Mengapa teroris sulit dibasmi? Itulah pertanyaan utama Anton Tabah, seorang jenderal polisi Indonesia dalam tulisannya yang diangkat Jawapos dalam kolom Opini.
Menurut mantan pengurus HMI Semarang itu, pertanyaan tersebut penting disosialisasikan melalui media massa, sebab membasmi teroris memang sulit. De facto, mereka bukan hanya mampu merekrut kader-kader baru relatif berusia belia usia 18-33 tahun. Tetapi, negara juga tak pernah bisa menyadarkan ''kesalahan'' mereka.
Anton lewat tulisan bertajuk Membongkar Bungker Teroris itu mencatat, "Lihat saja para residivis teroris. Begitu keluar dari penjara, mereka kembali bergabung dengan teroris yang belum tertangkap dan melakukan teror lagi. Penjara tak sanggup memenjarakan mereka karena doktrin agama sulit disadarkan. Tentunya bukan tugas Polri menyelesaikan masalah itu. Tetapi, itu merupakan PR negara secara holistis". Karena itu, dalam tulisannya itu Anton lantas mengkaji varian faktor mengapa teroris sulit dibasmi.
Pertama; Sejarah, flash back kapan teroris mulai marak? Setelah Israel semakin angkuh mengobarkan permusuhan dan perang di Timur Tengah.
Kedua; Politik standar ganda Amerika Serikat selalu membela Israel dan memusuhi negara-negara Islam, terutama sejak era Presiden George Bush Senior (tahun 1980-an) dilanjutkan era G. Bush Junior (awal 2001). Era Presiden Barak Husen Obama, politik AS merangkul dunia Islam. Namun, residu politik Bush masih membayangi political will Obama.
Ketiga; Dari poin pertama dan kedua, lahir perlawanan di mana-mana dengan sasaran sama. Yaitu, menghancurkan kepentingan AS dan sekutunya. Mereka disebut teroris karena cara yang dilakukan, seperti bom bunuh diri, justru membahayakan kemanusiaan secara universal bahwa korbannya bukan sasaran, tetapi siapa saja, bahkan yang tidak ada sangkut pautnya dengan sasaran. Politik Bush cenderung anti-Islam dimanfaatkan kaum teroris menjadi amunisi ampuh memengaruhi umat untuk direkrut menjadi calon-calon teroris (kaderisasi)
Keempat; Pasca strategi keras radikal mengubah strategi deradikalisasi. Menyaru sebagai dai menyampaikan ayat-ayat keras dan dahsyat tentang jihad, tentang perang, dan pahala surga di masjid-masjid, di diskusi-diskusi terbatas, bahkan door to door.
Kelima; Kemiskinan-pengangguran menjadi constributing faktor pemicu remaja mudah tergiur dogma-dogma keagamaan yang dahsyat (surga neraka). Daripada hidup susah mencari kerja lebih baik jihad untuk mati syahid lebih cepat masuk surga dijemput istri-istri cantik jelita 72 bidadari. Itulah asal munculnya istilah siap untuk menjadi calon manten. Sebab, teroris-teroris remaja yang siap melakukan bom bunuh diri menurut mereka adalah calon-calon pengantin.
Keenam; Budaya masyarakat permisif mudah menerima kehadiran orang lain dan tenggang rasa (ewuh pekewuh) dimanfaatkan dengan baik oleh teroris.
Ketujuh; Sistem data penduduk manual dengan mudah seseorang memiliki KTP ganda akan mempersulit identifikasi. Hal itu juga memudahkan tersangka melarikan diri ke luar negeri atau ke tempat lain yang mereka mau.
Ayat-Ayat Dahsyat
Dari tujuh faktor di atas, Anton mencoba membedah faktor yang keempat (4) menggunakan taktik deradikalisasi. Itu artinya kelompok teroris mengubah pola aksi dari radikal keras dengan bom bunuh diri dengan dakwah bilkoul dan dakwahbilhal. Mereka tampil sebagai mubalig dan ustad pada umumnya, tetapi selalu menyelipkan ayat-ayat keras dan dahsyat yang dapat membakar semangat jihad orang-orang yang baru semangat belajar agama dan dangkal pengetahuan keagamaannya.
