Home � Hari Mab'ast atau pengutusan Muhammad Saw sebagai Rasulullah..( Isra Mi'raj if in Indonesia )

Hari Mab'ast atau pengutusan Muhammad Saw sebagai Rasulullah..( Isra Mi'raj if in Indonesia )



Hari Ini, Iran Peringati Hari Mab'ast

Republik Islam Iran, hari ini (Sabtu, 10/7) memperingati Hari Mab'ast atau pengutusan Muhammad Saw sebagai Rasulullah. Peristiwa penting ini juga menjadi hari libur nasional yang diperingati secara serentak di negeri ini.Ummat Islam di negara ini memadati masjid-masjid dan huseiniyah atau majelis taklim untuk memperingati hari pengutusan Muhammad Saw sebagai Rasulullah.
Pada tanggal 27 Rajab 13 tahun sebelum hijrah, Allah Swt mengangkat Muhammad Saw sebagai Rasul-Nya. Peristiwa ini disebut sebagai peristiwa "mab'ats". Pada saat itu, Rasulullah berusia 40 tahun. Sebelum diangkat sebagai Rasul, Muhammad Saw dikenal sebagai pribadi yang jujur, penjaga amanah, dan dermawan. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk merenung dan beribadah di gua Hira', yang terletak di bagian utara Mekah.
Sampai akhirnya, Allah mengutus Jibril untuk menemui Rasulullah di gua itu dan menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Sejak saat itu, Rasulullah mengemban tugas menyampaikan risalah Allah swt. Setelah 13 tahun menyebarkan ajaran Islam di kota Mekah dengan mendapatkan tentangan keras dari kaum kafir, Rasulullah hijrah ke Madinah. Di kota Madinah, Rasulullah mendirikan pemerintahan yang berasaskan Islam. (IRIB/AR/10/7/2010)

MTQ Internasional Digelar di Tehran

Perlombaan Membaca Al-Quran (MTQ) Internasional Ke-27 digelar di Tehran yang juga dihadiri oleh Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad. Perlombaan itu dimulai bersamaan dengan Hari Mab'ast yang juga dikenal sebagai hari pengangkatan Muhammad Saw sebagai Rasulullah.
MTQ kali ini, diikuti 40 penghafal Al-Quran dan 50 qori atau pembaca Al-Quran yang berasal dari 60 negara, termasuk dari Indonesia.
Terkait MTQ tersebut, Direktur Lembaga Wakaf Republik Islam Iran, Ali Mohammadi yang juga menjadi Ketua Panitia MTQ Internasional Ke-27 di Tehran, mengatakan, " Dalam perlombaan kali ini, tidak ada lomba tafsir yang kemudian digantikan dengan lomba menulis makalah Al-Quran."
Ia menambahkan, "Dalam lomba menulis makalah Al-Quran, ada 25 judul yang diperlombakan. Di antaranya adalah masalah hati nurani dalam Al-Quran, kepemimpinan dalam Al-Quran dan persatuan dalam Al-Quran." Berdasarkan data yang ada, panitia menerima 600 judul makalah dari penulis asal Iran dan luar negara ini. (IRIB/AR/10/7/2010)

Ahmadinejad: Brutalitas Terbesar Terjadi di Zaman Ini

Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, menyatakan bahwa konspirasi penguasa saat ini terbilang sebagai tindakan terburuk penguasa arogan dalam sejarah.
Ahmadinejad dalam pidatonya yang disampaikan pada acara pembukaan Perlombaan Membaca Al-Quran (MTQ) Internasional ke-27 di Tehran, mengatakan, "Brutalitas arogansi dunia yang saat ini tersimpan dalam dokumentasi sejarah penguasa lalim, sama halnya dengan seluruh brutalitas yang dilakukan para penguasa lalim dalam sepanjang sejarah."
Seraya menyinggung masalah Palestina, Ahmadinejad mengatakan, "Para penguasa lalim yang terburuk dari sisi moral adalah orang-orang yang menindas Palestina di kawasan Timur Tengah." Ia juga menjelaskan, manusia-manusia yang bertauhid tidak pernah menemukan kendala besar seperti ini dalam sejarah.
"Dengan kemuliaan Allah Swt dan perjuangan orang-orang yang bertauhid, kendala utama ini tengah tersingkir di hadapan realisasi keadilan dunia, dan hanya luarnya yang bertahan tapi filsafat eksistensinya sudah punah," kata Ahmadinejad.(IRIB/AR/10/7/2010)


