Home , � Ahmadinejad: Barat Salah Kaprah Memandang Masyarakat hingga Kelompok Dagang Jerman Mengamuk Karena Sanksi Atas Iran

Ahmadinejad: Barat Salah Kaprah Memandang Masyarakat hingga Kelompok Dagang Jerman Mengamuk Karena Sanksi Atas Iran

Ahmadinejad: Barat Salah Kaprah Memandang Masyarakat

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad menyatakan bahwa para musuh pesimis akan perkembangan kampus-kampus di Iran. Ahmadinejad dalam pertemuannya dengan para anggota Organisasi Persatuan Mahasiswa di Tehran, hari Kamis (29/7) menekankan pentingnya aktivitas budaya dan politik di kampus-kampus Iran. Menurutnya, para musuh tengah menciptakan kondisi pesimis di kampus-kampus Iran. Ahmadinejad menegaskan, "Para musuh mengkhawatirkan optimisme di lingkungan kampus." Lebih lanjut Ahmadinejad mengatakan, "Bangsa Iran saat ini, sangat optimis menghadapi AS dan mencapai misi-misi mulia mereka." Seraya menjelaskan perbedaan pengertian kekuatan masyarakat di Iran dan Barat, Ahmadinejad mengatakan, "Di Iran, masyarakat adalah kekuatan utama dan merekalah yang bertanggung jawab penuh. Sementara itu, Barat meyakini masyarakat sebagai alat untuk kepentingan politik."(IRIB/AR/30/7/2010)

Anggota Parlemen: Biarkan Saja Mereka Yang Merugi!

Tehran, IRIB News-Wakil Tehran di parlemen Islam Iran menyatakan, "Mengingat krisis ekonomi dan tingkat pengangguran di benua Eropa, pemberlakuan sanksi atas Iran hanya akan merugikan Eropa sendiri."

Husein Nejabat dalam wawancaranya dengan IRNA mengatakan, "Mengingat Iran dalam beberapa tahun terakhir telah menggalakkan investasi di bidang minyak dan gas dan memfokuskan pada sumber-sumber dalam negeri, pemberlakuan sanksi tidak akan sedemikian menyulitkan bagi Iran."

Anggota komisi energi parlemen Iran ini menyinggung pemberlakuan sanksi terhadap industri minyak Iran seraya menegaskan, "Dunia investasi memiliki sedemikian banyak jalan keluar sehingga perusahaan-perusahaan Eropa siap bekerjasama dengan Iran demi profit."

Dijelaskannya bahwa pemberlakuan sanksi tersebut hanya berdampak pada peningkatan biaya sebesar satu atau dua persen dan jelas hal tersebut bukan acuan para pelaku sanksi.

Terkait krisis ekonomi di negara-negara Barat, Nejabat mengatakan, "Benar Uni Eropa telah menyusun list perusahaan Iran, namun di sisi lain list perusahaan Eropa yang menginginkan investasi di Iran juga sangat banyak."

"Kenyataannya adalah bahwa krisis ekonomi, telah membuat pusing perusahaan-perusahaan Eropa, dan mereka siap menyerahkan fasilitas yang mereka miliki kepada Iran," tuturnya. (IRIB/MZ/SL/28/7/2010)

Bocoran Wikileaks, Benarkan Seruan Afghanistan

Muhammad Zahir Azimi, Juru Bicara Depertemen Pertahanan Afghanistan menyatakan bahwa tersebarnya lebih dari 90 ribu dokumen rahasia militer AS mengenai perang di negara ini, akhirnya membenarkan dugaan warga Afghanistan bahwa kamp pelatihan, perlengkapan dan sumber finansial milisi teroris berada di luar perbatasan Afghanistan.

Azimi dalam wawancara hari ini (Rabu,28/7) menyinggung dokumen rahasia sejak Juni 2004 hingga Desember 2009 itu, seraya menegaskan, kamp teroris harus dilacak di luar perbatasan Afghanistan.

Menurut Jubir Deplu Afghanistan ini, perang di negaranya tidak akan berakhir, selama publik dunia tidak memperdulikan fenomena terorisme yang mengancam negara itu.

Di bagian lain statemennya, Azimi mengungkapkan, pusat terorisme akarnya dari luar. Perang melawan terorisme tidak akan berahir, selama kerjasama regional dan global mengenai hal ini tidak terjalin serius.

Sementara itu, Joseph Blotz, Juru Bicara Pasukan Penjaga Keamanan Internasional (ISAF) yang berada dalam pengawasan NATO di Afghanistan, mengatakan, NATO menilai terbongkarnya dokumen rahasia mengenai perang AS di negara ini sebagai tindakan yang tidak tepat dan tidak bermanfaat.

Situs organisasi internasional Wikileaks baru-baru ini membeberkan 92 ribu dokumen rahasia mengenai perang Afghanistan dan sepak terjang brutal militer AS di negara itu.

