab Yahudi dan Kristen.

Kelima, penjelasan dan nubuat Kitab Wahyu secara umum ber­sifat metaforis, alegoris dan mistis.

Dari kelima kesimpulan di atas, kesimpulan terakhir perlu diperjelas: sekalipun isi dan kandungan Kitab Wahyu sarat dengan wacana profetis yang terkemas dalam bentuk kiasan dan ungkapan metaforis, tetapi bukan berarti hal itu mustahil untuk diuraikan makna-maknanya secara benar. Terselimutinya penafsiran Kitab Wahyu dalam kabut misteri yang tak terpecahkan oleh umat Yahudi dan Kristen bahkan para Kristolog Muslim sebenarnya disebabkan oleh belum adanya “sandaran atau pijakan” untuk menafsirkan seluruh nubuat yang dimaksud agar bisa dijustifikasikan secara rasional dan kontekstual.

Faktor lainnya, para penafsir tidak jeli menangkap fakta bahwa isi dan kandungan Kitab Wahyu sebenarnya memang tidak bernubuat tentang kenabian tapi bernubuat tentang para imam setelah periode Mesiah Tuhan (baca: Nabi Muhammad saw).

Oleh sebab itu, sebelum bisa mengurai makna nubuat-nubuat dalam Kitab Wahyu, faktor pertama yang mesti kita pahami adalah imamah paska wafatnya Rasulullah saw. Faktor kedua adalah aspek-aspek historis berkenaan dengan riwayat hidup para imam suci Ahlulbait Nabi as. Faktor terakhir adalah hadis-hadis kedatangan Imam Mahdi as.

Berkaitan dengan sejarah Imam Mahdi as disebutkan bahwa menurut hadis-hadis Rasulullah saw dan para imam suci Ahlulbait as serta beberapa penulis sejarah Islam Ahlusunah maupun Syiah meriwayatkan bahwa Imam Mahdi as berasal dari keturunan kesem­bilan Imam Husein bin Ali as atau Imam Keduabelas dari keturunan Imam Ali bin Abi Thalib as. Namanya akan sama dengan nama Rasulullah saw dan nama ayah beliau sama dengan nama putra pertama Imam Ali as. Pada bab pertama buku Al-Mahdi al-Mau’ûd al-Muntazhar karya Syaikh Najmuddin al-Askari disebutkan 26 riwayat dari jalur Ahlusunah yang menyebutkan bahwa Imam Mahdi as telah dilahirkan di kota Samarra‘ yang kini menjalani kegaiban hingga saat kemunculannya nanti.[12]

Menurut sejarawan Syiah, kelahiran Imam Mahdi as terjadi pada tanggal 15 Syakban 255 H di kota Samarra‘. Dijelaskan bahwa kondisi menjelang kelahirannya hampir sama dengan yang terjadi pada saat kelahiran Musa as. Menjelang Musa as dilahirkan, beberapa cenayang bangsa Mesir meramalkan kelahiran seorang bayi lelaki dari bangsa Israel yang kelak mampu meruntuhkan Impirium Pharaoh. Kabar itu telah memunculkan kekhawatiran penguasa Mesir, sehingga menyulut pembantaian terhadap bayi-bayi lelaki berkebang­saan Israel. Menjelang Imam Mahdi as dilahirkan, penguasa Dinasti Abbasiyyah, al-Mu’tamid juga sempat mengalami kehawatiran yang sama. Al-Mu’tamid memerintahkan aparatnya untuk melacak dan mengawasi setiap kelahiran yang terjadi. Ibunda Imam Mahdi as, Sayidah Janab Narjis Khatun as, sempat mendapat pengawasan ketat dari Qadhi Abu Surab yang mendapat perintah langsung dari al-Mu’tamid untuk mengawasi keluarga Imam Hasan al-Askari as. Akan tetapi, melalui Pemeliharaan Langit (Divine Protection) dan beberapa fenomena supranatural yang mengiringi kelahiran beliau; sama seperti yang pernah dialami Musa as dan ibunya, maka sang ibu dan Imam Mahdi as yang baru dilahirkan akhirnya terlindungi dari para penguasa yang hendak mencelakakan mereka. Semenjak kelahiran­nya hingga balita, pemeliharaan Imam Mahdi as tetap dira­hasiakan dan hanya orang-orang tertentu saja yang diperkenankan untuk bertemu dengannya. Beliau mengalami dua kali kegaiban. Pertama terjadi pada 260 H, sedangkan kegaiban kedua dan disebut sebagai kegaiban akbar (al-ghaybah al-kubrâ) terjadi pada tahun 328 H sampai sekarang.

Mengetahui berita wafatnya Imam Hasan al-Askari as (ayah Imam Mahdi as) pada 8 Rabiulawal 260 H dan mendengar bahwa upacara penguburannya dipimpin oleh seorang bocah berusia 4 tahun, al-Mu’tamid menyadari bahwa sang bocah adalah Imam Mahdi as. Untuk mengkonfirmasikan hal tersebut, dia memerintahkan para pengawal untuk menangkap ibunda Imam Mahdi as dan mengintero­gerasinya. Tetapi, setelah memenjarakan ibunda Imam Mahdi as selama enam bulan tanpa memperoleh hasil, akhirnya al-Mu’tamid melepaskannya.

Selain kisah kelahirannya, Sayidah Narjis Khatun as atau ibunda Imam Mahdi as juga disebutkan memiliki silsilah keturunan hingga datuknya yang bernama Simon Keffas atau Santo Petrus. Simon anak Yohanes merupakan pemimpin Hawariy dari Isa as.[13] Setelah ber­akhirnya misi kenabian Isa as, dia mengembalikan posisi kepemim­pinan bangsa Israel kepada suku Yusuf.[14] Menurut kitab-kitab Injil Kanonik, Simon berasal dari Betsaida, sebuah kota di tepi danau Tiberias, daerah Provinsi Galilea di wilayah suku Menasye.

Menurut Kitab Kejadian, setelah Nabi Yakub as wafat, putra Yusuf yang bernama Manasye, diangkat untuk menjadi pemimpin bangsa Israel dan hal ini terus berlangsung hingga kedatangan Musa as dan Harun as dari suku Lewi. Kisah yang disebutkan al-Kitab dan juga Al-Qur’an mengenai mimpi Nabi Yusuf as tentang sujudnya sebelas bintang, matahari dan bulan kepadanya[15] jelas mengukuhkan argumen ini. Bahkan, di kemudian hari, pecahnya Kerajaan Israel paska Nabi Sulaiman as terjadi akibat perebutan kekuasaan antara suku Yehuda dan suku Yusuf. Hanya saja, yang terlibat konflik dengan suku Yehuda adalah suku Efraim putra kedua Yusuf as yang merupakan saudara Manasye.

Berkaitan dengan sejarah peristiwa kelahiran Imam Mahdi as dan perjuangan sang Ibu untuk melindungi putranya dari upaya pem­bunuhan penguasa Dinasti Abbasiyyah serta asal-usul Sayidah Narjis Khatun as yang sampai kepada Santo Petrus jelas sangat unik dan luar biasa! Belum pernah ada kisah-kisah seperti ini dalam ajaran, tradisi maupun sejarah umat Yahudi atau Nasrani. Ajaran Yahudi bahkan tidak peduli dengan Simon Petrus as karena dianggap sebagai figur ajaran Kristen. Selain Simon Petrus, Nabi Yahya as dan Isa as tidak pernah masuk daftar jajaran nabi bangsa Israel. Umat Yahudi meyakini bahwa Sang Mesiah konon akan berasal dari suku Yehuda dan tidak akan pernah sudi untuk memberikan porsi keuta­maan itu kepada suku Yusuf!

Dalam ajaran Kristen juga tidak pernah ada perhatian khusus kepada Simon Petrus as setelah kewafatannya, kecuali mengabadi­kan nama beliau untuk bangunan-bangunan gereja di berbagai tempat di dunia termasuk gedung Keuskupan yang megah di Vatikan yaitu, St. Peter’s Cathedral atau Katedral Santo Petrus, dan itu pun baru terjadi pada awal abad kelima belas Masehi. Peletakan batu pertama untuk membangun Katedral ini dilakukan oleh Paus Julius dan dibangun selama 120 tahun dari tahun 1506 M hingga 1626 M.

Alhasil, ajaran Kristen tidak pernah menantikan seorang juru selamat yang ibunya akan berasal dari keturunan Simon Petrus as, karena dalam Kristen, suku Yehuda lebih utama daripada suku Yusuf. Selain itu, yang akan datang menjelang akhir zaman nanti dalam kepercayaan umat Kristen adalah Yesus Kristus tanpa kehadiran seorang Imam (Paus atau Uskup) atau lainnya sebagai pendamping Yesus. Dan tidak pernah ada juga riwayat yang menyatakan bahwa pemimpin mereka akan lahir dari seorang ibu yang memiliki silsilah sampai kepada Simon Petrus as.

Sehubungan dengan seluruh uraian mengenai sejarah Imam mahdi as di atas dan hal-hal yang terkait dengan peristiwa-peristiwa tersebut seperti kelahirannya, ibunya dan kegaibannya, sebenarnya ada sebuah nubuat yang perlu dicermati pada pasal 12 dalam Kitab Wahyu. Nubuat itu adalah sebagai berikut:

Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perem­puan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaan­nya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.

Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk mene­lan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahi­rkan-Nya.

Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan meng­gembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anak­nya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. (Wahyu 12:1-5)

Seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa nubuat adalah wacana profetis. Ia merupakan pemberitahuan tentang kejadian-kejadian tertentu setelah periode penerimaan nubuat. Pesan atau substansi nubuat itu sendiri bersifat abstrak dalam bentuk gambaran simbolis dan metaforis. Ditinjau dari sudut pandang awam, kebanyakan manusia baru menyadari bahwa suatu nubuat itu telah tergenapi atau terjadi setelah berlalunya peristiwa yang dinubuatkan. Berkaitan dengan wacana pernubuatan, Al-Qur’an sendiri memiliki banyak contoh nubuat seperti nubuat Yusuf as mengenai bintang, matahari dan bulan bersujud kepadanya, mimpi Raja Mesir di zaman Yusuf as yang melihat tujuh biji gandum dan tujuh ekor sapi kurus dan gemuk serta mimpi dua orang teman penjara Yusuf as dan masih banyak lagi. Ada juga nubuat Al-Qur’an yang masih belum terpenuhi atau tergenapi seperti runtuhnya tembok pembatas dari besi yang dibuat oleh Zulkarnain serta kemunculan Ya’juj dan Ma’juj yang terkait dengan kemunculan Imam Mahdi as.

Apa pun gambaran atau bentuk suatu nubuat pada intinya memang dari seorang nabi yang bisa dipahami dan bukan sekedar khayalan. Figur-figur abstrak dalam suatu nubuat dapat diinterpretasikan. Hanya saja, dibutuhkan pemahaman yang cukup mendalam terhadap nubuat itu sendiri dan apa-apa yang dinubuatkan. Sehubungan dengan nubuat Kitab Wahyu di atas, ada hal unik yang tergambarkan, yakni figur seorang ibu yang mengandung dan tengah menanti kelahiran bayinya serta ancaman dari seekor naga merah padam yang buas yang hendak memangsa sang bayi, jelas memiliki pesan profetik yang amat dalam.

Dalam al-Kitab, sering kali nubuat para nabi perihal penguasa yang membenci ajaran Tuhan atau dinasti atau kerajaan yang menen­tang ajaran Tuhan dengan gambaran-gambaran yang menakutkan. Wacana profetik seperti gambaran binatang yang menakutkan sesung­guhnya merepresentasikan kerajaan yang besar dengan kekuatan dahsyat dan mengerikan. Kekuatan mereka seakan-akan mewakili demonic creatures, terror, diabolic powers, satanic, devilish atau the evil itself. Seluruh kiasan itu mewakili kekuatan bala tentara iblis dan setan sehingga digambarkan dalam bentuk metaforis atau simbolis berupa binatang-binatang monster yang mengerikan. Tanduk biasanya identik dengan raja atau penguasa di imperium kegelapan (empire of darkness), sedangkan mahkota merupakan simbol ajaran, kekuasaan atau majesty.

Oleh sebab itu, gambaran seekor naga merah yang disebutkan Kitab Wahyu jelas bukan naga sungguhan, karena ungkapan itu adalah metafora untuk mewakili simbol kekuasaan atau kerajaan bejat tertentu. Sebagai perbandingan dan untuk memperkaya pen­jelasan tentang makna nubuat Kitab Wahyu di atas, kita patut meneliti Kitab Nabi Daniel as yang sarat dengan wacana-wacana profetis.[16]

***

Dalam visinya mengenai figur Sang Mesiah di pasal tujuh dan delapan, Daniel as menyaksikan kemunculan empat ekor binatang monster yang menyeramkan dari dasar laut berikut segala elemen kekuatan yang termanifestasikan dalam figur monsteristik tersebut. Namun, malaikat yang menunjukkan visi itu mengatakan bahwa empat ekor binatang buas yang disaksikan Daniel as itu sesung­guhnya adalah empat kerajaan besar yang mewakili kekuatan kege­lapan atau kaum pagan. Mereka akan berkuasa di bumi secara silih berganti dan yang terakhir akan muncul sebelum periode kedatangan Sang Mesiah.

Berkaitan dengan nubuat Kitab Daniel as dan Kitab Wahyu tersebut, umat Yahudi mengatakan bahwa kedua nubuat itu men­jelaskan tentang kedatangan Sang Mesiah di akhir zaman. Jadi, nubuat Daniel as dan Kitab Wahyu sama-sama belum terpenuhi (terjadi) sampai sekarang. Akan tetapi, apabila dicermati, nubuat yang disampaikan dalam Kitab Wahyu pasal 12 sebenarnya tidak pernah menceritakan tentang kedatangan figur mesianistik pertama maupun kedua, karena ketika Daniel as bernubuat mengenai Sang Mesiah dan penyaksiannya mengenai empat monster itu, Daniel as tidak pernah menceritakan tentang kemunculan sebuah kerajaan yang digambarkan dengan sosok naga merah.

Dengan demikian, selain masih banyak kesalahpahaman di dalam ajaran Yahudi mengenai Sang Mesiah, interpretasi Yahudi yang mengatakan bahwa nubuat Daniel as dan Kitab Wahyu belum terpenuhi sebenarnya sangat tidak tepat, karena keduanya memang tidak saling berhubungan. Maksudnya, nubuat Daniel as berbicara mengenai satu masalah dan Kitab Wahyu bernubuat tentang masalah yang lain. Memang benar bahwa nubuat Daniel as dan Kitab Wahyu sama-sama berbicara mengenai Sang Mesiah, hanya saja mereka bukan satu figur yang sama.

