Home � wahabi dan Zionisme bersaudara..benarkah???

wahabi dan Zionisme bersaudara..benarkah???










Wahabisme mempunyai akar dari seorang pemikir besar, Ibn Taimiyah beberapa abad sebelumnya. Dalam kontekstualisasinya, gerakan wahabi bersinggungan keras dengan kelompok tasawuf dan Islam Syi’ah. Bagi gerakan Wahabi, kelompok-kelompok tersebut tidak mengikuti ajaran seperti yang dicontohkan Rasul. Dalam tataran yang lebih luas kelompok ini berusaha untuk menyingkirkan segala macam bid’ah, khurafat, dan berbagai tindakan kesyirikan lainnya, dan secara tidak langsung mempunyai jasa besar melahirkan terorisme.

Tidak ada kebencian terhadap keluarga suci Nabi Muhammad saw. yang ditampakkan kelompok yang mengaku Muslim melebihi kebencian kaum Nawâshib, baik al Bakriyyah al Utsmaniyyah maupun kaum Khawârij. Sejarah mencatat bahwa tidak sedikit dari mereka yang menyelinap di tenga...h-tengah umat Islam dengan menyembunyikan identitas mereka sesungguhnya, namun demikian kebusukan akidah dan jiwa mereka sulit mereka sembunyikan, sebab sepandai-pandai seorang menyembunyikan bangkai pasti suatu saat, cepat atau lambat akan tercium juga baunya! Kebusukan mental dan jiwa mereka akan tercium melalui kata-kata yang terlontar atau sikap sinis yang tampak dari mereka. -------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kebencian kepada Imam Ali as. adalah bukti kuat kemunafikan. Dalam banyak hadis, Nabi menyabdakan: Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan dari Zirr ibn Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda: وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ. “Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.”[1] Allah SWT akan membongkar kedok kemunafikan mereka melalui apa yang terlontar dari mulut-mulut mereka yang mencerminkan kebusukan hati mereka. Allah berfirman: أَمْ حَسِبَ الَّذينَ في قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغانَهُمْ * وَ لَوْ نَشاءُ لَأَرَيْناكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسيماهُمْ وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ وَ اللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمالَكُمْ. “Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka.* Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]:29-30) Imam Jalaluddin as Suyuthi meriwayatkan dalam tafsir ad Durr al Mantsûr-nya [2] ketika menafsirkan ayat di atas beberapa hadis di antaranya: Ibnu ‘Asâkir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al Khudri ra. ia berkata tentang ayat: وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ “Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka” Ia berkata: “Dengan kebenciannya kepada Ali ibn Abi Thalib.” Dan kaum munafik adalah penghuni tetap neraka Jahannam. Allah berfirman: إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً. “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisâ’[4]:145-146) Ulama Islam Telah Membongkar Kemunafikan Kaum Nawâshib! Para ulama Islam, baik Sunni maupun Syi’ah telah membongkar kedok kemunafikan dan penyimpangan kaum Nawâshib. Mereka bukan Sunni apalagi Syi’ah! Ulama Sunni sendiri menolak jika mereka digolongkan sebagai Ahlusunnah! Lebih dari itu, mereka adalah kelompok terkecam! Beberapa abad silam ajaran menyimpang dan kesesatan kaum Nawâshib mulai dihidupkan dan disebar-luaskan kembali oleh Ibnu Taimiyah dan murid-murid setiapnya seperti Ibnu Qayyim, adz Dzahabi dkk. Dan kini tonggak obor estafet itu direbut oleh kaum Salafiyah Wahabiyah. Dengan semangat berkobar-kobar mereka bangkit menghidupkan kembali dan menyebar-luaskan kesesatan kaum Nawâshib dengan berkedok ajaran sesat mereka adalah ajaran Ahlusunnah wa al Jama’ah. Aktifitas mereka juga tertuju kepada pendha’ifan dan menvonis maudhû’/ palsu hadis-hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait Nabi saw. dengan berbagai alasan yang mengada-ngada. Di samping yang tidak mereka lewatkan adalah membela mati-matian musuh-musuh Imam Ali dan Ahlulbait as., seperti Mu’awiyah. Yazid, Amr ibn al ‘Âsh dkk. Seperti telah kami singgung bahwa di antara cara licik dan licin mereka adalah mempoles pandangan sesat kaum Nawâshib sebagai yang mewakili pandangan Sunni. Dalam rangka ini mereka tidak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh Salaf! Blog Nawâshib: haulasyiah menurunkan artikel berjudul: ( ISYARAT RASULULLAH ABU BAKAR SEBAGAI KHALIFAH, bantahan syubuhat syi’ah ke 5 ) untuk menghidupkan kembali kesesatan pandangan kaum Nawâshib yang telah setangan terkubur itu. Di dalamnya oleh Ustadz Muh. Umar as Sewed berkata: "Para ulama telah berbeda pendapat tentang bagaimana pengangkatan Abu Bakar ash-Shidiq sebagai khalifah. Apakah pengangkatan tersebut ditentukan dengan nash secara langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atau dilakukan dengan musyawarah antara kaum muslimin. Sebagian ulama berpendapat bahwa pengangkatan beliau sebagai khalifah ada lah hasil dari musyawarah dari kaum muslimin ketika itu. Sedangkan Hasan al-Bashri dan sebagian para ulama dari kalangan ahlul hadits berpendapat bahwa terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah dengan nash yang samar dan isyarat dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam". (Lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 471) Ibnu Jakfari berkata: Apa yang ia katakan itu tidak berdasar dan hanya kaum Nawashib lah yang meyakini keyakinan seperti itu. Umat Islam selain Nawâshib hanya meyakini salah satu dari dua opsi dalam masalah kekhilifahan sepeninggal Nabi Muhammad saw: * Nabi telah menunjuk Imam Ali as. sebagai Imam dan Khalifah sepeninggal beliau secara langsung dengan penunjukan terang dan tegas! (Baca: http://www.facebook.com/profile.php?id=1155794121&v=app_2347471856&ref=profile#!/note.php?note_id=412397671140) * Nabi saw, tidak menunjuk siapa-siapa. Abu Bakar dipilih oleh kaum Muslim saat itu berdasarkan musyawarah/baiat. Tidak ada penunjukan atasnya sama sekali. Yang meyakini adanya menunjukan hanya kaum Nawâshib. Mereka tidak segan-segan memalsu banyak hadis atas nama Nabi Muhammad saw. untuk menandingi hadis-hadis keutamaan dan penujukan Imam Ali as., yang kemudian hadis-hadis palsu itu mereka sebar-luaskan di tengah-tangah umat Islam! Ahlusunnah Sepakat Tidak Ada Nash Penujukan Atas Abu Bakar! Hal mendasar yang akan membubarkan angan-angan kaum Nawâshib, seperti pendiri sekte sempalan Wahhabiyah dan para mukallidnya dalam hal ini adalah: bahwa termasuk hal yang telah disepakati para pembesar ulama Ahlusunnah adalah bahwa Nabi saw. tidak pernah menujuk siapa Khalifah sepeninggal beliau saw. Ada sebuah stitmen penting dan mendasar yang disampaikan Umar –selaku Khalifah kedua- ketika ia diminta para sahabat untuk menunjuk seorang Khalifah yang akan mengantikan posisinya setalah mati nanti, maka ia berkata, ”Jika aku tidak menunjuk seorang pengganti maka ketahuilah bahwa Rasulullah juga tidak menunjuk seorang pengganti dan jika aku menunjuk maka Abu Bakar telah menunjuk.” [3] Dan di saat-saat terakhir menjelang kematiannya, ketika ada yang mengatakan kepadanya, “Jangan Anda biarkan umat Muhammad tanpa pengembala, tunjuklah seorang pemimpin!” Umar ibn al Khaththâb menjawab, “Jika aku membiarkan maka ketahuilah bahwa orang yang lebih baik dariku (Rasulullah saw. maksudnya) telah membiarkan dan jika aku menunjuk seorang pengganti maka sesungguhnya seorang yang juga lebih baik dariku (Abu Bakar maksudnya) telah menunjuk.” [4] Selain bukti di atas, Anda dapat menemukan bagaimana Abu Bakar -selaku Khalifah pertama- juga berandai-andai jika ia dahulu bertanya kepada Rasulullah saw. siapa yang berhak atas jabatan kekhalifahan ini dan apakah kaum Anshar memiliki hak untuk menjabat atau tidak? Abu Bakar berkata, “Saya ingin andai dahulu aku bertanya kepada Rasulullah untuk siapa perkara (khilafah) ini sehingga ia tidak direbut oleh seorang pun yang bukan ahlinya? Aku ingin andai aku bertanya, apakah orang-orang Anshar mempunyai hak dalam perkara ini?” [5] Al hasil, banyak sekali bukti akan hal itu, akan tetapi jika Anda hanya mau patuh dan mendengar ucapan ulama, maka kami akan sebutkan pernyataan tegas seorang tokoh tersohor Ahlusunnah di bawah ini. Ketika berusaha menegakkan bukti keabsahan Khilafah Abu Bakar, Imam al Qusyji mewakili pandangan Ahlusunnah mengatakan demikian, Al Maqshad Keempat tentang Imam (Khalifah) yang haq sepeninggal Rasulullah saw.. menurut kami (Ahlusunnah) adalah Abu Bakar, sedangkan menurut Syi’ah adalah Ali as. Dalil kami adalah dua: Pertama: Cara penunjukan seorang Imam (Khalifah) bisa dengan nash (penunjuan langsung) bisa dengan ijmâ’. Adapun nash sama sekali tidak ada, seperti akan dijelaskan nanti, sedangankan ijmâ’ tidak terjadi untuk selain Abu Bakar secara aklamasi…. “[6] Mungkin Ustadz as Sewed kurang mengenal dan tidak akrab dengan buku-buku teologi Ahlusunnah Asy’ariyyah yang ditulis para ulama dan tokoh mereka, sebab bisa jadi sang Ustadz mulia hanya akrab dengan kitab-kitab kaum Nawâshib dan musuh-musuh Ahlusunnah Asy’ariyah seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, adz Dzahabi, Ibnu Abdil Wahhab, Abdul Aziz ibn Bâz dan Ibnu Utsaimin CS. yang menggolongkan Asya’ariyah termasuk kelompok sesat! Hanya Kaum Nawâshib Yang Meyakini Penunjukan Abu Bakar Sebagai Khalifah! Jika demikian, lalu kelompok manakan yang meyakini keyakinan sesat seperti itu? Keterangan ulama Ahlusunnah di bawah ini akan menjawabnya. Perhatikan! Dalam kitab al Mawâqif dan Syarahnya ditegaskan: الإمام الْحقُّ بعد النبي (ص) أبو بكر، ثبتَتْ إمامتُهُ بالإجماعِ وَ إنْ تَوقَّفَ بعضُهم … و لَم ينُصَّ رسول اللهِ (ص) علَى أحَدٍ خِلافًا لِلْبَكْرِيَّةِ، فَإنهم زَعَمُوا النصَّ على أبِي بكر…. إِمَّا نَصًّا جَلِيًّا و إما نَصًّا خَفِيًّا، و الْحقُّ عِنْدَ الْجُمهور نَفْيُهُما “Imam (Khalifah) yang benar/haq sepeninggal Nabi saw. adalah Abu Bakar. Keimamahannya telah tetap dengan dasar ijmâ’, walaupun ada sebagian orang sahabat menahan diri tentangnya (tidak mengakuinya) [7] … Rasulullah saw. tidak menunjuk seorang pun, berbeda dengan kaum al Bakriyah, mereka mengaku adanya nash (penunjukan) atas Abu Bakar…. Baik nash terang maupun nash samar. Dan yang benar adalah pendapat Jumhur yaitu tidak adanya nash dari dua bentuk tersebut!“.[8] Pernyataaan serupa juga ditegaskan oleh al Munnâwi dalam Faidhul Qadîr -nya.[9] Maka jelaslah sekarang bahwa kaum Nawâshib (al Bakriyah) lah di balik kesesatan pandangan yang ditegakkan di atas hadis-hadis palsu itu. Jika demikian, dari hidangan siapakah as Sewed dan kaum Nawâshib modern menelan fitnah tersebut? Bukti di bawh ini akan memperjelas bahwa tidak lain mereka menelan fitnah ini dari gembong kaun Nawâshib abad pertengahan yang kini selalu menjadi andalan dan rujukan utama mereka… Dia tidak lain adalah Ibnu Taimyah, hamba sesat lagi menyesatkan seperti ditegaskan para ulama Ahlusunnah! Ketika Allamah al Hilli (semoga rahmat Allah meliputinya) dalam kitab Minhâj al Karâmah-nya mengatakan bahwa dalam pandangan Ahlusunnah diyakini bahwa Nabi saw. tidak menunjuk siapa-siapa, Ibnu Taimiyah bangkit membantah dengan mengatakan: “Tidak benar pendapat itu sebagai pendapat seluruh Ahlusunnah. akan tetapi ada beberapa kelompok dari Ahlusunnah yang berpendapat bahwa imamah (khilafah) Abu Bakar telah tetap berdasarkan nash.” [10] Apa yang dikatakan Ibnu Taimyah di atas jelaslah palsu! Ibnu Tamiyah jelas-jelas memalsu keterangan adanya kelompok-kelompok di dalam tubuh Ahlusunnah yang menyakini adanya nash penunjukan atas Abu Bakar! Sebab Ahlusunnah sepakat tidak adanya nash penunjukan atas Abu Bakar! Dan dengan demikian terbongkarlah sudah kedok sok Sunni yang sedang dilakonkan kaum Nawâshib seperti as Sewed Sc… sebab terbukti sekarang bahwa sumber rujukan pemalsuan data tersebut adalah Ibnu Taimiyah; seorang yang telah dikecam bahkan divonis sesat dan munafik oleh banyak ulama Sunni. Tentang Ibnu Tamiyah; Imam kaum Salafiyah Nawâshib yang satu ini, al Hâfidz Ibnu Hajar al Asqallâni berkata: ومنهم من ينسبه الى الزندقة، لقوله ان النبي لا يستغاث به، وان في ذلك تنقيصا و منعا من تعظيم النبي، ومنهم من ينسبه الى النفاق لقوله في علي ما تقدم، ولقوله انه كان مخذولا حيثما توجه، وانه حاول الخلافة مرار فلم يحصلها، انما قتاله للرئاسة لا للديانة. “Dan di antara ulama Islam ada yang menisbatkannya (Ibnu Taimiyah) kepada kakafiran karena ucapannya bahwa Nabi tidak layak diistighatsai. Ucapan itu adalah penghinaan dan larangan untuk mangagungkan Nabi. Dan di antara ulama ada yang menisbatkannya kepada kemunafikan karena ucapannya yang lalu dan ucapannya bahwa Ali selalu dihinakan Allah kemanapun ia menuju. Dan ia (Ali) terus-menerus merusaha merebut Khilafah tetapi tidak pernah berhasil. Ali berperang hanya untuk merebut kekuasaan bukan untuk menegakkkan agama.” Dengan demikian, akan lebih jujur jika kaum Salafiyah Nawâshib tidak berbicara mengatas-namakan Ahlusunnah wa Al Jama’ah, sebab mereka bukan Ahlusunnah! Mereka adalah Nawâshib! Jika Benar Demikian Berarti Hasan Bashri Bukan Sunni Dia Nâshibi! Seperti telah disinggung bahwa kaum Nawâshib tak segan-segan memalsu atas nama tokoh-tokoh penting generasi pendahulu untuk menipu kaum awam bahwa kesesatan mereka sebenarnya berlebel “Salafi” yang diambil dari pandangan kaum Salaf Shaleh! Dalam kasus ini nama Hasan al Bashri; seorang tokoh ternama generasi tabi’în mereka bawa-bawa! Jika benar apa yang mereka sebutkan, pastilah Hasan al Bashri bukan seorang Sunni atau yang boleh dan layak ditokohkan oleh Ahlusunnah, sebab dengan pandangannya itu ia tergolong al Bakriyah! Apakah itu yang hendak disimpulkan oleh kaum Nawâshib? Penutup Untuk sementara kami cukupkan tanggapan kami atas ustadz as Sewed, semoga dalam kesempatan lain kami kembali membuktikan penyimpangan dan kesalahan kaum Nawâshib; musuh-musuh Ahlulbait as. dan Syi’ah setia mereka. Amin.. Wa Shallallahu ‘Alâ Sayyidina Muhammad Wa Âlihi ath Thâhirîn. _____________________________________________________________________ [1] Hadis telah diriwayatkan oleh: 1) Imam Muslim dalam Shahihnya 2) An Nasa’i dalam Sunannya dengan dua jalur dan dalam Khashâishnya dengan tiga jalur: hadis 95,96 dan 97, yang semuanya sahih berdasarkan komentar Abu Ishaq al Hawaini (korektor kitab Khashâish), terbitan Saudi Arabia. 3) At Turmudzi dalam Sunannya, Manâqibu Ali, bab 95 (Tuhfatu al Ahwadzi,10/239-230) dan ia berkata: “Hadis ini hasan sahih.” 4) Ibnu Mâjah dalam Shahihnya, bab Fadhlu Ali ibn Abi Thalib ra.,1/42, hadis114. Ia hadis pertama dalam bab itu. 5) Ibnu Abi ‘Âshim dalam kitab Sunnahnya,2/598. 6) Abu Nu’aim dalam Hilyatu al Awliyâ’, 4/185 dari tiga jalur dari Adiy ibn Tsâbit dari Zirr, kemudian ia berkata, “Hadis ini muttafaqun ‘alaih (disepakati kesahihannya)”. Setelahnya ia menyebutkan banyak ulama yang meriwayatkan dari Adiy. 7) Al Muttaqi al Hindi dalam Kanz al ‘Umâlnya, 6/394 dan ia berkata, “Hadis ini telah dikeluarkan oleh Al Humaidi, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad ibn Hanbal, Al Adani, At Turmudzi, An Nasa’i, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân, Abu Nu’aim dan Ibnu Abi ‘Âshim. [2] Ad Durr al Mantsûr,6/54. [3] Baca Shahih Bukhari,9/100, pada Kitabu al Ahkâm, Bab al Istikhlâf dan Shahih Muslim, 3/1454 bab al Istikhlâf wa tarkihi, Hilyah al Auliyâ’,1\44, as Sunan al Kubrâ, 8\149 dll. [4] Murûj adz Dzahab; as Mas’udi,:2\253. Dâr al Fikr. [5] Tarikh ath Thabari:4\53dan al Iqd al Farîd,2\254. [6] Al Mawâqif Fi Ilmi al Kalâm; Qadhi ‘Adhududdîn Abdurahman ibn Ahmad al Îji:400. cet. ‘Alamul Kotob, Bairut. [7] Seperti Sa’ad ibn Ubadah –seorang tokoh sentral kaun Anshar dan putra-putranya yang hingga wafat secara mesterius ia tetap menolak mengakui kekhalifahan Abu Bakar. Demikian juga dengan Siti Fatimah –putri kesayangan Nabi saw. dn istri Imam Ali as. hingga beliau wafat tetap menolak mengakui keabsahan kekhalifahan Abu Bakar! Sebagian kaum Nâwashib tidak segan-segan menyerang dan menghujat serta menuduh Sa’ad sebagai rajulun sû’ (seorang yang busuk) lagi munafik. Sedang tentang Siti Faitmah as. saya tidak mengetahui hingga saat ini bagaimana sikap kaum Salafiyah Nawâshib terhadap beliau as.? Apakah mereka juga menvonisnya mati jahiliah sebab tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar? Atau mereka akan mengada-ngada kepalsuan dengan mengatakan bahwa Fatimah adalah orang wanita pertama yang membaiat dan mengakui serta merestui kekhalifahan Abu Bakar!! [8] Syarah al Mawâqif,8/354. [9] Faidhul Qadîr,2/56, ketika menerangkan hadis nomer:1318-1310. terbitan Dâr al Ma’rifah. Bairut-Lebanon. [10] Minhâj as Sunnah; mIbnu Taimyah,1/487.