Risalah Muhammad, Awal Perubahan Umat Manusia

Sejak masa mudanya, Muhammad Saw, yang dikenal sebagai pemuda tampan, berbudi mulia dan jujur, sehingga mendapat julukan sebagai "al-Amin" yang terpercaya, di tengah masyarakat Arab yang sudah sedemikian rusak dan bobroknya, sehingga dikenal sebagai masyarakat jahiliyah, dan zamannya disebut sebagai zaman jahiliyah, menyukai hidup menyendiri, di tempat-tempat sepi padang pasir dan bukit-bukit sekitar kota Makkah. Sampai akhirnya beliau menemukan sebuah gua di bukit Tsur, dan menjadikan gua tersebut, yang dikenal dengan nama gua Hira, sebagai tempatnya menyepi dan merenung, bermunajat kepada Tuhan yang Maha Esa. Hinga suatu malam, ketika usia Muhammad telah genap mencapai 40 tahun, datang malaikat pembawa wahyu, yaitu Jibril atau Jibrail as, kepada Muhammad di gua tersebut, membawakan wahyu pertama, sekaligus pengangkatan resmi beliau sebagai Rasul terakhir untuk segenap umat manusia.

Kisah turunnya Jibril as untuk yang pertama kalinya ini diceritakan sendiri oleh Nabi Muhammad saaw, sebagai berikut, "Malaikat pembawa wahyu datang kepadaku, ia mengatakan, "Bacalah"! Aku menjawab, "Apa yang harus aku baca"? Kemudian ia mengatakan, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan...... dan seterusnya, lima Ayat pertama Surat Al-'Alaq. "Akupun membacanya. Setelah itu ia meninggalkan aku. Saat itu aku merasa bahwa Ayat-Ayat tersebut seolah telah terukir di dalam hatiku."

Kemudian aku keluar dari gua. Ketika aku telah disampai diantara bukit-bukti, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku Jibril." Aku menengok ke atas. Aku melihat seorang malaikat dalam bentuk seorang lelaki, yang dua kakinya seakan memenuhi dua ufuk langit. Ia kembali mengatakan, "Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan aku adalah Jibril." Aku berdiri dan memandang kepadanya. Aku terdiam, tidak maju dan tidak pula mundur. Ketika aku memalingkan muka ke arah lain, tetap saja aku melihat malaikat tersebut. Kemana saja aku memandang maka aku melihatnya......

Pengangkatan Nabi dan turunnya malaikat pembawa wahyu, menandakan terbukanya pintu-pintu langit yang membentangkan jalan-jalan spiritual ke dalam batin manusia. Dengan rahmat-Nya yang tak bertepi, Allah swt membentangkan jalan terang demi kebebasan umat manusia dari kegelapan dan kesesatan. Muhammad Saw, yang memiliki sifat-sifat keagungan yang sempurna telah terpilih sebagai manusia yang harus memikul tanggung jawab besar dan agung ini. Sesungguhnyalah, pengangkatan Muhammad sebagai Rasul terakhir dapat dianggap sebagai peristiwa paling penting dan paling agung dalam [erjalanan sejarah kehidupan umat manusia. Al-Quran sendiri menyebut peristiwa ini sebagai karunia dan nikmat yang agung, dan dalam Ayat 164 Surat Ali Imran, Allah Swt berfirman;

"Allah Swt telah menurunkan karunia-Nya kepada mukminin ketika Ia mengangkat seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan Ayat-Ayat-Nya dan membersihkan mereka serta mengajarkan al-Kitab dan hikmah. Sedangkan sebelum itu mereka berada dalam kesesatan yang nyata."