Dari sisi penafsiran yang berbeda, nubuat Kitab Wahyu juga mustahil merepresentasikan Yesus Kristus-nya umat Kristen, karena nubuat ini muncul setelah Yesus dan bukan sebelumnya.[17] Nubuat ini juga mustahil berbicara mengenai kedatangan Yesus yang kedua karena Yesus telah diangkat ke langit, sedangkan kedatangannya akan turun dari langit dan bukan melalui proses kelahiran sebagai­mana dinubuatkan dalam Kitab Wahyu.

Para Kristolog Muslim Suni juga tidak pernah menganggap nubuat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. Sungguh tidak mengherankan apabila pembahasan mengenai nubuat ini sering ter­lewatkan oleh para Kristolog Muslim dan dianggap kurang menarik atau bahkan terlalu misterius.

Melalui penjelasan ini, dapat dipahami mengapa riwayat-riwayat seputar kisah kelahiran Imam Mahdi as dan perjuangan ibunya yang dicatat oleh kalangan sejarawan Syiah menjadi data yang menggem­par­kan! Nubuat Kitab Wahyu yang menceritakan tentang “seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya” memiliki penafsiran yang sangat dalam. Singkatnya, gambaran nubuat mengenai “sang perempuan” jelas sekali merujuk kepada figur ibu Imam Mahdi as yang disebut bahwa ia akan berasal dari keturunan Simon Petrus as dari suku Yusuf. Sedangkan pernyataan yang mengatakan “berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepala­nya”, tidak hanya mengingatkan kita akan mimpi Yusuf as, bahkan hal ini mempunyai pengertian yang lebih kaya daripada itu! Surah Yusuf yang berada pada urutan kedua belas dalam susunan Al-Qur’an bercerita tentang mimpi Nabi Yusuf as sebagai berikut:

(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf: 4)

Ayat di atas merupakan penjelasan ulang dari Al-Qur’an tentang sejarah bermulanya kepemimpinan Yusuf dan keturunannya atas bangsa Israel. Al-Qur’an hanya menyebut sebelas bintang karena Yusuf as dan keturunannya masih menjadi bintang terbesarnya. Maksudnya, Yusuf as dan keturunannya masih merupakan imam atau pemimpin untuk kesebelas bintang lainnya.

Uniknya, dalam nubuat Kitab Wahyu, angka itu sudah tidak lagi menyebut sebelas bintang tapi duabelas. Ungkapan ini sesungguhnya mewakili beberapa arti penting: pertama, pesan nubuat dalam Kitab Wahyu adalah untuk bangsa Israel dan bukan untuk umat Islam. Nubuat Kitab Wahyu menjelaskan mengenai asal-usul sang perem­puan dari bangsa Israel. Nubuat ini juga mengkonfirmasikan bahwa ketika sang perempuan itu mengandung anaknya, imamah bangsa Israel sudah tidak lagi berfungsi. Angka duabelas sangat jelas mem­berikan arti bahwa sang perempuan akan hidup bukan pada saat imamah bangsa Israel masih berjalan, tapi setelah imamah Israel sudah tidak lagi berfungsi. Ketika imamah bangsa Israel sudah tidak lagi berfungsi, maka fakta itu hanya mungkin menandakan kepada satu hal bahwa sang perempuan hidup setelah periode Sang Mesiah, karena sesuai nubuat al-Kitab sendiri, Sang Mesiah bukan keturunan Bani Israel tapi keturunan Bani Ismail.

Maksudnya seperti ini, pertama Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab Perjanjian Baru umat Kristen. Dan menurut ajaran Kristen, Yesus adalah Sang Mesiah. Tetapi, penelitian kalangan Kristolog Muslim membuktikan bahwa Yesus bukanlah Sang Mesiah yang dimaksud dalam al-Kitab, karena semua fakta menunjukkan bahwa Sang Mesiah tersebut adalah Nabi Muhammad saw.

Nubuat-nubuat dalam Kitab Wahyu merupakan nubuat-nubuat yang diasumsikan oleh kalangan Kristen sendiri terjadi setelah Yesus dan berdekatan dengan akhir zaman. Oleh sebab itu, nubuat-nubuat kitab Wahyu tersebut hanya mungkin terjadi setelah periode Nabi Muhammad saw dan bukan sebelumnya.

Kedua, Yusuf as dan keturunannya merupakan kelompok putra-putra Nabi Ya’kub as yang mengawali imamah bangsa Israel sampai dengan periode Nabi Musa as dan Harun as. Setelah itu imamah bangsa Israel dipegang oleh suku Lewi melalui keturunan Imam Harun as sampai periode Yesus. Lalu, dengan berakhirnya kenabian bangsa Israel, maka hal itu juga menandakan berakhirnya imamah suku Lewi. Oleh sebab itu, Yesus mengembalikan posisi imamah suku Yusuf atas bangsa Israel melalui Simon Petrus dan keturunan­nya sebagai tanda kepada bangsa Israel untuk menantikan keda­tangan “seorang nabi sama seperti aku (Musa)”,[18] yaitu Nabi Muhammad saw. Setelah Nabi Muhammad saw wafat, imamah dipegang oleh dua­belas orang yang berasal dari Ahlulbait Nabi saw.

Dengan mencermati keterengan-keterangan poin pertama dan kedua, dapat kita ambil konklusi sebagai berikut:

  • Sang perempuan pasti berasal dari keturunan suku Yusuf karena simbol-simbol yang disebutkan Kitab Wahyu dan dapat dipastikan juga bahwa dia akan hidup setelah periode Nabi Muhammad saw, karena Nabi Muhammad saw adalah Mesiah yang sesungguhnya.
  • Pada perode Nabi Muhammad saw (dan setelahnya), imamah dideklarasikan berjumlah duabelas orang dari Ahlulbait Nabi saw.
  • Sang Mesiah adalah figur unversal dan dia membawa ajaran untuk semua bangsa tanpa terkecuali. Dengan demikian, imamah Ahlulbait as setelah periode Nabi Muhammad saw adalah para imam yang mewakili otoritas universal. Mereka (para imam Ahlulbait as) memimpin dan mengeksekusi ajaran Islam kepada semua bangsa tanpa pengecualian.
  • Mengingat jumlah para imam adalah duabelas orang dan nubuat Kitab Wahyu terkait dengan kelahiran salah seorang figur imam universal setelah Sang Mesiah (baca: Nabi Muhammad saw), maka sang perempuan itu juga dapat dipastikan merupakan ibu dan istri dari salah seorang imam universal tersebut.

Menurut Kitab Wahyu, sang perempuan yang untuk memimpin semua bangsa itu adalah imam terakhir. Kitab Wahyu sendiri setelah itu tidak pernah lagi menceritakan tentang adanya imam lain yang akan memimpin dunia kecuali anak dari sang perempuan tersebut. Oleh sebab itu, bayi yang dikandung oleh sang perempuan ini pastilah imam terakhir atau Imam Kedua belas setelah Sang Mesiah. Sedangkan ayahnya pastilah imam kesebelas yang berasal dari ketu­runan Sang Mesiah.

Ketiga, ketika terjadinya pernikahan antara Sayidah Narjis Khatun as dan Imam Hasan al-Askari as, maka hal itu menandakan bahwa imamah dan kerajaan besar[19] yang dianugerahkan Tuhan kepada keluarga Ibrahim as telah menyatu. Setiap pembaca al-Kitab—Yahudi maupun Kristen—jelas mengetahui bagaimana al-Kitab menjelaskan kekuatan, kemuliaan dan keperkasaan Yusuf dan keturunannya di masa lalu. Doa Ya’qub as dalam al-Kitab kepada Yusuf as dan keturunannya cukup sebagai bukti di atas:

Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok.

Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanah­nya dan menyerbunya,

namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel,

oleh Allah ayahmu yang akan menolong engkau, dan oleh Allah Yang Mahakuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letaknya di bawah, dengan berkat buah dada dan kandungan.

Berkat ayahmu melebihi berkat gunung-gunung yang sejak dahulu, yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang berabad-abad; semuanya itu akan turun ke atas kepala Yusuf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di antara saudara-saudara­nya. (Kejadian 49: 22-26)

Keempat, berita penting untuk dipahami dalam nubuat Kitab Wahyu adalah mengenai bayi yang dilahirkan sang perempuan. Nubuat Kitab Wahyu mengatakan: “Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.” Maksudnya, sang anak akan menggembalakan seluruh bangsa dengan ketegasan dan kekerasan. Menurut riwayat hadis-hadis disebutkan bahwa Imam Mahdi as akan bersikap tegas dalam kepemimpinannya. Beliau tidak kenal kompromi dalam menumpas siapa pun yang menghalangi misinya.

Seluruh nubuat di atas pasti tidak mungkin menggambarkan figur Nabi Muhammad saw, karena kemunculan sang anak menurut Kitab Wahyu berdekatan dengan Hari Kiamat yang mana dia akan ber­perang melawan Gog dan Magog setelah penguasaanya atas dunia. Selain itu, nubuat ini tidak mungkin mewakili figur Yesus umat Kristen yang terkenal lemah lembut dan pemaaf. Nubuat ini juga tidak mungkin ditafsirkan untuk Mesiah-nya umat Yahudi yang konon berasal dari keturunan Daud as. Perlu diketahui bahwa figur Mesiah Daud atau ideologi tentang Davidic Messiah sebenarnya memang suatu propaganda palsu yang dibuat oleh para pembesar Kerajaan Yudea di masa lalu untuk melestarikan kekuasaan mereka. al-Kitab sendiri menyatakan bahwa Sang Mesiah akan datang dari putra Ibrahim as yang dikorbankan, yaitu Ismail as, tetapi mereka telah mengubahnya menjadi Ishak as supaya klaim atas kemesiahan dapat diberikan kepada suku Yehuda.

***

Di luar masalah kecocokan figur, nubuat Kitab Wahyu memang tidak pernah terkait dengan jabatan kenabian seorang nabi. Artinya, sang anak memang bukan seorang nabi. Nubuat Kitab Wahyu selalu berbicara mengenai para imam dan pemerintahan mereka sebagai­mana disebutkan dalam beberapa ayat lanjutannya. Di bawah ini adalah beberapa contohnya:

Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi. (Wahyu 5: 10)

Dan aku mendengar suara yang nyaring di surga berkata: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerin­tahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” (Wahyu 12:10)

Kata “imam-imam” pada ayat di atas merupakan terjemahan dari bahasa Yunani Hiereus (baca: hee-er-yooce’) yang artinya dalam bahasa Inggris adalah Priest atau High Priest. Kata ini bukan mem­berikan arti bahwa mereka adalah pendeta, pastur, paderi, kardinal, uskup, Paus atau lainnya. Istilah-istilah tersebut sangat asing dan tidak pernah dikenal sebelumnya dalam ajaran bangsa Israel. Kitab Wahyu adalah kitab yang berbicara tentang akhir zaman kepada bangsa Israel dan mengikuti ajaran-ajaran para nabi sebelumnya. Umat Yahudi dan Kristen memang mengakui bahwa kata “imam-imam” yang dimaksudkan Kitab Wahyu seperti pada ayat-ayat di atas sebenarnya identik dengan Kohen atau Nuqabâ’ (bentuk jamak dari naqîb) bangsa Israel. Selain hiereus, istilah asing lainnya untuk Kohen bangsa Israel adalah Sacerdos seperti dalam bahasa Latin.

Akhirnya, kecuali mengakui bahwa nubuat Kitab Wahyu memang terkait dengan figur para imam Ahlulbait Nabi Muhammad saw (termasuk Imam Mahdi as), maka tidak akan pernah ada satu figur manusia manapun, baik menurut ajaran Yahudi maupun Kristen, yang dapat memanifestasikan nubuat tersebut. Bukti lain yang menguatkan bahwa nubuat Kitab Wahyu terkait dengan Imam Mahdi as adalah bagian akhir ayat yang menyatakan: “Tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya”.[20] Kalau ini tidak berarti untuk kegaiban Imam Mahdi as, maka tidak akan pernah ada satu interpretasi apapun yang mampu menjelaskan makna sesungguhnya nubuat ini.

Wacana-wacana profetik lainnya dalam Kitab Wahyu yang juga menakjubkan adalah nubuat tentang munculnya kuda-kuda beserta para penunggangnya dengan warna dan ciri tertentu menjelang era kebangkitan Imam al-Mahdi as. Nubuat-nubuat itu adalah sebagai berikut: pertama, nubuat kemunculan kuda putih:

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju seba­gai pemenang untuk merebut kemenangan. (Wahyu 6: 2 dan 19: 11-16)

Kedua, nubuat kemunculan kuda merah:

Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera21 dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar. (Wahyu 6:4)

Ketiga, nubuat kemunculan kuda hitam.

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. (Wahyu 6:5)

Keempat, nubuat kemunculan kuda hijau dan kuning:

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi. (Wahyu 6: 8)

Seluruh ayat di atas merupakan sebagian dari gambaran-gam­baran nubuat yang terdapat dalam Kitab Wahyu. Makna kuda pada ayat di atas adalah kiasan dan bukan sungguhan. Kuda melam­bang­kan gerakan dan mobilisasi. Ia mewakili kekuatan, kesatuan pasukan, kebisingan dan kegaduhan. Sebelum era mesin dan teknologi, manu­sia berperang dengan menunggangi kuda dan pemimpin pasukan akan selalu membawa bendera yang mewakili kelompok dan misi perjuangan masing-masing. Gambaran seekor kuda dengan penung­gangnya merepresentasikan pemimpin suatu kelompok pergerakan. Maksudnya, di belakang sang penunggang itu terdapat sejumlah pengikut lain yang mendukung pemimpin mereka.

Sedangkan warna bisa berarti simbol untuk suatu bangsa, kelom­pok, ideologi, ajaran, pemikiran atau agama. Apa yang dipegang atau digenggam oleh sang penunggang merefleksikan tujuan dari pergerakan mereka. Memberikan interpretasi seperti ini untuk mema­hami suatu nubuat adalah umum. Namun, seluruh interpretasi seperti itu hanya menafsirkan semangat dan bukan gambaran seutuhnya dari nubuat yang dimaksud.

Wacana profetis yang benar adalah visi dari Tuhan kepada seorang nabi dan interpretasi yang benar mengenai suatu visi kenabian sebenarnya hanya bisa dijelaskan secara utuh melalui ilmu dan lisan nabi itu sendiri atau nabi lainnya. Dengan demikian, apabila nubuat Kitab Wahyu memang merupakan visi kenabian nabi bangsa Israel mengenai kedatangan Imam Mahdi as, kejadian-kejadian akhir zaman dan kebangkitan, maka mungkinkah ada seorang pemberi penjelasan yang lebih akurat dan lebih tepat dari Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw serta para imam Ahlulbait?