KISAH ASY-SYAHID SYEIKH NIZAR (ASWJ) DIBUNUH WAHHABI



ULAMA AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH BERNAMA SYEIKH NIZAR AL-HALABY MATI SYAHID DIBUNUH DENGAN KEJAM OLEH TOKOH WAHHABI


SYEIKH NIZAR HALABI MATI SYAHID DIBUNUH OLEH WAHHABI DAN WAHHABI MENGHALALKAN SEGALA PERBUATAN ZALIM TERUTAMA KE ATAS UMAT ISLAM DENGAN CARA MEMBUNUH

Lihat darah Syeikh Nizar masih mengalir menandakan beliau mati Syahid suci.


Sejak kebangkitan agama jahat: agama Wahhabi memang terkenal dengan radikal mereka membunuh ulama Islam. Al-Qodhi Zawawi mufti di tanah hijaz ketika kebangkitan agama Wahhabi mati dibunuh oleh Wahhabi. Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab saudara kepada pengasas agama Wahhabi iaitu Muhammad bin Abdul Wahhab pernah dicuba bunuh oleh saudaranya sendiri (muhammad b abd wahhab) dengan cara mengupah orang lain untuk membunuh beliau. Ratusan ulama dibunuh oleh Wahhabi dan ratusan ribu umat Islam awam dibunuh oleh Wahhabi. Yang amat menyedihkan adalah pembunuhnya adalah dari tokoh-tokoh agama Wahhabi bukan hanya pengikut mereka yang jahil murakkab.

Syeikh Nizar Al-Halaby seorang tokoh ulama Ahli Sunnah Wal Jama'ah dan merupakan ketua Persatuan Islam di Lubnan tidak terlepas mati dibunuh dengan kejam oleh tokoh-tokoh Wahhabi. Beliau (Syeikh Nizar) juga merupaka ulama yang bersikap baik terhadap orang-orang Islam dan berhikmah dalam berdakwah. Walaupun beliau tidak pernah menjentik ataupun memukul Wahhabi beliau tetap dibunuh dengan kejam oleh Wahhabi. Dan sesudah kematian beliau keluarga beliau dan pendokong dibawah Persatuan yang diketua oleh beliau ketik itu tidak pula membalas pembunuh kejam Wahhabi itu walaupun dengan ludahan benci. Mereka yang bersama beliau tidak bertindak radikal terhadap Wahhabi walaupun Wahhabi turut menembak anak kepada Syeikh Nizar Al-Halabi Rahimahullah. Demikian Persatuan tersebut iaitu Persatuan Perusahaan Kebajikan Islamiah Lubnan (JAM'IYYAH AL-MASYARI' KHOIRIYA AL-ISLAMIYYAH) terkenal dengan pertubuhan Ahli Sunnah Wal Jamaah Al-Asya'irah Al-Maturidiyyah diiktiraf sebagai persatuan keadilan dan kemurnian dalam segelap tindakan.

Pada pagi Khamis itu 31.Ogos. 1995/ 6. Rabiul Akhir tahun 1416H Syeikh Nizar bersama anak beliau dan pemandu kereta beliau masuk ke dalam kereta untuk menghantar Syeikh Nizar ke Pejabat Persatuan Islam di Lubnan. Sebelum mereka menggerakkan kereta sebuah kereta lain jenis Marcedes warna putih tiba-tiba datang bersama sebuah motosikal lantas turun dari kereta putih mereka dan terus menembak ke atas Syeikh Nizar dengan jarak yang amat dekat berkali-kali. Lihat! Wahhabi menembak ulama Islam berkali-kali kerana benci dengan Islam.


TOKOH WAHHABI YANG MEMBUNUH SYEIKH NIZAR HALABI. PEMBUNUH DI BAWAH MENGAKUI MEREKA BERFAHAMAN WAHHABI DALAM RAKAMAN TV BEIRUT

Beberapa hari selepas Wahhabi-wahhabi itu membunuh ulama Islam Syeikh Nizar mereka telah ditangkap oleh polis dan pihak keselamatan negara dan ternyata mereka yang membunuh itu mengakui mereka memang berfahaman Wahhabi Ibnu Taimiah dan Mujassimah. Mereka yang melakukan pembunuhan terhadap Syeikh Nizar adalah pembesar Wahhabi yang dibayar oleh ketua atasan mereka untuk membeli senjata. Mereka yang membunuh adalah bernama:
1- Munir Solah 'Abboud,
2- Ahmad Qasam,
3- Wasim Muhammad Abdul Nasir,
4- Rabie' Muhammad Nab'ah,
5- Muhammad Hamid (Abou Ubaida).

TOKOH WAHHABI & PEMBUNUH SYEIKH NIZAR BERNAMA MUNIR

- Berkata Munir 'Abboud
(Tokoh Wahhabi&Pembunuh) : "
Startegi pembunuhan tersebut kami lakukan secara berpakat bersama sahabat kami untuk melakukan pembunuhan itu pada jam 8.30pagi dan kami menunggu (pembunuh memaki dengan kata yang termat kesat) Nizar Halabi, kami bertolak mengunakan kereta Marcedes putih dan apabila kami melihat (pembunuh memaki lagi seperti Wahhabi memaki Nabi) Nizar Halabi turun dari rumahnya menggunakan lif dan kemudian dia masuk dalam keretanya maka terus kami menembak dia (Syeikh Nizar) dan kami telah membunuhnya. Yang menembak kepada Syeikh Nizar adalah saya dan saudara saya bernama Umar. Saya bernama Abdullah. Saya bernama Munir Solah 'Abboud. Saudara saya Umar Asy-SYamiy juga membawa kereta dan kemudian turun dari kereta lantas menembak Nizar Halabi si B*b*.
Aku tidak akan kesal sama sekali dan aku mahu hidup".

Ulasan:
Lihat bagaimana pembunuh kejam ini memaki hamun dengan perkataan yang amat kesat seperti B*B* dan carutan yang lain ke atas ulama Islam yang telah dibunuhnya dengan bangga. Dia (pembunuh) menghalalkan hukum membunuh orang Islam tanpa sebarang syarat.
Betapa kejamnya seluruh pengikut dan tokoh Wahhabi ke atas ulama Islam.


TOKOH WAHHABI & PEMBUNUH SYEIKH NIZAR BERNAMA AHMAD QOSAM


- Berkata Ahmad Qasam (Tokoh WahhabiPembunuh):
" Kami berdua menembak Syiekh Nizar".

WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA RABIE'

- Berkata Rabie' Muhammad Nab'ah (Wahhabi&Pembunuh):
" Aku bersama saudaraku atas motor, tugas kami adalah menjaga dua orang sahabat kami yang menembak Nizar Halaby juga memastikan pembunuhan kami berjalan lancar. Bersama aku senjata api".

WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA WASIM

- Wasim (Wahhabi&Pembunuh):
" Aku juga ketika itu mempunyai senjata api. Tugas aku adalah menjaga pembunuh. Kami semua bangga sangat kerana dapat membunuh dan kami menghukum semua Ahli Sunnah Wal Jama'ah sebagai Murtad halal darah".


WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA ABOU UBAIDA


- Abou 'Ubaida (Wahhabi Pembunuh&Drebar):
" Saya tinggal di Beirut, Musaibe. Tugas aku adalah membawa kereta. Kami telah terlatih membunuh orang Islam sejak zaman perang dahulu lagi. Aku berharap sangat dapat menembak Nizar Halabi".

Ulasan:
Lihat bagaimana kekejaman Wahhabi terhadap ulama Islam dengan membunuh ulama Islam yang tidak bertindak ke atas mereka pun. Paling menyedihkan Wahhabi membiarkan orang Yahudi membunuh umat Islam waktu yang sama Wahhabi pula membunuh ulama Islam di negara lain. Wahhabi-wahhabi pembunuh tadi amat bergembira membunuh ulama Islam kerana inilah agama Wahhabi. Mereka tadi mengakui semua Wahhabi akan bertindak membunuh ulama Islam jika tidak menyokong Yahudi.Inilah kekejaman Wahhabi dan bukti keadilan ulama Islam Ahli Sunnah Wal Jamaa’ah seperti Syeikh Abdullah Al-Harari, Syeikh Nizar Halabi, Syeikh Abdullah Al-Ghumary dan selainnya.

KENANGAN SYEIKH NIZAR HALABI BERSAMA MUFTI DAGHISTAN YANG TURUT DIBUNUH OLEH WAHHABI


Nantikan paparan bagaiman Wahhabi dengan kejam membunuh Mufti Daghistan yang berfahaman Ahli Sunnah Wal Jama'ah.

Ku tinggalkan sementara kepada pembaca dengan video ini:

Syeikh Nizar Al-Halaby pernah berkata kepadaku dan semua:
"Aku tidak peduli sekiranya aku mati dibunuh kerana matiku dalam Islam dan jihad. Dibunuh akan seorang pejuang Islam itu adalah satu Sunnatullah bagi pendakwah kepada agama Ilah".


Disusun oleh: Abu Syafiq (012-2850578)
sumber:http://abu-syafiq.blogspot.com/2009/07/kisah-asy-syahid-syeikh-nizar-aswj.html

PERAN SALAFI WAHABI DALAM IMPLEMENTASI DOKTRIN GOBBELS UNTUK MENDUKUNG AMERIKA MELEMAHKAN ISLAM! Tzun Tzu ahli seni perang kuno Cina, mengatakan, “Dalam perang Intelejen sesungguhnya Musuh dapat dihancurkan dengan kekuatanya sendiri, tanpa harus melibatkan prajurit ki...ta”. Konsep ini telah dikembangkan diberbagai negara sejak lama, Belanda misalnya, untuk menghadapi kehebatan Tentara Syabil, Snouck Horgonje seorang konsultan militer Belanda memberikan arahan kepada para petinggi militer Belanda. Aplikasi doktrin snouken itu melahirkan tentara marsose dan konsep strategis non militer untuk membungkam aksi Umat islam. Salah satu doktrn tersebut berbunyi, memisahkan pemeluk Islam dari aktifitas politi, sosial, ekonomi, budaya yang sistematis dan membiarkab mereka serta mendukung mereka dalam menjalankan ibadah-ibadah besarnya, serta membiarkan mereka berkiprah dalam lapangan ekonomi, namun tidak sebagai penentu pasar, tetapi cukup sebagai pelaku saja. Gobbels Mentri Propaganda Pemerintahan Hitler Nazi Jerman, pernah membuat formula taktis perang propaganda untuk memenangkan Perang, bahkan denganya suatu pertempuran dapat dimenangkan tanpa harus menembakkan satu peluru pun, doktrinya berbunyi demikian, SEBARKAN BERITA KEBOHONGAN SECARA TERUS MENERUS, KEMAS DENGAN CARA YANG TERBAGUS NISCAYA IA AKAN MENJADI KEBENARAN”. INGGRIS – AS dan sekutunya memahami betul resistensi dari umat Islam, apalagi mereka juga belajar dari Perang salib. Maka kesadaran tersebut dituangkan dalam konsep melemahkan Umat Islam, tanpa harus berperang. Sebagai pemenag PD I dan PD II mereka telah banyak belajar dari lawanya Gobbels termasuk juga dari kawanya Snoucken juga yang lain. Dengan operasi rahasia tingkat tinggi direkrutlah orang-orang yang bisa dibina, dan menurut Admiral ayyub Sabri pasha ditangan Abdullah bin Wahab dan kroninya, doktrin snoucken itu mengejawantah. “DIBERITAKANLAH KEBOHONGAN SECARA TERUS MENERUS TENTANG BAHAYA SYI’AH, BID’AH POLITIK, EKONOMI, SAINS, TEKNOLOGI NISCAYA ITU AKAN JADI KEBENARAN”. Contoh berita-berita kebohongan yg dilancarkan oleh Mazhab Wahabi mengenai pembantaian yg dilakukan oleh Syiah kepada Sunni akan tetapi kenyataannya adalah: Lihat: http://www.youtube.com/watch?v=4mIszpuEDIw Anda tidak boleh mendekati, membaca buku yang ditulis ulama Syi’ah! Kenapa? Karena anda bisa jadi pintar, pandangan dunia Tauhid anda jadi lebih baik anda akan tercerahkan. Bahaya, itu mengancam integritas AS dan sekutunya! Membaca bukunya Ayatullah Murthadha muthahari, Ayatullah Bagir Sadr itu haram dia Rafidhi, isinya filsafat, filsafat itu menuhankan akal itu haram? Kenapa? Karena kalau anda membaca buku beliau maka anda akan tahu kelemahan dan kerapuhan filsafat Barat, bahkan bisa menghancurkan sendi idiolegi kaum Barat! Bahaya itu! Maka menggonggolang domini canes salafi (anjing penjaga) kepentingan barat ini! Anda tidak boleh belajar irfan (Tasauf) itu bid’ah! Kenapa? Karena kalau anda belajar tasauf maka anda akan sampai pada pemahaman ilmu hudhuri, dan akan menyadarkan anda pada realitas peran danfungsi di dunia, sehingga anda bisa bangkit seperti perlawanan kaum sufi di Afrika di abad 18, Wah bahaya itu! Maka menggonggonglah salafi (domini canes) kepentingan barat! Anda tidak boleh, mencita-citakan berdirinya Khilafah dengan HT, itu bid’ah, itu mu’tazilah! Kenapa Karena itu akan menggeser dominasi AS dan sekutunya sebagai pengartur dunia! Bahaya itu! Maka menggonggonglah domini canes salafi (anjing penjaga) kepentingan barat. Ngapain anda belajar Sain dan teknologi, itu hanya urusan dunia, apalagi ada mesti pergi ke negeri-negeri Kafir orientalis, itu hanya mubbah, itu hanya untuk kepentingan dunia! Kenapa? Karena anda akan menjadi pandai. Sangat membahayakan itu! Maka menggonggonglah salafi domini canes kepentingan barat! Ngapain belajar ekonomi, sudahlah kita i’tiba’(baca yang i’tiba’ yang diplintir) dagang madu, buku, atau rombengan! Kenapa? Bahaya itu! Karena anda akan mengancam kepentingan ekonomi mereka! Maka menggonggonglah salafi domini canes kepentingan barat! Lalu apa yang musti dipelajari? Sudahlah yang penting anda hidup dengan tidak melakukan bid’ah! Dakwahkan kepada mereka urus itu mata kaki yang tertutup celana, bisa masuk neraka itu! Ganti Pakaian anda dengan Gamis (ala hindu India)! Keluar dari pekerjaan kotor anda! Jualan madu saja dan selanjutnya dan selanjutnya…. Dengan demikian sebetulnya SALAFI-WAHABI ITU ADALAH PELAKSANA DOKTRIN SNOUKEN DAN PELAKU AKTIF DOKTRIN GOBELS. “BERITAKAN KEBOHONGAN TENTANG BID’AH POLITIK, EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, SENI TENTANG SYI’AH, HT, IM NISCAYA AKAN JADI KEBENARAN DAN KAMI AKAN AMAN”.