Bi'tsah adalah sumber perubahan, awal kesempurnaan dan lemenangan. Muhammad Saw yang merupakan sosok sempurna keutamaan dan kebaikan, menyebut Islam sebagai pelengkap ajaran-ajaran agama terdahulu yang dibawa oleh para Nabi sebelum beliau, yaitu Ibrahim, Musa, dan Isa alahimussalam. Wahyu-wahyu yang beliau sampaikan dari Allah kepada umat manusia, beserta penjalasan beliau baik dengan lisan maupun dengan praktek, memberikan kesegaran dan semangat jiwa. Sayyidah Fatimah as, putri tercinta Rasul Allah Saw, yang disebut oleh Rasul sebagai bagian dari darah daging beliau, berkenaan dengan bi'tsah Nabi mengatakan sebagai berikut, "Allah Swt mengangkat Muhammad Saw untuk menyempurnakan nikmat dan rahmat beliau kepada umat manusia, dan untuk melengkapkan apa yang telah Allah tetapkan. Rasul Allah Saw diangkat sebagai Nabi terakhir pada saat setiap kaum memiliki ajaran agamanya sendiri; dan setiap kelompok menuju ke jalan terang yang diyakininya; dan setiap golongan bersujud di depan berhalanya. Allah Swt memberikan jalan baru melalui Nabinya yang terakhir ini, yang akan menyelamatkan umat manusia dari jalan-jalan lain yang akan menjerumuskan mereka ke dalam kegelapan dan kebinasaan."

Dalam memperingati peristiwa besar bi'tsah Nabi, hendaknya kita ketahui bahwa apakah yang diberikan oleh peristiwa bi'tsah Nabi ini untuk manusia saat ini? Tak diragukan, terjadinya sebuah revolusi kebudayaan yang mengakar, di masa jahiliyah dan di tengah masyarakat tak beradaban jazirah Arab saat itu, termasuk diantara mukjizat agama Islam yang besar ini. Dengan memilih dan mengangkat para Nabinya, Allah Swt menunjukkan sisi lain dari kehidupan sejahtera dan bahagia umat manusia. Ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh manusia pilihan ini, yaitu Muhammad Saw, tak lain memebrikan peraturan-peraturan yang indah tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan masyarakatnya. Jalan hidup kebahagiaan ini membimbing manusia kepada ilmu pengetahuan, tafakkur, kebaikan, keadilan, usaha, dan kemerdekaan. Di bawah naungan ajaran-ajaran ini manusia akan memperoleh kemuliaan, kejayaan dan kemuliaannya. Rasul Allah Saw, pada khususnya, dan para Nabi dan Rasul lain pada umumnya, adalah para perantara yang berada di tangah, antara Tuhan dan umat manusia, dan bertugas membimbing mereka, baik dengan ucapan maupun dengan contoh-contoh nyata berupa amal perbuatan.

Tidak diragukan bahwa Muhammad Saw adalah manusia yang berhasil menjalani hidup di dunia ini dengan sempurna, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Swt. Dengan demikian, jika kita mampu meniru cara hidup beliau, maka kita pun akan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang telah beliau peroleh. Demikian pula halnya dengan manusia-manusia suci dan mulia lain, seperti Ahlul Bait Nabi saaw, dan para sahabat beliau yang saleh dan mulia. Itulah yang dimaksud bahwa Rasul Allah Saw merupakan teladan atau uswah bagi umatnya. Berkenaan dengan filsafat pengangkatan Nabi, al-Quran mengatakan penyucian manusia dari dosa dan kesesatan, penegakan keadilan sosial dan perlawanan terhadap penguasa-penguasa lalim, sebagai jalan kemajuan dan kemuliaan manusia yang akanmemebrikan segala macam keuntungan dan kemaslahatan kepadanya.