Gedung Putih berupaya menutup-nutupi terbongkarnya berita besar tersebut dan menyebutnya tidak bernilai sama sekali. Ironisnya, setelah terbongkarnya fakta ini, Washington pun mengecamnya.

Pada akhir tahun 2001, Pasukan AS menginvasi Afghanistan dengan alasan menumpas terorisme, mewujudkan perdamaian dan stabilitas serta rekonstruksi dan pembangunan negara itu. Meski mengerahkan 143 ribu personil militer asing dalam invasi tersebut, tetap saja agresor tidak bisa mewujudkan tujuannya. (IRIB/PH/LV/28/7/2010)

Davutoglu: Deklarasi Segi Tiga Tehran Tetap Berlaku

Ankara, IRIB News-Ahmad Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki menjelaskan bahwa Deklarasi Segi Tiga Tehran tetap berlaku dan dikeluarkannya resolusi Dewan Keamanan PBB tidak mengubahnya.

"Kemungkinan akan dilakukan perundingan di bulan September atau Oktober terkait masalah ini," tambah Davutoglu.

Ahmad Davutoglu mengeluarkan pernyataan ini saat diwawancarai CNN Turki.

Saat ditanya soal apakah suara menolak Turki dalam voting Dewan Keamanan PBB tidak akan menimbulkan masalah dengan Washington, Davutoglu menjawab, "Resolusi ini tidak membatalkan berlakunya Deklarasi Segi Tiga Tehran dan perundingan dalam masalah ini di tingkat pakar masih terus berlanjut."

Davutoglu menandaskan, telah ada kesepakatan untuk melakukan perundingan dalam waktu dekat ini antara pihak-pihak yang berkepentingan. Ditambahkannya, "Perundingan ini kemungkinan akan dilakukan bulan September, namun belum bisa dipastikan kapan harinya. Namun bagaimanapun juga, semua pihak menginginkan Turki hadir dalam perundingan ini."(IRIB/SL/MZ/29/7/2010)

Kelompok Dagang Jerman Mengamuk Karena Sanksi Atas Iran

Perusahaan perdagangan dan ekonomi Jerman geram atas kebijakan pemerintah Jerman yang mengikuti kebijakan Uni Eropa dalam memberlakukan sanksi lebih berat terhadap Iran.

Perusahaan-perusahaan yang menurut media massa Jerman sebelumnya dalam berbagai pertemuan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel dan para anggota kabinetnya, mengkritik kebijakan tersebut, kali ini mereka mengungkapkan kemarahan dan protes mereka atas politik pemerintah.

Menurut laporan koran Das Handelsblatt, terbitan hari ini (29/7) menulis, kelompok pengusaha dan perdagangan Jerman sangat geram menghadapi kebijakan pemerintah Jerman yang ikut memberlakukan sanksi lebih berat terhadap Iran.

Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, yang sekaligus menjabat sebagai wakil kelompok dagang dan perusahaan menengah negara ini, merupakan ujung tombak protes terhadap pemerintah Jerman. Pemberlakuan sanksi lebih ketat terhadap Iran oleh Uni Eropa dinilai telah mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan Jerman. Karena sebelum diberlakukannya sanksi tersebut, Iran termasuk pasar paling menguntungkan bagi perusahaan Jerman di Timur Tengah.

Tingkat ekspor perusahaan-perusahaan Jerman ke Iran pada tahun 2005 4.3 milyar juga euro dan saat ini hanya mencapai 3.7 milyar euro. Sementara tingkat pertumbuhan ekspor Jerman ke Iran pada triwulan pertama tahun ini hanya mencapai 15 persen. Namun di lain pihak, pada saat yang sama, tingkat ekspor Spanyol ke Iran mencapai dua kali lipat dibanding Jerman.

Pemberlakuan sanksi Jerman anti-Iran tersebut tak ayal menyulut friksi tajam antara para pengusaha dan insan bisnis negara ini dengan para pejabat tinggi Berlin. Para pengusaha Jerman menyatakan tidak rela kehilangan pasar Iran yang menggairahkan.

Masalah yang paling dikhawatirkan para pengusaha Jerman adalah pengambilalihan pasar di Iran itu oleh perusahaan-perusahaan dari Asia termasuk India, Malaysia, dan Cina.

Berdasarkan data yang ada, lebih dari 40 ribu lapangan kerja tidak langsung terlibat dengan kerjasama perdagangan Jerman-Iran. Dan jika Jerman bersikeras memberlakukan sanksi, maka pemerintah Berlin akan menghadapi kesulitan menyediakan lapangan kerja pengganti. (irib/29/7/2010)

Tags: ,

0 comments to "Ahmadinejad: Barat Salah Kaprah Memandang Masyarakat hingga Kelompok Dagang Jerman Mengamuk Karena Sanksi Atas Iran"

Leave a comment