***

Ada beberapa riwayat hadis Suni maupun Syiah yang menjelas­kan tentang tanda-tanda akhir zaman. Beberapa hadis menyebutkan bahwa menjelang akhir zaman nanti akan muncul sejumlah kelompok yang akan membawa beberapa bendera dengan warna dan ciri ter­tentu. Bendera itu akan mewakili ideologi, kepemimpinan, kekuatan dan pergerakan. Hadis-hadis itu adalah sebagai berikut:

Pertama, hadis-hadis mengenai kemunculan warna putih.

Muhammad bin al-Hanafiyah berkata: “Setelah keluar bendera hitam kepunyaan Bani Abbas, keluar bendera hitam lain dari Khurasan. Songkok-songkok mereka hitam dan pakaian-pakaian mereka putih. Mereka dipimpin oleh seorang lelaki bernama Syu‘aib bin Shaleh atau Shaleh bin Syu‘aib dari Bani Tamim. Mereka akan mengalahkan kelompok as-Sufyani, sampai tiba di Baitul Maqdis. Di sana mereka mengukuhkan kekuasaan al-Mahdi. Gerakan ini dibantu oleh tiga kelompok dari Syam yang antara hal ini dan penyerahan kekuasaan kepada al-Mahdi berjarak 72 bulan.”

Kedua, hadis-hadis mengenai kemunculan warna hitam:

Imam al-Baqir as berkata: “Bendera-bendera hitam akan datang dari Khurasan menuju Kufah. Bila al-Mahdi sudah keluar, mereka akan mengirimkan seorang utusan untuk membaiatnya.”

Ibnu Hammad meriwayatkan dalam manuskripnya hadis berikut ini:

“Bendera-bendera hitam akan tiba dari Khurasan menuju Kufah. Manakala al-Mahdi muncul di Mekah, mereka akan mengirim utusan untuk membaiat al-Mahdi.”

Ketiga, hadis-hadis mengenai kemunculan merah:

Amirul Mukminin as berkata: “Untuk itu ada tanda-tanda dan petunjuk-petunjuknya… keluarnya Sufyani dengan membawa bendera merah beserta seorang panglima yang berasal dari Bani Kalb.”

Dalam hadis lain disebutkan bahwa Arathah bin al-Munzhir ber­kata:

“Akan keluar si buruk dan terkutuk itu dari arah al-Mandarun, sebelah timur Bisan, menunggang kuda merah dan mengenakan mahkota.”

Keempat, hadis-hadis mengenai kemunculan kuning.

Nabi saw bersabda: “Wahai ‘Auf, hitung sampai enam (peristiwa besar) sebelum terjadi Hari Kiamat… sebuah fitnah di mana tidak ada satu rumah orang Arab melainkan dimasukinya, lalu genjatan senjata antara kalian dan orang-orang kulit kuning (bani al-ashfar). Kemudian mereka akan berkhianat dan mendatangi kalian dengan membawa 80 ghâyah, setiap ghâyah beranggotakan 12.000 (tentara).”

Apabila mengikuti hadis-hadis tersebut di atas, sebenarnya dapat terlihat jelas bahwa nubuat-nubuat Kitab Wahyu masih terselemuti makna-makna metaforis, sedangkan hadis-hadis Nabi sudah memiliki penjelasan yang lebih spesifik.

***

Untuk mengakhiri pembahasan mengenai nubuat-nubuat seputar kedatangan Imam Mahdi as, sebenarnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

A. Mesianisme Menurut Ajaran Yahudi

Kesalahan terbesar ajaran Yahudi mengenai pemahaman mereka atas konsep Mesiah sebenarnya terjadi akibat dua hal: pertama, disebabkan oleh kesengajaan mereka di masa lalu mengubah kisah pengorbanan Ibrahim as dan putranya yang akan membawa ketu­runan Mesiah, yaitu: dari yang seharusnya Ismail as menjadi Ishak as. Hal ini menjadi benang merah seluruh kesalahan ajaran mereka, dengan menggantikan nama Ismail as menjadi Ishak as, pada akhir­nya generasi-generasi lanjutan bangsa Israel sampai hari ini sebenarnya menantikan kedatangan figur Mesiah yang memang tidak akan pernah eksis sama sekali. Runtunan kesalahan itu pun membawa konsekuensi ideologis atas agama yang mereka yakini. Sedangkan kesalahan kedua merupakan akibat dari ulah mereka yang pertama tadi, sehingga terjadi tabrakan figur mesianistik yang akan datang menjelang Hari Kiamat dalam keyakinan mereka.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa figur-figur mesianistik yang seharusnya adalah tiga orang dan bukan dua, yakni “Sang Nabi Elia”, “Sang Mesiah” dan “Sang Imam akhir zaman”. Umat Yahudi telah menyatukan figur “Sang Mesiah” dengan “Sang Imam akhir zaman”, sehingga mereka meyakini dua figur mesianistik saja. Hal ini tidak mengherankan, karena kedua figur itu secara faktual memang memiliki nama yang sama, yaitu Muhammad saw (atau Sang Mesiah) dan Muhammad al-Qa’im (atau Imam Mahdi as).

Sebab lainnya adalah kesalahan pemahaman mereka akan jabatan masing-masing figur mesianistik tersebut, yakni Nabi Muhammad saw dan Imam Mahdi as. Nabi Muhammad saw adalah nabi, rasul dan imam, sedangkan Muhammad al-Mahdi as hanya seorang imam dari keturunan beliau. Namun, karena umat Yahudi mengasumsikan bahwa mereka adalah dua figur yang sama, maka konsekuensinya yang datang nanti adalah satu orang saja, yaitu orang yang akan menjadi nabi, rasul dan imam sekaligus.

B. Mesianisme menurut Ajaran Kristen

Kesalahpahaman Kristen mengenai konsep mesianisme juga mengikuti pola yang sama. Umat Kristen sebenarnya merupakan victim atau korban dari konflik internal bangsa Israel mengenai konsep kemesiahan. Ketika Yesus dipaksakan menjadi Mesiah, maka mereka juga terpaksa harus meng-“Elia”-kan Nabi Yahya as atau Yohanes Pembaptis. Tanpa mendudukkan Nabi Yahya as sebagai figur “Sang Nabi Elia”, maka otomatis Yesus juga tidak bisa di-Mesiah-kan. Ungkapan ‘Kristen Katholik’ secara harfiah berarti mesiah (Kristos) dan universal (Katholikos), atau ajaran yang meyakini bahwa Yesus (Nabi Isa as) adalah Mesiah Universal yang pernah dijanjikan Tuhan kepada bangsa Israel.

Adapun mengenai kedatangan Yesus yang kedua dari langit menjelang akhir zaman nanti, sebenarnya merupakan konsekuensi atas logika berpikir yang mereka gunakan. Memang betul bahwa Mesiah yang terakhir akan datang sebelum Hari Kiamat, tapi sebenar­nya mereka adalah dua figur manusia yang saling berbeda, termasuk dalam jabatan, tugas dan misi masing-masing. Ajaran Kristen, seba­gaimana halnya Yahudi, meyakini bahwa putra Ibrahim as yang dikorbankan adalah Ishak as. Sebagai akibatnya, umat Kristen juga sebenarnya meyakini dua figur mesianistik saja. Perbedaannya, mereka menganggap bahwa kedatangan Yesus yang pertama telah terjadi dan tinggal menunggu kedatangannya yang kedua (terakhir) menjelang akhir zaman. Namun, mereka meyakini bahwa figur mesianistik yang terakhir nanti adalah orang yang sama atau Yesus Kristus itu sendiri.

Pada hakikatnya, figur mesianistik yang kedua dan ketiga memang memiliki nama yang sama, hanya saja mereka bukan satu orang tetapi dua figur manusia yang berbeda. Lalu, bagaimana dengan riwayat hadis-hadis seputar kedatangan Isa as pada akhir zaman nanti menurut sumber-sumber otentik Ahlusunah dan Syiah? Jawabnya: hadis-hadis itu memang benar, bahkan satu-satunya figur nabi yang digambarkan akan datang menjelang akhir zaman nanti di dalam Kitab Wahyu adalah Yesus atau Nabi Isa as. Hanya saja, Mesiah Akhir Zaman yang dimaksudkan bukanlah Yesus atau Nabi Isa as, melainkan Imam al-Mahdi.

C. Mesianisme Menurut Ajaran Ahlusunah

Mayoritas umat Islam di dunia saat ini didominasi oleh penganut ajaran Ahlusunah atau kelompok Islam yang meyakini bahwa setelah Rasulullah saw wafat, kepemimpinan setelah beliau dipilih melalui sistem musyawarah atau konsensus dan bukan berdasarkan nas seperti yang dipahami Syiah Imamiyah. Artinya, kelompok ini meyakini bahwa kenabian (nubuwwah) adalah dengan nas tetapi imamah tidak demikian, sehingga mereka boleh dipilih oleh umat Islam.

Singkatnya, walaupun penolakan Ahlusunah atas nas-nas imamah terkesan sepele, akan tetapi ketika mereka menolak duabelas orang imam yang datang dari Ahlulbait Nabi saw, maka pada akhirnya mereka tidak memiliki satu figur manusia rujukan atau role-model yang dapat memelihara mereka dari berbagai macam kesalahan di dalam menginterpretasikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Sungguh tidak mengherankan bahwa sekalipun jumlah Ahlusunah adalah mayoritas tetapi mereka sendiri terkotak-kotak melalui beragam­nya mazhab akidah dan fikih dimana antara satu mazhab dengan yang lain tidak sejalan.

Salah satu kebingungan terbesar di kalangan umat Ahlusunah adalah kerancuan mereka dalam memahami figur Imam al-Mahdi as. Bahkan, di antara mereka ada yang menolak hadis-hadis mengenai kedatangannya karena tidak tahu bagaimana dan dengan cara apa mereka bisa memahami figur tersebut. Hal ini tidak mengejutkan, karena ketika kenabian Nabi Muhammad saw dipisahkan dari ajaran imamah yang disampaikannya, maka pijakan keagamaan dan keya­kinan mereka juga pasti mengalami kerancuan sebagaimana ajaran Yahudi yang terbingungkan dalam memahami Sang Mesiah Akhir Zaman.

Mayoritas Ahlusunah yang masih menerima hadis-hadis tentang kedatangan Imam Mahdi as berusaha untuk mencari-cari makna-makna lain terhadap hadis-hadis itu. Namun, pemahaman ini pun pada akhirnya dapat dipastikan akan menyimpang, sehingga tidak aneh apabila sejarah mereka dipenuhi oleh beberapa figur manusia yang mengaku-aku sebagai al-Mahdi.

Hadis-hadis Ahlusunah mengenai Imam Mahdi umumnya ter­batas dan hanya menyebutkan bahwa al-Mahdi akan memiliki nama yang sama dengan Nabi Muhammad saw dan dia akan berasal dari keturunan Sayidah Fatimah as melalui Imam Husein as. Selain itu, disebutkan juga bahwa al-Mahdi adalah seorang Imam.

Nah, dengan demikian, untuk menghindari kesalahpahaman di dalam memahami figur Imam Mahdi as dan tidak terjebak oleh Mahdi-mahdi palsu, buku yang ada di tangan saudara-saudara sekarang merupakan sebuah karya luar biasa yang dalam pemba­hasannya telah mengadopsi dua sumber riwayat, yaitu Ahlusunah dan Syiah serta mengkompromikannya.

Di awal pembahasan, penulis akan mengajak kita untuk mema­hami tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi as sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw dan para Imam Ahlulbait as. Ketelitian penulis di dalam menyusun argumen didukung metode pola pikir yang rasional pasti akan membawa Anda kepada kesadaran akan kebutaan kita selama ini di dalam memahami hadis-hadis tentang Imam Mahdi as.

Sebagai catatan, hadis-hadis yang saya telah kutip untuk pem­bahasan ini adalah hadis-hadis yang seluruhnya berasal dari buku ini. Wa akhiru da‘wana ‘anil-hamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Wa Shallallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa Alihi at-Thayyibin at-Thahirin.

[Catatan: Untuk meninjau sumber rujukan yang saya gunakan dalam kajian ini, silahkan anda merujuk kepada pengantar saya selengkapnya di buku “Imam Mahdi Dari Era Kebangkitan Sampai Kedatangan” karya Prof. Ali Qurani, Penerbit Misbah, 2004]

baca juga :

Menolak Yesus Historis!

sumber:http://musadiqmarhaban.wordpress.com/2007/03/14/imam-mahdi-dalam-tinjauan-kristologi/

27 Tanggapan

  1. Assalamualaikum

    Mahdi berarti suci, bersih, keturunan Arab asli dll. Imam Mahdi (pemimpin suci) disampaikan oleh Abu Hurairoh di dalam Shohih Muslim, kitab Iman. Abu Hurairoh mengatakan bahwa diahir zaman; Nabi Isa Al Masih akan kembali ke dunia ini untuk membunuh Dajjal; kemudian Nabi Isa Al Masih akan menjadi Hakim Agung dan Imam Mahdi akan datang. Keyakinan tentang Imam Mahdi adalah keyakinan madhab Ahlul Sunnah (Sunni); tetapi pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni) telah mengingalkan kayakinan tersebut dan pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syiah); terutama pengiku madhab Ithna Asyariah mengambil keyakinan tersebut.

    ALQURAN 2:124
    Allah berkata: “Aku akan jadikan kamu sebagai IMAM untuk semua manusia!” Ibrahim bertanya: “Bagaimana dengan ketuturanku?” Allah berkata: “Janjiku tidak termasuk orang yang jahat (zolim)!”

  2. Wa’alaikum salam Wr. Wb.,

    Terima kasih atas masukan antum. Jazakallah kheir.

  3. kita tunggu saja dengan kedatangannya ” Karena bila dia datang maka hampiri lah dia walaupun engkau harus menempuh Gunung Es” sabda Rasulullah
    dan memang Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad dari Fatimah.ra.
    yaitu dari Hasan dan Husain.

  4. Assalamualaikum

    ALQURAN 17:71
    Satu hari (nanti di akhirat), kami akan panggil semua manusia dengan pemimpinnya (IMAM). Barangsiapa yang diberikan kitab amalanya di tanggan kanan; maka dia akan membaca kitab tersebut; dan mereka tidak akan disiksa.

    Pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih akan datang kembali ke dunia ini untuk menghancurkan salib, membunuh babi dan juga membunuh Dajjal.

    ALQURAN 16:120
    Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang IMAM yang dapat dijadikan teladan; karena dia patuh kepada Allah dan dia adalah Hanif (mengakui Allah sebagai Tuhan yang maha esa); dan dia bukan termasuk dari orang2 yang menggabungkan Tuhan.

    Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih tidak akan kembali ke dunia ini; karena Muhammad adalah nabi terhair; tetapi Allah akan memilih pemimpin pemimpin (A’immah) dari keturunan Nabi Ibrahim; untuk mengajarkan AlQuran kepada ummat Islam dengan penafsiran baru; sehingga agama Islam dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman; setelah Nabi Muhammad wafat.

    Nabi Muhammad dan Ali Ibn Tholib berasal dari keturunan Nabi Ibrahim. Abu Bakr, Umar Ibn Khattab dan Uthman ibn Affan bukan berasal dari keturunan Nabi Ibrahim.

  5. Wa’alaikum salam,

    Terima kasih untuk komentarnya. Tapi kalau seingat saya ketika menuliskan pengantar untuk buku Imam Mahdi ini. Ada bab khusus yang membahas tentang kedatangan Isa as menurut Mazhab Syiah. Alhasil, terima kasih sekali lagi untuk masukannya.

  6. Assalamualikum

    Jihad dan Siyasyah (politik) adalah bagian dari Rukun Islam madhab Ahlul Bait (Syi’ah). Setelah Imam Husain dibunuh di Karbala; Muhammad Hanafiyyah ibn Ali memproklamasikan bahwa dia adalah Imam Mahdi; karena dia adalah anak dari Imam Ali Ibn Tholib dari istri yang lain; dan dia melaksanakan Jihad untuk menggunlingkan Khalifah Yazid di Damaskus Syiria. Semua pengikut madhab Ahlul Bait (Syi’ah) mengakui Muhammad Hanafiyyah Ibn Ali sebagai Imam Mahdi.

    Imam Muhammad Ali Ibn Husain (Zainal Abidin) masih kecil; sehingga dia menghabiskan waktu menghadapi musibah Karbala dengan banyak memuji Tuhan di dalam Dzikir dan banyak Sholat dan berdoa. Semua doa yang dilaksanakan oleh Imam Muhammad Ali ditulis di dalam buku Al Sahifat Al Sajjadiyyah. Begitu juga Imam Muhammad Baqir banyak membaca AlQuran sampai hafal dan mengajarkan AlQuran kepada masyarakat; supaya masyarakat dapat menghafal AlQuran. Imam Jafar Shodiq (Imam ke 5) adalah guru agama yang terkenal; sehingga Imam Abu Hanifa menjadi murid dari Imam Jafar Shodiq.

    Semua Imam dari keturunan Imam Husain dari Imam Muhammad Ali Ibn Husain (Zainal Abidin) sampai Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) disebut Imam Mahdi (seorang pemimpin yang suci); karena mereka tidak pernah melakukan kejahatan2.

    Semua Imam dari Imam Ali Ibn Tholib (Imam pertama) sampai Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) dibunuh atau diracuni oleh Khalifah.

    Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) telah wafat karena dia dibunuh oleh Khalifah. Imam ke 12 telah menghilang dari masyarakat; sehingga Abu Jafar Muhammad ibn Ali Baba Al Qummi (Shiakh Saduq) menulis buku tentang Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) di dalam buku Kamaaluddin wa tamamun nimah. Shaikh Saduq menulis tentang Imam Al Muntadzar kurang lebih 100 tahun setelah Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) wafat; atau sengaja dihilangkan oleh Khalifah yang berkuasa.

    Imam Abdul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) disebut sebagai Al Imam Al Mutazar (seorang pemimpin yang ditunggu atau diharapkan untuk kembali untuk ummat Islam) oleh Shaikh Saduq.

    Abu Hurarioh mengarang bahwa akan datang 12 Khalifah setelah Rasulullah wafat. Abu Huriroh bekerja untuk Muawiyah Ibn Abu Sufyan; sehingga Abu Huriroh dibayar oleh Muawiyah ibn Abu Sufyan untuk mengarang Hadith Palsu; supaya Bani Umayyah dapat berkuasa selama-lamanya.

    Nabi Muhammad, Nabi Isa Al Masih telah lama wafat sehingga mereka tidak akan kembali ke dunia ini; tetapi Allah akan memilih pemimpin pemimpin (A’immah) dari keturunan Nabi Ibrahim untuk menyebarkan ajaran AlQuran kepada ummat Islam setelah Nabi Muhammad wafat. Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) juga telah wafat; sehingga dia tidak akan pernah kembali ke dunia ini sebagai Imam Mahdi.

    ALQURAN 21:73
    Kami menjadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (A’immah) yang memberikan petunjuk dengan perintah kami (AlQuran); kami wahyukan mereka untuk melakukan kebaikan2, mendirikan sholat, membayar zakat dan hanya kepada kami mereka menyembah.

    AlQuran dan Hadith (Kitab Nahjul Balagho dan Kitab Al Kafi) tidak pernah menjelaskan tentang jumlah Imam Mahdi. Boleh jadi jumlah Imam Mahdi = 100 orang, 1 000 orang, 10 000 orang atau 100 000 orang atau satu juta orang (1 000 000) akan datang setelah Rasulullah wafat.

    Imam Mahdi, Imam Mahdi, Imam Mahdi akan datang kepada semua bangsa, semua suku, semua negara yang berpenduduk mayoritas Islam untuk mengajarkan penafsiran baru AlQuran sehingga agama Islam dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

    Imam Mahdi, Imam Mahdi, Imam Mahdi akan menghilangkan Bidah yang telah menjadi budaya masyarakat Islam dan menghidubkan kembali AlQuran dan Sunnah

    ALQURAN 32:24
    dan kami jadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (A’immah) yang memberikan petunjuk dengan peringah kami (AlQuran) dengan sabar; dan mereka meyakini ayat ayat kami (AlQuran).

  7. Wa’alaikumsalam,

    Komentar antum sangat menarik, namun sebaiknya juga meninjau beberapa komentar antum di awal, kedua dan selanjutnya. Sebab, menurut ana agak tumpang tindih. Komentar antum yang terakhir juga saling kontradiktif.

    Pernyataan antum tentang Muhammad bin Hanfiyah mendeklarasikan dirinya sebagai Imam Mahdi menurut ana lebih kepada kesimpulan dari analisa sejarah ketimbang pemaparan fakta sejarah.

    Perjuangan Muhammad bin Hanafiyah tidak terkait dengan prosesi datangnya kemahdian dalam Islam. Sebab sejauh yang ana ketahui, tak ada sejarawan Islam yang mengatakan hal tersebut, tapi dia memberontak untuk membalas syahadah Al-Husein di Karbala.

    Kalaupun ada…jelas tidak bisa diterima, apalagi diakui pada saat itu, karena kemahdian terkait dengan Akhir Zaman dan bukan sekedar gerakan spontanitas Bani Alawi.

    Lebih dari itu, sulit bagi adanya kelompok Syiah yang mungkin akan percaya bahwa beliau adalah Al-Mahdi, sementara ibundanya bukan Sayyidah Fathimah Zahra as. Karena konsep kemahdian Islam bukan hanya terkait dengan Bani Alawi, tetapi ia juga harus berasal dari dari Al-Husein melalui keturunan Imam Ali as dan Sayyidah Fatimah Zahra as (setidaknya demikianlah pandangan teologi Syiah 12 Imam). Dan apabila syarat biologis ini tidak terpenuhi, maka dia tidak bisa dirujuk sebagai Al-Mahdi. Intinya, ayah Al-Mahdi harus Bani Alawi yang berasal dari keturunan Al-Husein melalui Imam Ali as dan Sayyidah Zahra as. Sedangkan Syiah 12 Imam memiliki riwayat yang mengatakan bahwa Al-Mahdi adalah Imam ke-9 setelah Al-Husein.

    Antum mengatakan bahwa saat itu “semua Syiah” mengakuinya sebagai Imam Mahdi? Apakah antum memiliki rujukan dari kitab-kitab Syiah 12 Imam untuk menguatkan argumen antum tersebut? Hal ini sangat bermanfaat untuk riset ana secara pribadi. Dan sudah ada berapa kelompok Syiah saat Muhammad bin Hanafiyah melakukan aksi pembalasannya?

    Antum menyatakan bahwa Imam Muhammad bin Husein yang diyakini sebagai Al-Qoim telah tewas dibunuh? Jika benar peristiwanya seperti ini, maka mungkinkah Abbasiyyin akan menyembunyikan berita dan jasadnya? Padahal secara politik, posisi mereka akan lebih diuntungkan bila mampu menunjukkan jenazah tokoh yang misterius ini. Karena dengan itu, maka seluruh dalil Syiah 12 Imam pun akan langsung berguguran…

    amun hal ini menarik karena di sini ada beberapa pertanyaan: “mengapa semua rang ini telah mati dengan cara dibunuh?” Apa sebabnya mereka sangat menonjol dalam sejarah dan hanya mereka-mereka saja yang senantiasa di incar oleh penguasa dan juga dikenang oleh umat Muslim…(setidaknya oleh kaum Syiah 12 Imam yang jumlahnya +/- 300 juta Muslim)

    Jika Imam Ali Zainal Abidin menjadi seorang ‘Abid sebagaimana antum katakan, maka tentu dia tidak mengancam kedudukan Umawiyyin? Dan jika Al-Baqir hanya seorang Haafiz Al-Qur’an, maka dia tidak mengancam politik penguasa? Jika Ja’far Sodik hanya seorang guru fikih, lantas mengapa dia diracun? Jika Al-Kadzim hanya tokoh yang tidak penting, lantas mengapa dia diracun? dan seterusnya…termasuk Imam ke-12.

    Sebab, setidaknya saat ini, kita tahu bahwa ke sebelas imam sebelumnya telah wafat dibunuh dan jenazah mereka bisa diziarahi kapan saja…lalu mengapa pada saat Abbasiyyah membunuh Imam ke-12 ini, lantas jenazahnya disembunyikan oleh pihak penguasa? Padahal secara politik, hal itu menguntungkan kelompok Syiah 12 Imam…

    Kemudian, jika Imam Mahdi itu banyak seperti yang antum katakan (katakanlah 10, 100, 1000, dst, ditambah dengan usia Islam yang sudah mencapai 1400 tahun lebih), maka paling tidak, seharusnya ada beberapa tokoh Alawiyyin lainnya, yakni selain orang-orang yang 12 itu…Jika demikian, apakah antum bisa memberikan beberapa nama Alawiyyin lainnya setelah era ke-12 orang ini? Yakni tokoh-tokoh Alawiy yang memiliki pengaruh bagi komunitas Islam, entah mungkin Syiah ataupun Sunni…

    Dan menurut antum, umat Muslim sudah sampai kepada Al-Mahdi yang keberapa saat ini sejak Rasul saw datang? Ana rasa permintaan ini tidak terlalu sulit bagi antum untuk menyebutkan 12 orang lagi saja…

    Antum katakan bahwa Isa telah wafat, ini jelas bukan keyakinan Syiah 12 Imam, tetapi hanya ada di sebagian Sunni kontemporer dan Ahmadiyah saja. Sementara Sunni Salafi sebelum era Ibnu Taymiyah pun belum ada yang mengatakan hal tersebut…bahkan Bukhari dan Muslim pun tidak…

    Dan, apakah ada dalil Al-Qur’an yang mengukuhkan bahwa Isa as telah wafat? Karena kalau dari sunnah yang mutawattir, jelas tidak ada, baik di Sunni maupun Syiah…

    Di samping itu, seseorang yang memahami ilmu kristologi jelas tidak bisa menerima argumen ini, karena ada konsekuensi profetik yang secara pasti akan menggugurkan kemesiahan Nabi Muhammad saw sebagai Mesiah Universal…

    Afwan, Antum mengatakan bahwa kata Mahdi artinya “Suci”. Penjelasan ini ada di kamus bahasa Arab apa? Dan kata Mahdi itu sendiri mengakar dari kata Arab apa?

    Dalil di atas ana pertanyakan karena antum menyatakan bahwa seluruh Imam dari Imam Husein hingga Imam Muhammad bin Hasan Al-Askari adalah mahdi yang berarti pemimpin suci, ini jelas bukan pandangan Syiah 12 Imam ataupun Sunni…

    Di samping itu, figur Imam Mahdi dalam teologi Sunni maupun Syiah selalu terkait dengan kondisi Akhir Zaman dan posisinya sebagai Imam terakhir umat manusia, sehingga kedatangannya pun memiliki beberapa prasyarat…dan seluruh hadis-hadis itu ada di Sunni dan Syiah sendiri…

    Meskipun demikian, terima kasih atas komentar antum. Wassalam.

  8. Assalamualaikum

    ALQURAN 17:71
    Satu hari (nanti pada hari pengadilan) Kami akan panggil semua ummat dengan pemimpinnya (IMAM)….

    Imam berarati pemimpin. Mahdi berarti suci, bersih dari dosa, keturunan Arab asli dll. Imam Mahdi dapat diartikan seorang pemimpin yang jarang melakukan perbuatan yang berdosa. Keterangan tentang Imam Mahdi dilaporkan pertama kali oleh Abu Huriroh di dalam Shohih Muslim, Kitab Iman.

    Berdasarkan laporang yang ditulis oleh Abu Huriroh di dalam Kitab Shohih Muslim; pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih akan datang kembali ke dunia ini untuk membunuh babi, menghancurkan salib dan juga membunuh Dajjal. Dajjal telah menyebarkan kesesatan sehingga banyak orang yang tersesat. Nabi Isa Al Masih akan menjadi hakim agung kemudian Imam Mahdi akan datang.

    ALQURAN 2:124
    Allah berkata: “Aku akan menjadikan kamu sebagai IMAM (pemimpin) untuk semua manusia!” Ibrahim bertanya: “Bagaimana dengan keturunanku? Allah berkata: “Janjiku tidak termasuk orang yang jahat (zolim)!”

    Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih tidak akan datang setelah Nabi Muhammad wafat; karena Nabi Muhammad adalah nabi terahir (Khattam Nabiyyin); tetapi Allah akan memilih dari beberapa keturunan dari Nabi Ibrahim untuk menjadi Imam. Allah tidak pernah mengingkari janjinya sehingga Imam akan datang untuk memberikan petunjuk dengan AlQuran; dan memperbaharui penafsiran AlQuran; sehingga agama Islam dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

    ALQURAN 21:73
    dan kami menjadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (A’immah) yang memberikan petunjuk dengan peringah kami (AlQuran); kami perintahkan kepada mereka untuk mengerjakan kebaikan2, mendirikan sholat, membayar zakat dan hanya kepada Allah mereka menyembah.