Sepertinya selain kejahilan dan keterbelakangan, kecupetan dan arogansi sikap, ada ciri lain yang tidak kalah kentalnya pada kaum Wahhabi, yaitu pengkhianatan terhadap umat Islam. Dalam banyak hal, termasuk pengkhianatan dalam melestarikan peninggalan para ulama yang me...reka anggap tidak sejalan dengan akidah yang mereka bangun dan mereka paksakan ke atas kaum Muslimin dengan tipu muslihat dan kecurangan serta dalam banyak kali dengan kekerasan! Mungkin judul di atas terasa “galak dan memprovokasi”, akan tetapi apabila Anda menyadari kejahatan intelektual yang sedang mereka lakoni pasti Anda akan melihatnya sebagai wajar dan tidak berlebihan. Dalam kesempatan ini saya hanya akan membongkar satu dari ratusan contoh kasus pengkhianatan dan kecurangan kaum Wahhâbi, dimana mereka merusak dan mengacak-ngacak buku-buku para ulama Ahlusunnah dengan mengganti redaksi-redaksi tertentu yang tidak sejalan dengan keyakinan “menyimpang” sekte Wahhâbiyah, hal mana amanat ilmiah mewajibkan mereka menetapkan apa adanya apa yang ditulis para ulama, karena itu adalah hak paten mereka. Adapun apabila ada yang tidak setuju dengannya mestinya ia membuat catatan kaki, misalnya, yang membantah apa yang ditulis si alim tersebut! Hal demikian tidak dilakukan kaum Wahhâbi, karena sudah jelas keyakinan “menyimpang” mereka tidak mampu bertahan tegak di hadapan kuat dan tegasnya dalil ulama Islam dalam masalah-masalah yang mana kaum Wahhâbi menyalahi mereka! Untuk menghemat waktu pembaca saya akan sebutkan kasus pengkhianatan yang dilakukan kaum Wahhâbi terhadap keterangan Imam Nawawi –salah seorang tokoh ulama terkemuka Ahlusunnah- tentang masalah dianjurkannya menziarahi makam suci Rasulullah saw. setelah menunaikan ibadah haji. Dalam kitab al Adzkâr: 306, terbitan Dâr al Fikr- Damaskus, dan cetakan-cetakan lain, sebagaimana juga sesuai dengan manuskirp kuno, serta sesuai dengan apa yang tertera dalam Syarah al Adzkâr karangan Ibnu ‘Allân, Imam Nawawi menerangkan demikian: (فصل في زيارة قبر رسول الله (صلى الله عليه وسلم) وأذكارها) : اعلم أنه ينبغي لكل من حج أن يتوجه إلى زيارة رسول الله (صلى الله عليه وسلم) سواء كان ذلك طريقه أو لم يكن فان زيارته (صلى الله عليه وسلم) من أهم القربات وأربح المساعي وأفضل الطلبات فإذا توجه للزيارة أكثر من الصلاة والسلام عليه (صلى الله عليه وسلم) في طريقه . فإذا وقع بصره على أشجار المدينة . . . (Pasal: Tentang ziarah makam Rasulullah saw. dan dzikir-dzikirnya): Ketahuliah bahwa sesungguhnya seyogyanya bagi setiap orang yang menunaikan ibadah haji untuk menuju/berangkat menziarahi Rasulullah saw., baik kota suci Madinah itu jalan (menuju kota/negeri)nya atau bukan. Karena menziarahi beliau saw. termasuk pendekatan diri paling penting dan paling menguntungkannya usaha (yang dilakukan hamba untuk kebaikannya) dan paling afdhalnya perintah. Jika ia menuju untuk berziarah, maka hendaknya ia berbanyak-banyak membaca shalawat dan salam atas beliau saw. di perjalannya. Dan apabila ia telah menyaksikan pohon-pohon kota suci Madinah… “ Akan tetapi, seperti telah saya katakan, karena anjuran menziarahi makam suci Rasulullah saw. adalah sesuatu yang tidak disukai kaum Wahhâbi, maka keterangan Imam Nawawi terasa sangat menyakitkan dan mereka nilai sebagai sebuah kesesatan, karenanya “tangan-tangan amanat nun terampil” kaum Wahhâbi bersegara merubahnya sehingga tidak bertentangan dengan doktrin Wahhâbiyah yang anti pengagungan Rasulullah saw. itu! Mereka bergegas melestarikan kebiasan para “Salafush Shaleh” mereka yang disebutkan dalam Al Qur’an: مِنَ الَّذينَ هادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَواضِعِهِ وَ يَقُولُونَ سَمِعْنا وَ عَصَيْنا وَ اسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَ راعِنا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَ طَعْناً فِي الدِّينِ وَ لَوْ أَنَّهُمْ قالُوا سَمِعْنا وَ أَطَعْنا وَ اسْمَعْ وَ انْظُرْنا لَكانَ خَيْراً لَهُمْ وَ أَقْوَمَ وَ لكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلاَّ قَليلاً. “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat- tempatnya. Mereka berkata:” Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula):” Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan):” Râ`ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan:” Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (QS. An Nisâ’ [4];46) أَفَتَطْمَعُوْنَ أَنْ يُؤْمِنُوْا لَكُمْ وَ قَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ. “Apakah kalian masih mengharapkan supaya mereka beriman kepada (agama) kalian padahal segolongan dari mereka telah mendengar firman Allah lalu setelah memahaminya mereka mengubahnya sedangkan mereka mengetahui?.” (QS. Al Baqarah [2];75) Di sini, melalui tangan terampil seorang “pedagang agama dan penjual harga diri” bernama Abdul Qadir al Arnâûth, para pemuka Sekte Wahhâbi yang tergabung dalam Idârah al Buhûts al Ilmiyah wa al Iftâ’/Lembaga Pengkajian Ilimah dan Fatwa yang, tentunya beranggotakan pemuka-pemuka sekte Wahhâbiyah paling bergengsi dan terpercaya. Ketika penerbit Dâ al Huda–Riyadh, ibu kota kerajaan Arab Saudi, benteng Sekte Wahhâbiyah- menerbitkan kitab Al Adzkâr dengan tahqîq Abdul Qadir al Arnâûth dan di bawah pengawasan dan restu Lembaga tersebut di atas, teks keterangan Imam Nawawi ia sulap menjadi: فصل في زيارة مسجد رسول الله (صلى الله عليه وسلم) : اعلم أنه يستحب من أراد زيارة مسجد رسول (صلى الله عليه وسلم) أن يكثر من الصلاة عليه (صلى الله عليه وسلم) في طريقه فإذا وقع بصره على أشجار المدينة . . . . (Pasal: tentang ziarah masjid Rasulullah saw.): Ketahuliah bahwa sesungguhnya sayogyanya bagi setiap orang yang ingin menziarahi masjid Rasulullah saw. untuk memperbanyak shalawat kepada beliau saw. di perjalannya, Dan apabila ia telah menyaksikan pohon-pohon kota suci Madinah…[Al Adzkâr:259] Abu Salafy berkata: Coba perhatikan dan renungkan apa yang mereka lakukan dan pengkhianatan apa yang sedang mereka tekuni?! Bagiamana kepalsuan dan pemalsuan itu bisa tejadi di bawah pengawasan Lembaga yang patutnya paling dapat dipercaya dalam mengemban amanat agama?! Padahal setahu saya, tidak semua anggota Lembaga Tertinggi Wahhâbi itu buta mata kepalanya dan atau tulis telinganya! Namun mengapa pengkhianatan Abdul Qadir al Arnâuth itu dapat terjadi dan mereka restui? Lalu apa yang bakal tersisa dari kepercayaan umat Islam terhadap kitab-kitab peninggalan para ulama terdahulu jika cetakan-cetakan yang beredar telah diacak-acak oleh tangah-tangan pendosa para pengkhiatan amanat agama?! Ini adalah sebuah kejahatan yang harus segera mendapat perhatian serius dari para ulama, para Kyai dan sarjana Islam yang peduli akan kelestarian kitab-kitab Salaf kita! Kejahatan yang sedang mereka lakoni ini adalah sangat berbahaya dan berdampak membutakan generasi Muslim akan ajaran agamanya! Ia adalah kejahatan yang tidak kalah dengan kejahatan para Rabi dan Pendeta Yahudi dan Kristen yang telah membutakan dan menyesatkan kaum mereka dari petunjuk Allah! Pengkhianatan Kaum Wahhabiyah Bukti Kelemahan Mereka! Dan sekaligus kejahatan kaum Wahhâbi ini adalah bukti kebangkrutan Sekte Wahhâbiyah dalam membangun klaim dan doktrin menyimpangnya! Mereka yang mengklaim sebagai “Prajurit Tuhan dan Pengawal Kemurnian Tauhid” itu kini bermain curang, dan melakukan tindak kejahatan intelektual dan mengkhianati amanat Umat! Mengapakan harus bermain curang?! Kecurangan hanya senjata kaum lemah dan sesat! Maka nasihat saya, bersegerah kalian bertaubat dan tunduklah kepada kebenaran walau ia pahit dan bertentangan dengan doqma yang Anda telan selama ini! Apakah kebenaran hanya akan kalian terima dengan dengan taslîm jika ia tidak bertentangan dengan hawa nafsu kalian? Apakah kebenaran tidak akan kalian tentang jika ia sesuai dengan kepentingan kalian dan apabila bertentangan maka kalian akan berbalik punggung membelakanginya? Bukankah sikap itu adaalah cermin kecongkakan terhadap al haq?! أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ. “Apakah setiap rasul datang kepada kalian dengan membawa misi yang tidak sesuai dengan keinginan kalian lalu kalian bertindak angkuh; sebagian dari (para rasul itu) kalian dustakan dan sebagian (yang lain) kalian bunuh?.” (QS. Al Baqarah [2];87) Mengapa kalian wahai kaum Wahhhabi sangat keberatan dengan anjuran menziarahi makam suci Rasulullah saw.? Apakah kalian menganggap bahwa tidak ada hadits shahih yang menganjurkannya? Atau kalian mengangap apa yang dilakukan para pecinta Rasulullah saw. itu adalah ritual bid’ah dan cikal-bakal kemusyrikan? Cobalah kalian berlaku jujur dan inshâf dalam agama. Pelajari argumentasi pihak lain yang kalian anggap telah menyimpang itu! Di sana kalian pasti akan mendapatkan banyak manfaat, paling tidak kalian mengerti dalil-dalil pihak lain! Berhentilah melakukan kejahatan seperti yang telah kalian lakukan! Semoga Allah menyelamatkan kaum Muslimin dari kejahatan para pengkhianat agama dan penabur fitnah dan kesesatan. Âmîn Yâ Rabbal Âamîn. _____________________________________________________________________________ Para ulama dan ahli tafsir menerangkan bahwa ada dua bentuk perubahan, tahrîf yang dilakukan kaum Yahudi terhadap kitab suci mereka: Pertama dengan memutar balikkan makna yang dimaksud, -dengan tanpa merubah teks suci-, sehingga ayat-ayat suci itu dipaksa untuk sesuai dengan apa yang mereka maukan. Kedua dengan merubah-rubah teks suci yang mereka anggap tidak sesuai dengan keyakinan dan atau kepentingan meteri mereka (para rabbi/pendeta Yahudi). Di samping kedua kejahatan kaum Yahudi ini, ada kejahatan lain yang juga sangat dikecam Al Qur’an yaitu menyembunyikan kebenaran dengan merahasiakan teks dan bukti-bukti kebenaran tersebut. Semua itu mereka lakukan demi kepentingan duniawi yang hendak mereka raih! (Lebih lanjut baca tafsir ayat-ayat di atas dalam Tafsir Ibnu Katsîr). ------------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Pertanyaan: erimakasih postingan nya makin jelas siapa wahabi cuma bagaimana menjelaskan hal tsb thd teman2 yang mengikuti paham wahabi atau salafi/y Jawaban: agak sulit sih menjelaskan ke mereka, masalahnya mereka terbiasa diajarkan bahwa merekalah yg paling benar.... gini aja, apakah pantas bagi seorang muslim itu dengan mudah mengeluarkan vonis bid'ah, sesat, kufur, syirik, kepada saudara dari golongan lain.... contoh, tidak semua peziarah kubur itu penyembah kuburan, ringkasnya gini, sudah biasa jika ada jamaah yg kehilangan sandal saat shalat jum'at, kemudian si korban bilang 'semua yg sholat jum'at di masjid ini adalah maling sandal semua' bagaimana anda menilai perkataan si korban? padahal oknum pencuri sendal itu kan cuma seorang, tidak bisa digeneralisir bahwa semua jamaah shalat jumat itu maling sandal semua begitu juga kaitannya dgn peziarah kuburan, mungkin ada oknum yang memang menyembah kuburan, namun tidak bisa digeneralisir bahwa semua peziarah kuburan itu adalah penyembah kuburan. begitulah tabiat wahabi salafi, suka mudah memvonis dengan menggeneralisir, percaya deh, wong saya ngaji dgn mereka kok dulu, dari 1994 - 1998 Analisa awam saya, wahabi salafi telah disusupi Yahudi, buktinya mereka ga suka shalawatan, maulidan, ziarah ke makam Nabi dan para wali, tawasul, memasang foto wali, dsb. dan sikap2 tersebut persis dgn sikap yahudi yg benci dgn Rasulullah, dan yahudi sangat tidak ingin jika umat Rasulullah masih mengingat Rasulullah, makanya dibikin sekte yg bilang bahwa shalawatan, maulidan, ziarah ke makam Nabi dan para wali, tawasul, memasang foto wali, dsb, itu bid'ah. coba renungkan deh, mirip kan wahabi dengan yahudi? Semoga Allah Menyadarkan mereka.