Dalam surat Al-Hadid Ayat 25, Allah swt berfirman, "Dan Kami telah utus Rasul-Rasul Kami dengan dalil-dalil yang jelas, dan kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan Mizan, agar manusia menegakkan keadilan." Imam Ali as, salah seorang dari Ahlul Bait Nabi saaw, menyebut bi'tsah sebagai sebuah jalan untuk mengenal hakekat dan memahami ajaran-ajaran yang suci dan mengatakan, "Jika batil benar-benar terpisah dari kebenaran; dan kebenaran benar-benar terpisah dari kebatilan, tak akan ada orang yang melanggar. Akan tetapi selalunya, sebagian dari yang haq dan sebagian dari yang batil telah saling bercampur. Di sinilah setan bermain untuk menguasai manusia, dan hanya orang yang memperoleh rahmat Allah sajalah yang akan selamat."

Saat ini, meskipun telah berabad-abad terpisah dari peristiwa bi'tsah Nabi, akan tetapi ajaran-ajaran Rasul Allah Saw, utusan terakhir, memiliki ciri-ciri yang sangat istimewa, sehingga mampu menerangi jalan kebahagiaan seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Allah Swt yang diturunkan untuk seluruh umat manusia adalah ajaran yang tak akan pernah lekang terkena panas dan tak akan luntur terkena hujan. Ia akan segar selamanya bagi seluruh masa, dan semua umat manusia. Tinggal manusianyalah yang menentukan, apakah ia bersedia bergabung ke jalan yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ini, ataukah tidak. Ajaran-ajaran agama Islam juga memiliki kandungan-kandungan yang tiada batasnya. Tinggal musliminnyalah yang harus menyingsingkan lengan baju, untuk menggali kandungan Ayat-Ayat suci al-Quranul Karim, mengeluarkan kekayaannya dan harta karun petunjuknya yang tiada pernah habis.

sumber:http://aktualpress.com/

Agama dan Kosmologi

Kosmologi yang benar adalah fondasi yang harus dibangun oleh setiap insan beragama.Dengan metode epistemologis apakah kosmologi ini bisa dibangun? Mungkinkan pengetahuan empiris dapat memecahkan masalah-masalah prinsipal kosmologis? Dimanakah posisi tasawwuf dalam perfeksi dan perjalanan spiritual manusia? Artikel ini akan menjawabnya dengan penjelasan yang lugas dan sesederhana mungkin.

Definisi Agama

Bicara soal agama, tidak bisa tidak kita harus memahami terlebih dahulu devinisi agama. Dalam bahasa Arab agama disebut ‘Din' yang secara bahasa berarti ketataan, pahala dsb. Dalam istilah, Din berarti keyakinan kepada Sang Pencipta manusia dan alam semesta serta ajaran-ajaran amaliah yang sesuai dengan keyakinan ini. Atas dasar ini orang yang tidak meyakini adanya Sang Pencita dan menganggap segala fenomena alam ini sebagai kejadian spontan atau semata-mata terjadi karena interaksi alam natural disebut sebagai orang yang tak beragama (ateis). Sebalik orang yang meyakini adanya Sang Pencipta semesta alam disebut sebagai orang yang beragama, sekalipun keyakinannya atau ritus-ritus agamanya mengalami penyimpangan dan khurafat. Maka dari itu, agama terbagi menjadi hak dan batil.

Agama yang hak adalah agama yang mengandung keyakinan yang sesuai dengan kenyataan serta membawa petunjuk kepada perilaku-perilaku yang memiliki jaminan yang valid untuk menggapai kebenaran.

Ushul dan Furu'

Dengan pengertian terminologis agama tadi jelaslah bahwa agama setidaknya terdiri dari dua elemen. Pertama, akidah atau keyakinan-keyakinan yang dilandasi dengan prinsip dan dasar yang valid. Kedua, hukum atau perintah-perintah amaliah yang sesuai dengan dasar-dasar akidah. Dengan demikian, tepatlah kiranya jika elemen akidah setiap agama disebut ‘ushul' (pokok-pokok) sedangkan elemen hukum amaliahnya disebut furu' (cabang). Dua istilah ini oleh para ulama Islam juga lazim disebut akidah Islam dan hukum Islam.

