Home , � Pelanggaran HAM tanpa henti yang terjadi secara sistematis dan meluas oleh rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdaya Palestina

Pelanggaran HAM tanpa henti yang terjadi secara sistematis dan meluas oleh rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdaya Palestina

Keluar dari Irak, Amerika Tinggalkan Bahan-Bahan Beracun

London (Irib News) -- Surat kabar Times London mengungkapkan, militer Amerika yang sedianya akan hengkang dari Irak, ternyata tengah berusaha menimbun bahan-bahan beracun dan berbahaya di negara ini.

Surat kabar Inggris Times hari ini (14/6/2010) menulis, riset yang dilakukan koran ini terhadap lima provinsi di Irak menunjukkan bahwa pangkalan-pangkalan militer Amerika tidak akan mengirimkan bahan-bahan beracun dan berbahaya ke Amerika tapi menimbunnya di Irak.

"Masalah ini jelas kontradiksi dengan aturan Departeman Pertahanan Amerika (Pentagon)," tambahTimes.

Berdasarkan laporan ini, bahan-bahan beracun dan berbahaya yang ditimbun Amerika di Irak ini termasuk minyak bekas alat-alat berat, asid dan baterai kosong.

Disebutkan juga, bahan-bahan ini ditimbun di dekat lahan pertanian rakyat dan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak.

Times menyatakan mendapatkan laporan ini dari sebuah perusahaan swasta yang punya kontrak dengan Pentagon dan menulis, "Pasukan Amerika di Irak telah memproduksi lebih dari lima ribu ton bahan-bahan beracun dan berbahaya. Sementara sebagian sumber-sumber informasi menyebut adanya 14,5 ribu ton minyak bekas alat-alat berat yang telah mencemarkan lingkungan di daerah itu."

Surat kabar Inggris ini menulis, "Warga Irak yang mengakses bahan-bahan beracun ini bakal menderita beragam penyakit kulit. Banyak dari mereka yang mengadukan masalah batuk berkepanjangan dan sesak napas yang diderita akibat bahan-bahan beracun itu. Tidak hanya itu, tikus-tikus yang berada di daerah sekitar tempat penimbunan bahan-bahan beracun juga mati akibat keracunan."

Seorang dokter lokal melaporkan bahwa penyakit-penyakit yang diderita warga ini akibat bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya.

Sesuai dengan laporan ini, perusahaan-perusahaan daur ulang swasta yang berada di pangkalan-pangkalan militer Amerika mencampurkan bahan-bahan kimia berbahaya ini dengan bahan-bahan lainnya seperti potongan-potongan besi lalu menjualnya kepada perusahaan-perusahaan lokal. Sebagian bahan-bahan ini malah ditempeli stiker yang menunjukkan milik militer Amerika. Dokumen-dokumen yang ada menunjukkan bahwa barang-barang tersebut milik Departemen Pertahanan Amerika.

Sekaitan dengan hal ini, koran Times London menulis, "Akhir tahun ini tentara Amerika akan segera meninggalkan Irak dan dari ratusan pangkalan militer Amerika yang akan ditutup, seluruh sisa bahan-bahan milik militer Amerika tidak akan dikirim ke Amerika lewat kapal tapi akan ditimbun di daerah tersebut."

Seorang jurubicara militer Amerika di Irak mengumumkan akan mengkaji masalah ini dan menyelesaikan masalah yang ada. (IRIB/SL/RM/14/6/2010)

Ahmadinejad: Semua Menyadari Peran Penting Iran

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Ahad malam (13/6) tampil secara langsung di televisi saluran 1 Iran. Di awal dialognya dengan para wartawan itu, Ahmadinejad mengucapkan selamat atas tibanya bulan Rajab dan juga hari kelahiran Imam Baqir as di bulan ini.

Ahmadinejad menyebut pemilu presiden tahun lalu di Iran sebagai pentas terbesar di Iran yang diikuti oleh 85 persen warga yang memiliki hak pilih. Sekitar 40 juta warga Iran menentukan presiden pilihan mereka di kotak-kotak suara. Ahmadinejad menyebutnya sebuah rekor untuk negaranya yang bahkan dapat dikatakan jarang padanannya di dunia.

Seorang wartawan bertanya kepada Ahmadinejad, "Setahun telah berlalu, terjadi berbagai peristiwa manis dan pahit, bagaimana Anda menyimpulkan transformasi selama setahun ini?"

Ahmadinejad mengatakan, "Kita harus perhatikan bahwa elemen yang akan menentukan nasib dan perimbangan di masa mendatang adalah tekad dan keimanan manusia. Yang ditakutkan musuh adalah menifestasi tekad manusia."

"40 juta manusia berpartisipasi dalam pemilu yang dapat dikatakan terbebas di dunia, 85 persen partisipasi pemilih adalah sebuah rekor. Rakyat datang dan nyaris semua menyerukan satu tuntutan, semua menuntut perubahan fundamental di dunia, sistem yang adil dan manusiawi, perwujudan kehormatan dan kemajuan manusia, kebebasan serta keadilan," jelas Ahmadinejad.

Menurutnya, "Tekad bangsa Iran telah menjelma dan kami percaya bahwa ini merupakan titik awal perubahan besar di dunia atau dengan kata lain dimulainya proses globalisasi bangsa Iran."