    Nabi Isa Al Masih tidak akan datang kembali di akhir zaman untuk memberikan petunjuk kepada ummat Islam dengan menggunakan Injil.

    Nabi Isa Al Masih tidak akan datang kembali di akhir zaman untuk memimpin sholat di depan ummat Islam; karena Nabi Isa Al Masih dikirim oleh Allah hanya untuk Bani Israil.

    A’immah (pemimpin pemimpin) dari keturnan Nabi Ibrahim akan datang kepada ummat Islam setelah Nabi Muhammad wafat untuk memberikan petunjuk dengan perintah Allah (AlQuran); dan untuk memimpin Sholat berjamaah dan juga untuk menghilangkan Bidah yang telah menjadi tradisi di dalam masyarakat dengan cara menghidubkan kembali ajaran AlQuran dan Sunnah.

    ALQURAN 32:24
    dan kami jadikan mereka sebagai A’immah (pemimpin pemimpin) yang memberikan petunjuk dengan peringah kami (AlQuran) dan mereka bersabat (ketika memberikan petunjuk) dan mereka menyakini ayat ayat kami (AlQuran).

    Pada awal perkembangan mahdab Ahlul Bait (Syi’ah); gelar Imam Mahdi atau nama Imam Mahdi diberikan kepada keturunan2 Ali Ibn Tholib; termasuk Muhammad Hanafiyyah. Muhammad Hanafiyyah adalah anak asli dari Imam Ali Ibn Tholib dari istri yang lain (Bukan Fatimah). Imam Ali (Imam pertama) sampai Imam Abdul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) juga disebut sebagai Imam Mahdi; karena mereka ma’sum.

    Jihad dan Siyasyah (politik) adalah bagian dari Rukun Islam madhab Ahlul Bait (Syi’ah); sehingga Imam Ali (Imam pertama) sampai Imam Abul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) mati dibunuh atau mati diracuni di dalam penjara; termasuk tahanan rumah seperti Imam Abu Muhammad Hasan (Imam ke 11)

    Imam Abu Muhammad Hasan (Imam ke 11) melakukan protes keras kepada Bani Abbasiyyah; sehingga Khalifah Mu’tamid menghukum Imam Abu Muhammad Hasan (Imam ke 11) ke dalam tahanan rumah di Samara. Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) adalah anak asli Imam Abu Muhammad Hasan (Imam ke 12) dari seorang budak perempuan. Mereka (Imam ke 11 dan Imam ke 12) mati diracuni di dalam tahanan rumah. Mereka sengaja dibunuh atau sengaja dihilangkan oleh Khalifah yang berkuasa; karena mereka melakukan Jihad dan Siyasyah (politik).

  9. Assalamualaikum

    ALQURAN 16:120
    Sesunggunya Ibrahim adalah seorang pemimpin (IMAM) yang dapat dijadikan contoh; karena dia seorang yang hanif (mengakui Allah sebagai Tuhan yang maha esa) dan seorang yang patuh kepada Allah; dan dia bukan termasuk orang yang mempersekutukan Allah.

    Setelah A’immah (pemimpin pemimpin) dibunuh oleh Khalifah yang berkuasa; atau sengaja dihilangkan oleh Khalifah; semua kerjaan Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah menjadi neraka di muka bumi untuk ummat Islam; karena semua Khalifah bertindak sewenang-wenang menindas rakyatya sendiri.

    Khalifah dengan cepat dan dengan mudah berubah menjadi DIKTAKTOR (Thogut). Definisi Khalifa setelah Rasulullah wafat adalah seorang Raja yang beragama Islam.

    Kurang lebih 100 tahun setelah Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) dibunuh atau dihilangkan oleh Khalifa; Abu Jafar Muhammad Ibn Ali Baba Al-Qummi menulis buku tentang Imam Mahdi.

    Abu Jafar Muhammad ibn Ali Baba Al Qummi berpendapat bahwa Imam Mahdi akan datang untuk mengulingkan Khalifah; karena Khalifa berkuasa sampai akhir zaman. Abu Jafar Muhammad Ibn Ali Baba terkenal dengan sebutan Shaikh Saduq.

    Shaikh Saduq merupakan pengarang atau pelopor keyakinan tentang Imam Abul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) akan kembali di akhir zaman untuk menegakan keadilan dan menghilangkan penderitaan ummat Islam; setelah Khalifah digulingkan.

    Shaikh Saduq mengharapkan atau bermimpi bahwa Imam Abul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) akan kembali di akhir zaman dengan gelar Al Imam Al Mahdi (seorang pemimpin yang suci), Al Imam Al Muntazar (seorang pemimpin yang ditunggu atau yang dinantikan), Al Hujjah, Al Qo’im dll.

    Semua buku yang dikarang oleh Shaikh Saduq menjadi buku2 wajib atau buku2 rujukan pada semua Hauza (pesantren) di Iran terutama buku Kamaaluddin wa tamamun nimah dan buku Man la yahduruhul Faqih. Shaikh Saduq mengarang tentang Imam Mahdi akan kembali di akhir zaman; berdasarkan mimpi Shaikh Saduq atau harapan Shaikh Saduq; pada buku Kamaaluddin wa tamamun nimah.

    Kita harus kembali kepada AlQuran dan Hadith (Kitab Nahjul Balaghoh dan Kitab Al Kafi) untuk mengerti tentang A’immah; karena pendapat2 Abu Jafar Muhammad Ibn Ali Baba Al Qummi (Shaikh Saduq) banyak yang bertentangan dengan AlQuran dan Hadith yang diakui oleh SYI’AH dan juga yang diakui oleh SUNNAH misalnya Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud dan Nasaii.

    Semua pengikut madhab Ahlul Bait (Syi’ah) mengakui Imamah (kepemimpinan) sebagai Rukun Iman; tetapi terjadi perbedaan penafsiran yang besar tentang Imam & A’immah di antara Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Ismailiyyah, Syi’ah Itha Asyar (12 Imam), Syi’ah Druze, Syi’ah Gholat (Syi’ah Ghuwwull) dll.

    Pengikut2 Syi’ah Ithna Asyariyyah (12 Imam) mengikuti penafsiran Shaikh Saduq tentang Imamah bukan mengikuti AlQuran dan Hadith.

    ALQURAN 17:71
    Satu hari (nanti di hari Qiyamah) kami akan panggil semua ummat dengan pemimpinya (IMAM)….

  10. Assalamualikum

    Jika kita membaca Kosa Kata Mahdi dari Kamus Arab-Inggris (a Dictionary of Modern written Arabic) yang ditulis oleh Prof DR Hans Wehr dan Kamus Arab-Inggris (A learner’s Arabi-English dictionary) yang ditulis oleh Prof DR F Steingass

    Kosa kata Mahdhi di tulis dari Huruf Mim, Ha, Dho. Mahdhun berarti suci, bersih, tidak tercampur, darah asli (untuk orang2 Arab yang tidak menikah dengan non arab) dan defenisi lain lain.

    Imam Mahdhi adalah seorang pemimpin yang bersih dari dosa, atau seorang pemimpin yang berasal dari keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad karena mereka memiliki darah asli Arab.

  11. Assalamualikum

    Ayatullah Sayyid Muhammad Husain Tabatabai (Alm) dari Iran menulis di dalam buku SYI’AH IN ISLAM, Chapter 2 halaman 75

    But after the martyrdom of Husayn, some of the Shi’ite accepted the imamate of Ali Ibn Husain Al Sajjad (Imam Zainal Abidin); while others known as Kisaniyah believed that the third son of Ali Ibn Tholib, Muhammad Hanafiyyah, was the fourth Imam as well as the promised Mahdi

    TARJAMAH KASAR

    Setelah mati Syahid Husain; beberapa pengikut madhab Ahlul Bait (Syi’ah) mengakui Ali Ibn Husain (Imam Zainal Abidin); tetapi banyak pengikut madhab Ahlul Bait (Syi’ah) yang lain mengakui Muhammad Hanafiyyah, anaknya Ali Ibn Tholib yang ke tiga. Mereka adalah Syi’ah Kisaniyah yang mengakui Muhammad Hanafiyyah sebagai Imam Mahdi.

  12. Wa’alaikumsalam,

    Antum tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang ana ajukan, kecuali hanya satu, yaitu kutipan dari buku Alm. Ayatullah Thabathaba’i: “But after the martyrdom of Husayn, some of the Shi’ite accepted the imamate of Ali Ibn Husain Al Sajjad (Imam Zainal Abidin); while others known as Kisaniyah believed that the third son of Ali Ibn Tholib, Muhammad Hanafiyyah, was the fourth Imam as well as the promised Mahdi”.

    Dan melalui pernyataan ini, sekarang terbukti antum keliru karena tidak semua Syiah telah menerima Muhammad bin Hanafiyah sebagai Al-Mahdi. Artinya sebagian Syiah yang lain justru mengakui Imam Zainal Abidin as sebagai Imam selanjutnya dan bukan sebagai Al-Mahdi, tetapi hanya penerus Imamah Al-Husein. Sedangkan yang menerima Muhammad bin Hanafiyah hanya kelompok yang bernama Kisaniyyah saja.

    Berikutnya adalah beberapa pernyataan antum yang bisa dianalisa sebagai berikut.

    PERTAMA:

    Kata mahdi bukan dari mim ha dha (mahdhun) karena kata asalnya adalah fi’il tsulasi, yaitu haadaa yahdii yang berarti “(dia) menunjukkan” dan bukan suci, seperti kamus Inggris yang antum gunakan. Saran saya, sebaiknya antum gunakan kamus Lisan Al-’Arab untuk merujuk kata mahdi dalam bahasa Arabnya, karena itu lebih bebas dari penafsiran ideologis dan afsah. Setiap pemaknaan kata juga tidak dikorelasikan dengan penafsiran ideologi yang ada di Islam seperti yang diadopsi oleh kamus-kamus yang antum gunakan tersebut.

    Kata Mahdi dalam bahasa Arab tidak ada hubungannya dengan keturunan Arab, tetapi artinya seorang pemberi petunjuk (ism fa’il) dan dari akar ini juga kata Hidayah itu diturunkan. Afwan, ana hanya mau mengecek kemampuan antum berbahasa Arab saja…dan kesimpulannya sudah jelas.

    KEDUA:

    Antum menyatakan: “Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih tidak akan datang setelah Nabi Muhammad wafat; karena Nabi Muhammad adalah nabi terahir (Khattam Nabiyyin); tetapi Allah akan memilih dari beberapa keturunan dari Nabi Ibrahim untuk menjadi Imam. Allah tidak pernah mengingkari janjinya sehingga Imam akan datang untuk memberikan petunjuk dengan AlQuran; dan memperbaharui penafsiran AlQuran; sehingga agama Islam dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

    ALQURAN 21:73
    dan kami menjadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (A’immah) yang memberikan petunjuk dengan peringah kami (AlQuran); kami perintahkan kepada mereka untuk mengerjakan kebaikan2, mendirikan sholat, membayar zakat dan hanya kepada Allah mereka menyembah.

    Nabi Isa Al Masih tidak akan datang kembali di akhir zaman untuk memberikan petunjuk kepada ummat Islam dengan menggunakan Injil. Nabi Isa Al Masih tidak akan datang kembali di akhir zaman untuk memimpin sholat di depan ummat Islam; karena Nabi Isa Al Masih dikirim oleh Allah hanya untuk Bani Israil.”

    TANGGAPAN:

    Antum juga jelas tidak mengananalisa secara lengkap tentang hadis kedatangan Isa as, baik yang bersumber dari Sunni maupun Syiah, karena Isa as tidak akan pernah memimpin solatnya kaum Muslim, namun solat (seperi yang diriwayatkan dalam hadis) akan dipimpin oleh Imam Al-Mahdi as….dan bukan Isa as…

    Isa as datang untuk meluruskan kesalahan bangsa Israel dan bukan umat Muslim. Dan dia datang bukan sebagai nabi, tapi sebagai imam bangsa Israel yang akan menuntun mereka ke Islam…Pengakuan bangsa Israel terhadap Isa as inilah yang akan mempengaruhi umat Kristiani sedunia, sehingga mereka pun, pada akhirnya akan berpindah ke Islam.

    Sebab, pengakuan bangsa Israel pada Hari Akhir itu, yakni tentang kenabian Muhammad saw sebagai Nabi Terakhir (Mesiah) akan membuat umat Kristen tidak lagi memiliki pijakan aqidah bahwa Isa as adalah Nabi Terakhir (Mesiah)…

    Antum harus tahu bahwa penolakan umat Kristen terhadap Nabi Muhammad saw saat ini adalah disebabkan oleh pengakuan mereka bahwa Isa as adalah Mesiah terakhir yang universal, sehingga mereka pun menolak segala bentuk kenabian universal apapun setelahnya…

    Lalu antum mengatakan bahwa:

    “Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) percaya bahwa Nabi Isa Al Masih tidak akan datang setelah Nabi Muhammad wafat; karena Nabi Muhammad adalah nabi terahir (Khattam Nabiyyin)”

    Afwan…ini agak lucu! Sebab, apakah ada mazhab Sunni yang mengatakan masih akan ada nabi setelah Muhammad saw??
    Mohon sebutkan satu saja?

    Berkenaan dengan ini, antum juga tidak menjawab pertanyaan ana tentang ayat Al-Qur’an atau Sunnah yang mengkonfirmasikan tentang kematian Isa as di dalam Qur’an…kayf??

    KETIGA:

    Antum mengatakan marilah kita kembali kepada AL-Qur’an dan Kitab Nahjul Balaghah dan Al-Kafi…ini sekali lagi agak lucu, karena jelas Syiah tidak menggunakan istilah ini dan Sunni pun tidak…

    Semboyan Imamiyah hanya satu: “Al-Qur’an dan Itrah Nabi saw yang suci”, jadi bukan seperti yang mungkin sering diaplikasikan dalam pemahaman Sunni, Al-Qur’an dan Hadis…

    Ana sekarang bisa menebak bahwa antum sebenarnya bukan Sunni atau Syiah, tapi (mungkin) Ahmadiyah…he he he…Tapi seperti biasa, syukran atas upaya masukan dari antum ini…Wassalam…:-)

  13. Assalamualikum

    Setuju 100%, antum menggunakan Fi’il Madhi (kata keraja bentuk lampau) untuk mengartikan Imam Mahdi sebagai pemimpin (dia lelaki) yang memberikan petunjuk; tetapi perlu antuk ketahui bahwa orang2 Arab dari Najaf Iraq disini (USA); mereka mengartikan Mahdi adalah suci, bersih dari dosa, orang2 Arab asli tanpa tercampur dengan keturunan non arab yang lain dll.

