Tel Aviv (IRIB News) - Di planet mana kita hidup? Apakah ada yang percaya bagaimana seorang perdana menteri duduk menanti hari berlalu berharap kapan dimulainya pertandingan Piala Dunia Afrika Selatan 2010? Netanyahu berharap pertandingan segera dimulai agar kisah pedih Gaza dan upaya penjebolan blokade terlupakan oleh penduduk bumi...
Ungkapan itu tertuang dalam sebuah halaman surat kabar Israel Maariv. Disebutkannya, PM Netanyahu begitu berharap dengan mengulur-ulur waktu agar hari Jumat (11/6/2010) pertandingan pembukaan Piala Dunia Afrika Selatan 2010 segera dimulai dan "dunia memberikan kita kesempatan untuk menarik napas panjang."
Ketika Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan terkait serangan brutal komando Zionis Israel dalam sebuah operasi yang mirip film laga Hollywood, segalanya menjadi jelas betapa Amerika muncul kembali sebagai pahlawan menolong Zionis Israel. Amerika juga berusaha mengulur-ulur waktu agar kemarahan dunia menyurut. Keharusan melakukan investigasi segera, transparan dan netral sebagaimana yang tertera di pernyataan DK PBB merupakan kata-kata yang tepat. Namun saat diterapkan, masalahnya adalah waktu dan di sini Zionis Israel berusaha bermain mencari peruntungannya.
Rezim Zionis Israel memulai langkah pertamanya dengan menyatakan penolakannya atas rencana investigasi internasional. Di sini Zionis Israel merasa menang satu langkah, setelah Ban Ki-moon, Sekjen PBB mereaksi pernyataan rezim rasis ini dengan mengajak Israel menjadi anggota tim investigasi yang dipimpin oleh seorang ahli hukum Selandia Baru. Namun tetap saja, Zionis Israel tidak punya gambaran yang baik terkait investigasi semacam ini.
Rezim Zionis Israel punya pengalaman buruk dengan komite pencari fakta yang dibentuk PBB guna menyelidiki kejahatan rezim ini dalam agresi brutal 22 hari ke Gaza diketuai Richard Goldstone. Karena ia keturunan Yahudi dan tidak ada yang akan menuduhnya sebagai anti-semit, tapi hal itu dilakukan oleh Israel sendiri.
Zionis Israel bukan hanya menuding-nudingnya sebagai orang yang anti-Yahudi, melainkan media-media Israel dengan bantuan badan-badan intelijen tiba-tiba mengungkap fakta bahwa Goldstone di era kekuasaan Apartheid di Afrika Selatan pernah mengeluarkan hukum rasis anti-kulit berwarna!!
Media-media ini tentu saja, tiba-tiba menjadi pelupa bahwa Zionis Israel termasuk salah satu rezim yang punya hubungan erat dengan rezim Apartheid Afrika Selatan. Permata-permata Afrika Selatan diekspor melaui Israel sebagai pintu gerbangnya ke dunia luar. Baru-baru ini juga terbongkar adanya perundingan antara kedua rezim tersebut soal penjualan hulu ledak nuklir Israel ke Afrika Selatan di masa lalu.
Ironisnya dalam kasus perompakan konvoi kapal bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla, Zionis Israel tidak sendiri menolak dilakukannya investigasi internasional. Lebih dari itu, Amerika malah bertindak lebih jauh dengan menyebut hanya Israel sendiri yang harus melakukan investigasi. Sikap Amerika ini dengan sendirinya sudah cukup menjadi agenda bagi Uni Eropa untuk tidak mengambil sikap di luar yang telah digariskan Washington.
Seandainya investigasi internasional disetujui untuk dilakukan, kemungkinan besar akan memakan waktu lama hingga tiba waktu pertandingan Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Kedua, apa pun hasil dari investigasi yang dilakukan tidak akan berdampak bagi Israel. Ketiga, hasilnya juga tidak begitu penting bagi rakyat Turki dan Palestina.
Mereka yang memilih nama Rachel Corrie untuk kapal pembawa bantuan kemanusiaan ke Gaza berharap agar nama aktivis Rachel Corrie tidak terlupakan. Mereka melakukannya bertolak belakang dengan keinginan Amerika. Sementara itu, konvoi kapal lainnya akan segera menuju Gaza.
Benar, pada akhirnya pertandingan Piala Dunia 2010 akan berakhir, tapi pada saat itu baru dimulai keinginan dunia dunia untuk mengakhiri blokade Gaza. (IRIB/INN/SL/MZ/9/6/2010)
Erdogan: Kita Harus Berani Melawan!
Istanbul (IRIB News)--Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan menyatakan, "Diam di hadapan kejahatan Israel menyerang konvoi kapal bantuan Freedom Flotilla, berarti terlibat dalam tindak kriminal tersebut.
Pernyataan itu dikemukakan Rabu (09/6) dalam sebuah konferensi di Istanbul. Menybut serangan yang terjadi di perairan bebas internasional itu sebagai penistaan hukum internasional, Erdogan menambahkan, "Sekali lagi bungkam atas serangan tersebut dan berbagai kejahatan Israel lainnya, sama artinya dengan membuka menorehkan luka dalam prinsip-prinsip kemanusiaan."
