Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa selama tiga puluh tahun kekuatan adidaya dan musuh-musuh bangsa Iran sengaja menebar rintangan di jalan kemajuan bangsa ini. Beliau menambahkan, "Pengalaman membuktikan bahwa ancaman dan penentangan tidak akan bisa memperlambat gerak laju bangsa Iran ke depan. Sebab, bangsa ini terus melanjutkan gerak langkah ini dengan kuat."
Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei hari ini (5/5) dalam pertemuan dengan ribuan guru dari berbagai pelosok negeri menjelaskan peran penting dan agung yang dimainkan para guru dalam membangun dan mencetak insan-insan yang cerdas, pemikir, salih, kreatif dan percaya diri untuk membawa negara terus melangkah maju ke depan.
Kemajuan Iran menurut beliau akan menjadi pembuka jalan bagi terjadinya perubahan besar dalam Dunia Islam. "Perubahan di Dunia Islam pasti akan menghasilkan perubahan pada kondisi dunia saat ini," imbuh beliau.
Mengenai ketertinggalan dari kafilah ilmu, beliau menegaskan bahwa untuk mengejar ketertinggalan diperlukan gerakan yang besar. Beliau menambahkan, "Negeri dan bangsa Iran harus bisa mencapai posisi yang layak baginya dan menjadi teladan yang sempurna dan kuat bagi Dunia Islam."
Seraya mengenang Syahid Ayatollah Morteza Motahhari, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut Motahhari sebagai figur guru yang sempurna dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi. Beliau menambahkan, "Tokoh besar ini selalu tampil penuh keberanian ketika merasa masyarakat menghadapi segudang pertanyaan dan tuntutan. Beliau tegas dan kepentingan apapun tidak bisa menghalanginya."
Beliau mengatakan, "Motahhari tidak seperti mereka yang mengaku sebagai cendekiawan agama dan memaparkan berbagai masalah yang nonsen dengan dikemas bingkai agama. Beliau adalah tokoh cendekiawan besar yang menjelaskan berbagai tema agama yang hakiki sesuai dengan tuntutan zaman dan pertanyaan masyarakat."
Ahmadinejad: Masalah Utama di Tangan Amerika Serikat!
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyebut Amerika Serikat sebagai penghalang utama di jalan perlucutan senjata nuklir dunia seraya menyatakan: "Kami yakin jika pemerintah AS menerima perlucutan senjata nuklir maka para pemilik senjata nuklir lainnya juga bersedia mengikutinya."
IRNA melaporkan, pernyataan itu dikemukakan Ahmadinejad Rabu sore (5/5) setibanya di bandara Mehrabad, Tehran, setelah kunjungannya selama tiga hari ke New York untuk menghadiri sidang revisi Traktat Non-Proliferasi Nuklir(NPT).
"Sejumlah pemilik senjata nuklir baik secara implisit maupun eksplisit menyampaikan pesan bahwa masalah utama yang mereka hadapi adalah AS jika Washington bersedia melucuti senjata nuklirnya maka mereka pun akan secara sukarela melucuti senjata nuklirnya," tambah Ahmadinejad.
Sidang revisi NPT di New York dinilai Ahmadinejad sebagai langkah penting untuk mencapai tujuan perlucutan senjata dan menurutnya, banyak pihak termasuk Iran, berharap sidang itu membuahkan hasil yang jelas, adil, dan praktis.
Ahmadinejad juga berharap agar pihak yang mencari superioritas di dunia melalui senjata nuklir dan menilai senjata tersebut sebagai faktor superioritas mereka, segera meninggalkan cara berpikir jahat dan egois itu serta bergabung dalam satu barisan sama seperti negara-negara lain.
"Jika Amerika menolak usulan manusiawi dan adil ini maka gelombang yang telah bangkit di dunia dan serta tuntutan yang ada di seluruh negara dan bangsa pada akhirnya akan memaksa Amerika untuk menerimanya," tegasnya.
Menyinggung partisipasinya dalam sidang revisi NPT itu, Ahmadinejad menilainya sebagai misi penting baginya. "Itu adalah misi bagi saya untuk mengemukakan perspektif dan kebijakan Republik Islam Iran terkait perlucutan senjata di dunia, dan misi itu telah terlaksana."