    ALQURAN 2:124
    Allah berkata: “Aku akan menjadikan kamu sebagai pemimpin (IMAM) untuk semua manusia!” Ibrahim bertanya: “Bagaimana dengan keturunanku? Allah berkata: “Janjiku tidak termasuk orang yang jahat (Zolim)!”

    Pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni) tidak percaya bahwa Nabi Muhammad adalah Khattam Nabiyyin; karena Nabi Isa Al Masih akan kembali ke dunia ini untuk mengajarkan agama Islam; setelah Nabi Isa Al Masih membunuh babi, menghancurkan salib dan membunuh Dajjal; baca Shohih Muslim, kitab Iman.

    ALQURAN 32:24
    dan kami jadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin (A’immah) yang memberikan petunjuk dengan perintah kami (AlQuran) ketika mereka bersabar; dan mereka menyakini ayat ayat kami (AlQuran).

    Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) tidak percaya bahwa Nabi Isa Al Masih akan kembali; tetapi Allah akan memilih pemimpin pemimpin (A’immah) untuk memberikan petunjuk dengan perintah Allah. Para Imam akan memberikan petunjuk dengan perintah Allah; mereka akan memberikan penafsiran baru terhadap AlQuran; sehingga agama Islam dapat berkembang dengan perkembangan zaman.

    Baca Hadith (Kitab Nahjul Balaghoh tentang Imam & A’immah);

    ALQURAN
    Kita harus memilih satu; Allah sebagai Tuhan atau Iblis sebagai Tuhan. Kita tidak dapat memilih keduanya; Allah dan Iblis sebagai Tuhan

  14. Assalamualikum

    Antum belum mengerti tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah) dengan baik dan benar; mohon maaf; karena antum baru belajar tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah).

    ALQURAN 21:73
    dan kami menjadikan mereka sebagai pemimpin pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah kami (AlQuran); dan kami perintahkan kepada mereka untuk melakukan kebaikan2, mendirikan sholat, membayar zakat; dan hanya kepada kami mereka menyembah

    Bacalah Kitab Nahjul Balaghoh tentang Imam & A’immah; karena Imam Ali ibn Tholib mengatakan tidak akan ada nabi (Dawud, Sualiman, Musa, Isa Al Masih dll) yang akan kembali ke dunia ini setelah Nabi Muhammad wafat; kecuali pemimpim pemimpin (A’immah) yang akan menghilangkan Bidah, menegakan AlQuran dan mengembalikan Sunnah.

    Kita harus memilih satu; Allah sebagai Tuhan atau Iblis sebagai Tuhan. Kita tidak dapat memilih keduanya Allah dan Iblis sebagai Tuhan.

    ALQURAN 33:40
    Muhamamd bukan bapak kamu; tetapi dia adalah Rasulullah dan Khatam Nabiyyin (penutup para nabi atau nabi terahir).

    Kita harus memilih satu: Muhammad sebagai Khattam Nabiyyin atau Isa Al Masih sebagai Khattab Nabiyyin. Kita tidak dapat memilih keduanya Muhammad dan Isa Al Masih sebagai Khattab Nabiyyin.

    Sebelum dilahirkan, dibentuk, diciptakan, ditulis Madhab Syi’ah Ithna Asyar (12 Imam); sudah ada banyak madhab Syi’ah yang lain misalnya Syi’ah Kisaniyah, Syi’ah Zadiyyah, Syi’ah Ismailiyyah, Syi’ah Ghuluww (gholat) dan Syiah Syiah yang lain.

    Madhab Syi’ah Ithna Asyar (12 Imam) diciptakan, ditulis, dibentuk, dipengaruhi oleh pendapat2 Shaikh Saduq. Shaikh Saduq dilahirkan kurang lebih antara tahun 1000-1100. Nabi Muhammad wafat pada tahun 632.

    Shaikh Saduq menulis bebarapa; semua buku yang ditulis oleh Shaikh Saduq diakui sebagai HADITH di semua pesantren (Hauza) di Iran misalnya

    1. Man la yahduruhul Faqih
    2. Kamaluddin wa tamamun nimah
    3. Kitab Amali
    4. Kitab Tauhid
    5. Kitab Risalah Itiqadaat
    6. dan kitab kita lainnya

    Jika kita membandingkan dan membaca dengan teliti keterangan2 tentang Imam & A’immah yang ditulis oleh Shaikh Saduq di dalam buku bukunya dengan AlQuran dan Hadith (Kitab Nahjul Balaghoh & Kitab Al Kafi); kita akan dapat melihat perselisihan, perbedaan, pertentangan dll misalnya

    Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12) telah dibunuh, dihilangkan oleh Khalifah yang berkuasa; karena Jihad dan Siyasyah (politik) adalah bagian dari Rukun Islam madhab Ahlul Bait (Syi’ah); sehingga semua Khalifah yang bertindak sewenang-wenang menindas rakyatnya sendiri (ummat Islam); sangat takut, sangat khawatir terhadap Imam Hasan Al Askari (Imam ke 11) dan Imam Abdul Qosim Muhammad ibn Hasan (Imam ke 12).

    Tidak mungkin Imam Abdul Qosim Muhammad Ibn Hasan (Imam ke 12) yang telah lama wafat; akan kembali di akhir zaman sebagai Imam Mahdi atau Imam Al Muntadzar untuk mengulingkan Khalifah; sehingga keadilan dan kebenaran dapat ditegakan kembali

  15. Assalamualikum

    Antum tidak mengerti tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah) dengan baik dan benar; tetapi ana mengagumi kepintaran antum dan kecerdasan antum.

    Ana akan memberikan keterangan dasar tentang Hadith di dalam pandaangan pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah); supaya antum dapat mengerti dengan mudah buku2 yang dikarang oleh pakar2 madhab Ahlul Bait) di luar negri; sebelum kita melanjukan diskusi tentang Imam & A’immah.

    Jika kita membaca Kamus Bahasa Arab tentang definisi Hadith; kita akan dapat melihat bahwa Hadith adalah Khabar, berita, perkataan, pembicaraan dll.

    Pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni) menafsirkan bahwa Hadith adalah perkataan Nabi Muhammad yang ditulis kembali di dalam buku oleh Bukhari, Muslim, Tarmidizi, Ibn Majah, Abu Dawud dan Nasaii kurang lebih 200 tahun sampai 300 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.

    Ulama madhab Ahlul Sunnah (Sunni) mengakui kebenaran dan keaslian Kutub Sihah Sittah (Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Ibn Majah, Abu Dawud, Nasaii) sejak 1200 tahun yang lalu.

    Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) menafsirkan Hadith lebih luas dari pada penafsiran yang diakui oleh pengikut2 madhab Ahlul Sunnah (Sunni).

    Pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah) tidak hanya menafsirkan Hadith sebagai perkataan Nabi Muhammad (Al Hadith Al Nabawi); tetapi juga perkataan Tuhan (AlQuran = Hadith Qudsi), perkataan pemimpin pemimpin atau A’immah (Al Hadith Al Walawi), perkataan Ulama (Al Hadith Al Ulum Al Aqliyyah), perkataan musuh musuh Islam (Al Hadith Al Israiliyyah wa Al Hadith Nasraniyyah) dan perkataan muslim & muslimah bodoh yang suka menyebarkan kebohongan (Al Hadithah Al Jahiliyyah).

    ALQURAN 77:50
    Maka kepada Hadith yang mana; sesudah AlQuran mereka akan beriman?

    ALQURAN 45:6
    itu adalah ayat ayat Allah yang kami bacakan kepadamu (Muhammad) dengan kebenaran; maka kepada Hadith manakah mereka akan beriman setelah Allah dan keterangannya (AlQuran)

    ALQURAN 39:23
    Allah menurunkan Hadith yang terbaik (yaitu) AlQuran…

    ALQURAN 7:185
    Kepada Hadith manakah mereka akan beriman setelah AlQuran?

    ALQURAN 4:87
    Tidak ada Tuhan selain Allah; sesungguhnya Allah akan mengumpulkan kamu pada hari Qiyamah; yang pasti akan terjadi; siapakah yang paling benar Hadith (perkataanya) dari pada Allah.

    Ulama madhab Ahlul Bait (Syi’ah) membagi Hadith ke dalam beberapa kelompok; Hadith Qudsi adalah AlQuran. Semua Hadith yang bertentangan dengan AlQuran dan Logika (akal sehat) wajib ditolak oleh pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syi’ah).

    Hadith Shohih dan Hadith Hasan misalnya perktaan para Imam misalnya Kitab Nahjul Balaghoh adalah perkataan Imam Ali Ibn Tholib dan Kitab Al Kafi perkataan Imam Muhammad Baqir dan Imam Jafar Shodiq.

    Hadith Dhoif (lemah) adalah perkataan Ulama; sehingga buku2 Fiqih yang ditulis Ulama Madhab Ahlul Bait (Syi’ah) yang telah wafat tidak dapat lagi dijadikan buku rujukan oleh pengikut2 madhab Ahlul Bait (Syiah) yang masih hidub; kecuali untuk perpustakaan di Madrasah2, Universitas2 dan pesantren2 (Hauza).

    Buku2 Fiqih yang ditulis atau dikarang oleh Shaikh Saduq merupakan Hadith di dalam pesantren2 (Hauza) di Iran.

    Hadith Gholat (salah) dan Hadith Maudlu (palsu) misalnya prekataan musuh musuh Islam dan juga perkataan muslim & mulimah yang bodoh; karena mereka rajin menyebarkan kebohongan.

    ALQURAN 31:6
    di antara manusia banyak orang yang mempergunakan HADITH yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah (AlQuran) tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah (AlQuran) sebagai olok olokan. Meraka akan disiksa dengan sangat keras.

    Saran Saran

    Sebaiknya antum lebih banyak membaca tentang madhab Ahlul Bait (Syi’ah) dari pakar2 madhab Ahlul Bait yang tradisional di Najaf Iraq dan Qum Iran; dan juga dari pakar2 madhab Ahlul Bait yang modern misalnya Prof DR Abul Aziz Sachedina, Prof DR Hamid Al Ghar, Prof DR Moojan Momen, Prof DR Seyyed Hossein Nasr, Prof DR Rez Aslan dll

  16. Wa’alaikumsalam,

    Pertama:

    Antum keliru lagi, dan jelas antum tidak paham bahasa Arab, karena bukan kata mahdi saja yang berasal dari fi’il madhi (tsulatsi) tapi semua kata dalam bahasa Arab mengakar dari sana.

    Antum menghindar lagi karena tidak mau mengakui kesalahan antum di dalam menerjemahkan kata mahdi dan melemparkannya kepada orang Iraq di Najaf (yang berada di USA??) untuk menunjukkan seolah-olah argumen antum benar.

    Antum harus tahu mana bahasa Arab daerah dan mana bahasa Arab fushah. Kata mabsut di Mesir artinya senang atau bahagia, sedangkan di Iraq berarti madrub (dipukul). Sedangkan dalam bahasa fushah bukan kedua-duanya, karena asal kata ini adalah bashatha yang artinya melapangkan atau memudahkan.

    Kata Al-Mahdi dalam bahasa Arab fushah berarti pemberi petunjuk dan tidak ada hubungannya dengan apapun yang antum ingin paparkan dan korelasikan.

    Kedua:

    Sekali lagi antum tidak menjawab berbagai pertanyaan ana yang lain, dan hanya mengulang-ulang hadis bukhori-Muslim serta Al-Baqarah:124, As-Sajdah:24 dan A-Anbiyya yang hampir semuanya ada di setiap komentar antum.

    Kemudian antum menyimpulkan sendiri bahwa Mazhab Sunni tidak menganggap Muhammad saw sebagai khatamin nabiyyin. Mana dalilnya? Siapa tokoh Sunni kompeten yang pernah mengatakan hal itu? Mirza Ghulam Ahmad? Apakah ada yang menganggap dia Sunni? Tak satupun…bahkan Ahmadiyah tidak ada hubungan dengan Islam-nya Muhammad saw, baik Sunni maupun Syiah.

    Ketiga:

    Kemudian antum membuat kesimpulan sendiri lagi yang mengatakan bahwa Syiah Imamiyah tidak percaya Isa as akan kembali seraya menyuruh saya membaca Kitab Nahjul Balaghah dan Al-Kafi (Entah yang antum ingin rujuk ini sebenarnya karya Kulaini yang Ushul Al-Kafi atau Furu’ Al-Kafi, tapi kelihatannya antum sendiri tidak tahu yang mana)…:-)

    Keempat:

    Antum kemudian mengatakan:

    “ALQURAN: Kita harus memilih satu; Allah sebagai Tuhan atau Iblis sebagai Tuhan. Kita tidak dapat memilih keduanya; Allah dan Iblis sebagai Tuhan”

    Ayat ini (entah) kutipan atau bukan, tapi yang jelas ini bukan bagian dari ayat-ayat Al-Qur’an yang umat Muslim miliki, baik Sunni maupun Syiah…

    Kelima:

    Terima kasih atas masukan antum yang mengatakan bahwa saya belum mengerti mazhab Ahlulbayt karena baru belajar, tetapi manusia yang bijak adalah yang bercermin diri sendiri…bukan begitu Pak H. Muhammad Abdullah.

    Keenam:

    Antum mengatakan:

    “Bacalah Kitab Nahjul Balaghoh tentang Imam & A’immah; karena Imam Ali ibn Tholib mengatakan tidak akan ada nabi (Dawud, Sualiman, Musa, Isa Al Masih dll) yang akan kembali ke dunia ini setelah Nabi Muhammad wafat; kecuali pemimpim pemimpin (A’immah) yang akan menghilangkan Bidah, menegakan AlQuran dan mengembalikan Sunnah.

    Kita harus memilih satu; Allah sebagai Tuhan atau Iblis sebagai Tuhan. Kita tidak dapat memilih keduanya Allah dan Iblis sebagai Tuhan.

    ALQURAN 33:40
    Muhamamd bukan bapak kamu; tetapi dia adalah Rasulullah dan Khatam Nabiyyin (penutup para nabi atau nabi terahir).

    Kita harus memilih satu: Muhammad sebagai Khattam Nabiyyin atau Isa Al Masih sebagai Khattab Nabiyyin. Kita tidak dapat memilih keduanya Muhammad dan Isa Al Masih sebagai Khattab Nabiyyin.

