Perhatian pemerintah Indonesia terhadap naskah-naskah kuno Islam masih sangat kurang. Padahal, negara tetangga, seperti Malaysia sedang giat-giatnya mengumpulkan naskah tersebut dan menjadikannya sebagai warisan budaya negara itu.
Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak peninggalan naskah-naskah kuno Islam. Situs Republika hari ini (Kamis,6/5) melaporkan, banyak naskah-naskah kuno warisan para ulama yang tidak terawat, bahkan hilang begitu saja. Sejumlah pihak mengkhawatirkan pemerintah akan melelang warisan budaya tersebut.
Berbagai Peninggalan ini merupakan penggalan hasil kerja keras para ulama dahulu kala dalam menyampaikan pesan-pesan Islam melalui karya-karyanya. Buku-buku itu ditulis dengan tangan di atas lembaran kertas yang ada saat itu. Misalnya, ada karya berjudul Hikayat Banjar, Sirah Nabawiyah, Fiqh al-Islam, dan lain sebagainya. Walaupun tak dikenal luas, karya-karya ulama tersebut sangat penting bagi masyarakat.
Dasrizal MA, kepala Bidang Bina Program Penelitian, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, kepada Republika Mengungkapkan, "Ada ribuan karya ulama nusantara." Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, karya-karya ulama daerah itu banyak terlupakan. Naskah-naskah yang mereka tulis hanya sebagian yang berhasil dibukukan. Sisanya, tak sempat disusun menjadi sebuah buku.
Sebagian besar karya tersebut hilang dan tak jelas rimbanya, karena minimnya perhatian terhadap karya-karya klasik ulama tersebut. Sebagian lagi, naskah mereka ada yang berada di luar negeri, seperti Belanda, Prancis, Inggris, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Beberapa yang tersisa di Indonesia, tercecer ke mana-mana. Ada yang masih dimiliki ahli waris, ada yang terpendam, dan ada pula yang diperjualbelikan. Dasrizal menuturkan, "Yang baru berhasil diselamatkan hanya sekitar 600 naskah Islam klasik karya ulama nusantara."
Karya-karya itu berisi tentang ilmu pengetahuan, ajaran, dan syair. Di antaranya berisi tentang ketuhanan, ajaran budi pekerti, sejarah, cerita rakyat (dongeng, legenda), teknologi tradisional, mantra, silsilah, jimat, syair, politik, pemerintahan, undang-undang, hukum adat, pengobatan tradisional, dan hikayat.
Kini, naskah-naskah itu telah dijilid dengan baik dan didigitalisasi oleh Puslitbang Lektur Keagamaan, Balitbang Depag. Sebagian tersimpan di perpustakaan nasional dan beberapa ahli waris.
Menurut Dasrizal, Kementerian Agama baru mulai memberi perhatian terhadap keberadaan naskah kuno pada tahun 2008. Itu pun dipicu oleh langkah negara tetangga, Malaysia, yang sudah mulai mencari dan mengumpulkan naskah-naskah kuno Islam sejak 2007. Bahkan, mereka membeli naskah-naskah kuno Islam itu dari Indonesia."
Dasrizal mengatakan, Malaysia menempuh langkah itu karena sedang berupaya menjadi pusat Melayu Asia. Sejak itulah, pemerintah Indonesia baru mulai memberikan perhatian untuk melestarikan naskah-naskah kuno Islam sebagai warisan budaya.
Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara, Oman Fathurrahman mengatakan, pemanfaatan naskah-naskah kuno Islam sudah menunjukkan perkembangan yang positif. Oman mengungkapkan, sudah banyak skripsi, disertasi, ataupun penelitian lepas yang memanfaatkan naskah-naskah kuno Islam sebagai sumbernya. Namun, pemanfaatan itu memang belum maksimal, mengingat naskah-naskah kuno Islam jumlahnya mencapai ratusan ribu. Ironisnya, saat ini pemerintah bukannya menyimpan benda-benda warisan budaya melainkan justru akan melelangnya.
Oman khawatir pula suatu saat pemerintah juga bisa saja melelang naskah-naskah Islam kuno yang ada. Ia mengatakan, kurangnya perhatian pemerintah pada naskah-naskah kuno itu disebabkan fokus pemerintah hanya membangun perekonomian.
Pemerintah, tak begitu tertarik melestarikan kebudayaan. Mestinya, pemerintah melakukan sosialisasi dan advokasi tentang pentingnya naskah-naskah kuno tersebut sebagai warisan budaya. Ditegaskannya, "Selama ini, pelestarian budaya di negara kita masih tertinggal jauh dibandingkan negara lainnya."
Sejatinya, pemerintah harus meningkatkan kepeduliannya terhadap warisan budaya ini. Karena peninggalan tersebut merupakan penggalan sejarah bangsa ini. Tentu saja, kita tidak akan menjual jati diri kita sendiri, kecuali orang-orang yang tidak perduli lagi dengan harkat bangsa dan negaranya.(Republika)
0 comments to "Naskah Kuno Islam...hilang???....."