Ahmadinejad menilai masalah terpenting dunia saat ini adalah ancaman dan instabilitas seraya menyatakan, "Seluruh perencanaan dan program berbagai negara dipengaruhi oleh ancaman dan instabilitas sehingga terjadi investasi besar-besaran untuk mewujudkan keamanan."
Menurutnya, sikap dan aksi sejumlah negara serta lemahnya mekanisme pengawasan dan kontrol internasional sebagai faktor utama meluasnya instabilitas dan ancaman di dunia. "Senjata nuklir adalah poros utama ancaman dan instabilitas", "Senjata nuklir adalah senjata paling berbahaya yang pernah dibuat, digunakan, dan ditimbun secara luas oleh para pemiliknya."
Presiden Iran mengungkapkan bahwa lebih dari 40 tahun upaya internasional untuk melucuti senjata nuklir namun tidak ada hasil nyata, bahkan dewasa ini masyarakat dunia menyaksikan kecongkakan rezim-rezim preman yang enggan mematuhi peraturan internasional. Rezim-rezim yang esensinya adalah peperangan, pendudukan, dan agresi.
Menyinggung bahwa sidang revisi NPT di New York adalah yang ketujuh, Ahmadinejad menekankan: "Enam sidang sebelumnya tidak menghasilkan kesimpulan yang jelas dan praktis. Ini disebabkan karena para pemilik senjata nuklir menempatkan diri di luar lingkup pengawasan, kontrol, dan peraturan internasional. Bukan hanya menilai diri mereka kebal terhadap pengawasan melainkan juga mereka merasa berhak memaksakan tuntutan mereka kepada masyarakat internasional."
"Para delegasi berbagai negara menghadiri sidang revisi NPT di New York dengan harapan besar bahwa sidang ini dapat merumuskan mekanisme jelas dan praktis sehingga dalam waktu dekat kita dapat menyaksikan dunia bebas senjata nuklir dan semua negara dapat memanfaatkan energi nuklir."
"Namun dalam proses penyusunan dokumen sidang di dalam komite khususnya, lagi-lagi, kita menyaksikan tekanan dari segelintir negara utama pemilik senjata nuklir yang mencegah perubahan serius dan efektif dalam NPT." (IRIB/MZ/6/5/2010)
Ahmadinejad Damprat Klub Eksklusif Nuklir Diskriminatif
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, seperti yang dikutip Koran Republika mengkritik pedas semua negara yang memiliki senjata nuklir atau yang kemungkinan menyimpan senjata nuklir. Ia juga menyebutkan Belanda. Seberapa tepat tuduhannya itu?
Menyerang adalah pertahanan terbaik. Mungkin begitulah pikiran Ahmadinejad. Ketika Iran dituduh memiliki program senjata nuklir rahasia, dia mengkritik negara-negara yang memiliki senjata nuklir, di antaranya Amerika Serikat dan Belanda.
Tidak aneh jika Ahmadinejad menyebut Belanda. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di pangkalan militer Volkel tersimpan sekitar dua puluhan rudal nuklir Amerika. Pesawat perang F-16 Belanda harus menggunakan senjata itu dalam perang dan menembak target yang diperintahkan NATO.
Namun secara resmi senjata ini tidak diakui. Tidak akan ada satu menteri Belanda pun yang mau mengakui keberadaan senjata itu.
Siapakah Yang Liar?
Beberapa delegasi meninggalkan ruangan rapat di kantor PBB, New York, sebelum Ahmadinejad memulai pidatonya. Delegasi itu adalah dari AS, Perancis, Inggris dan Belanda. Menurut Menteri Luar Negeri Belanda, Maxime Verhagen, Iran sedang mencoba mengalihkan perhatian.
"Pidato presiden Iran sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan diskusi penting yang sedang kita lakukan saat ini, yaitu diskusi mengenai pelarangan senjata nuklir. Iran mencoba mengalihkan perhatian dengan retorik dari program nuklirnya sendiri, " jelas Verhagen.
Hari Senin, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton, juga mengutuk keras Iran dengan mengatakan negara ini akan berbuat apapun untuk mengalihkan perhatian dan menghindar dari tanggung jawab atas perbuatannya. Menlu AS juga menegaskan bahwa ambisi nuklir Iran membahayakan dunia.