Pihak-pihak yang memusuhi bangsa Iran semuanya adalah para pemilik dan penguasa sistem zalim di dunia. Namun kenyataannya adalah bahwa dalam setahun terakhir, posisi bangsa Iran di dunia naik seratus jenjang sementara pihak musuh dan yang membela kondisi tidak manusia dan timpang di dunia saat ini, terperosok ratusan tangga ke bawah.

"Dewasa ini, tanpa kehadiran Iran, tidak ada pekerjaan penting yang dapat dilakukan di dunia, dan mungkin salah satu buktinya adalah sidang revisi Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT)," jelas Ahmadinejad.

"Dalam sidang yang telah direncanakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya selama satu tahun itu, mereka berupaya sedemikian rupa sehingga negara-negara bebas seperti Iran tidak dapat menikmati energi nuklir untuk selamanya. Namun ketika Iran masuk ke kancah, upaya tersebut bukan hanya gagal melainkan yang terjadi justru 180 derajat kebalikannya."

Lebih lanjut Ahmadinejad menegaskan, "Seluruh negara menyadari bahwa partisipasi Iran untuk pertama kali mampu menggagalkan rencana Amerika Serikat dan mendukung bangsa-bangsa. Kalian dapat menyaksikan dampaknya. Kemarahan dan ketergesaan mereka (Barat) untuk merilis resolusi anti-Iran adalah dalam rangka menutupi peristiwa besar itu, namun mereka tidak mampu dan tidak akan berhasil." (IRIB/MZ/14/6/2010)

Di Jenewa, Iran Tuntut Pencabutan Blokade Gaza Segera

Republik Islam Iran pada sidang keempat Dewan HAM di Jenewa menuntut pencabutan segera dan tanpa mengulur waktu blokade atas Gaza serta penyaluran bantuan kemanusiaan kepada rakyat tertindas Gaza.

Dalam sidang yang digelar Senin (14/6/2010) itu, masalah kondisi HAM di Palestina pendudukan dibahas di bawah materi umum butir ketujuh program kerja sidang. Pada sidang itu, lobi tetap Iran di PBB, Asadullah Ashraq Jahroumi, menyampaikan pidato menyinggung bahwa kondisi di Palestina pendudukan sangat kritis dan masalah ini menjadi tantangan utama yang harus segera diselesaikan oleh masyarakat dunia.

Dikatakannya, "Sayang sekali dalam enam dekade terakhir, dunia selalu menyaksikan pelanggaran HAM tanpa henti yang terjadi secara sistematis dan meluas oleh rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdaya Palestina."

"Di samping itu, proses pembangunan permukiman ilegal Zionis, perusakan rumah milik warga Palestina, penangkapan dan penahanan rakyat Gaza, penyiksaan dan berbagai aksi brutal, berlanjutnya blokade tidak manusiawi terhadap Gaza, serangan militer Zionis terhadap kawasan tersebut, perusakan tempat-tempat peribadatan, berlanjutnya pembangunan tembok pemisah sebagai simbol rasisme, serta yang terbaru serangan terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza di perairan internasional, semuanya hanya sekelumit dari setumpuk kejahatan yang dilakukan rezim penjajah Israel," jelas Jahroumi.

Dalam hal ini, Republik Islam Iran sekali lagi dan secara tegas mengutuk serangan militer Israel terhadap konvoi Freedom Flotilla yang merenggut nyawa para aktivis tak berdosa. Tehran menilainya sebagai pelanggaran nyata HAM dan tindak kriminal internasional, serta menuntut para pelakunya diadili di mahkamah internasional secepatnya.

Jahroumi juga melontarkan tuntutan Iran atas pembentukan komisi pencari fakta internasional untuk mencatat berbagai pelanggaran HAM yang terjadi dalam serangan tersebut dan mengidentifikasi pelaku utamanya.

Menyinggung penderitaan tiada henti rakyat Palestina khususnya warga Gaza dalam beberapa tahun terakhir akibat blokade dan serangan luas militer Zionis, Jahroumi menuntut semua pihak untuk melakukan segala upaya guna mengakhiri blokade terhadap Gaza serta dalam rangka memberikan jaminan keamanan bagi masuknya bantuan kemanusiaan untuk Gaza. (IRIB/MZ/15/6/2010)

Netanyahu: Israel Harus Siap Hadapi Hari-Hari Kelam

Perdana Menteri Israel, Banyamin Netanyahu, dalam sebuah pidatonya Senin (14/6/2010) menyatakan, "Israel harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari sulit, karena hari-hari kelam telah menanti Israel."

Sebagaimana dilansir koran Zionis Yediot Aharonot, pernyataan itu dikemukakan Netanyahu di hadapan para anggota partai Likud. Ditambahkannya, Israel harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari-hari penuh kesulitan.

Kepada para menterinya, Netanyahu mengingatkan untuk bersiap-siap menghadapi "kejutan" bahkan dari para sekutu Israel di Eropa.

Netanyahu juga mengkonfirmasikan pembentukan tim investigasi internal yang akan mengusut kasus serangan terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla.

Namun ia meyakinkan para anggota partainya bahwa tim investigasi tersebut akan berlaku memihak pada Israel bukan menentangnya.

Menurutnya, tim investigasi tersebut akan memperkokoh kemampuan Israel di kancah internasional. Di akhir pidatonya Netanyahu menyinggung gelombang kebencian terhadap Israel yang semakin terarah.(irib/15/6/2010)

0 comments to "Pelanggaran HAM tanpa henti yang terjadi secara sistematis dan meluas oleh rezim Zionis Israel terhadap warga tak berdaya Palestina"

Leave a comment