    Sebelum dilahirkan, dibentuk, diciptakan, ditulis Madhab Syi’ah Ithna Asyar (12 Imam); sudah ada banyak madhab Syi’ah yang lain misalnya Syi’ah Kisaniyah, Syi’ah Zadiyyah, Syi’ah Ismailiyyah, Syi’ah Ghuluww (gholat) dan Syiah Syiah yang lain.

    Madhab Syi’ah Ithna Asyar (12 Imam) diciptakan, ditulis, dibentuk, dipengaruhi oleh pendapat2 Shaikh Saduq. Shaikh Saduq dilahirkan kurang lebih antara tahun 1000-1100. Nabi Muhammad wafat pada tahun 632.

    Shaikh Saduq menulis bebarapa; semua buku yang ditulis oleh Shaikh Saduq diakui sebagai HADITH di semua pesantren (Hauza) di Iran misalnya

    1. Man la yahduruhul Faqih
    2. Kamaluddin wa tamamun nimah
    3. Kitab Amali
    4. Kitab Tauhid
    5. Kitab Risalah Itiqadaat
    6. dan kitab kita lainnya

    Tanggapan:

    Kitab Nahjul balaghah memang tidak menyebutkan hal itu secara implisit karena mayoritas Muslim tidak mengingkari kedatangan Isa as (baik di Sunni maupun Syiah), tapi yang kaum Sunni pertentangkan adalah adanya wilayah para Imam Maksumin as, itulah sebabnya penekanan Imam Ali as hanya kepada peran para Imam as ketimbang Isa as, sehingga argumen antum ini sama sekali tidak berhubungan.

    Antum sekali lagi membuat kesimpulan sendiri bahwa Syeikh Shaduq adalah pembuat mazhab Imamiyah, padahal kalau antum baca dalam Kutub As-Sittah, maka di sana telah dinyatakan secra jelas bahwa Nabi saw bersabda: “satakunu ba’di itsna asyar khalifah, kulluhum min Quraysh”, sedangkan dalam kitab-kitab lain dinyatakan dengan lafaz “imam.” Itulah sebabnya jumlah para imam hanya dua belas orang dan hal ini memang sejalan dengan ilmu kristologi yang saya kaji.

    Lalu antum sekali lagi tidak mampu menjawab pertanyaan ana mengenai adanya pernyataan Al-Qur’an dan Hadis (baik yang bersumber dari Sunni maupun Syiah) yang mengukuhkan bahwa Isa as telah wafat…dan sebaiknya antum berhenti dari membuat kesimpulan yang tidak mampu antum buktikan…

    Sedangkan mengenai kedatangan Isa as sebagai imam bangsa Israel, maka hal itu jelas mengukuhkan bahwa Muhammad saw adalah Nabi Terakhir, karena riwayat-riwayat Hadis (baik Sunni maupun Syiah) sepakat bahwa dalam riwayat mereka dinyatakan bahwa Isa as akan sholat di belakang Imam Mahdi as…di sini bisa kita lihat bahwa dia bukan datang sebagai nabi, tetapi sebagai imam bangsa Israel.

    Ketujuh:

    Antum mengatakan:

    “Jika kita membandingkan dan membaca dengan teliti keterangan2 tentang Imam & A’immah yang ditulis oleh Shaikh Saduq di dalam buku bukunya dengan AlQuran dan Hadith (Kitab Nahjul Balaghoh & Kitab Al Kafi); kita akan dapat melihat perselisihan, perbedaan, pertentangan dll misalnya.”

    Antum jelas tidak paham dengan mazhab Syiah dan proses penilaian hadis dikalangan mereka, sehingga antum memunculkan gambaran yang seolah-olah kitab-kitab hadis Syiah mesti dipahami seperti Kutub Sittah-nya Mazhab Sunni.

    Saran saya, sebaiknya antum jangan membaca buu-buku Syiah ala kadarnya melalui internet, kemudian berupaya membangun argumen, karena hal seperti itu akan menyesatkan proses berpikir antum sendiri.

    Kedelapan:

    Antum sekali lagi membuat asumsi bahwa keghaiban itu adalah perkara mustahil, sehingga hal ini mengakibatkan antum membuat suatu kesimpulan bahwa Imam Muhammad bin Hasan (Al-Qo’im Al-Hujjah) telah wafat. Syarat keimanan bagi seorang Muslim sebelum dia melakukan sholat dan ibadah lain tertera di Surah Al-Baqarah ayat ke 2-5.

    Kalau antum memang seorang Muslim, maka sebaiknya antum pahami syarat ini baik-baik, karena apa yang tidak mungkin di pikiran antum, bukan berarti benar di alam realitas…

    Saran saya, pelajari semampu anda atau melalui bimbingan seorang ustadz tentang ilmu epistemologi, filsafat dan logika, karena ilmu-ilmu ini bisa membersihkan pikiran antum dari imajinasi, paling tidak! Sebelum antum berusaha mempelajari Al-Qur’an dan Ilmu Ahlulbayt.

    Semoga bermanfaat. Syukran atas minat kepada Islam. Wassalam.

  17. Wa’alaikumsalam,

    Belum selesai dengan satu masalah antum sekarang ingin mengajarkan ilmu musthalahatul hadis…dan sama sekali tidak berhubungan dengan masalah yang antum hendak buktikan sejak semula.

    Saran saya, sebaiknya antum menjawab berbagai pertanyaan yang saya ajukan lebih dahulu, kemudian baru membicarakan tentang ilmu hadis…:-)

    Alasannya, semakin antum berupaya menggeliat ke berbagai persoalan lain sebelum satu persoalan tuntas, maka tingkat intelektualitas antum pun akan semakin nampak. Apalagi hal itu adalah pernyataan yang antum release di komentar milis lain beberapa hari lalu…:-) lalu biar terkesan menanggapi, antum mempostingnya ke kajian kristologi ana. Ini satu kajian dan itu satu kajian, sehingga tidak gado-gado…Syukran. Wassalam.

  18. Salam,
    Selain agama Hindu dan Buddha yang antum ceritakan konsep messiah mereka, ada lagi konsep messiah di agama kaum Maya.
    Mereka mempercayai kalau periode sekarang yang mirip dengan Kali Yuga-nya Hindu akan berakhir dengan perang dan mala petaka, dan digantikan oleh sebuah periode pencerahan. Selain itu, ini menariknya, mereka juga mempercayai adanya tanggal tertentu yang menandai berakhirnya periode tersebut. Beberapa ahli arkeologi melakukan penghitungan antara penanggalan Maya dan penanggalan Masehi, dan mendapatkan kalau tanggal perubahan periode itu adalah pada September 2011 atau awal 2012. Syukran
    Wassalam.

  19. Salam Trixi,

    Buat blog juga dunk…biar bisa link sama2 :-)

    Syukran atas komentar-komentar antum. Jazakallah kheir.

  20. mohon dimasukkan hadis-hadis yang disabdakan oleh imam zaman afs dari kitab al kaafi atau wasail, melalui wakil-wakilnya, karena saya terus terang pernah stres berat ketika mengalami keraguan tentang beliau as, kemudian saya analisis hadis dari beliau as sehingga jadi tenang lagi, lalu dunia berkembang lagi dan timbul keraguan lagi lalu saya pelajari hadis yang baru (baru diterjemahkan) lalu tenang lagi, dan mungkin hal ini tidak saya sendiri yang mengalami karena telah disebutkan bahwa hanya sedikit yang akan menyambut seruan beliau. semoga request saya menjadi perhatian sekalian, kita semua ingin mati dalam keadaan meyakini beliau karena tidak meyakini beliau sama saja dengan meyakini kenabian nabi-nabi bani israil tetapi tidak meyakini kenabian Ar-Rasul SAWW. terimakasih, wassalam.

  21. Ustadz,

    Haji Muhammad Abdulah itu terlalu sebeh, jadi ndak usah ditanggapi. Biar saja tulisannya itu mbulet seperti benang kusut. Mudah-mudahan Imam Zaman mengingatkan dia.

    ________________________________________________

    Iyaa… awalnya saya pikir normal…ga tahunya kusut :D

  22. Kalau Muhammad adalah mesias yang sesungguhnya, mengapa dia mati diracuni oleh perempuan Yahudi. Kalau memang Muhammad adalah mesias sudah tentu racun itu tidak dapat membawa kepada kematian karena dia rasulullah Allah pasti melindunginya. Tetapi karena dia mati sial mati dalam keracunan, berarti itu mati terkutuk.

    Pendusta itu mati diracuni oleh wanita Yahudi.
    Kata Muhammad. O, Aisah aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku makan di Khaibar, dan saat ini, aku merasa SEOLAH-OLAH URAT NADIKU TERPUTUS AKIBAT RACUN ITU.

    PAULUS digigit ular berbisa dia tidak mati karena Allah melindunginya, mengapa Muhammad tidak dilindunginya ? berarti muhammad bukan mesias yang dijanjikan. Jadi jangan salah tafsirannya dong, Masalahnya siapa yang mengangkan Muhammad sebagai utusan Allah ? ya dia sendiri dengan banyak bersumpah memakai nama Allah agar bangsa Arab mempercayainya, maka sepantas dia kena laknat dan terkutuk diracuni.

    ———————————

    Sudah yaa! Gak usah nyaru-nyaru jadi Kristen, saya kenal kawan-kawan saya yang Kristen cukup dari gaya bicaranya saja. Dan seorang Kristen akan tahu bahwa Mesiah itu akan mati terbunuh karena nubuatnya seperti itu. Orang Kristen kok mau menafikan kemuliaan pengorbanan … lucu …

    Sok bawa-bawa Santo Paulus lagi?!

    Mbak/Mas … saya baca Alkitab dan berinteraksi sama orang Kristen dari remaja dan gak ada orang Kristen yang mau peduli Nabi Muhammad saw itu matinya mau seperti apa, apalagi tahu soal peracunan dari perempuan Yahudi… he he he gak usah sok kristologi lah … Kalau Mesiah selamat dan matinya wajar itu baru aneh?!

    Orang Kristen tau-tauan Aisyah … anda Kristen sekte Sunni yaa ?? :D

    Saran saya, jadilah Sunni yang punya keberanian untuk mengakui kesunnian anda, atau jadilah pengikut Kristus yang menghargai nlai-nilai pengorbanan di jalan Tuhan yang suci.

    sumpe niy … ane baru tau kalo di sunni ada taqiyah nye … he he he … :D

    Nt dari faksi klub kuliner yee … ?! :D

  23. ustadz tunjukin orang ini( nunusaku) tentang metode dakwah ahlul bayt, dimana ahlul bayt dan orang islam tidak memerlukan mujizat2 kayak gituan (masalah Ar-Rasul SAWW meninggal karena diracun)dengan itu ahlul bayt mengajarkan pada kita supaya tetap teguh berada dalam wilayah kelaziman, karena terbukti mujizat tidak efektif untuk menyadarkan manusia. saya ada postingan untuk penjelasan pada thread lain masih disitus ini.

  24. PANTUN GELOMBANG CINTA
    ( JERIT HATI DAN HARAPAN RAKYAT JELATA )
    Oleh : Maulana Mahbub Al – Majnun

    NUSANTARA NEGERI YANG KAYA
    TEMPAT KORUPTOR BERPESTA PORA
    HUKUM HANYA MILIK YANG KAYA
    KESEWENANG – WENANGAN MERAJALELA

    SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA
    LIHAT ORANG SUSAH MALAH TERTAWA
    BENCANA JADI OBYEK WISATA
    PENGGAL SAJA BIANG KEROKNYA

    DUNIA DISEMBAH LAYAKNYA TUHAN
    AGAMA JADI BAHAN CEMOOHAN
    TAK DIRASA SEMUA PERINGATAN
    NUSANTARA NEGERI KUTUKAN

    BEBAN HIDUP SEMAKIN BERAT
    ORANG BAIK BERUBAH JAHAT
    TOBAT NASIONAL SUDAH TERLAMBAT
    NUSANTARA MENUJU KIAMAT

    KAMI WONG CILIK INGIN MENGADU
    KEPADA SIAPA KAMI TAK TAHU
    BERULANG KALI NYOBLOS PEMILU
    TAPI KAMI SELALU TERTIPU

    NASIB KAMI TAK PERNAH MENENTU
    SAMPAI KAPAN KAMI TAK TAHU
    BERHARAP – BERDOA SEPANJANG WAKTU
    KAPAN LAKU GELOMBANG CINTAKU ?

    KAMI WONG MLARAT PALING NGGAK KUAT
    BILA MELIHAT TINGKAH POLAH PEJABAT
    SEMUCI – SUCI DAN SEOLAH NINGRAT
    PADAHAL DIBELAKANG, . . . . BEJAT

    KAMI WONG CILIK CUMA INGIN TAHU
    INI MEMANG BENAR ATAU CUMAN ISU ?
    AKAN MUNCUL SEORANG RATU
    YANG MEMIMPIN ATAS PERINTAH WAHYU

    KEYAKINAN TAK BUTUH PEMBUKTIAN
    MANUSIA BEBAS TENTUKAN PILIHAN
    DIPUNCAK ZAMAN KEHANCURAN
    ADAKAH JENDRAL BERHATI INTAN ?