Kosmologi dan Ideologi

Istilah kosmologi dan ideologi artinya tak jauh berbeda satu dengan yang lain. Arti kosmologi antara lain ialah serangkaian keyakinan dan pandangan universal yang tersistematis mengenai manusia dan alam semesta, atau secara umum mengenai ‘ke-ada-an' (wujud). Sedangkan arti ideologi antara lain ialah serangkaian pandangan universal yang tersistematis mengenai perilaku manusia.
Sesuai dua pengertian ini bisa dikatakan bahwa rangkaian akidah dan ushul setiap agama adalah kosmologi agama ini sendiri, sementara sistem universal hukum-hukum amaliahnya adalah ideologinya, dan keduanya diterapkan sesuai ushul dan furu' agama ini. Patut diingat bahwa istilah ideologi tidak mencakup hukum-hukum parsial sebagaimana kosmologi juga tidak mencakup keyakinan-keyakinan parsial. Selain itu, kata ideologi juga sering diterapkan pada pengertian umum yang mencakup kosmologi.

Kosmologi Teisme dan Kosmologi Materialisme

Di tengah umat manusia terdapat aneka ragam kosmologi. Toh demikian, dengan pertimbangan diterima atau tidaknya alam immateri atau supranatural semuanya bisa dibagi dalam dikotomi kosmologi ketuhanan (teisme) dan kosmologi materialisme. Penganut kosmologi materialisme dulu disebut zindiq atau mulhid (ateis), sedangkan sekarang lazim disebut materialis. Ada banyak paham yang membidani lahirnya materialisme, dan diantaranya yang paling kesohor ialah Materialisme Dialektik yang menjadi elemen filosofis ajaran Marxisme.

Dari keterangan di atas jelas bahwa penerapan istilah kosmologi lebih luas daripada istilah keyakinan atau akidah agama, karena kosmologi juga meliputi paham-paham ateisme dan materialisme sedangkan akidah agama tidak mencakupnya. Ini serupa dengan istilah ideologi yang sebenarnya hanya mencakup rangkaian hukum-hukum agama.

Agama Samawi dan Ushulnya

Tentang proses munculnya berbagai agama para ahli sejarah agama dan sosiolog berbeda pendapat. Namun, berdasarkan apa yang bisa dipahami dari teks-teks keislaman (nash), agama muncul sejak manusia itu ada. Manusia pertama adalah Nabi Adam as yang merupakan nabi penyeru Tauhid (monoteisme), sedangkan keberadaan agama-agama yang mengandung paham-paham syirik (politeisme) tak lain adalah akibat penyelewengan, distorsi, dan tendensi-tendensi individual maupun kelompok.

Agama-agama monoteisme yang merupakan agama samawi dan hakiki memiliki tiga prinsip universal yang kolektif. Pertama, keyakinan kepada Tuhan Yang Esa. Kedua, keyakinan kepada kehidupan yang abadi untuk setiap manusia di alam akhirat serta ganjaran dan pahala untuk setiap perbuatannya ketika hidup di alam dunia. Ketiga, keyakinan kepada pengutusan para Nabi oleh Allah SWT untuk menuntun umat manusia kepada kesempurnaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tiga prinsip ini pada hakikatnya adalah jawaban untuk beberapa pertanyaan fundamental untuk setiap orang yang arif dan bijak yaitu, apa dan siapakah kausa prima atau sumber pertama wujud alam semesta ini? Apakah akhir dari kehidupan ini? Dan apakah yang bisa dijadikan sebagai jalur terbaik untuk menjalani program hidup? Adapun kandungan program yang dapat dipelajari dari jalur wahyu yang terjamin kebenarannya tak lain ialah ideologi religius yang terbangun berlandaskan kosmologi teisme.