Setengah jam setelah mendengarkan lagu yang dinyanyikan pengasuhnya, anak kecil itu meneriakkan, "Cukup sudah nina bobo-nya! Sekarang, tutup mulutmu dan jangan sakiti telingaku. Aku ingin tidur!" Itulah ungkapan Pemred Koran Kayhan, Hossein Shariat Madari, yang ditujuka...n kepada Raja Arab Saudi, Abdullah, dalam menyikapi Zionis Israel. pengasuh berusaha membuktikan dirinya lebih sayang ketimbang seorang ibu, dengan menyanyikan lagu nina bobo. Melalui cara itu, ia mengesankan dirinya sebagai pengasuh yang baik. Namun anak itu mengetahi betul bahwa ia sering dipukul oleh sang pengasuh saat ayah dan ibunya tidak berada di tempat. Oleh karenanya, ia tentu tidak akan menyukai nina bobok yang didendangkan sang pengasuh, bahkan dendangan itu malah menyakitinya. Raja Abdullah di hadapan kejahatan buas Rezim Zionis Israel terhadap rakyat tertindas dan tak berdosa Gaza tidak hanya menutup mulutnya rapat-rapat. Bahkan berdasarkan fakta yang ada seperti yang ditegaskan Presiden Rezim Zionis Israel, Simon Peres, dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, Arab Saudi menyokong pembantaian terhadap rakyat Gaza. Selama perang 22 hari, Arab Saudi melarang dan mengharamkan setiap aksi unjuk rasa rakyat menentang agresi Israel. Sehari setelah gencatan senjata (19/01/2009), Raja Arab Saudi dalam pidatonya di pertemuan ekonomi kepala-kepala negara Arab di Kuwait berusaha menutupi kerjasamanya dengan Rezim Zionis Israel dalam pembantaian rakyat Gaza. Dikatakannya, "Satu tetes darah Palestina lebih mahal dari seluruh kekayaan dunia." Media-media yang berafiliasi dengan pemerintah Arab Saudi seperti televisi Al Arabiah, mempublikasikan secara besar-besaran pernyataan nina bobo Raja Abdullah itu, dan menganalisanya secara menggelikan. Uniknya, Raja Abdullah setelah itu menyampaikan pernyataan yang membuktikan dukungan transparan Arab Saudi atas Zionis Israel. Dikatakannya, "Tidak hanya dalam agama Islam, bahkan dalam Taurat juga telah ditegaskan bahwa qisas satu mata dengan satu mata, bukannya seluruh mata rakyat tertindas Palestina harus diqisas atas satu mata!" Melalui pernyataan tersebut, Raja Abdullah menyebut Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) sebagai pihak yang berdosa dan bersalah. Menurutnya, serangan brutal Israel terhadap rakyat tertindas Gaza merupakan bentuk "qisas" yang sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Taurat. Dalam pandangan Raja Abdullah, Rezim Zionis Israel adalah pihak yang benar, sedangkan Hamas dapat disebut sebagai pemicu perang. Kesimpulannya, agresi Israel dapat dibenarkan. Pernyataan tersebut sama dengan klaim Tel Aviv selama ini yang menyatakan bahwa perang itu dilakukan karena Hamas yang memulai dulu. Raja Arab Saudi yang menyebut Hamas sebagai penyebab peperangan, tidak ingin kehilangan muka dengan menasihati Rezim Zionis Israel, "Mengapa kalian bertindak melewati batas dalam melakukan qisas?" Upaya Raja Abdullah yang menunjukkan bahwa Rezim Zionis Israel tidak bersalah dalam perang 22 hari, bertentangan dengan pernyataan Menlu Israel Tzipi Livni. Livini menyatakan bahwa serangan ke Gaza bertujuan menghancurkan Hamas sampai ke akar-akarnya. Di penghujung pernyataannya, Raja Abdullah di sidang ekonomi kepala-kepala negara Arab di Kuwait mengatakan, "Arab Saudi merasa berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh negara yang telah berusaha menghentikan pertumpahan darah di Jalur Gaza, khususnya Mesir." Tampaknya, Raja Abdullah sudah pikun bahwa dirinya dan Hosni Mobarak, selama masa perang Gaza, berkali-kali menelepon Simon Peres dan Ehud Olmert dan meminta mereka agar militer Israel membombardir rakyat Gaza hingga Hamas hancur lebur. Uniknya, statemen Simon Peres dan Olmert soal dukungan Arab Saudi dan Mesir atas Israel dalam perang 22 hari, tidak pernah ditepis Kairo dan Riyadh. Berdasarkan alasan tersebut, kedua negara Arab tidak pernah membuka mulut untuk mengecam kejahatan Israel, hingga akhir perang 22 hari. Bahkan, Mesir hingga kini, menutup jalur penyeberangan Rafah bagi anak-anak dan perempaun Gaza. Pewaris politik dan akidah Abu Lahab ini memang sudah pikun akan kerjasamanya dan dengan Rezim Zionis Israel dalam pembantaian massal rakyat tertindas Gaza. (irib) Siapa Sebenarnya Mahmud Abbas? Pasca-agresi Israel terhadap Jalur Gaza, Palestina mempunyai beberapa agenda yang cukup pelik. Selain bersiaga penuh terhadap Israel yang sewaktu-waktu bisa berlaku culas dan kejam, mereka pun disibukkan dengan konfrontasi antara Hamas dan Mahmoud Abbas. Pasalnya, Abbas, yang secara gegabah dan sewenang-wenang ditunjuk sebagai Presiden Palestina, menyerang Hamas dengan tuduhan-tuduhan yang tak berdasar, semisal bahwa agresi Gaza disebabkan karena serangan roket Hamas ke Israel. Penyataan-pernyataan Abbas kontan membuat banyak media internasional yang telah disetir Yahudi bisa memojokan Hamas sebagai dalang perang di bumi Palestina. Sebenarnya siapakah Mahmoud Abbas? Mahmoud Abbas, lahir di Safet, 26 Maret 1935, sekarang berumur umur 73 tahun, umumnya dikenal sebagai Abu Mazen. Ia menjadi presiden untuk Otoritas Nasional Palestina (PNA: Palestinian National Authority) pada 9 Januari 2005 dan menjabat kembali sejak 15 Januari 2005. Abbas lahir dan dibesarkan di Safet. Setamat sekolah dasar di kota itu, ia hijrah ke Suriah setelah perang tahun 1948. Ia melanjutkan sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Damaskus. Setelah tamat dari jurusan hukum Universitas Damaskus, ia mendirikan lembaga Palestina pertama pada tahun 1954 di Suriah. Inilah awal mula karier politiknya. Awal tahun 1960-an, ia menjadi pegawai Departemen Pendidikan di Qatar dan bersahabat dengan Yasser Arafat (1929-2004). Ia kemudian menjadi anggota Majelis Nasional Palestina pada tahun 1968 dan memimpin perundingan tidak resmi dengan Israel pada tahun 1977. Sejak tahun 1983, ia menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) serta memimpin komite nasional dan internasional yang berkonsentrasi pada urusan organisasi non-pemerintah. Ia memulai kembali perundingan rahasia dengan pejabat Israel pada tahun 1989 lewat perantara Belanda. Ia tetap menjalankan aktivitas perundingan di balik pintu dengan Israel ketika dan pasca-Konferensi Madrid tahun 1991. Pasca Konferensi Madrid, ia dipercaya menjabat sebagai koordinator urusan perundingan. Ia meletakkan rencana dan pengarahan pada tim perunding Palestina. Abbas adalah pemimpin organisasi revolusi pertama yang menyebut aksi perjuangan dan aksi syahid rakyat Palestina dengan sebutan “terorisme” “yang hina” dan senjatanya dengan “sia-sia” dan pemimpin pertama yang melakukan koordinasi keamanan dengan Israel dalam menangkap pejuang bangsanya sendiri. Ia juga presiden pertama yang berangkulan, berpelukan dan mendekap para pembunuh rakyatnya. Tanpa malu ia memuji dan tersenyum dengan para pembunuh itu. Ia berteman baik dengan Ariel SHaron dan George Bush. Abbas orang pertama yang badan keamanan kepresidennya berani melanggar masjid-masjid Allah, membunuh imam masjid, penghafal Al-Quran, di negerinya sendiri. Darah Syaikh Majdi Bargothi, Muhammad Rafati, Nahidl Nimr, Muhammad Raddad (penghafal Al-Quran) adalah saksi paling nyata dari kesadisan mereka. Di bawah pemerintahan Abbas, polisi di bawah intruksinya yang pertama yang berani melakukan kekerasan terhadap warga sipil Palestina dan melepas jilbab mereka, cadar mereka di jalan-jalan umum dan kampus-kampus. Ketika pertama kali memerintah, penasihat pribadi Abbas menyelundupkan 3400 handphone di mobil dinasnya. Ia juga menyegel lembaga sosial, lembaga penghafal Al-Quran, memvonis jahat lembaga-lembaga yang menyantuni anak yatim dan keluarga korban serta keluarga fakir miskin. Abbas mempunyai prinsip, "Tidak ada yang dapat menggantikan dialog" yang ia rujuk kepada kepentingan Yahudi tentunya. Tidak heran jika kemudian ia menjadi orang pertama yang komitmen dengan kesepakatan perbatasan profesionalisme yang mengurangi kedaulatannya sendiri dan diberikan kepada Israel. Inilah yang dilakukan ketika ia menyepakati perjanjian perlintasan Rafah yang ditandatangi dengan Muhammad Dahlan dan Israel tahun 2005. Konon, ini juga salah satu hal yang memicu Mesir membuka Rafah untuk Israel dalam agresi Gaza Desember 2008. (ermuslim) Banyak perbedaan yang mencolok dari kedua tokoh ini. Sebagai sesama orang Palestina kedua tokoh ini berbeda jalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Seperti pendahulunya Yasir Arafat, Mahmud Abbas lebih memilih jalan 'damai' dengan Zionis Israel yang jelas-jelas dan nyata merampok negeri Palestina. Bagi Abbas dan PLO nya - lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali untuk mendapatkan tanah Palestina. Maka jalan diplomasi, perundingan dan perjanjian damai dengan pihak Israel lebih sering dilakukan oleh Abbas dan PLO. (Baca Siapa sebenarnya Mahmud Abbas?) Berbeda dengan Abbas, Ismail Haniyah yang merupakan pemimpin Hamas dan juga merupakan Perdana Mentri yang resmi dipilih oleh rakyat Palestina - lebih memilih jalan 'perang' dengan Zionis Israel. Roket-roket dari brigade Izzuddin Al-Qassam yang merupakan sayap militer Hamas secara rutin meluncur ke kawasan Israel.
sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Kesaksian bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi: - Pada tahun 1960′an, pemancar radio “Sawt Al-Arab” di Kairo, Mesir, dan pemancar radio di Sana’a, Yaman, membuktikan bahwa nenek moyang Keluarga Saudi adalah Yahudi. - Raja Faisal Al-Saud tidak bisa menyangga...h bahwa keluarganya adalah keluarga Yahudi ketika memberitahukan kepada the WASHINGTON POST pada tanggal 17 September 1969, dengan menyatakan bahwa: “Kami, Keluarga Saudi, adalah keluarga Yahudi: Kami sepenuhnya tidak setuju dengan setiap penguasa Arab atau Islam yang memperlihatkan permusuhannya kepada Yahudi, sebaliknya kita harus tinggal bersama mereka dengan damai. Negeri kami, Saudi Arabia merupakan sumber awal Yahudi dan nenek-moyangnya, dari sana menyebar ke seluruh dunia”. Itulah pernyataan Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz. Hafez Wahbi, Penasihat Hukum Keluarga Kerajaan Saudi menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul “Semenanjung Arabia” bahwa Raja Abdul Aziz yang mati tahun 1953 mengatakan: “Pesan Kami (Pesan Saudi) dalam menghadapi oposisi dari Suku-suku Arab, kakekku, Saud Awal, menceriterakan saat menawan sejumlah Shaikh dari Suku Mathir, dan ketika kelompok lain dari suku yang sama datang untuk menengahi dan meminta membebaskan semua tawanannya, Saud Awal memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk memenggal kepala semua tawanannya, kemudian mempermalukan dan menurunkan nyali para penengah dengan cara mengundang mereka ke jamuan makan, makanan yang dihidangkan adalah daging manusia yang sudah dimasak, potongan kepala tawanan diletakkannya di atas piring”. Para penengah menjadi terkejut dan menolak untuk makan daging saudara mereka sendiri, karena mereka menolak untuk memakannya, Saud Awal memerintahkan memenggal kepala mereka juga. Itulah kejahatan yang sangat mengerikan yang telah dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai raja kepada rakyat yang tidak berdosa, kesalahan mereka karena menentang terhadap kebengisannya dan memerintah dengan sewenang-wenang. Hafez Wahbi selanjutnya menyatakan bahwa, berkaitan dengan kisah nyata berdarah yang menimpa Shaikh suku Mathir, dan sekelompok suku Mathir yang mengunjunginya dalam rangka meminta pembebasan pimpinan mereka yang menjadi tawanan Raja Abdul Aziz Al-Saud bernama Faisal Al-Darwis. Diceritakannya kisah itu kepada utusan suku Mathir dengan maksud mencegah agar mereka tidak meminta pembebasan pimpinan mereka, bila tidak, mereka akan diperlakukan sama. Dia bunuh Shaikh Faisal Darwis dan darahnya dipakai untuk berwudhu sebelum dia shalat. (melaksanakan ajaran menyimpang Wahhabi). Kesalahan Faisal Darwis waktu itu karena dia mengkritik Raja Abul Aziz Al-Saud, ketika raja menandatangani dokumen yang disiapkan penguasa Inggris pada tahun 1922 sebagai pernyataan memberikan Palestina kepada Yahudi, tandatangannya dibubuhkan dalam sebuah konferensi di Al-Qir tahun 1922. Sistem rejim Keluarga Yahudi (Keluarga Saudi) dulu dan sekarang masih tetap sama: Tujuan-tujuannya adalah: merampas kekayaan negara, merampok, memalsukan, melakukan semua jenis kekejaman, ketidakadilan, penghujatan dan penghinaan, yang kesemuanya itu dilaksanakan sesuai dengan ajarannya Sekte Wahhabi yang membolehkan memenggal kepala orang yang menentang ajarannya. http://www.facebook.com/notes/idrus-shahab/saudi-wahabi-yahudi/403922931140 --------------------------------------------------------------------------------------------------- Aqidah salafy / wahabi = aqidah yahudi, kristen dan fir’aun Sesetengah orang menganggap bahawa perbuatan menjelaskan kesesatan dan kekafiran Wahhabi ini adalah suatu yang memecahbelah saf umat islam. Saudara islam sekalian, Ketahuilah! Sekiranya anda memahami betapa bahaya lagi sesatnya ajaran Wahhabi ini maka anda akan lebih sensitif karena kejahatan dan kesesatan Wahhabi ini amat bahaya. Kepada yang mengatakan: "Bagaimana kita menyesatkan orang yang mengucap dua kalimah syahadah?!" Ketahuilah! Walaupun seseorang itu mengucap dua kalimah syahadah tapi aqidahnya masih kafir lagi sesat dan dia tidak mengenal Tuhannya dengan mengatakan : “Allah itu berjisim” maka dia bukan islam. Imam Abu Hasan Al-Asya’ry menyatakan dalam kitabnya berjudul An-Nawadir : “Al-Mujassim Jahil Birobbihi Fahuwa Kafirun Birobbihi”. kenyataan Imam Abu Hasan Al-Asy’ary tersebut bermaksud : “Mujassim ( yang mengatakan Allah itu berjisim) adalah jahil mengenai Tuhannya, maka dia dikira kafir dengan Tuhannya ”. Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (wafat 725) dalam kitab Najmul Muhtadi menukilkan dari Al-Qodi Husain bahawa Imam Syafie menyatakan : “ Sesiapa beranggapan Allah duduk diatas arasy maka dia KAFIR ”. Mari kita lihat pandangan ulama Hanafi. Syeikh Kamal Bin Al-Humam Al-Hanafi menyatakan dalam kitab mazhab Hanafi berjudul Fathul Qadir juzuk 1 mukasurat 403 pada Bab Al-Imamah : “Sesiapa yang mengatakan Allah itu jisim ataupun Allah itu jisim tapi tak serupa dengan jisim-jisim maka dia telah KAFIR ( ini kerana jisim bukanlah sifat Allah )”. Maka Wahhabi adalah Mujassimah yang beranggapan bahawa Allah itu jisim duduk diatas arasy. Tidak harus bagi kita senyap dari mempertahankan aqidah islam dan menjelaskan kesesatan ajaran sesat!. Kepada mereka yg merasa diri tu Wahhabi tapi tak iqtiqod dengan aqidah2 kufur maka tak usah menyebok mempertahankan aqidah sesat Wahhabi. DALAM KITAB WAHHABI : FATHUL MAJID SYARH KITAB AT-TAUHID KARANGAN ABDUR RAHMAN BIN HASAN AAL AS-SYEIKH DISOHIHKAN OLEH ABDUL AZIZ BIN ABDULLAH BIN BAZ CETAKAN PERTAMA TAHUN 1992 BERSAMAAN 1413 MAKTABAH DARUL FAIHA DAN MAKTABAH DARUL SALAM. Cetakan ini pada mukasurat 356 yg tertera kenyatan kufur yg didakwa oleh Wahhabi sebagai hadis (pada hakikatnya bukan hadis Nabi) adalah tertera dalam bahasa arabnya berbunyi: “IZA JALASA AR-ROBBU ‘ALAL KURSI ”. perkara kufur ini bererti : “Apabila Telah Duduk Tuhan Di Atas Kursi ”. Wahhabi diatas mendalilkan kononnya dari sebuah hadis DHOIF bahkan PALSU yg dicekup dari mana2 aje asalkan sepadan dgn aqidah tasybihnya. Wahhabi mengunakan HADIST DHOIF pada perkara AQIDAH…apa ini wahai Wahhabi?! mana pergi dakwaan anda adalah AHLUL HADIST?! takkan ahlul hadist guna hadist dhoif logo palsu pada perkara USUL AQIDAH?! ini pula adalah website kristian kafir yang menceritakan bahwa aqidah kristian kafir adalah Allah Duduk (sebjik macam aqidah Wahhabi ): http://www.hesenthisword.com/lessons/lesson5.htm lihat pada : عاشرا: ذكر عنه ما ورد عن الله في العهد القديم Kristian kafir kata pada nom 7 : “الله جالس على الكرسي العالي” (اش 6 :1-10) . kata kufur yg bermaksudnya : “Allah Duduk Di atas Kursi Yang Tinggi”. Awas! ini adalah aqidah kristian..jangan ikut! Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (wafat 725) dalam kitab Najmul Muhtadi menukilkan dari Al-Qodi Husain bahawa Imam Syafie menyatakan : “ Sesiapa beranggapan Allah duduk diatas arasy maka dia KAFIR ”. Kepada mereka yg merasa diri tu Wahhabi tapi tak iqtiqod dengan aqidah2 kufur maka tak usah menyebok mempertahankan aqidah sesat Wahhabi. Wassalam. Sumber: http://salafytobat.wordpress.com/2008/06/16/aqidah-salafy-wahabi-aqidah-yahudi-kristen-dan-firaun/

sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Persengkongkolan Keluarga Saud dengan Zionis Menurut logika yang sehat, seharusnyalah Kerajaan Saudi Arabia menjadi pemimpin bagi Dunia Islam dalam segala hal yang menyangkut keislaman. Pemimpin dalam menyebarkan dakwah Islam, sekaligus pemimpin Dunia Islam dalam mengh...adapi serangan kaum kuffar yang terus-menerus melakukan serangan terhadap agama Allah SWTinidalam berbagai bentuk, baik dalam hal Al-Ghawz Al-Fikri (seranganpemikiran dan kebudayaan) maupun serangan Qital. Seharusnyalah Saudi Arabia menjadi pelindung bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Irak, Muslim Pattani, Muslim Rohingya, Muslim Bosnia, Muslim Azebaijan, dan kaum Muslimin di seluruh dunia. Tapi yang terjadi dalam realitas sesungguhnya, mungkin masih jadi pertanyaan banyak pihak. Karena harapan itu masih jauh dari kenyataan. Craig Unger, mantan deputi director New York Observer di dalam karyanya yang sangat berani berjudul “Dinasti Bush Dinasti Saud” (2004) memaparkan kelakuan beberapa oknum di dalam tubuh kerajaan negeri itu, bahkan di antaranya termasuk para pangeran dari keluarga kerajaan. “Pangeran Bandar yang dikenal sebagai `Saudi Gatsby’ dengan ciri khas janggut dan jas rapih, adalah anggoa kerajaan Dinasti Saudi yang bergaya hidup Barat, berada di kalangan jetset, dan belajar di Barat. Bandar selalu mengadakan jamuan makan mewah di rumahnya yang megah di seluruh dunia. Kapan pun ia bisa pergi dengan aman dari ArabSaudi dan dengan entengnya melabrak batas-batas aturan seorang Muslim.Ia biasa minum Brandy dan menghisap cerutu Cohiba, “tulis Unger. Bandar, tambah Unger, merupakan contoh perilaku dan gaya hidup sejumlah syaikh yang berada di lingkungan kerajaan Arab Saudi. “Dalam hal gaya hidup Baratnya, ia bisa mengalahkan orang Barat paling fundamentalis sekalipun. Bandar adalah putera dari Pangeran Sultan, Menteri Pertahanan Saudi. Dia juga kemenakan dari Raja Fahd dan orang kedua yang berhak mewarisi mahkota kerajaan, sekaligus cucu dari (alm) King Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Saudi modern. Bukan hanya Pangeran Bandar yang begitu, beberapa kebijakan dan sikap kerajaan terkadang juga agak membingungkan. Siapa pun takkan bisa menyangkal bahwa Kerajaan Saudi amat dekat -jika tidak bisa dikatakan sekutu terdekat- Amerika Serikat. Di mulut, para syaikh-syaikh itu biasa mencaci maki Zionis-Israel dan Amerika, tetapi mata dun ia melihat banyak di antara mereka yang berkawan akrab dan bersekutu dengannya. Barangkali kenyataan inilah yang bisa menjawab mengapa Kerajaan Saudi menyerahkan penjagaan keamanan bagi negerinya -termasuk Makkah dan Madinah- kepada tentara Zionis Amerika. Bahkan dikabarkan bahwa Saudi pula yang mengontak Vinnel Corporation di tahun 1970-an untuk melatih tentaranya, Saudi Arabian National Guard (SANG) dan mengadakan logistik tempur bagi tentaranya. Vinnel merupakan salah satu Privat Military Company (PMC) terbesar di Amerika Serikat yang bisa disamakan dengan perusahaan penyedia tentara bayaran. Ketika umat Islam dunia melihat pasukan Amerika Serikat yang hendak mendirikan pangkalan militer utama AS dalam menghadapi invasi Irak atas Kuwait beberapa tahun lalu, maka hal itu tidak lepas dari kebijakan orang-orang yang berada dalam kerajaan tersebut. Langkah-langkah mengejutkan yang diambil pihak Kerajaan Saudi tersebut sesungguhnya tidak mengejutkan bagi yang tahu latar belakang berdirinya Kerajaan Saudi Arabia itu sendiri. Tidak perlu susah-sudah mencari tahu tentang hal ini dan tidak perlu membaca buku-buku yang tebal atau bertanya kepada profesor yang sangat pakar. Pergilah ke tempat penyewaan VCD atau DVD, cari sebuah film yang dirilis tahun 1962 berjudul `Lawrence of Arabia’ dan tontonlah. Di dalam film yang banyak mendapatkan penghargaan internasional tersebut, dikisahkan tentang peranan seorang letnan dari pasukan Inggris bernama lengkap Thomas Edward Lawrence, anak buah dari Jenderal Allenby (jenderal ini ketika merebut Yerusalem menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, “Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!”. Film ini memang agak kontroversial, ada yang membenarkan namun ada juga yang menampiknya. Namun produser mengaku bahwa film ini diangkat dari kejadian nyata, yang bertutur dengan jujur tentang siapa yang berada di balik berdirinya Kerajaan Saudi Arabia. Konon kala itu Jazirah Arab merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, sebuah kekhalifahan umat Islam dunia yang wilayahnya sampai ke Aceh. Lalu dengan bantuan Lawrence dan jaringannya, suatu suku atau klan melakukan pemberontakan (bughot) terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan kerajaan yang terpisah, lepas, dari wilayah kekhalifahan Islam itu. Bahkan di film itu digambarkan bahwa klan Saud dengan bantuan Lawrence mendirikan kerajaan sendiri yang terpisah dari khilfah Turki Utsmani. Sejarahwan Inggris, Martin Gilbert, di dalam tulisannya “Lawrence of Arabia was a Zionist” seperti yang dimuat di Jerusalem Post edisi 22 Februari 2007, menyebut Lawrence sebagai agen Zionisme. Sejarah pun menyatakan, hancurnya Kekhalifahan Turki Utsmani ini pada tahun 1924 merupakan akibat dari infiltrasi Zonisme setelah Sultan Mahmud II menolak keinginan Theodore Hertzl untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk bangsa Zionis-Yahudi. Operasi penghancuran Kekhalifahan Turki Utsmani dilakukan Zionis bersamaan waktunya dengan mendukung pembrontakan Klan Saud terhadap Kekalifahan Utsmaniyah, lewat Lawrence of Arabia. Entah apa yang terjadi, namun hingga detik ini, Kerajaan Saudi Arabia, walau Makkah al-Mukaramah dan Madinah ada di dalam wilayahnya, tetap menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat. Mereka tetap menjadi sahabat yang manis bagi Amerika. Selain film `Lawrence of Arabia’, ada beberapa buku yang bisa menggambarkan hal ini yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.Antaralain: 1- Wa’du Kissinger (Belitan Amerika di Tanah Suci, Membongkar Strategi AS Menguasai Timur Tengah, karya DR. Safar Al-Hawali—mantanDekan Fakultas Akidah Universitas Ummul Quro Makkah, yang dipecatdan ditahan setelah menulis buku ini, yang edisi Indonesianya diterbitkanJazera,2005) 2- Dinasti Bush Dinasti Saud, Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia (Craig Unger, 2004, edisi Indonesianya diterbitkan oleh Diwan,2006) 3- Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia (George Lenczowski, 1992) 4- History oh the Arabs (Philip K. Hitti, 2006) Sebab itu, banyak kalangan yang berasumsi bawah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia adalah akibat “pemberontakan” terhadap Kekhalifahan Islam Turki Utsmani dan diback-up oleh Lawrence, seorang agen Zionis dan bawahan Jenderal Allenby yang sangat Islamofobia. Mungkin realitas ini juga yang sering dijadikan alasan, mengapa Arab Saudi sampai sekarang kurang perannya sebagai pelindung utama bagi kekuatan Dunia Islam. (eramuslim).
sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Mazhab Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabi...lah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah. Nama Wahhabi atau al-Wahhabiyyah kelihatan dihubungkan kepada nama `Abd al-Wahhab iaitu bapa kepada pengasasnya, al-Syaikh Muhammad bin `Abd al-Wahhab al-Najdi. Ia tidak dinamakan al-Muhammadiyyah yang mungkin boleh dikaitkan dengan nama Muhammad bin `Abd al-Wahhab bertujuan untuk mengelakkan persamaan di antara para pengikut Nabi Muhammad saw dengan mereka, dan juga bertujuan untuk menghalang sebarang bentuk eksploitasi (istighlal).1 Bagaimanapun, nama Wahhabi dikatakan ditolak oleh para penganut Wahhabi sendiri dan mereka menggelarkan diri mereka sebagai golongan al-Muwahhidun2 (unitarians) kerana mereka mendakwa ingin mengembalikan ajaran-ajaran tawhid ke dalam Islam dan kehidupan murni menurut sunnah Rasulullah. Mazhab Wahhabi pada zaman moden ini tidak lain dan tidak bukan, adalah golongan al-Hasyawiyyah kerana kepercayaan-kepercayaan dan pendapat-pendapat mereka seratus peratus sama dengan golongan yang dikenali sebagai al-Hasyawiyyah pada abad-abad yang awal. Istilah al-Hasyawiyyah adalah berasal daripada kata dasar al-Hasyw iaitu penyisipan, pemasangan dan kemasukan. Nama ini diberikan kepada orang-orang yang menerima dan mempercayai semua hadith yang dibawa masuk ke dalam Islam oleh orang-orang munafiq. Mereka mempercayai semua hadith yang dikaitkan kepada Nabi saw dan para sahabat baginda berdasarkan pengertian bahasa semata-mata tanpa sebarang penilaian semula. Bahkan sekiranya sesuatu “hadith” itu dipalsukan (tetapi orang yang memalsukannya memasukkan suatu rangkaian perawi yang baik kepadanya), mereka tetap menerimanya tanpa mempedulikan sama ada teks hadith itu selari dan selaras dengan al-Qur’an ataupun hadith yang diakui sahih atau sebaliknya. Kebanyakan ulama hadith (muhaddithun) Sunni termasuk ke dalam golongan al-Hasyawiyyah. Ahmad bin Yahya al-Yamani (m.840H/1437M) mencatatkan bahwa: “Nama al-Hasyawiyyah digunakan kepada orang-orang yang meriwayatkan hadith-hadith sisipan yang sengaja dimasukkan oleh golongan al-Zanadiqah sebagai sabda Nabi dan mereka menerimanya tanpa sebarang interpretasi semula, dan mereka juga menggelarkan diri mereka Ashab al-Hadith dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah... Mereka bersepakat mempercayai konsep pemaksaan (Allah berhubung dengan perbuatan manusia) dan tasybih (bahawa Allah seperti makhluk-Nya) dan mempercayai bahwa Allah mempunyai jasad dan bentuk serta mengatakan bahwa Allah mempunyai anggota tubuh...”3 Al-Syahrastani (467-548H/1074-1153M) menuliskan bahwa: “Terdapat sebuah kumpulan Ashab al-Hadith, iaitu al-Hasyawiyyah dengan jelas mengisytiharkan kepercayaan mereka tentang tasybih (iaitu Allah seumpama makhluk-Nya) ... sehingga mereka sanggup mengatakan bahwa pada suatu ketika, kedua-dua mata Allah kesedihan, lalu para malaikat datang menemui-Nya dan Dia (Allah) menangisi (kesedihan) kerana banjir Nabi Nuh as sehingga mata-Nya menjadi merah, dan `Arasy meratap hiba seperti suara pelana baru dan bahwa Dia melampaui `Arasy dalam keadaan melebihi empat jari di segenap sudut.”4 Definisi dan gambaran ini secara langsung menepati golongan Wahhabi yang menamakan diri mereka sebagai Ashab al-Hadith atau Ahl al-Hadith dan kerapkali juga sebagai Sunni, dan pada masa kini mereka memperkenalkan diri mereka sebagai Ansar al-Sunnah ataupun Ittiba` al-Sunnah. Bersambung ke Bag.II,sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Latar belakang Pengasas Mazhab Wahhabi Muhammad bin `Abd al-Wahhab dilahirkan di perkampungan `Uyainah, salah sebuah kampung dalam Najd di bahagian selatan pada tahun 1115H/1703M. Bapanya, `Abd al-Wahhab merupakan seorang Qadi di sini. Muhammad dikatakan pernah mempela...jari bidang fiqh al-Hanbali dengan bapaknya, yang juga adalah salah seorang tokoh ulama al-Hanabilah. Semenjak kecil, dia mempunyai hubungan yang rapat dengan pengkajian dan pembelajaran kitab-kitab tafsir, hadith dan akidah. Pada zaman remajanya, Muhammad selalu memperendah-rendahkan syiar agama yang biasanya dipegang oleh penduduk Najd, bukan sahaja di Najd bahkan sehingga sejauh Madinah selepas dia kembali daripada menunaikan haji. Dia sering mengada-adakan perubahan dalam pendapat dan pemikiran di dalam majlis-majlis agama, dan dia dikatakan tidak suka kepada orang yang bertawassul kepada Nabi saw di tempat kelahiran (marqad) baginda yang suci itu. Kehidupannya selama beberapa tahun dihabiskan dengan mengembara dan berdagang di kota-kota Basrah, Baghdad, Iran, India dan Damsyik. Di Damsyik, dia dikatakan telah menemui kitab-kitab karangan Ibn Taimiyyah al-Harrani (m.728H/1328M) yang mengandungi ajaran-ajaran yang berunsur kontroversi berbanding dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama`ah. Dia kembali ke Najd dan kemudian berpindah ke Basrah. Dalam perjalanannya ke Syam, di Basrah dia berjaya memenuhi matlamatnya menegah orang ramai daripada melakukan syiar agama mereka dan menghalang mereka daripada perbuatan tersebut. Justeru itu penduduk Basrah bangkit menentangnya, dan menyingkirkannya dari perkampungan mereka. Akhirnya dia melarikan diri ke kota al-Zabir. Dalam perjalanan di antara Basrah dan al-Zabir, akibat terlalu penat berjalan kerana kepanasan sehingga hampir-hampir menemui ajalnya, seorang lelaki (dari kota al-Zabir) telah menemuinya lalu membantunya ketika melihatnya berpakaian seperti seorang alim. Dia diberikan minuman dan dibawa balik ke kota tersebut. Muhammad bin `Abd al-Wahhab berazam untuk ke Syam tetapi dia tidak mempunyai harta dan bekalan yang mencukupi, lalu bermusafir ke al-Ahsa’ dan dari situ, terus ke Huraymilah (dalam kawasan Najd) juga. Pada tahun 1139H/1726M, bapanya berpindah dari `Uyainah ke Huraymilah dan dia ikut serta dengan bapaknya dan belajar dengannya tetapi masih meneruskan tentangannya yang kuat terhadap amalan-amalan agama di Najd, yang menyebabkan berlakunya pertentangan dan perselisihan yang berkecamuk di antaranya dan bapanya di satu pihak dan, di antaranya dengan penduduk-penduduk Najd di pihak yang lain. Keadaan tersebut terus berkekalan sehingga ke tahun 1153H/1740M apabila bapanya meninggal dunia.5 Sejak dari itu, Muhammad tidak lagi terikat. Dia telah mengemukakan akidah-akidahnya yang sesat, menolak dan mengenepikan amalan-amalan agama yang dilakukan serta menyeru mereka menyertai kumpulannya. Sebagian tertipu manakala sebagian lagi meninggalkannya hingga dia mengisytiharkan kekuasaannya di Madinah. Muhammad kembali ke `Uyainah yang diperintah oleh `Uthman bin Hamad yang menerima dan memuliakannya dan berlakulah ketetapan di antara mereka berdua bahwa setiap seorang hendaklah mempertahankan yang lain dengan seorang memegang kekuasaan dalam perundangan Islam (al-tasyri') dan seorang lagi dalam pemerintahan. Pemerintah `Uyainah mendokong Muhammad dengan kekuatan dan Muhammad bin `Abd al-Wahhab pula menyeru manusia mentaati pemerintah dan para pengikutnya. Berita telah sampai kepada pemerintah al-Ahsa’ bahwa Muhammad bin `Abd al-Wahhab mendakyahkan pendapat dan bid`ahnya, manakala pemerintah `Uyainah pula menyokongnya. Beliau telah memerintahkan supaya suatu risalah peringatan dan ancaman dihantar kepada pemerintah `Uyainah. Pemerintah `Uyainah telah memanggil Muhammad dan memberitahunya bahwa dia enggan membantunya. Ibn `Abd al-Wahhab berkata kepadanya: “ Sekiranya engkau membantuku dalam dakwah ini, engkau akan menguasai seluruh Najd.” Pemerintah tersebut menyingkirkannya dan memerintahkannya meninggalkan `Uyainah dengan cara mengusirnya pada tahun 1160H/1747M. Pada tahun itu, Muhammad keluar dari `Uyainah ke Dar`iyyah di Najd yang diperintah oleh Muhammad bin Sa`ud (m.1179H/1765M) yang kemudian menziarahi, memuliakan dan menjanjikan kebaikan kepadanya. Sebagai balasannya, Ibn `Abd al-Wahhab memberikan khabar gembira kepadanya dengan jaminan penguasaan Najd keseluruhannya. Dengan cara itu, suatu ketetapan dimeterai.6 Penduduk Dar`iyyah mendokongnya sehingga akhirnya Muhammad ibn `Abd al-Wahhab dan Muhammad bin Sa`ud memeterai perjanjian atau memorandum persefahaman (aqd al-Ittifaqiyyah). Ibn Basyr al-Najdi yang dipetik oleh al-Alusi mengatakan: “Penduduk Dar`iyyah pada masa itu dalam keadaan sangat menderita dan kepayahan, mereka lalu berusaha untuk memenuhi kehidupan mereka ... Aku lihat kesempitan hidup mereka pada kali pertama tetapi kemudian aku lihat al-Dar`iyyah selepas itu - pada zaman Sa`ud, penduduknya memiliki harta yang banyak dan senjata disaluti emas, perak, kuda yang baik, para bangsawan, pakaian mewah dan lain-lain lagi daripada sumber-sumber kekayaan sehingga lidah kelu untuk berkata-kata dan gambaran secara terperinci tidak mampu diuraikan.” “Aku lihat tempat orang ramai pada hari itu, di tempat dikenali al-Batin - aku lihat kumpulan lelaki di satu pihak dan wanita di satu pihak lagi, aku lihat emas, perak, senjata, unta, kuda, pakaian mewah dan semua makanan tidak mungkin dapat digambarkan dan tempat itu pula sejauh mata memandang, aku dengar hiruk-pikuk suara-suara penjual dan pembeli ...”7 Harta yang banyak itu tidak diketahui datang dari mana, dan Ibn Basyr al-Najdi sendiri tidak mendedahkan sumber harta kekayaan yang banyak itu tetapi berdasarkan fakta-fakta sejarah, Ibn `Abd al-Wahhab memperolehinya daripada serangan dan serbuan yang dilakukannya bersama-sama para pengikutnya terhadap kabilah-kabilah dan kota-kota yang kemudian meninggalkannya untuknya. Ibn `Abd al-Wahhab merampas harta kekayaan itu dan membahagi-bahagikannya kepada penduduk Dar`iyyah. Ibn `Abd al-Wahhab mengikuti kaedah khusus dalam pembahagian harta rampasan daripada umat Islam yang meninggalkannya. Ada ketikanya, dia membahagikannya di antara 2 atau 3 orang pengikutnya. Amir Najd menerima habuannya daripada ghanimah itu dengan persetujuan Muhammad bin `Abd al-Wahhab sendiri. Ibn `Abd al-Wahhab melakukan mu`amalah yang buruk dengan umat Islam yang tidak tunduk kepada hawa nafsu dan pendapatnya seumpama mu`amalah kafir harbi dan dia menghalalkan harta mereka. Ringkasnya, Muhammad ibn `Abd al-Wahhab kelihatan menyeru kepada agama Tawhid tetapi tawhid sesat ciptaannya sendiri, dan bukannya tawhid menurut seruan al-Qur’an dan al-Hadith. Sesiapa yang tunduk (kepada tawhidnya) akan terpelihara diri dan hartanya dan sesiapa yang enggan pula dianggap kafir harbi (yang perlu diperangi) sama ada darah dan hartanya. Di atas alasan inilah, golongan Wahhabi menguasai medan peperangan di Najd dan kawasan-kawasan di luarnya seperti Yaman, Hijaz, sekitar Syria dan `Iraq. Mereka mengaut keuntungan yang berlimpah daripada kota-kota yang mereka kuasai mengikut kemahuan dan kehendak mereka, dan jika mereka boleh menghimpunkan kawasan-kawasan itu ke dalam kekuasaan dan kehendak mereka, mereka akan lakukan semua itu, tetapi jika sebaliknya mereka hanya memadai dengan merampas harta kekayaan sahaja.8 Muhammad memerintahkan orang-orang yang cenderung mengikuti dakwahnya supaya memberikan bai`ah dan orang-orang yang enggan wajib dibunuh dan dibagi-bagikan hartanya. Oleh karena itu, dalam proses membuang dan mengasingkan penduduk kampung di sekitar al-Ahsa’ untuk mendapatkan bai`ah itu, mereka telah menyerang dan membunuh 300 orang dan merampas harta -harta mereka.9 Akhirnya Muhammad meninggal dunia pada tahun 1206H/1791M tetapi para pengikutnya telah meneruskan mazhabnya dan menghidupkan bid`ah dan kesesatannya kembali. Pada tahun 1216H/1801M, al-Amir Sa`ud al-Wahhabi mempersiapkan tentera yang besar terdiri daripada 20.000 orang dan melakukan serangan ganas ke atas kota suci Karbala’ di `Iraq. Karbala merupakan sebuah kota suci dihiasi dengan kemasyhuran dan ketenangan di hati umat Islam. Pelbagai bangsa berhasrat untuk ke sana sama ada mereka berbangsa Iran, Turki, Arab dan sebagainya. Tentera Wahhabi mengepung dan memasuki kota itu dengan melakukan pembunuhan, rampasan, runtuhan dan kebinasaan. Puak Wahhabi telah melakukan keganasan dan kekejaman di kota Karbala’ dengan jenayah yang tidak mengenal batas perikemanusiaan dan tidak mungkin dapat dibayangkan. Mereka telah membunuh 5000 orang Islam atau bahkan lebih lagi, sehingga disebutkan seramai 20.000 orang. Apabila al-Amir Sa`ud menyudahi perbuatan keji dan kejamnya di sana, dia merampas khazanah harem al-Imam al-Husayn bin `Ali as yang banyak dengan harta, perhiasan dan hadiah yang dikurniakan oleh raja, pemerintah dan lain-lain kepada maqam suci ini. Selepas melakukan keganasan yang cukup menjijikkan ini, dia kemudian menakluki Karbala’ untuk dirinya sehingga para penyair menyusun qasidah-qasidah penuh dengan rintihan, keluhan dan dukacita mereka.10 Puak Wahhabi mengambil masa selama 12 tahun membuat serangan ke atas kota Karbala’ dan kawasan sekitarnya, termasuk Najaf. Mereka kembali sebagai perampas, penyamun dan pencuri dengan memulainya pada tahun 1216H/1801M. Para penulis Syi`ah bersepakat bahwa serangan dan serbuan itu berlaku pada hari `Aid al-Ghadir bagi memperingati ketetapan Nabi saw mengenai perlantikan al-Imam `Ali bin Abi Talib as sebagai khalifah selepas baginda.11 Al-`Allamah al-Marhum al-Sayyid Muhammad Jawwad al-`Amili mengatakan:12 “ Allah telah menentukan dan menetapkan dengan kebesaran dan keihsanan-Nya dan juga dengan berkat Muhammad dan Al baginda saw, untuk melengkapkan juzuk ini daripada kitab Miftah al-Karamah, selepas pertengahan malam yang ke-9, bulan Ramadan al-mubarak tahun 1225H/1810M - menurut catatan penyusunnya ...” dengan kekacauan fikiran dan kecelaruan keadaan, orang-orang `Arab dikelilingi oleh orang-orang dari `Unaizah yang mengucapkan kata-kata puak al-Wahhabi al-Khariji di al-Najaf al-Asyraf dan masyhad al-Imam al-Husayn as - mereka telah memintas jalan dan merampas hak milik para penziarah al-Husayn as sebaik sahaja mereka kembali daripada ziarah itu pada pertengahan bulan Sya`ban. Mereka membunuh sebahagian besar daripadanya, terdiri daripada orang-orang `Ajam, dianggarkan 150 orang ataupun kurang ...” Jelaslah, bahwa tawhid yang diserukan oleh Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan jemaahnya adalah dengan mengharuskan darah dan harta orang yang mengingkari dakwah mereka, juga menerima kata-kata atau akidah-akidah mereka bahwa Allah berjisim, mempunyai anggota tubuh badan dan sebagainya. Al-Alusi dalam penjelasannya tentang Wahhabi mengatakan: “ Mereka menerima hadith-hadith yang datang daripada Rasulullah saw bahwa Allah turun ke langit dunia dan berkata: Adakah orang-orang yang ingin memohon keampunan?”13 Sehingga dia mengatakan: “Mereka mengakui bahwa Allah ta`ala datang pada hari Qiyamat” sebagaimana kata-Nya: “dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam, dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya” (al-Fajr (89): 23) dan sesungguhnya Allah menghampiri makhluk-Nya menurut kehendak-Nya seperti yang disebutkan: “dan Kami lebih hampir kepadanya daripada urat lehernya.”