Shahram Amiri, ilmuwan Iran yang tahun lalu hilang di Madinah mengaku diculik oleh tentara AS dan Arab Saudi. Shahram Amiri melalui rekaman video yang diambil pada April 2010 dan sampai ke tangan intelijen Iran, memaparkan bagaimana proses penculikan terhadap dirinya dan kondisi dia saat ini.
Ilmuwan nuklir Iran itu mengungkapkan bahwa dirinya kini berada di kota Tucson, Negara Bagian Arizona AS. Ia menyatakan, "Saya diculik lewat sebuah operasi gabungan tim teror dan penculikan agen rahasia AS (CIA) dan Arab Saudi di Madinah, 3 Juni tahun lalu. Setelah itu saya dibawa ke sebuah rumah yang tidak diketahui posisinya di Arab Saudi. Di sana saya diberi suntikan obat bius dan ketika tersadar, saya telah berada di AS".
Shahram menambahkan, "Selama 8 bulan ditahan di AS, saya mendapat siksaan dan tekanan psikologis yang sangat keras dari tim intrograsi agen rahasia AS. Dilancarkannya beragam tekanan itu bertujuan untuk memaksa saya memberikan pengakuan palsu dalam wawancara dengan sebuah chanel TV berita AS. Saya didesak supaya mengaku sebagai tokoh penting dalam program nuklir Iran dan meminta suaka politik kepada AS atas kemauan saya sendiri. Saya juga dipaksa untuk mengakui bahwa dalam proses permintaan suaka itu saya turut membawa ke AS beragam bukti dan dokumen penting Iran dengan sebuah laptop yang berisi data rahasia program nuklir Iran".
Ilmuwan Iran itu menjelaskan, "Penculikan ini bertujuan untuk memberikan tekanan politik kepada Republik Islam Iran dan sebenarnya merupakan upaya untuk membuktikan kebohongan terus menerus AS mengenai Tehran".
Dalam pengakuannya itu, Shahram juga meminta lembaga-lembaga pembela hak asasi manusia untuk segera menyelidiki kasus yang menimpa dirinya. "Saya telah diculik secara jahat dan dibawa ke AS. Saya ingin lembaga-lembaga HAM mengerahkan seluruh upayanya untuk membebaskan saya sehingga bisa kembali ke tanah air", pungkas Amiri menjelaskan.(irib/8/6/2010)
Dunia Tuntut Perlucutan Senjata Israel
Saeed Jalili dalam pertemuannya dengan Sheikh Ahmed bin Mohammed Al Isa'ee, ketua parlemen Oman di Tehran, menyinggung serangan brutal rezim Zionis Israel terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Gaza.
"Saat ini kita menyaksikan gerakan global membela bangsa Palestina. Dalam bidang perlucutan senjata nuklir juga muncul tuntutan global untuk melucuti negara-negara pemilik senjata pembunuh massal khususnya Israel," kata Jalili.
Dalam pertemuan itu, Jalili juga memaparkan usulan pengoperasian kapal-kapal bantuan kemanusiaan Gaza dari Teluk Persia lewat kerjasama negara-negara regional. Usulan itu mendapat sambutan ketua parlemen Oman.
Sementara itu Sheikh Ahmed Al Isa'ee mendukung pencapaian-pencapaian nuklir damai Iran. Ia menilai kebangkitan Imam Khomeini ra sebagai titik awal kemajuan Iran di berbagai bidang. Ditegaskannya, perubahan mendasar di kawasan termasuk membela hak-hak bangsa Palestina bersumber dari Revolusi Islam. (IRIB/RM/MF/7/6/2010).Wakil Presiden AS Joe Biden bertandang ke Mesir di tengah eskalasi ketegangan akibat serangan rezim Zionis Israel terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Gaza, Freedom Flotilla.
Biden, yang mengepalai sebuah delegasi pejabat tinggi AS, dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak pada hari Senin (7/6) di Sharm el-Sheikh.
Sebelumnya, Biden menyatakan dukungan atas pendaratan pasukan komando Israel ke atas kapal Armada Kebebasan yang berniat menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. "Israel memilik hak mutlak menjaga keamanannya," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan televisi PBS.
Kemarahan internasional atas serbuan armada telah menciptakan sebuah pemikiran bahwa Amerika Serikat melindungi Israel selaku sekutu dekatnya.
Namun Biden menambahkan bahwa Washington akan terus menekan Tel Aviv untuk memungkinkan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.
Sementara itu satu hari setelah serangan Israel, Mesir - yang telah membantu Israel dalam mengisolasi Gaza selama tiga tahun - membuka perbatasan Rafah untuk mengizinkan penyaluran bantuan kemanusiaan ke kawasan itu.
Setelah kunjungan dua hari ke Kairo, Biden akan meninggalkan Mesir menuju Kenya dan direncanakan menghadiri upacara pembukaan Piala Dunia di Afrika Selatan pada hari Jumat (11/6). (IRIB/RM/MF/7/6/2010).
0 comments to "AS dan Arab Saudi Culik Ilmuwan Iran"