Keyakinan-keyakinan prinsipal memiliki berbagai konsekwensi, korelasi, akses, dan rincian-rincian yang keseluruhannya membentuk konsetalasi keyakinan religius. Perselisihan dalam hal-hal inilah yang menumbuh-biakkan berbagai aliran keagamaan, mazhab, dan sekte. Perselisihan mengenai status kenabian sebagian nabi serta penentuan kitab suci yang valid, misalnya, telah memicu perselisihan antara agama-agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Perselisihan ini kemudian membawa akses berupa perselisihan-perselihan lain dalam keyakinan dan tradisi yang sebagian diantaranya tidak sejalan dengan keyakinan-keyakinan prinsipal. Contohnya adalah keyakinan trinitas dalam agama Kristen yang jelas-jelas berseberangan dengan paham monoteisme, walaupun umat Kristiani tetap berusaha mengemas keyakinan trinitas ini dengan penjelasan-penjelasannya sendiri. Dalam Islampun, umat Nabi Besar Muhammad saww juga terpecah menjadi Ahlussunnah dan Syiah akibat perselisihan mengenai mekanisme penentuan para pengganti Rasul saww. Syiah meyakini bahwa yang berhak menentukannya hanyalah Allah SWT, sementara Ahlussunnah meyakini bahwa yang menentukannya adalah umat Islam sendiri.

Alhasil, Tauhid, kenabian, dan hari kebangkitan adalah keyakinan yang paling fundamental dan prinsipal dalam semua ajaran agama samawi.

Masalah Masalah Prinsipal Kosmologis

Ketika manusia berniat memecahkan berbagai persoalan fundamental kosmologis dan mengenal ushuluddin yang benar, pertanyaan yang pertama kali mencuat ialah apakah jalan pemecahan masalah-masalah ini? Bagaimanakah pengetahuan-pengetahuan yang fundamental bisa diserap dengan benar? Di tengah berbagai metode yang ada, metode manakah yang valid untuk memperoleh pengatahuan-pengetahuan ini?

Semua pertanyaan ini dibahas secara rinci dalam epistemologi, yaitu satu disiplin ilmu yang menganalisis dan mengevaluasi berbagai pengetahuan dan metode penalaran manusia dalam memperoleh pengetahuan. Kita di sini akan membicarakan masalah ini sekadarnya.

Berbagai Jenis Pengetahuan

Dari satu aspek tertentu pengetahuan-pengetahuan manusia bisa diklasifikasikan ke dalam empat kategori:

Pertama, pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh manusia dengan mengandalkan organ-organ inderawi, kendati akal juga berperan dalam eksepsi dan generalisasi pengetahuan-pengetahuan empiris. Pengetahuan empiris difungsikan dalam ilmu-ilmu empiris semisal kimia, fisika, dan biologi.

Kedua, pengetahuan rasional. Pengetahuan ini dibentuk oleh konsepsi-konsepsi yang diserap oleh akal pikiran. Dalam pengetahuan ini peranan akal sangat fundamental kendati adakalanya persepsi-persepsi empiris masih digunakan sebagai sumber serapan konsepsi atau digunakan sebagai bagian dari premis dalam silogisme. Ruang gerak pengetahuan ini meliputi ilmu logika, ilmu filsafat, dan ilmu matematika.

Ketiga, pengetahuan yang diterima begitu saja (ta'abbudi). Pengetahuan ini memiliki aspek sekunder dengan pengertian bahwa ilmu ini didapat berdasarkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah dibuktikan sebagai sumber yang valid dan punya otoritas. Dengan kata lain pengetahuan ini diperoleh dari berita yang disampaikan oleh pembawa kabar yang terbukti bisa dipercaya. Contoh kongretnya adalah pengetahuan yang diperoleh para penganut agama dari pemuka agamanya. Pengetahuan ini adakalanya membentuk keyakinan yang jauh lebih kuat daripada keyakinan-keyakinan yang diperolehnya dari pengalaman-pengalaman empiris.

Keempat, pengetahuan intuitif (syuhudi). Tak seperti tiga kategori pengetahuan di atas, pengetahuan ini bersentuhan langsung dengan obyeknya tanpa perantara gambaran subyetif. Karena itu, ilmu atau pengetahuan ini tidak mungkin salah. Namun demikian, biasanya apa diklaim sebagai ilmu syuhudi atau irfani pada hakikatnya adalah interpretasi subyektif dari sesuatu yang telah disaksikan. Interpretasi inilah yang bisa salah.