Berpidato di Konferensi PBB tentang Perjanjian Non Proliferasi Nuklir, Clinton menyerukan dijatuhkannya hukuman secara otomatis bagi pelanggar perjanjian itu daripada mengandalkan upaya diplomatik untuk mengenakan sanksi-sanksi.
Clinton juga menuduh Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad membuat apa yang disebutnya "tuduhan-tuduhan yang menyesatkan, membosankan dan kadang-kadang liar" terhadap Amerika dan negara-negara lain.
Hari itu juga, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, juga mengungkapkan untuk pertama kalinya bahwa negaranya memiliki seluruhnya 5.113 hulu ledak nuklir dalam persediaannya. Yang lebih fatal lagi, Clinton dengan alasan keamanan mengatakan "Tindakan itu akan mendorong upaya pengawasan senjata."
"Merupakan kepentingan keamanan nasional kami untuk menjadi setransparan kami bisa mengenai program nuklir AS," kata Menlu Hillary Clinton ketika Pentagon mengungkapkan jumlah hulu ledak nuklir yang lama dirahasiakan.
Tidaklah salah, bila Ahmadinejad dalam padtonya habis-habisan, menyindir AS. Ahmadinejad mengatakan, "Sejumlah pemerintahan dalam strategi mereka menyebut bom-bom nuklir sebagai faktor stabilitas dan keamanan dan ini adalah kekeliruan terbesar mereka. Dengan alasan apapun, produksi dan penyimpanan bom nuklir adalah tindakan yang sangat berbahaya dan pada tahap awal membahayakan negara produsen dan penyimpan senjata itu."
Kepada para peserta , Ahamdinejad mengatakan, "Anda sadar betapa bahayanya relokasi sebuah rudal yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir dengan menggunakan pesawat dari satu pangkalan ke pangkalan lain di wilayah Amerika dan betapa hal ini membuat warga Amerika khawatir."
Ahmadinejad juga menegaskan, "Bom nuklir, adalah api anti-kemanusiaan bukan senjata untuk bertahan. Kepemilikan bom nuklir bukan hanya tidak membanggakan melainkan keburukan dan sangat memalukan.
Sambil menyindir ancaman serangan nuklir ke Iran yang disampaikan belum lama ini oleh Presiden AS, Barack Obama, Ahmadinejad menuturkan, "Yang lebih memalukan lagi, mengancam akan menggunakannya yang tentu tidak dapat dibandingkan dengan bentuk kejahatan apapun dalam sejarah. Mereka yang untuk pertama kalinya melakukan bombardir atom, adalah pihak yang paling dibenci dalam sejarah."
Kemudian siapakah yang liar? Iran atau AS. Iran tengah membela hak-haknya dalam mengembangkan teknologi nuklir sipil yang sudah menjadi kebutuhan dunia saat ini. Akan tetapi kekuatan-kekuatan utama dunia tidak ingin negara-negara lainnya seprti Iran dapat menguasai high technology. Mereka menghendaki negara-negara dunia bergantung penuh pada hegemoni sejumlah negara kuat. Inilah sistem hukum rimba yang sedang berlaku di dunia ini.
Klub Eksklusif
Iran berani menyebut satu poin penting yang sama sekali belum disentuh dunia senjata nuklir selama bertahun-tahun. Poin itu adalah perjanjian Non-proliferasi Nuklir yang hanya mengenal lima negara resmi yang boleh memiliki senjata nuklir: Cina, Prancis, Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Bukankah tindakan ini diskriminatif?
Di satu sisi perjanjian ini terang-terangan diskriminatif. Perjanjian itu mencegah negara lain masuk ke dalam klub eksklusif yang punya kuasa untuk membuat senjata nuklir. Meski demikian, beberapa negara lain tetap mengembangkan senjata nuklir. Contohnya, Israel, India, Pakistan dan Korea Utara.
Kritik Iran sangat tepat. Iran mengatakan para 'penguasa' senjata nuklir tidak terlalu serius menangani perjanjian pelarangan senjata nuklir seperti yang tertulis dalam perjanjian non-proliferasi.
0 comments to ""Kami yakin jika pemerintah AS menerima perlucutan senjata nuklir maka para pemilik senjata nuklir lainnya juga bersedia mengikutinya.""