Di mata Anton, orang-orang semacam itulah yang sering menjadi sasaran lunak para teroris untuk menjadikan mereka ''calon-calon pengantin'', istilah lain dari pelaku bom bunuh diri atas nama jihad yang keliru atau sesat tadi. Dengan sasaran Amerika yang sudah telanjur terstigma buruk di negara-negara Islam sebagai musuh bersama umat Islam, ayat-ayat dahsyat akan sangat efektif dan komunikatif diterima kaum muda. Lihat kader-kader baru yang direkrut teroris. Ternyata mereka mayoritas berusia 18-30 tahun. Adapun ayat-ayat keras dan dahsyat itu, antara lain, surat Maidah ayat 44 yang artinya begini: ''Barang siapa menghukumi sesuatu tidak dengan hukum Allah, maka dia kafir''.
Surat Taubat ayat 38, yang artinya: ''Wahai orang-orang beriman, mengana ketika kamu diperintahkan untuk perang di jalan Allah, kau malah lebih memilih mencari dunia? Apakah kau lebih mencintai dunia ketimbang akhirat, padahal kesenangan dunia itu cuma sebentar dan sangat sedikit, sedangkan kesenangan akhirat abadi selama-lamanya''.
Jika seseorang telah terkunci dengan dalil-dalil dahsyat tersebut, semangat mereka untuk mati dalam jihad akan terus membara dan sulit sekali disadarkan. Sebab, mereka telah membuka kitab suci dan menafsirkan ke satu persoalan: Mati sahid. Apa yang penulis kemukakan di kajian ini adalah fakta dari keterangan mantan-mantan teroris yang sadar dan telah kembali ke jalan yang benar.
Deradikalisasi
Menurut Anton, kemiskinan menjadi constributing factor kaderisasi teroris yang sulit dibasmi. Itu sesuai dengan teori Nabi Muhammad SAW: Kadalfakru an-yakuna kufron (Kemiskinan kawan karib kejahatan). Itu juga menjadi PR negara. Teroris harus diperangi bukan hanya secara fisik (operasi kepolisian), tetapi juga secara komprehensif. Ketujuh faktor kajian penulis tadi mungkin bisa dijadikan titik berangkat deradikalisasi. Ketujuh faktor tersebut menjadi bungker-bungker persembunyian teroris. Bukan bungker di bawah tanah, tetapi bungker sosial yang tentu akan lebih sulit mencarinya.
Dalam kajiannya, penulis diskrepsikan faktor kausalitas mengapa teroris tak mudah dibasmi. Solusinya, antara lain, pemerintah telah membuat program deradikalisasi teroris ke sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, dan lembaga-lembaga pemasyarakatan.
Program deradikalisasi harus melibatkan banyak pihak untuk merumuskan materi apa yang bisa menyadarkan teroris agar kembali ke jalan yang benar. Sebab, tanpa materi yang tepat upaya itu akan sia-sia. Ibarat dokter salah memberikan obat kepada pasien.
di akhir tulisannya, Anton mengingatkan bahwa Polri punya program community policing (pemolisian komunitas-komunitas). Ia menyarankan para komandan lapangan dan kewilayahan supaya dapat cerdas mengimplementasikan dan memetakan skala prioritas garapan. Misalnya, komunitas masyarakat pesantren, komunitas masyarakat nelayan, komunitas masyarakat kampus, dan komunitas masyarakat buruh. Mereka rentan dengan dogma-dogma yang mengatasnamakan agama karena keterbatasan pengetahuannya. Itu adalah PR bagi para Kapolda dan Kapolres se-Indonesia. (*)
*) Anton Tabah , jenderal polisi, pengurus HMI di Semarang 1977-1981(irib/26/6/2010)
G 8 Keluarkan Statemen Anti-Terorisme dan Israel
Para pemimpin negara anggota G 8 berkomitmen melakukan kerjasama untuk memberantas gerakan teroris dan radikalisme. Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita AFP dari Toronto, para pemmpin negara anggota G 8, hari Sabtu (26/6) mengeluarkan statemen di penghujung KTT G 8 di Kanada. Dalam statemen itu disebutkan bahwa koordinasi dan langkah kolektif kelompok ini untuk melawan terorisme adalah urgensitas yang tidak dapat dipungkiri.
G 8 juga mengkritik berlanjutnya aksi blokade terhadap Jalur Gaza oleh Rezim Zionis Israel. Kelompok ini juga menuntut Israel supaya mengakhir aksi blokade ini. Statemen itu juga menyatakan kekhawatirannya atas brutalitas Zionis Israel terhadap konvoi kapal pengangkut bantuan ke Gaza. Kelompok ini juga meminta Israel supaya memperbolehkan masuknya bantuan ke kawasan yang sudah hampir empat tahun diblokade ini.
Bagian lain statemen itu juga menyinggung masalah Afghanistan. Dalam statemen itu disebutkan bahwa pasukan Afghanistan dalam kurun lima tahun, harus mencapai perkembangan menonjol sehingga dapat memikul tanggung jawab keamanan di negara ini.