"Rezim Zionis seenaknya menginjak-injak hukum internasional dan masalah ini akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap lembaga-lembaga internasional. Jika kita menginginkan perdamaian dunia, dan jika kita jujur mengharapkan penyelesaikan krisis global dengan kerjasama dan saling membantu, maka kita harus berani menentang kejahatan-kejahatan seperti ini," jelas Erdogan.
"Diam dalam hal ini (serangan terhadap Flotilla) bukan hanya berarti ikut terlibat melainkan juga memberikan ijin pada aksi-aksi serupa di masa mendatang," katanya.
Banyak negara Barat dan Arab yang hingga kini memilih bungkam terhadap perompakan militer Isrel terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Freedom Flotilla. (IRIB/MZ/SL/9/6/2010)
AS, Inggris, dan Perancis, Ancaman Para Penentang Sanksi Anti-Iran
Beirut (IRIB News)--Seorang diplomat di New York kepada koran Safir terbitan Lebanon mengumumkan bahwa tiga negara Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, secara tegas mengancam negara-negara yang menentang sanksi terhadap Iran.
Menurut diplomat yang enggan namanya dipublikasikan itu, hingga akhir malam kemarin (Selasa 08/6), delegasi Arab belum menerima keputusan Turki dan Brazil terhadap mekanisme penjatuhan sanksi terhadap Iran.
Delegasi tersebut menyatakan bahwa diperkirakan Turki dan Brazil akan memberikan suara abstain atau menentang terhadap sanksi Iran.
Sumber tersebut menyatakan bahwa ketiga negara Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis tengah menekan semua negara anggota untuk mendukung sanksi terhadap Iran. Dalam ancamannya, ketiga negara menuntut agar negara-negara paling tidak menyatakan abstain atas rencana sanksi terhadap Iran. Dan jika menentang maka negara-negara tersebut akan menghadapi dampak buruknya di masa mendatang.
As-Safir menambahkan bahwa ancaman dari tiga negara Barat itu telah disampaikan kepada Turki, Brazil, dan Lebanon.
Di dalam negara Lebanon muncul friksi dalam hal ini. Menteri Dalam Negeri Lebanon, Ziyad Barud, dan Menlu Lebanon, Ali as-Shami, menyetujui penentangan terhadap sanksi Iran. Sementara Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, menjelang kunjungannya ke tiga negara Arab Saudi, Mesir, dan Jordania-yang disebut Amerika Serikat sebagai negara Arab "moderat"-menyatakan bahwa suara abstain terhadap sanksi Iran lebih menguntungkan Lebanon. (IRIB/Fars/MZ/SL/9/6/2010)
Panglima angkatan bersenjata Bahrain, Sheikh Khalifa bin Ahmad al-Khalifa menyatakan negaranya tidak mengizinkan kehadiran militer Israel di perairan Bahrain. Hal ini diungkapkannya sebagai reaksi atas isu kehadiran kapal selam Israel di wilayah perairan Bahrain.
Duta besar Republik Islam Iran di Manama, Hossein Amir Abdollahian bertemu dengan Sheikh Khalifa bin Ahmad al-Khalifa di Manama dan membahas hubungan bilateral di berbagai bidang. Kedua pihak dalam kesempatan ini membicarakan hubungan baik di tingkat regional maupun internasional serta menekankan kerjasama di antara negara kawasan untuk menciptakan stabilitas keamanan.
Menyikapi serangan brutal pasukan komando angkatan laut Israel terhadap konvoi kapal pengangkut bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza, Freedom Flotilla, Pangab Bahrain mengecam aksi tersebut. Sheikh Khalifa bin Ahmad al-Khalifa dalam sikapnya soal isu kehadiran kapal selam Israel di perairan negaranya menandaskan, "Kami menganggap Israel sebagai musuh dan Bahrain tidak akan membiarkan kehadiran militer rezim ini di perairannya." Ia menyebut isu ini jauh dari kebenaran dan merupakan perang syaraf belaka.
Hossein Amir Abdollahian dalam kesempatan tersebut menjelaskan sikap dan kebijakan Republik Islam Iran di berbagai bidang khususnya Deklarasi Tehran soal pertukaran bahan bakar nuklir. Ia menyebut deklarasi ini sebagai langkah positif untuk menciptakan rasa saling percaya di antara semua pihak.
Ia menegaskan, bayang-bayang perang di kawasan jauh dari kenyataan. Sementara pihak asing tidak dapat melakukan petualangan baru karena hal ini hanya merugikan mereka serta seluruh bangsa di kawasan.
Abdollahian menyebut Rezim Zionis sebagai faktor instabilitas keamanan di kawasan. Ditambahkannya, sikap brutal rezim ini dalam menyerang konvoi Freedom Flotilla menujukkan ketakutan kuat Israel. (IRIB/Alalam/MF/SL/9/6/2010)
0 comments to "Piala dunia lupakan Gaza...!!!!....Afrika Selatan kalian dibohongi Zionis..??!!..."