    AKU MEMANGGILMU KSATRIA NUSANTARA
    KARENA DHARMAMU PADA KEBENARAN
    WALAU NASIBMU TERLUNTA – LUNTA
    SEMOGA ENGKAU BEROLEH PANGAYOMAN

    AKU MEMANGGILMU PANDITA NUSANTARA
    KARENA LAKUMU – LAKU YANG SUCI
    WALAU DIHEMPAS BADAI DERITA
    SEMOGA HIDUPMU SELALU DIBERKATI

    MANUSIA PICIK GAMPANG BERMUSUHAN
    LANTARAN NAIF MEMAKNAI FIRMAN
    BILA TAK TURUN WAHYU KEPEMIMPINAN
    PENAFSIRAN EGO MENJADI TUHAN

    UMAT MENCARI – CARI DISAAT SEKARAT
    SOSOK MANUSIA YANG MENERIMA WAHYU
    MELURUSKAN KEMBALI AJARAN NABI MUHAMMAD
    BUKAN WAHYU AGAMA BARU

    NUSANTARA TAK SABAR MENANTI
    TERBITNYA FAJAR – SANG MENTARI HARAPAN
    LANGKAH AVATAR SANGAT HATI – HATI
    GELAP MALAM PENUH JEBAKAN

    SATRIO PININGIT RAHASIA ILLAHI
    MANUSIA LUGU MBOTEN MITAYANI
    TAK TERJANGKAU SEMUA PREDIKSI
    JUGA ILMU PENERAWANGAN TERTINGGI

    KELUAR MASUK PURA MANGKUNEGARAN
    ALLHAMDULILLAH ORA KONANGAN
    KELUAR MASUK RUMAH PEJABAT
    TETAP SAJA TIDAK TERLIHAT

    SATRIO PININGIT RAHASIA ILLAHI
    MANUSIA LUGU MBOTEN MITAYANI
    TAK TERJANGKAU SEMUA PREDIKSI
    JUGA PENERAWANGAN GAIB TERTINGGI

    KECUALI OLEH MEREKA YANG DIKEHENDAKI
    DIANTARA HAMBA – HAMBA SEJATI
    YANG RELA MEMPERSEMBAHKAN DIRI
    DEMI TEGAK HUKUM – KEADILAN ILAHI

    NUSANTARA TAK SABAR MENANTI
    SATRIO PININGIT RAHASIA ILLAHI
    SEDERHANA, TAK BANYAK KONSEP TEORI
    CUKUP MENGAMBIL YANG TULUS SUCI

    RATU ADIL ALIAS IMAM MAHDI
    TAK PUNYA AMBISI MEMIMPIN NEGERI
    MANUSIA LUGU MBOTEN MITAYANI
    HANYA JALANKAN AMANAH ILLAHI

    RATU ADIL ALIAS IMAM MAHDI
    TAK PUNYA AMBISI MEMIMPIN NEGERI
    CUKUP MENCETAK KADER MUMPUNI
    LALU MENGHILANG BAK DITELAN BUMI

    KITA SAMPAI DIBATAS WAKTU
    KEBENARAN SEJATI MENUNTUN LAKU
    LETAKKAN SEMENTARA PEMAHAMANMU
    KITA DENGARKAN PENUTURAN WAHYU

    BAGI YANG SUNGGUH MEMBUKA HATI
    DENGAN POLOS TANPA PRASANGKA
    SATRIO – PINANDITA SIAP MENEMANI
    SAMPAIKAN KEBENARAN APA ADANYA

    TABIR MASA MEMBUNGKUS RAHASIA
    KAYAKAN CERITA AKAN NUANSA
    BERDETAK JANTUNG KARENA ASA
    MENGUJI NYALI JIWA PERKASA

    WAHAI APARAT – PENEGAK HUKUM NEGARA
    WAHAI ULAMA – PANDITA NUSANTARA
    WAHAI PUTRA – PUTRA TERBAIK BANGSA
    APAKAH AKAL DAN NURANIMU BUTA !!

    Semarang,15 November 2007
    Ditemani Gudang Garam Surya
    Gudang air mata,Garam kehidupan, Surya pencerahan
    Bravo IMAM MAHDI, para kekasih tak sabar menanti

    Hidayah datang tak pandang bulu
    Merasuk kedasar keyakinan,sepenuhnya atas kuasaNYA
    salam bagi semua “orang gila” Semoga kita segera bersua.
    Puisi ini adalah puisi orisinil penulis, yang diilhami dari mimpi 7 kali berjumpa IMAM MAHDI alias RATU ADIL alias SATRIO PININGIT alias AVATAR alias SATRIO PINANDITO SINISIHAN WAHYU alias
    “MALIKUL MUQSITH”
    Allah Subhaanahu Wataaala memberi GELAR KHUSUS sosok orang yang menerima wahyu diakhir zaman ini dengan gelar dan panggilan “MALIKUL MUQSITH”
    MALIKUL – MUQSITH bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti RAJA ( PENEGAK ) KEADILAN alias RATU ADIL.
    Dia menerima wahyu untuk meluruskan kembali ajaran Nabi Muhammad yang sudah banyak di selewengkan, ditambah – dikurangi serta di putar balikkan. Wahyu yang diterima bukanlah wahyu KENABIAN sehingga jelas tidak membawa AGAMA BARU, dan orang yang menerima wahyu ini sangat tidak pantas dan SALAH BESAR jika di sebut NABI BARU.
    IMAM MAHDI adalah sebutan atau istilah yang lain untuk sosok yang dipanggil ALLAH dengan MALIKUL MUQSITH ini, ia NYATA dan memang benar – benar ADA. IMAM MAHDI berarti pemimpin pemberi petunjuk . RATU ADIL juga menerima wahyu kepemimpinan dalam arti RATU ADIL adalah orang yang memang dipilih ALLAH dan DIPERINTAH untuk memimpin dan membenahi negeri ini (NUSANTARA). Dalam konteks Indonesia yang sempit, beliau menjadi RATU ADIL dan dalam kapasitas yang lain dalam konteks dunia yang lebih luas beliau menjadi IMAM MAHDI.

    Di zaman kelak Ratu Adil memimpin, kebenaran dan HUKUM ILAHI akan benar – benar ditegakkan. Meskipun beliau seorang muslim yang taat menjalankan syariat, tapi beliau memiliki toleransi dan apresiasi yang tinggi dengan semua pemeluk agama dan semua aliran kepercayaan. Beliau mengayomi semua golongan dengan keadilan, kebenaran, dan kejujuran. Beliau didampingi oleh ruh – ruh para Nabi dari semua AGAMA BESAR di dunia, baik Isa, Muhammad, Musa, Daud, Adam, Sri krisna, & Sidharta Gautama. Selain itu turut mendampingi beliau ruh leluhur Pulau jawa yaitu Sunan Lawu alias Brawijaya Pamungkas, Eyang Sabdo Palon dan Naya Genggong. Selain itu turut mengawal beliau ruh-ruh seluruh raja NUSANTARA yang bertaqwa .Juga banyak ratusan ruh wali-wali dari semua agama di sepanjang sejarah umat manusia . Allah tidak tanggung – tanggung dalam menurunkan seluruh KEKUATANNYA untuk mewujudkan tata kehidupan dunia yang lebih spirituaL dan lebih manusiawi. Kekuatan Allah itu dititipkan sebagai fasilitas perjuangan kepada IMAM MAHDI – RATU ADIL dan PASUKANNYA. Alangkah berbahagia jika anda yang membaca tulisan ini bisa ambil bagian menjadi pasukan MALIKUL MUQSITH ini.

    Penulis sebelumnya adalah orang yang skeptis akan RATU ADIL yang menurut penulis itu Cuma MITOS. Tetapi petunjuk mimpi yang beruntun sebanyak 7 kali dalam kurun waktu th. 2005 – 2007, telah merubah pandangan dan keyakinan penulis secara drastis dan radikal – karena disetiap mimpi, gambarannya begitu jelas dan gamblang. Serta “ndilalah” semua informasi dari ketujuh petunjuk mimpi bisa terekam rinci dalam ingatan penulis. Selain berisi banyak informasi, petunjuk mimpi itu juga memberi beberapa terapi atau METODE PEMBERSIHAN JIWA TERBAIK MENURUT VERSI ALLAH SWT, sehingga berpengaruh dahsyat bagi lahir batin penulis.

    Tulisan ini adalah media bagi penulis untuk berbagi pengalaman dan mempromosikan keyakinan yang nyata. Dan semoga berguna sebagai sarana untuk menjembatani pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Beliau yang sebenarnya memang nyata adanya. Penulis prihatin dengan banyaknya orang yang mengaku – aku menerima wahyu tanpa bisa memberi bukti kongkrit yang meyakinkan bahwa mereka (yang ngaku-ngaku itu) benar – benar menerima wahyu. Sebagai panduan agar masyarakat tidak dibodohi maka penulis ingin menginformasikan bahwa orang yang menerima wahyu :

    1. Kenal akrab dengan Malaikat Jibril sebagai Malaikat Penyampai Wahyu. Dan tahu secara rinci tentang Jibril- termasuk bunyi redaksi tasbih malaikat jibril kepada Allah.Begitu pula bacaan tasbih dari Malaikat – Malaikat yang lain, Imam Mahdi yang sanggup berkomunikasi dengan mereka pasti tahu bacaannya semua.

    2. Jika benar seseorang menerima wahyu, dia pasti juga mengalami pembersihan jiwa langsung dari Allah sebagaimana Nabi Muhammad mengalaminya. Mengapa ? karena untuk menerima wahyu suci, jiwa seorang penerima wahyu HARUS disucikan dulu oleh Dzat yang Maha Suci untuk sanggup menerima wahyu yang suci.

    3. Sebagai sesama penerima wahyu, seorang IMAM MAHDI atau apapun istilah dan namanya pasti sangat mengenal SELUK BELUK nabi – nabi sebelumnya yang juga menerima wahyu. Meskipun dalam konteks IMAM MAHDI wahyu yang turun bukanlah wahyu kenabian, tetapi pasti seorang IMAM MAHDI mengenal dengan rinci rahasia yang dimiliki Nabi Muhammad, begitu juga nabi – nabi sebelumnya. Sebagai cara untuk mengetes misalnya :
    a. Seorang IMAM MAHDI pasti tahu dan bisa menunjukkan bacaan tasbih Nabi Daud kepada Allah.
    b. Imam Mahdi pasti tahu hadist – hadist Nabi Muhammad yang di palsukan atau yang TAK PERNAH SAMPAI kepada kita karena sebab – sebab tertentu padahal dulu hadist itu benar – benar ada.
    c. Imam Mahdi pasti tahu kapan dan pada usia berapa Nabi Isa wafat, dan tahu bunyi doa yang dipanjatkan Nabi Isa saat diizinkan Allah menghidupkan orang yang sudah mati.

    4. Bila benar seorang RATU ADIL sejati yang menerima WAHYU KEPEMIMPINAN, dia pasti :
    a. Mengerti kunci untuk membuka harta karun NUSANTARA dan seluruh kekayaan alam yang berguna untuk membangun kemakmuran rakyat.
    b. Sanggup meluruskan sejarah perjalanan bangsa yang diputarbalikkan.
    c. Mengerti cara yang paling tepat dalam memimpin dan mengatur INDONESIA.

    Minimal pertanyaan – pertanyaan diatas jika bisa di jawab oleh siapa saja yang mengaku – aku dan ia bisa menunjukkan dengan meyakinkan, maka BER BAI’AT LAH karena seorang IMAM MAHDI yang sejati pasti bisa menjawab semua pertanyaan yang sangat mendasar dan eksistensial itu.
    Baiklah, kami kira masih banyak petunjuk mimpi yang tidak semuanya bisa saya ungkapkan-kecuali jika anda meyakini karena didorong oleh rasa pencarian sejati layaknya seorang pencari kebenaran ALLAH yang hakiki.

    Cukup sekian semoga tulisan ini bisa berguna……amin.
    Sekian..

    Tertanda,
    01’12’2007
    Sunan Kuning Penebar Pesona
    Indonesia

    Keyakinan lebih berharga dari kajian seribu kitab
    Wacana diatas bertujuan untuk menjembatani pemikiran rakyat, Terima kasih atas kesediaannya untuk menyebar luaskan informasi diatas.
    salam

  25. Ass.wr.wb,

    Sebelum saya menceritakan pengalaman saya yang berikut ini, saya memohon agar kita sebagai muslim agak sedikit melapangkan dada untuk menerima atau tidak menerima cerita saya berikut ini.Apakah ini suatu kenyataan ataukah tidak terserahlah kepada yg mendengarnya, kalau seandainya bapak keberatan untuk menerimanya dan menghapusnnya, untuk pribadi saya, juga saya tidak ada masalah,karena menurut hakikat saya,mendengar atau melihat cerita ini akan menimbulkan kebencian, penghasutan, pencacian dll,jadi saya serahkan saja kepada akal manusia yg sehat untuk menimbang baik atau buruknya.

    Beginilah ceritanya:
    Pada tanggal 3 bulan juli th 2008 masuk bulan rajab malam jumaat lalu setelah maghrib muncul makhluk bersayap yg sayapnya seperti mutiara-mutiara yg bertebaran di muka bumi ,begitu besarnya beliau dari pandangan saya,yg berjarak kira-kira 5 meter dari hadapan saya,keindahaan beliau tidak terlukiskan.
    Perkataan beliau yg pertama adalah: Tuliskan!lantas sekali lagi Tuliskan!
    Saya cepat mengambil kertas dan pena kemudian duduk kira-kira satu meter dari hadapan beliau.
    Perkataan beliau yg kedua:Assalamualaikum.
    Saya jawab wallaikumsalam.
    Perkataan beliau yg ketiga:saya Jibril,Tuliskan!
    Saya akan datang bersama Isa almasih kedunia bersama sembilan wali-wali dan bersama 200 lebih malaikat-malaikat.
    Waktu sudah sangat singkat, mulai tahun 2010 banyak kejadian yg akan merampas jiwa manusia.
    Perkataan beliau yg keempat:apa yg engkau inginkan? menyebarkan firman-firman Allah S.W.T, jawab saya.
    Perkataan beliau yg kelima:ada lagi?InsyaAllah, Allah S.W.T akan memberikan petunjuk kepada kami,jawab saya.
    Perkataan beliau yg keenam:baiklah! lantas beliau mengambil kedua belah tangan saya,beliau menyuruh saya berzikir.
    -Allahhuakhbar33x
    -Subhanallah33x
    -Alhamdulillah33x
    -Allah S.W.T33x
    -Laillahhailallah33x
    -Laillahhailallahmuhammadarasulallah33x
    Perkataan beliau yg kesepuluh:ingat!
    1.jangan engkau sombong
    2.bersabarlah
    3.sayang kepada kedua orang tua
    4.jangan engkau membuat kesalahan
    Beliau tunduk sejenak, lantas beliau berkata,saya musti kembali dan menyapa saya assalamualaikum, saya jawab wallaikumsalam Jibril a.s, dia membuka sayapnya lantas terbang begitu cepatnya.

    Saya beranggapan bahwa ini hanyalah sebagai amanah.
    Marilah kita menyimak cerita ini bersama dengan akal yg sehat menurut Alquran dan hadits-hadits rasulallah Muhammad S.A.W.

    Apakah kita sudah bersiap untuk akhir zaman?

    Wassalam.

  26. [...] komentar selengkapnya yang masuk ke blog saya … [...]

  27. waduh…
    kemasukan org kesurupan dah milistnya…
    ustad….
    dibahas lebih detail lagih tuh si HM abdullah…
    dia suka ngaku syiah…yg kagak jelas juntrungannya…
    masa Imam Khomeini as di bilang imam mahdi …

    bikin rusak ahlulbait ajah tuh

    :mrgreen: … iya memang lucu …

    *cekikikan*

sumber:http://musadiqmarhaban.wordpress.com/2007/03/14/imam-mahdi-dalam-tinjauan-kristologi/

Tags: ,

0 comments to "Imam Mahdi dalam Agama"

Leave a comment