Berbagai Jenis Kosmologi

Berdasarkan klasifikasi di atas, kosmologi bisa dibagi dalam empat bagian sebagai berikut:
Pertama, kosmologi ilmiah. Maksudnya ialah manusia membangun kosmologi universalnya mengenai alam semesta berdasarkan hasil-hasil ilmu pengetahuan empiris.
Kedua, kosmologi filosofis yang dicapai melalui proses argumentasi-argumentasi rasional.
Ketiga, kosmologi yang diperoleh melalui keimanan kepada para pemimpin agama sehingga semua kata-kata mereka diyakini sebagai kebenaran.
Keempat, kosmologi irfani yang diperoleh melalui jalur intuisi atau mukasyafah, syuhud, dan isyraq.
Pertanyaannya sekarang ialah apakah semua masalah fundamental kosmologis bisa dipecahkan secara seimbang melalui semua bagian kosmologi di atas? Ataukah ada satu diantaranya yang harus diprioritaskan atas yang lain?

Evaluasi dan Tinjauan Kritis

Seperti diketahui, ruang gerak pengetahuan empiris hanya terbatas pada fenomena-fenomena alam materi. Maka dari itu, hasil-hasil ilmu empiris tidak bisa mengenal fondasi-fondasi kosmologi dan menyelesaikan masalah-masalah kosmologis yang letaknya berada di luar peta ilmu pengetahuan empiris. Ilmu empiris tidak bisa mengisbatkan atau menafikannya. Hasil-hasil riset di laboratorium, misalnya, tidak akan bisa mengkonfirmasikan atau menolak keberadaan Tuhan. Ini tak lain karena pengalaman empiris sama sekali tidak akan bisa menjangkau alam immateri dan oleh sebab itu pengalaman ini jelas tidak akan bisa mengisbatkan atau menafikan sesuatu yang berada di luar zona alam materi.

Dengan demikian, kosmologi empiris lebih menyerupai fatamorgana. Karenanya, kata-kata ‘kosmologi' dalam pengertian yang sebenarnya tidak bisa diterapkan pada pandangan-pandangan universal empiris. Kita hanya bisa menyebutnya sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Materi. Jadi, ilmu ini tidak akan bisa menjawab berbagai persoalan prinsipal menyangkut kosmologi.

Pengetahuan-pengetahuan ta'abbudi juga demikian. Sebagaimana yang dijelaskan tadi, pengetahuan ta'abbudi bersifat sekunder dalam pengertian bahwa pengetahuan ini bisa diyakini setelah sumbernya bisa dibuktikan valid sebelumnya. Jadi, sebelumnya harus bisa dibuktikan kenabian seseorang yang menjadi nara sumber pengetahuan itu. Sebelum ini pun harus pula dibuktikan keberadaan Tuhan, Zat yang mengutus nabi untuk membawa kabar (baca: pengetahuan). Dan keberadaan Pengutus nabi serta kenabian orang yang diutus-Nya jelas tidak bisa dibuktikan dengan pesan (baca: pengetahuan) yang dibawa oleh nabi. Misalnya, keberadaan Tuhan tidak bisa kita buktikan dengan pernyataan Al-Quran:"Tuhan itu ada". Dengan demikian, metode ta'abbudi juga tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah prinsipal kosmologis.

Adapun berkenaan dengan motode irfani, syuhudi, intiusi, atau yang juga disebut mistis kita perlu memberikan penjelasan secara agak detail melalui beberapa poin sbb:

Pertama, Kosmologi adalah pengetahuan yang terdiri dari konsepsi-konsepsi subyektif (mafahim dzihniah), sementara dalam intuisi sama sekali tidak ada mafahim dzihniah.

Kedua, untuk menjelaskan dan menginterpretasi apa yang diketahui seseorang dengan jalan intuisi sangatlah memerlukan kepiawaian yang besar dalam berpikir, dan ini tidak akan bisa dicapai kecuali dengan latar belakang jerih payah berpikir dan analisis-analisis filosofis yang panjang. Jika tidak, maka seseorang yang mengalami intuisi akan terjebak pada penggunaan kata-kata yang ambigu sehingga bisa menjadi penyebab timbulnya kesesatan dan penyelewenangan.