Menyinggung keterpurukan ekonomi dunia, G 8 dalam statemennya menyatakan, "Krisis ekonomi di dunia mengancam tujuan pembangunan PBB." Berdasarkan statemen itu, anjloknya laju ekonomi berdampak buruk pada upaya-upaya untuk mencapai target pembangunan yang ditetapkan PBB. (IRIB/AR/LV/27/6/2010)
Ketika Direktur Mossad Dicopot
Direktur Badan Spionase Rezim Zionis Israel (Mossad), Meir Dagan tidak lama lagi segera dicopot dari jabatannya, menyusul kecaman keras publik regional dan internasional mengenai terbongkarnya keterlibatan Mossad dalam teror Mahmoud al-Mabhouh, anggota Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) di Dubai, Uni Emirat Arab.
Terkait hal ini, situs koran Haaretz menulis, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Banjamin Netanyahu menolak perpanjangan jabatan Meir Dagan, setelah menjabat selama delapan tahun berturut-turut. Dilaporkan, jabatan Dagan akan berakhir tiga bulan lagi. Televisi rezim Zionis chanel 2 memberitakan, pejabat senior Israel menentang kelanjutan jabatan Dagan setahun kedepan, dan dia terpaksa harus meletakan jabatannya.
Penentangan Netanyahu terhadap Meir Dagan, dipicu oleh kegagalan badan spionase Israel yang dipimpin orang yang pernah menjadi orang kepercayaan Sharon ini, dalam operasi teror mahmoud al-Mabhouh beberapa bulan lalu di Dubai. Menyangkut peristiwa ini, Ketua Dinas Kepolisian Dubai, Dhahi Khalfan Tamim menyinggung peran Mossad dalam teror tersebut, seraya menyatakan, Dagan dan Benyamin Netanyahu menjadi buronan interpol.
Meir Dagan Dipilih sebagai Direktur Mossad pada periode pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon. Dagan berperan besar dalam aksi peneroran terhadap sejumlah pemimpin Hamas seperti Sheikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz al-Rantissi dan juga komandan militer Hizbullah Lebanon, Haji Imad Mughniyah. Belum hilang ketakutan Tel Aviv atas sejumlah kasus tersebut, Dinas Kepolisian Dubai menyebut Dagan sebagai pihak yang berperan besar dalam aksi teror al-Mabhouh.
Dampak akibat teror ini semakin menghantui rezim Zionis sendiri, hingga menyebabkan penangkapan salah seorang anasir Mossad di Polandia. Sebagaimana dilaporkan koran Zionis, Yediot Aharonot, Menteri urusan Infrastruktur rezim Zionis, Benyamin Ben-Eliezer mengatakan, "Wajah Israel di tengah negara-negara dunia semakin tercoreng. Bahkan, mitra-mitra Tel Aviv pun geram dan menyebut kami rezim rasis dan apartheid."
Serangan brutal komando angkatan laut rezim Zionis terhadap konvoi kapal bantuan kemanusiaan Gaza, Freedom Flotilla menghadapi reaksi keras publik regional dan dunia. Bahkan, para pejabat teras rezim agresor ini mengakui bahwa serangan tersebut justru mengucilkan rezim Zionis di dunia.(IRIB/PH/SL/27/6/2010)
Inggris Tolak Batas Waktu Keluar dari Afganistan
Menteri Penasehat Urusan Angkatan Bersenjata Inggris mengatakan, Perdana Menteri tidak pernah menyebutkan waktu penarikan tentara Inggris dari Afganistan. Seperti dilaporkan Press TV, Nick Harvey dalam wawancara dengan koran Inggris Daily Teleghraph mengatakan, PM David Cameron berharap bisa menarik tentara dari Afganistan dalam lima tahun kedepan sebelum Inggris melangsungkan pemilu yang akan datang.Menurut Harvey apa yang dikatakan Cameron bisa diartikan oleh warga Inggris sebagai penentuan jadwal waktu penarikan tentara dari Afganistan. Padahal pernyataan itu tidak ada kaitannya dengan rencana kepulangan tentara Inggris, sebab masalah itu bergantung pada kondisi di Afganistan.
Inggris adalah negara kedua setelah AS yang menempatkan tentara terbesar di Afganistan. Sembilan ribu lima ratus tentara Inggris ada di negara yang diduduki sejak tahun 2001 itu. (IRIB/AHF/27/6/2010)
0 comments to "Teroris Sulit Dibasmi?"