(Qaf (50): 16). Dapat dilihat dalam kitab al-Radd `ala al-Akhna’i oleh Ibn Taimiyyah bahwa dia menganggap hadith-hadith yang diriwayatkan tentang kelebihan ziarah Rasulullah saw sebagai hadith mawdu` (palsu). Dia juga turut menjelaskan “orang yang berpegang kepada akidah bahwa Nabi masih hidup walaupun sesudah mati seperti kehidupannya semasa baginda masih hidup,” dia telah melakukan dosa yang besar. Inilah juga yang diiktiqadkan oleh Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan para pengikutnya, bahkan mereka menambahkan pemalsuan dan kebatilan Ibn Taimiyyah tersebut. Para pengikut akidah Wahhabi yang batil memberikan tanggapan kepada para pengkaji yang melakukan penyelidikan mengenai Islam - menerusi pemerhatian dan penelitian kepada kitab-kitab mereka dan mengenali Islam menerusi bahan-bahan cetakan mereka sendiri - hingga menyebabkan mereka akhirnya beranggapan bahawa Islam adalah agama yang kaku, beku, terbatas dan tidak dapat dimanfaatkan pada setiap masa dan zaman. Lothrop Stodard berbangsa Amerika mengatakan: “Kesan dari itu, kritikan-kritikan telah timbul kerana puak Wahhabi berpegang kepada dalil tersebut dalam kalam mereka hingga dikatakan bahawa Islam dari segi jawhar dan tabiatnya tidak mampu lagi berhadapan dengan perubahan menurut kehendak dan tuntutan zaman, tidak dapat berjalan seiringan dengan keadaan kemajuan dan proses perubahan serta tidak lagi mempunyai kesatuan dalam perkembangan kemajuan zaman dan perubahan masa ...”14 Bersambung ke Bag.III,sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Penentangan Terhadap Mazhab Wahhabi Para ulama al-Hanbali memberontak terhadap Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan mengeluarkan hukum bahawa akidahnya adalah sesat, menyeleweng dan batil sejak dari mula lagi. Tokoh pertama yang mengisytiharkan penentangan terhadapnya adala...h bapaknya sendiri, al-Syaikh `Abd al-Wahhab, diikuti oleh saudaranya, al-Syaikh Sulayman. Kedua-duanya adalah daripada mazhab al-Hanabilah. Al-Syaikh Sulayman menulis kitab yang bertajuk al-Sawa`iq al-Ilahiyyah fi al-Radd `ala al-Wahhabiyyah untuk menentang dan menghentamnya. Di samping itu tentangan juga dihadapkan kepadanya oleh sepupunya, `Abdullah bin Husayn. Mufti Makkah, Zaini Dahlan mengatakan: “`Abd al-Wahhab, bapa kepada al-Syaikh Muhammad adalah seorang yang salih dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitulah juga dengan al-Syaikh Sulayman. Al-Syaikh `Abd al-Wahhab dan al-Syaikh Sulayman, kedua-duanya dari awal lagi yaitu pada ketika Muhammad mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Kedua-duanya telah mengkritik dan mencela pendapatnya dan mereka berdua turut memperingatkan orang ramai mengenai bahayanya pemikiran Muhammad...”15 Dalam keterangan Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahwa “bapaknya `Abd al-Wahhab, saudaranya Sulayman dan guru-gurunya telah dapat mengesani tanda-tanda penyelewengan agama (ilhad) dalam dirinya yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad terhadap banyak persoalan agama.”16 `Abbas Mahmud al-`Aqqad al-Misri mengatakan: “Orang yang paling kuat menentang al-Syaikh dalam persoalan ini adalah saudaranya, al-Syaikh Sulayman, penulis kitab al-Sawa`iq al-Ilahiyyah. Beliau tidak mengiktiraf saudaranya itu mencapai kedudukan berijtihad dan berkemampuan memahami al-Kitab dan al-Sunnah. Al-Syaikh Sulayman berpendapat bahawa para Imam yang lalu, generasi demi generasi tidak pernah mengkafirkan ashab bid'ah, dalam hal ini tidak pernah timbul persoalan kufur sehingga timbulnya ketetapan mewajibkan mereka memisahkan diri daripadanya dan sehingga diharuskan pula memeranginya karena alasan tersebut.” Al-Syaikh Sulayman berkata lagi bahwa: “ Sesungguhnya perkara-perkara itu berlaku sebelum zaman al-Imam Ahmad bin Hanbal iaitu pada zaman para Imam Islam, dia mengingkarinya manakala ada di antara mereka pula mengingkarinya, keadaan itu berterusan sehingga dunia Islam meluas. Semua perbuatan itu dilakukan orang-orang yang kamu kafirkan mereka karenanya, dan tiada seorang pun daripada para Imam Islam yang menceritakan bahwa mereka mengkafirkan (seseorang) dengan sebab-sebab tersebut. Mereka tidak pernah mengatakan seseorang itu murtad, dan mereka juga tidak pernah menyuruh berjihad menentangnya. Mereka tidak menamakan negara-negara orang Islam sebagai negara syirik dan perang sebagaimana yang kamu katakan, bahkan kamu sanggup mengkafirkan orang yang tidak kafir karea alasan-alasan ini meskipun kamu sendiri tidak melakukannya...”17 Jelaslah bahawa Muhammad bin `Abd al-Wahhab bukan sahaja sengaja mengada-adakan bid`ah dalam pendapat dan pemikirannya, bahkan beberapa abad terdahulu daripadanya, pendapat dan pemikiran seperti itu telah pun didahului oleh Ibn Taimiyyah al-Harrani dan muridnya, Ibn al-Qayyim al-Jawzi dan tokoh-tokoh seperti mereka berdua. Ibn Taimiyyah Dia ialah Abu al-`Abbas bin `Abd al-Halim atau lebih dikenali Ibn Taimiyyah (m.728H/1328M) termasuk dalam kalangan ulama al-Hanabilah. Pendapat dan pemikirannya bercanggah dan berlawanan dengan akidah ulama dan umat Islam pada zamannya sehingga tokoh-tokoh ulama telah mengeluarkan perisytiharan perang dan menghukumkannya fasiq dan sesat, terutama selepas akidahnya yang penuh kebatilan dituliskan dan disebarkan kepada orang ramai. Penentangan terhadap Ibn Taimiyyah dilakukan menerusi dua cara: (1) Penulisan kitab-kitab dan tulisan-tulisan yang menjawab dan menyangkal pendapat dan pemikirannya yang batil berdasarkan pandangan al-Qur’an dan al-Hadith. Contohnya: a) Taqi al-Din al-Subki dengan kitabnya, Syifa’ al-Siqam fi Ziyarah Qabr al-Imam. b) Al-Subki dengan kitabnya, al-Durrah al-Mudi’ah fi al-Radd `ala Ibn Taimiyyah. c) Taqi al-Din Abi `Abd-Allah al-Akhna’i, Qadi al-Qudat al-Malikiyyah. d) Fakhr bin Muhammad al-Qarsyi, Najm al-Muhtadi wa Rajm al-Mutadi. e) Taqi al-Din al-Hasani, Daf` al-Syubhah. f) Taj al-Din, al-Tuhfah al-Mukhtarah fi al-Radd `ala Munkir al-Ziyarah. Semua tokoh yang disebutkan di atas menolak pendapat dan pemikiran Ibn Taimiyyah dan memperlihatkan kedangkalan serta kecetekan pendapatnya. (2) Celaan dan kritikan para ulama dan fuqaha’ terhadapnya dengan mengeluarkan hukum dan fatwa tentang kefasikan dan kekufurannya, dan mereka turut memberikan peringatan tentang bid`ah dalam agama yang boleh merosakkan, yang dihasilkan daripada pemikirannya. Tokoh ulama tersebut ialah al-Badr bin Jama`ah, Qadi al-Qudat di Mesir. Umat Islam telah menulis kepadanya tentang pendapat Ibn Taimiyyah mengenai ziarah kubur Nabi saw. Qadi al-Qudat tersebut menjawab: “Ziarah Nabi adalah sunat yang dituntut. Ulama bersepakat dalam hal ini dan sesiapa yang berpendapat bahawa ziarah itu adalah haram, maka para ulama wajib mengutuknya dan menegahnya daripada mengeluarkan pendapat tersebut. Sekiranya dia enggan, maka hendaklah dipenjarakan dan diperendah-rendahkan kedudukannya sehingga umat manusia tidak mengikutinya lagi.” Bukan Qadi al-Syafi`iyyah di Mesir sahaja yang mengeluarkan fatwa ini, bahkan Qadi al-Malikiyyah dan al-Hanbaliyyah turut sama mendakwa kefasikan Ibn Taimiyyah dan menghukumkannya sebagai sesat dan menyeleweng.18 Al-Dhahabi, salah seorang ulama abad ke-8H/14M, tokoh sezaman dengan Ibn Taimiyyah telah menulis sebuah risalah kepadanya, dengan menegahnya daripada mengeluarkan pendapat tersebut ... dan beliau menyamakannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf al-Thaqafi dari segi kesesatan dan kejahatan.19 Ibn Taimiyyah meninggal dunia pada tahun 728H/1328M di dalam penjara al-Syam. Ibn al-Qayyim cuba menyambung dan meneruskan usaha gurunya, tetapi tidak berjaya. Dengan kematian Ibn Taimiyyah, segala pendapat dan pemikirannya juga turut mengalami kematian, dan umat Islam terlepas daripada bid`ah dan kesesatannya. Kemudian Muhammad bin `Abd al-Wahhab datang dengan membawa pemikiran Ibn Taimiyyah dan bersekongkol pula dengan keluarga Sa`ud yang saling menyokong di antara seorang dengan yang lain dari segi pemerintahan dan keislaman. Di Najd, kesesatan telah tersebar dan fahaman al-Wahhabiyyah merebak ke seluruh pelusuk tempat seumpama kanser (al-saratan) dalam tubuh badan manusia. Dia menipu kebanyakan umat manusia dan menubuhkan sebuah pertubuhan ataupun dengan kata-kata lain, mazhab atas nama Tawhid dengan menjatuhkan hukuman ke atas Ahl al-Tawhid, menumpahkan darah umat Islam atas alasan jihad menentang golongan musyrikin hingga menyebabkan beribu-ribu orang manusia, lelaki dan wanita, kecil dan besar menjadi mangsa bid`ah mereka yang sesat. Ia turut sama menyebabkan perselisihan (khilaf) yang sempit semakin membesar dan menjadi-jadi di kalangan umat Islam dan dengan cara itu, mazhab yang baru ini dihubungkan dengan mazhab-mazhab yang banyak itu. Musibah itu akhirnya sampai ke kemuncaknya dengan jatuhnya dua buah kota suci, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Penduduk Najd bermazhab Wahhabi memperolehi bantuan dan pertolongan Britain yang ingin melihat perpecahan negara Islam kepada negara-negara yang lebih kecil dari segi kedudukan geografi. Mereka dengan secara sengaja berusaha menghapuskan segala kesan dan tinggalan Islam di kota-kota Makkah dan Madinah dengan memusnahkan kubur para wali (awliya’) Allah, mencemarkan kehormatan kerabat Rasulullah (Ar-Rasulillah) dan lain-lain dengan perbuatan-perbuatan jenayah dan dosa untuk mengoncangkan hati dan perasaan umat Islam. Sesetengah ahli sejarah menyebutkan: “ Kemunculan secara tiba-tiba mazhab Wahhabi dan sewaktu mereka memegang kekuasaan di Makkah, operasi pemusnahan secara besar-besaran telah dilakukan oleh mereka dengan memusnahkan pertamanya, apa sahaja yang ada di al-Mu`alla, sebuah kawasan perkuburan Quraisy yang terdiri daripada kubah-kubah (qubbah) yang begitu banyak, termasuklah kubah-kubah Sayyidina `Abd al-Muttalib, datuk Nabi saw, Sayyidina Abi Talib, al-Sayyidah Khadijah sebagaimana yang telah mereka lakukan kepada kubah-kubah tempat kelahiran Nabi saw, Abu Bakr dan al-Imam `Ali. Mereka juga turut memusnahkan kubah zamzam dan kubah-kubah lain di sekitar Ka`bah, seterusnya diikuti oleh kawasan-kawasan lain yang mempunyai kesan dan tinggalan orang-orang salih. Semasa mereka melakukan pemusnahan itu, mereka membuang kekotoran sambil memukul gendang (al-tubul) dan menyanyi dengan mengeluarkan kata-kata mencaci dan menghina kubur-kubur ... sehingga dikatakan sebahagian daripada mereka sanggup kencing di atas kubur-kubur para salihin tersebut.”20 Al-`Allamah al-Sayyid Sadr al-Din al-Sadr mengatakan: “ Demi usia hidupku, sesungguhnya al-Baqi` telah menerima nasib yang sangat malang, kerana hati-hati yang kecewa, mengikut nafsu dan berperangai kebudak-budakan, maka berlakulah pencetus kepada segala kecelakaan, apabila tiada lagi kedamaian. Bagi umat Islam kepada Allah diadukan, hak Nabi-Nya yang telah memberikan petunjuk dan syafaat.” Katanya lagi: “Celakalah anak cucu Yahudi dengan perbuatan jenayah yang mereka lakukan, mereka tidak mendapat apa-apa daripadanya dengan membongkarkan harim Muhammad dan kaum kerabat baginda. Neraka wail untuk mereka dengan apa yang mereka tentang terhadap orang-orang yang kuat (al-Jabbar). Mereka musnahkan kubur orang-orang salih dengan perasaan benci mereka. Hindarkanlah daripada mereka kerana sesungguhnya mereka membenci orang-orang yang terpilih (di sisi Allah).” Nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa: “Apabila sesuatu bid`ah itu muncul di kalangan umatku, maka orang-orang alim hendaklah memperlihatkan dan menyampaikan ilmu mereka karena kalau mereka tidak melakukannya, laknat Allah akan ditimpakan atas mereka.”21 Rasulullah saw juga bersabda: Apabila bid`ah timbul dan orang-orang yang terkemudian daripada umat ini melaknat orang-orang yang terdahulu, maka barang siapa yang memiliki keilmuan, maka hendaklah menyampaikannya. Sesungguhnya orang yang menyembunyikan keilmuannya pada hari itu seumpama orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad.”22 Para Siddiqin as daripada kaum kerabat Rasulullah saw mengatakan bahwa: Apabila bid`ah lahir, maka orang alim hendaklah menzahirkan keilmuannya, sekiranya dia tidak berbuat demikian, cahaya keimanan ( al-Iman) akan hilang.”23 Atas dasar inilah, para ulama Syi`ah dan Sunni telah bersama-sama bangkit menentang serangan mazhab Wahhabi. Mereka telah menulis, menerbitkan kitab-kitab dan menjelaskan keburukan dan kejahatan tokoh-tokoh Wahabi yang berusaha untuk merealitikan cita-cita dan harapan Britain menerusi bentuk baru. Kitab pertama yang ditulis untuk menolak dan menentang fahaman Muhammad ibn `Abd al-Wahhab ialah al-Sawa`iq al-Ilahiyyah fi al-Radd `ala al-Wahhabiyyah yang ditulis oleh al-Syaikh Sulayman, iaitu saudara kepada Muhammad sendiri. Di kalangan golongan Syi`ah pula, kitab pertama ditulis untuk tujuan tersebut ialah alRasyad oleh Al-Syaikh Ja`far Kasyif al-Ghita’ (m.1228H/1813M). Kitabnya ditulis untuk menjawab risalah yang dihantarkan kepadanya oleh al-Amir `Abd al-`Aziz bin Sa`ud, salah seorang pemerintah Sa`udi pada zamannya. Beliau telah membongkarkan kecetekan dan kedangkalan pemikiran Muhammad ibn `Abd al-Wahhab dalam kitabnya dan mensabitkan kebatilan pemikiran Muhammad menerusi pandangan al-Qur’an dan al-Sunnah. Kitabnya itu telah dicetak pada tahun 1343H/1924M di al-Najaf al-Asyraf di `Iraq. Selepas itu, kitab-kitab lain mulai menyusul satu demi satu dengan menolak dan mengkritik pemikiran Muhammad ibn `Abd al-Wahhab dari perspektif yang lain sehingga ke hari ini. Pada zaman itu, golongan Wahhabi telah meningkatkan serangan mereka yang merosakkan dan berbahaya terhadap Islam dan umatnya menerusi penentangan dan peperangan yang didalangi oleh keluarga Sa`ud dengan bantuan daripada hasil keuntungan petrol mereka. Pemerintahan kesultanan Sa`udi telah memperuntukkan sejumlah besar hasil keuntungan petrol mereka untuk menyebarkan dan mengembangkan mazhab ciptaan Britain ini di kalangan orang Islam. Kalaulah tidak kerana kekayaan yang besar itu tentulah mazhab Wahhabi tidak akan dapat bertahan sehingga ke hari ini. Kelihatan bahawa unsur-unsur penjajahan (al-isti`mar) Britain begitu jelas menerusi mazhab tersebut dan mereka mengambilnya sebagai cara yang terbaik untuk mewujudkan perpecahan, pertelagahan, persengketaan, permusuhan, perselisihan dan pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Mazhab tersebut juga turut memperkuatkan dan memperkukuhkan matlamat penjajahan Britain dengan mengada-adakan fitnah di kalangan umat Islam seperti menuduh orang-orang Islam yang lain sebagai fasiq dan kafir. Umat Islam yang tidak prihatin dan mempunyai pemikiran yang cetek dengan mudah diperdayakan oleh mereka sehingga akhirnya mereka sama ada secara sedar atau tidak, turut sama menyokong usaha-usaha mazhab Wahhabi dan Britain, bahkan melaksanakannya dalam kehidupan mereka menerusi perbuatan dan tindakan terhadap umat Islam lain yang disangkakan sebagai lawan-lawan mereka. Keadaan yang berlanjutan ini menyebabkan umat Islam menjadi lemah dan mudah diperkotak-katikkan oleh musuh-musuh Islam yang sebenar tetapi bertopeng dengan Islam. -------------------------------------------------------------------------------------------------------- Artikel ini dipetik daripada kitab al-Wahhabiyyah fi al-Mizan oleh Profesor Ja`far al-Subhani. 1 Farid Wajdi, Da’irah Ma`arif al-Qarn al-`Isyrin, Vol. I, h.871; dipetik daripada Majalah al-Muqtataf, Vol. XXVII, h.893. 2 Munir al-Ajlani, al-Dawlah al-Sa`udiyyah al-Ula, Riyad, t.t, h.279-281. 3 Ahmad bin Yahya al-Yamani, al-Munyah wa al-`Amal fi Syarh al-Milal wa al-Nihal, 1988, h.114. 4 Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h.141. 5 Al-Alusi, Tarikh Najd, h.111-113. 6 Salah seorang pengarang `Uthmaniyyah menceritakannya dalam kitabnya, Tarikh Baghdad, h.152 tentang permulaan hubungan di antara Muhammad bin `Abd al-Wahhab dan keturunan Sa`ud dengan cara yang berbeza tetapi kelihatan sama dengan apa yang diceritakan. 7 Al-Alusi, Tarikh Najd, h.117-118. 8 Tarikh Mamlakah al-`Arabiyyah al-Sa`udiyyah, Vol. I, h..51. 9 Ibid. 10 Lihat tulisan Dr. `Abd al-Jawwad, Tarikh Karbala’, h.112. 11 Untuk maklumat tambahan, lihatlah: al-Amini, al-Ghadir, Vol. I. 12 Al-`Amili, Miftah al-Karamah, Vol.V, h.653. 13 Al-Alusi, Tarikh Najd, h.90-91; Lihat sama: Ibn Taimiyyah, Risalah al-Hamwiyyah. 14 Hadir al-`Alam al-Islami, Vol.I, h.264. 15 Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, h.357. 16 Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyyah, h.4. 17 Al-Islam fi al-Qarn al-`Isyrin, h.108-109. 18 Lihat: Taqi al-Din al-Hasani, Daf` al-Syubhah. 19 Al-Amini, al-Ghadir, Vol. V, h.87-89; Ja`far al-Subhani, al-Wahhabiyyah fi al-Mizan, h.48. Risalah ini dikatakan terdapat dalam Kitab Takmilah al-Sayf al-Sayqal, h.190. 20 Untuk penelitian selanjutnya, lihat: Al-Jabarti, Kasyf al-Irtiyab, h.40. 21 Al-Kulayni, al-Kafi, Vol. I, h.54; al-Syirazi, Wasa’il al-Syi`ah, Vol. IX, h.510; al-Muhammadi al-Riyy al-Syahri, Mizan al-Hikmah, Vol. I, h.384. 22 Al-Syirazi, Wasa’il al-Syi`ah, bab 40, Vol. IX, h.510; al-Muhammadi al-Riyy al-Syahri, Mizan al-Hikmah, Vol. I, h.384-385. 23 Ibid.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqas, katanya : Muawiyyah bin Abu Sufyan menyuruh Sa’ad (bin Abi Waqqas) dan menanyakan : “Apakah yang menjadi halangan bagimu untuk mencerca Abu Turab (Ali bin Abi Thalib)?” Sa’ad menjawab : “Adapun yang saya ingat ada 3 hal yang diungkap Rasululla...h Saww. Karena (ketiga hal) itulah saya tidak akan MENCERCA Ali. Andai saja untuk saya satu dari ketiga hal yang dimilikinya itu, maka itu lebih aku sukai ketimbang memperoleh sejumlah binatang ternak yang sehat-sehat. Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda ketika beliau menyuruh Ali tinggal (di Madinah) dalam beberapa peperangan, lalu Ali berkata kepada Rasul : “Ya Rasulullah, engkau menyuruhku tinggal bersama kaum perempuan dan anak-anak?” Rasulullah Saw bersabda, “Apakah engkau tidak merasa senang (ridha) kalau engkau bagiku serupa dengan kedudukan Harun dengan Musa, tapi tidak ada kenabian sepeninggalku.” Dan saya (Sa’ad) juga mendengar Nabi Saw bersabda di hari perang Khaibar : “Sesungguhnya aku akan menyerahkan panji-panji ini kepada seorang laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya sedang Allah dan Rasul-Nya mencintainya pula.” Lalu kami (para sahabat) menanti-nantikannya. (berharap memperoleh kedudukkan itu). Kemudian Nabi bersabda, “Panggillah Ali supaya dia datang kepadaku!” Dia dibawa (ke hadapan Nabi) dalam keadaan sakit mata, lalu Nabi meludahi matanya, lalu menyerahkan panji-panji kepadanya. Allah memberikan kemenangan di tangannya. (Yang ketiga) Setelah turun ayat : “Maka katakanlah : “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu…” dan Rasulullah Saw memanggil Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, lalu beliau mengatakan, “Ya Allah! Mereka inilah keluargaku! (Allahumma Haulai Ahly)” Apa yang disuruh Muawiyah kepada Saad bin Abi Waqqas jelas-jelas tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tetapi orang ini, setelah duduk di tampuk kekuasaannya melakukan banyak BID’AH, dan salah satu Bid’ah Terbesarnya adalah titah perintahnya kepada kaum Muslim pada masa kekuasaan Bani Umayyah : Mengutuk, mencerca dan menghina mantu Nabi Saw yakni Ali bin Abi Thalib. Apakah ada contoh yang dilakukan Nabi Saw seperti yang dilakukan Muawiyah? Tidak ada! Jadi ini bid’ah! Tak seorang pun bisa berkelit dengan fakta hadis ini! Dan apa sabda Nabi Saw terhadap orang yang membenci Ali bin Abi Thalib? Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan Rasulullah Saw bersabda : “Mencintai Ali adalah tanda keimanan dan membencinya adalah tanda kemunafikan.” Hadis ini sedemikian masyhur sampai-sampai beberapa sahabat nabi sering berkata, “Kami mengetahui kemunafikan seseorang dari kebenciannya terhadap Ali.” Lalu bagaimana dengan Muawiyah? Apakah keterangan ini masih kurang jelas bagi Anda? Di dalam Shahih Muslim, Ali bin Abi Thalib berkata, “Demi Dia yang membelah biji-bijian dan menghidupkan segala sesuatu, Rasulullah berjanji kepadaku bahwa tiada orang yang mencintaiku kecuali orang mukmin dan tiada orag yang menyimpan kebencian kepadaku kecuali orang munafik.” Pengutukan terhadap Imam Ali bin Abi Thalib merupakan bid’ah terbesar yang pernah dilakukan seseorang di dalam sejarah Islam. Muawiyah dan keturunananya melakukan bid’ah keji ini selama 65 tahun. Tapi mengapa Kaum Salafy dan Wahaby tidak membicarakan bid’ah keji yang pernah dilakukan oleh Muawiyah? Mengapa? Mengapa ulama-ulama Wahaby yang hidup di bawah ketiak Kerajaan Saudi Arabia tidak membuka hadis-hadis ini? Mengapa mereka menyembunyikan hadis-hadis ini? Mengapa Kerajaan Saudi mendukung ulama-ulama Wahaby? Tak bisa disangkal lagi bahwa mereka ingin KERAJAAN mereka yang didirikan dan dijalankan tidak berdasarkan musyawarah (sekali lagi Bid’ah yang nyata lagi terang!), yang mereka jalankan dengan cara-cara di luar konteks Al-Quran dan Sunnah Nabinya, bisa tetap tegak sebagaimana yang dilakukan Muawiyah. Mereka semua (Ulama Salafy Wahaby dan Kerajaan Saudi Arabia) tidak mengikuti Sunnah Rasulullah Saw, tetapi yang mereka ikuti Bid’ah Muawiyah. Sahabat-sahabat Nabi yang tulus pun enggan mengikuti bid’ah yang diperintahkan Muawiyah. Sebagaian sahabat Nabi Saw, yang melawan BID’AH yang diterapkan Muawiyah ini dibunuh dengan sadis. Inikah sunnah Nabi? Bukan! Ini bid’ah Muawiyah bukan sunnah Nabi!! Kita membela Sunnah Nabi bukan membela Bid’ah Muawiyah!! Penghinaan dan sumpah serapah yang diperintahkan Muawiyah dan keturunannya terus berlangsung di mimbar-mimbar Jumat di seluruh kekuasaan Bani Umayyah yang terbenatang luas, sampai akhirnya khalifah Umar bin Abdul Azis menghapus bid;ah keji ini, tapi orang baik ini pun dibunuh oleh keluarganya sendiri karena berani menghapus BID’AH Muawiyah. INILAH BID’AH TERBESAR SEPANJANG SEJARAH UMAT ISLAM! Anda lihat bagaimana ulama Salafy Wahaby, Kerajaan Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Zionis Israel bersahabat erat! Inilah persekutuan yang mengerikan! Tidakkah Anda membuka mata Anda lebar-lebar? Lihat bagaimana mesranya Raja-raja Arab dengan pemeriuntahan Washington! Inilah bid’ah terbesar! Bersahabat dengan orang-orang yang membantai orang-orang Palestina. Lihatlah bagaimana Kerajaan Saudi Arabia bekerja sama dengan AS dan Zionis ingin menghancurkan HAMAS. Mereka mendukung Fatah, karena Fatah mendapat dukungan dari George Bush dan Ehud Olmert! Bukalah mata Anda, jujurlah terhadap diri kita sendiri! Sadarlah! Di dalam Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sungguh kamu sekalian akan mengikuti sunah orang-orang sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani) sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu sekalian pun akan mengikuti mereka.” Kami (para sahabat) bertanya: Wahai Rasululah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Beliau menjawab : “Lalu siapa lagi kalau bukan mereka!” [~] --------------------------------------------------------------------------------------------------------------- [~] Sunnah Nabi / Rosul merupakan hal yang selayaknya kita contoh dan kita amalkan, karena kesunnahan salah satu hal yang sangat disukai Allah SWT. Berikut ini adalah beberapa sunnah rosul yang diambil dari terjemahan kitab Riyadhus Shalihin: Allah Ta’ala berfirman : ”Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah” QS Al-Hasyr : 7. Allah Ta’ala berfirman : ”Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” QS An-Najm : 3-4. Allah Ta’ala berfirman : ”Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” QS Ali Imran : 31. Allah Ta’ala berfirman : ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat” QS Al-Ahzab : 21. Allah Ta’ala berfirman : ”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” QS An-Nisa’ : 65. Allah Ta’ala berfirman : ”Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian” QS : An-Nisa’ : 59. Allah Ta’ala berfirman : ”Siapa saja yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah” QS : An-Nisa’ : 80. Allah Ta’ala berfirman : ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu (agama Islam)” QS : Asy-Syuura : 52. Allah Ta’ala berfirman : ”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” QS : An-Nuur : 63. Allah Ta’ala berfirman : ”Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu)” QS : Al-Ahzab : 34. Dari Abu hurairah ra. Dari Nabi SAW beliau bersabda : “Biarkanlah jangan kalian pertanyakan suatu hukum meninggalkannya (selagi aku tidak menerangkan hukumnya) pada kalian. Sebab, orang-orang sebelum kalian celaka, karena banyaknya bertanya dan perselisihan mereka dengan para Nabi. Jadi, apabila aku mencegah sesuatu kepada kamu, maka jauhilah, dan apabila aku memerintahkan kamu sesuatu maka kerjakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW memberi nasihat kepada kami. Nasihat itu menggetarkan hati dan mencucurkan air mata kami. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan merupakan nasihat merupakan nasihat yang terakhir, maka berilah kami wasiat.” Beliau bersabda :”Aku wasiatkan kepadamu agar tetap selalu bertakwa kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, serta tetap mendengar perintah dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Sesungguhnya orang yang masih hidup diantaramu, akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atasmu memegang teguh akan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk oleh Allah.” (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi). DLL...,sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Jangan Anda heran jika kaum Salafi Wahhâbi, khususnya kaum Ghulât (Super Ekstrim) mereka selalu menebar teror terhadap siapapun yang berselisih pendapat dalam memahami teks-teks agama. Dari mulai teror kata-kata keji tak berdasar hingga melenyapan nyawa terhormat yang h...aram untuk dilenyapkan. Sebab kekerasan sepertinya telah menyatu dalam ajaran dan akhlaqiyat kelompok penebar teror ini! Anehnya yang selalu menjadi korban adalah saudara-saudara sesama Muslim! Ketika Ka’ab al Ahbâr (si pendeta Yahudi) menyebarkan faham menyimpang bahwa Allah SWT bisa dilihat dengan mata kepala, Aisyah ra bangkit membongkar kedok penyimpangan dan penyesatan akidah ala Yahudi yang dilakoni Ka’ab al Ahbâr, dan mengatakan bahwa akidah itu hanya kepalsuan yang diproduk Ka’ab atas nama Allah SWT, seperti telah kami paparkan panjang lebar dalam beberapa artikel di sini, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim: Riwayat Bukhari: Buhkari meriwayatkan dengan sanad dari ‘Âmir dari Masrûq, ia berkata kepada Aisyah ra: يا أمتاه هل رأى محمد صلى الله عليه وسلم ربه ؟ فقالت لقد قَفَّ شعري مما قلت ! أين أنت من ثلاث من حدثكهن فقد كذب: من حدثك أن محمداً صلى الله عليه وسلم رأى ربه فقد كذب ثم قرأت : لا تُدْرِكُهُ الْأَبْصارُ وَ هُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصارَ وَ هُوَ اللَّطيفُ الْخَبيرُ. وَ ما كانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْياً أَوْ مِنْ وَراءِ حِجابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ ما يَشاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكيمٌ. ومن حدثك أنه يعلم ما في غد فقد كذب ثم قرأت : الْأَرْحامِ وَ ما تَدْري نَفْسٌ ما ذا تَكْسِبُ غَداً. ومن حدثك أنه كتم فقد كذب ثم قرأت : ا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ… (الآية)، ولكنه رأى جبرئيل عليه السلام في صورته مرتين . “Wahai Bunda, apakah (Nabi) Muhammmad saw. melihat Tuhannya? Maka Aisyah berkata, “Benar-benar bulu romaku merinding dari apa yang engkau katakana! Kemana engkau dari tiga perkara, siapa yang berbicara kepadamu tentang tiga perkara itu pastilah ia benarr-benar telah berbohong; siapa yang berkata kepadamu bahwa Muhammad saw. telah melihat Tuhannya maka ia benar-benar telah berbohong. Kemudian ia membacakan ayat: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’âm;103) Dan: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata- kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin- Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. Asy Syura;51) Dan barang siapa yang berbicara kepadamu bahwa Nabi mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi besok maka ia benar-benar telah berbohong. Kemudian ia membacakan ayat: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman;34 ) Dan barang siapa berbicara kepadamu bahwa Nabi merahasiakan wahyu maka ia benar-benar telah berbohong. Kemudian ia membacakkan ayat: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu….” (QS. Al Maidah;67) Akan tetapi Nabi melihat malaikatJibril as. dalam bentuk aslinya sebanyak dua kali.”[1] Dalam riwayat lain Bukhari juga meriwayatkan dari jalur Sya’bi dari Masrûq dari Aisyah ra., ia berkata: من حدثك أن محمداً صلى الله عليه وسلم رأى ربه فقد كذب، وهو يقول : لا تدركه الاَبصار، ومن حدثك أنه يعلم الغيب فقد كذب، وهو يقول : لا يعلم الغيب إلا الله . “Barang siapa berbicara kepadamu bahwa Muhammad aw. melihat Tuhannya maka ia benar-benat telah berbohong. Allah berfirman: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata.” Dan barang siapa berbicara kepadamu bahwa dia (Nabi) mengetahui berita ghaib maka ia benar-benat telah berbohong. Allah berfiman: “Tiada mengetahui ghaib kecuali Allah”.[2] Riwayat Muslim Muslim meriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah ra. ia berkata: … مَن زَعَمَ أَنَّ مُحمَّدًا (ص) رَأى رَبَّهُ فقَدْ أعظَمَ الفِريَةَ علىَ اللهِِ “….. Barang siapa mengklaim bahwa Muhammad melihat Tuhannya maka ia benar-benar telah membuat-buat kepalsuan besar atas nama Allah.”[3] Mendapati kenyataan sikap Aisyah ra. itu dan penelanjangan yang tegas bahwa akidah itu adalah sebuah kepalsuan atas nama Allah, kelompok Salafi Mujassim (yang mana Sekte Wahhabi adalah anggota aktif di dalamnya) sakit hati kepada Ummul Mukminin Aisyah ra. dan langsung menghujatnya dan menghujaninya dengan kata-kata tidak senonoh. Di antara pendekar Mujassimah (pendahulu/Salaf kaum Wahhâbi) yang paling berani terang-terangan menghujat Aisyah ra. adalah Ibnu Khuzaimah (tokoh Mujassimah yang sangat mereka agungkan dan sanjung setinggi laingit). Ibnu Khuzaimah berkata dalam kitab at Tauhid-nya: 225 هذه لفظة أحسب عائشة تكلمت بها في وقت غضب، ولو كانت لفظة أحسن منها يكون فيها درك لبغيتها كان أجمل بها، ليس يحسن في اللفظ أن يقول قائل أو قائلة: قد أعظم ابن عباس الفرية، وأبو ذر، وأنس بن مالك، وجماعات من الناس الفرية على ربهم! ولكن قديتكلم المرء عند الغضب باللفظة التي يكون غيرها أحسن وأجمل منها… نقول كما قال معمر بن راشد لما ذكر اختلاف عائشة وابن عباس في هذه المسألة: ما عائشة عندنا أعلم من ابن عباس… وإذا اختلفا فمحال أن يقال قد أعظم ابن عباس الفرية على الله، لأنه قد أثبت شيئاً نفته عائشة “Dalam hemat saya kata-kata Aisyah itu ia lontarkan dalam keadaan emosi! Andai ada kata-kata yang lebih indah darinya yang dapat merealisakan maksudnya pastilah lebih baik. Tidakkah benar seorang berkata bahwa Ibnu Abbas, Abu Dzarr, Anas ibn Malik dan sekelompok orang lainnya benar-benar telah membuat-buat kepalsuan besar atas nama Allah! Akan tetapi terkadang seorang berbicara di kala emosi dengan kata-kata yang mana ada kata lain yang lebih indah darinya…. Kami berkata, seperti ucapan Ma’mar ibn Rasyid ketika menyebut-nyebut perbedaan pendapat Aisyah dan Ibnu Abbas dalam masalah ini (Ru’yatullah): Aisyah menurut kami tidak lebih pintar dari Ibnu Abbas… Jika keduanya berselisih maka mustahil dikatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengada-ngada atas nama Allah, sebab ia telah menetapkan sesuatu yang dinafikan oleh Aisyah". Di sini, dengan terang-terangan Ibnu Khuzaimah menuduh Aisyah ra. telah bersikap bodoh ketika tak mampu mengontrol emosinya dan kemudian melontarkan kata-kata tersebut! Selain itu Ibnu Khuzaimah melakukan sebuah kesalahan ketika menisbatkan perselisihan itu antara Aisyah ra. dan Ibnu Abbas ra.. Sebab dalam kenyataannya hujatan A’isyah ra. itu ia alamatkan kepada Ka’ab al Ahbâr (si pendeta yang pertama kali menyebarkan kesesatan itu)… namun siapapun yang menjadi alamat hujatan Aisyah ra. yang pasti tuduhan Ibnu Khuzaimah itu sudah keterlulan…!! Namun dari semua itu ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil yaitu bahwa kaum Mujassimah tidak akan segan-segan bersikap kasar, menteror siapapun yang mencoba-coba menggoyang akidah tajsim mereka!! Jadi jangan harap Anda akan dihormati oleh mereka jika Aisyah –istri Nabi saw.- saja mereka lecehkan dan mereka hujat tanpa dasar seperti itu! Dan yang lebih mengerikan adalah apabila mereka merasa kuat dan memiliki pendukung yang sanggup mendukung aksi teror dan hingga pembantaian, pasti mereka akan lakukan aksi bengis tak berpri-kemanusian itu! Dalam kesempatan ini saya hanya akan mengutip dua bukti sejarah akan kejahatan pendahulu kaum Wahhabi ini, agar Anda tidak merasa heran jika kaum Salafi Wahhabi sekarang juga mewarisi kebengisan dan keganasan sikap tersebut! Mereka Berusaha Membunuh Imam Ath Thabari Karena Menolak Akidah Allah Bersemayam Di atas Arsy! Ketika kaum hanbaliyah menguat posisinya, khususnya di masa kekuasaan al Mutawakkil –seorang Khalifah bengis yang mendukung habis-habisan konsep kaum hanbaliyah yang mujasiimah dan kaum mujassimah murni- dan dengan dukungan kaum awam yang menjadi pengikutn fatanik butanya, mereka mulai melakukan terror terhadap siapapun ulama yang tidak mendukung akidah sesat mereka! Imam Ibnu Jarir ath Thabari –yang tidak diragukan ‘kesalafannya’- menjadi sasaran teror dan amuk massa kaum awam Hanbaliyah dengan arahan ulama berwawasan sempit dan berhati dengki mereka-. Berita teror itu sangat masyhur dalam kitab-kitab sejarah. Mereka memancing Ibnu Jarir dengan pertanyaan tentang duduknya Allah di atas Arsy-Nya, lalu beliau menafikan akidah yang tidak berdasar itu bahwa Allah duduk di atas Arsy-Nya lalu mendudukkan Nabi mulia-Nya di samping-Nya! Maka mereka langsung menyerang dan berusaha membunuhnya! Namun Allah masih menyemalatkan beliau! Tidak puas karena gagal, kaum Hanâbilah selalu menterornya sehingga ketika beliau wafat, mereka beurusaha sekali lagi untuk melarang beliau dikebumikan di pemakaman kaum Muslimin sehingga terpaksa beliau di kebumikan di dalam rumahnya sendiri!! Subhanallah! Alangkah ganasnya sikap pendahulu kaum Wahhâbiyah ini! Demikian juga mereka melakukan hal serupa terhadap Imam Ibnu Hibbân –seorang hafidz dan muhaddis agung-!! Al Hamawaini melaporkan dalam kitab Mu’jam al Udabâ’,9/18/57 ketika menyebut Imam Ibnu Jarir ath Thabari: فلما قدم إلى بغداد من طبرستان بعد رجوعه إليها تعصب عليه أبو عبد الله الجصاص وجعفر بن عرفة والبياضي. وقصده الحنابلة فسألوه عن أحمد بن حنبل في الجامع يوم الجمعة، وعن حديث الجلوس على العرش، فقال أبو جعفر:أما أحمد بن حنبل فلا يعد خلافه. فقالوا له:فقد ذكره العلماء في الاختلاف، فقال:ما رأيته روي عنه ولا رأيت له أصحاباً يعول عليهم. وأما حديث الجلوس على العرش فمحال، ثم أنشد: سبحان من ليس له أنيسُ ولا له في عرشه جليسُ فلما سمع ذلك الحنابلة منه وأصحاب الحديث وثبوا ورموه بمحابرهم وقيل كانت ألوفاً، فقام أبو جعفر بنفسه ودخل داره فرموا داره بالحجارة حتى صار على بابه كالتل العظيم! وركب نازوك صاحب الشرطة في ألوف من الجند يمنع عنه العامة، ووقف على بابه يوماً إلى الليل وأمر برفع الحجارة عنه. “Maka ketika beliau mengunjungi kota Baghdad dari daerah Tharabistân, setelahnya Abu Abdillah al Jashshâsh, Ja’far ibn ‘Arafah dan al Bayâdhi mendengkinya. Kaum Hanâbilah (Hanbaliyah) mendatanginya lau bertanya kepadanya di masjid Jami’ pada hari Ju’mat tentang Ahmad ibn Hanbal dan tentang hadis duduknya Allah di atas Arsy-Nya". Maka Abu ja’far (ath Thabari) menjawab:“Adapun Ahmad beliau tidak terhitung sebagai ahli fikih yang perbedaan pendapatnya dihitung.” Mereka berbalik menjawab: “Tetapi para ulama menyebutkannya dalam hal ikhtilaf!” Ath Thabari menjawab: “Aku tidak melihatnya telah diriwayatkan darinya itu dan aku juga tidak melihat beliau punya murid-murid yang dapat diandalkan.” Adapun hadis tentang duduknya Allah di atas Arsy-Nya, itu mustahil. Lalu beliau membacakan sebuah syair: Maha suci Dzat yang tidak punya teman penghibur dan tidak juga duduk di Arsy-Nya teman pendamping. Maka ketika kaum Hanâbilah dan pendukung hadis mendengar itu darinya, mereka langsung menyerangnya dan melemparinya dengan tempat-tempat tinta. Ada yang mengatakan bahwa jumlah mereka ribuan orang. Lau Abu Ja’far (ath Thabari) bangun dan segera masuk ke dalam rumahnya, maka mereka pun melemparin rumahnya dengan batu sehingga tumpukan batu di depan pintu rumah beliau seperti gunung!! Jadi demikianlah sikap mereka! Menteror, menyerang dan memamerkan adegan keganasan yang pantasnya dilakonkan para preman jalanan tak beradab! Siapaun yang menyelishi “akidah miring” mereka segera dikecam, disesatkan, dan akhirnya dikafirkan dan dihalalkan darahnya! Kaum Wahhabi mewarisi keganasan sikap kaum Ghulât Hanbaliyah yang tidak pernah akan mentolerir siapapun dan apapun yang menyelisihi pendapat mereka! Seakan pendapat mereka adalah wahyu langit yang Lâ Ya’tîhil Bâthilu Min Baini Yadaihi walâ min Khalfihi! Bukti nyata adalah kondisi keberagamaan di kota suci yang telah dicaplok oleh rezim keluarga Sa’ud yang ditopang oleh lembaga-lembaga angker seribu satu muthawwe’! Di sana kebebesan adalah menjadi komoditas langka yang aneh! Semua dipaksa mengikuti agama sesuai dengan pemahaman kaum Arab baduwi dari dusun Najd. Semua kaum Muslimin yang hendak mencium jeruji makam suci Rasulullah saw. sebagai ungkapan kecintaan dan kerinduan, lansung saja disambut dengan ‘Jenggongan Muthawwe’ (polisi syari’at) yang bertebaran di sekitar pusara suci junjungan Nabi tercinta kita Muhammad saw.: Syririk!!! Syririk!!! Syririk!!! Ketika sorang Muslim menghadap ke makam suci beliau sambil membaca ayat-ayat suci Al Qur’an atau membaca do’a…. para Muthawwe’ itu langsung mendatanginya dengan kasar seraya mengatakan, hai Musyrik, arah kiblat di sana, jangan menghadap Muhammad!!! Kita semua dipaksa menerima pamahaman tauhid dan syirik ala mufti-mufti buta dan dangkal! Celakalah jika ada yang berani mendebat mereka dan menyampaikan argumentasinya! Kami sarankan Anda jangan mencoba nekad melakukannya. Sebab kami khawatir nasib Anda seperti teman-teman sebelumnya, dihukum dan di adili tanpa keadilan! Jika kaum Wahhabi di Indonesia keberatan dan menganggap apa yang kami sampaikan tentang teror Wahhabi itu fitnah maka kami berharap mereka mampu membawakan wajah cemerlang kebebasan beragama sesuai dengan mazhab masing-masing di Arab Saudi sana! Para pembaca yang kami muliakan, di Arab Saudi sana, mengadakan pembacaan Maulid Nabi saw. lebih berbahaya ketimbang menggelar pesta Homo yang biasa digelar sebagian pemuda jalang lapuk di sana! Mencari kitab Maulid Diba’ atau Barzanji lebih sulit ketimbang mencari ganja atau wanita lacur! Kami tidak mengatakannya serampangan… semua adalah kenyataan. Menggelar pembacaan Maulid adalah sebuah kejahatan yang kerenanya pantas dihukum dalam hukum kaum Wahhabi..! Jika kaum Wahhabi menganggap itu bid’ah, mestinya mereka harus tasâmuh/toleran, karena banyak kaum Muslim (bahkan seluruhnya selain mereka) tidak menganggapnya bid’ah! Lalu mengapakah mereka memaksakan pandapatnya ke atas seluruh kaum Muslimin! Sikap mereka mirip dengan sikap kaum Komunis(PKI) yang apabila berkuasa tidak memberi kebebasan bagi pendapat lain untuk tumbuh dengan layak berdasarkan dalil-dalil yang diyakininya! Jika mereka menganggap mencium jeruji makam suci Rasulullah saw. itu adalah syirik, maka mereka perlu ketahui bahwa hanya mereka saja yang memahaminya secara miring konsep itu!! Ulama Islam dari berbagai mazhab tidak! Lalu mengapakah mereka memaksakannya ke atas seluru kaum Muslimin se dunia yang menziarahi kota suci itu untuk mengikuti pandangan miring mereka?! Inilah teror…. yang selalu menghiasi ‘Mazhab Horor’!!! dan ini pulalah yang akan menjadi penyebab kehancuran dan keruntuhan ‘Mazhab Horor’ yang ditegakkan di atas pondasi kekerasan dan pemaksaan kehendak dan pendapat, persis seperti nasib komunisme… ia runtuh bersama keruntuhan Uni Soviet benteng komunisme terkokoh! Nantikan! Janji Allah pasti terlaksana. Allah akan membebaskan dua kota suci kita kaum Muslimin dari cengkeraman Mazhab Horor! Semoga Allah menyelamatkan umat Islam dari kejahatannya! Amîn Ya Rabbal ‘Âlamîn. --------------------------------------------------------------------------------------- [1] Shahih Bukhari,6/50. [2] Ibid.8/166 dan hadis-hadis serupa juga telah ia riwayatkan dalam banyak kesempatan lain. [3] Shahih Muslim,1/110.

Gara-gara terlalu sempit ilmu dan pemahaman agamanya tapi nekad jadi mufti, maka pasti akan sesat dan menyesatkan… pasti akan mengatakan ini halal dan itu haram dengan tanpa dasar dan bukti Syari’at yang benar… yang itu kafir yang ini musyrik… itu kira-kira gambaran yan...g dapat kita saksikan dari banyak mufti-mufti resmi kerajaan bermazhab Wahhâbi-Salafy yang menguasai dua kota suci kaum Muslimin; Mekkah dan Madinah…. Kali ini kita akan menyoroti fatwa sesat lagi menyesatkan yang diluncurkan mufti setengah alim setengah awam tapi merasa paling alim dan dikultus setinggi laingit oleh kaum yang sok anti kulus… Dia adalah sang Mufti Agung Wahhabi-Salfy Abdul Aziz bin Bâz. Perhatikan fatwa dangkal dan pas-pasan Bin Bâz di bawah ini: من كتاب التوسطُ والاقتصادُ في أن الكُفرَ يكونُ بالقولِ أو العملِ أو الاعتقادِ : ” وقال الشيخ عبدالعزيز بن باز كما في مجلة الفرقان الكويتية ، العدد(94) : الذَّبحُ لغيرِ الله ، والسُّجود لغير الله ،كفرٌ عمليٌّ مُخرجٌ من الملَّة، وهكذا لو صلَّى لغير الله أو سجد لغيره سبحانه ، فإنَّه يكفر كفراً عمليَّاً أكبر- والعياذ بالله – وهكذا إذا سبَّ الدِّين ، أو سبَّ الرَّسول ، أو استهزأ بالله ورسوله ، فإنَّ ذلك كفرٌ عمليٌّ أكبر عند جميع أهل السُّنَّة والجماعة “. Dari kitab at Tawassuth wa al Iqtishâd...: Berkata Abdul Aziz bin Bâz –seperti dalam majalah al Furqân-Kuwait, edisi 94: “Menyembelih bukan untuk Allah, sujud bukan untuk Allah adalah kekafiran praktis yang mengeluarkan dari agama. Demikian juga jika shalat untuk selain Allah atau sujud untuk selain Allah SWT, sesungguhnya ia adalah kekafiran secara praktis dengan kekafiran terbesar (yang mengeluarkan dari agama)–semoga kita dilindungi oleh Allah-. Begitu juga jika mencela agama,atau mencela Rasul, atau mengejek-ngejek Allah dan Rasul-Nya, semua itu adalah kekafiran praktis menurut seluruh Ahlus Sunnah wal Jama’ah.” Abu Salafy: Coba perhatikan fatwa dangkal si mufti pas-pasan ini… ia tidak menyadari bahwa redaksi fatwa yang ia pilih yang tentunya mencerminkan akidah ngawurnya itu telah menvonis kafir seorang Nabi mulia Ya’qub as. Allah berfirman: { وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا }(يوسف/100 Redaksi dalam ayat di atas menegaskan bahwa Nabi Ya’qub as. bersujud lahu (kepada Yusuf as.) Demikian pula dengan para malaikat yang ta’at kepada perintah Allah SWT dengan bersujud li Âdam (untuk Adam). Jadi dengan demikian Iblis-lah yang benar dalam sikap pembangkangannya atas perintah Allah untuk sujud kepada Adam as.!! Sebab –dengan dasar fatwa Bin Bâz- Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat kafir!!! Inilah akibat dari kejahilan dan fatwa-fatwa mufti jahil… Dia sesat lagi menyesatkan!!! Sumber: http://abusalafy.wordpress.com/2009/10/19/mufti-wahhabi-mengafirkan-nabi-ya%E2%80%99qub-as-dan-melagalkan-pembangkangan-iblis/ _____________________________________________________________ Menurut hemat saya sih wajar aja Wahabi Melegalkan Pembangkangan Iblis! karena singkatan dari Wahabi yakni Wajah, Akal, Hati, Amal, Bagaikan Iblis.,sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=132129713022&ref=ts

Tags:

0 comments to "wahabi dan Zionisme bersaudara..benarkah???"

Leave a comment