Ketiga, dalam banyak kasus, hakikat yang diketahui seseorang melalui intuisi bisa mengundang kebingungan bagi orang ini sendiri manakala dia mencoba memberikan refleksi dan interpretasi subyektif.

Keempat, diketahuinya hakikat-hakikat yang setelah diinterpretasikan oleh pikiran bisa kita sebut kosmologi bergantung kepada proses penempuhan jalan suluk, sedangkan penerimaan metode suluk ini sendiri juga memerlukan teori-teori dasar dan masalah-masalah prinsipal dalam kosmologi. Jadi, masalah-masalah ini harus terpecahkan terlebih dahulu sebelum dimulai perjalanan suluk, sedangkan pengetahuan-pengetahuan intiusi berada pada tahap yang paling akhir. Suluk, irfan, atau yang disebut tasawwuf hanya akan bisa dialami oleh seseorang jika dia benar-benar ikhlas berusaha menempuh jalan Allah SWT, dan usaha ini hanya bisa ditempuh oleh yang orang yang memiliki pengetahuan sebelumnya tentang Allah dan jalan pengabdian kepada-Nya.

Kesimpulan

Setelah semua metode di atas terbukti tidak bisa difungsikan dalam penyelesaian masalah-masalah prinsipal kosmologis, maka tinggallah satu jalan yang bisa dijadikan alternatif, dan itu ialah jalan penalaran rasional. Dengan begitu, maka kosmologi yang yang valid dan realistis ialah kosmologi filosofis.

Sungguhpun demikian, ini bukan berarti bahwa untuk menemukan kosmologi yang benar semua persoalan-persoalan filosofis harus bisa dipecahkan. Sebaliknya, pemecahan beberapa persoalan filosofis yang sederhana dan mendekati aksiomatis sudah cukup untuk membuktikan keberadaan Tuhan yang merupakan masalah yang paling fundamental dalam kosmologi. Selain itu, menjadikan metode penalaran rasional (ta'aqqul) sebagai satu-satunya alternatif bukan berarti bahwa metode-metode lain tidak bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kosmologis, karena banyak sekali argumentasi-argumentasi rasional yang bisa dikemukakan melalui premis-premis yang didapat dari ilmu-ilmu empiris dsb. (Artikel ini disadur dari buku Amuzashe Aqaid yang ditulis Ayatullah Misbah Yazdi untuk para pemula pelajar akidah.) sumber:http://aktualpress.com/

Keindahan Al-Quran

Nilai seni dan keindahan merupakan salah satu daya tarik al-Quran.Keindahan tersebut dapat disaksikan pada kefasihan bahasa, diskripsi, penggunaan kata kiasan, dan penyampaian alur cerita. Dengan kata lain, keindahan al-Quran terlihat pada pesona ayat, keserasian dan irama setiap susunan kalimat, keluwesan setiap kalimat dan kejelasan pesan yang disampaikannya.

Pesona al-Quran sudah ada semenjak awal penurunannya. Hal itu membuat orang kafir pun tidak tahan ketika mendengar bacaan al-Quran. Sebagian dari musyrikin menutup telinga mereka supaya tidak terpengaruh bacaan al-Quran. Meskipun demikian, pesan al-Quran tersebar luas dalam waktu singkat. Saat ini pun, pesona al-Quran menarik setiap hati pendengarnya, seperti diawal penurunannya.

Al-Quran adalah Kitab abadi Allah Swt yang diturunkan dari Lauh Mahfuz ke hati Rasulullah Saw. Al-Quran kemudian disusun dalam bentuk susunan kalimat dan ayat serta di bukukan menjadi sebuah kitab. Ajaran-ajaran kitab samawi ini sangat dalam dan universal. Berbagai rumusan penting seperti cara hidup yang ideal, keselarasan hubungan sosial, politik dan prinsip yang benar soal kepemimpinan diilhami dari al-Quran. Kitab ini juga banyak mengungkap undang-undang dan rumus serta teori yang menakjubkan soal penciptaan dunia. Kitab samawi ini adalah mukjizat yang abadi dan memuat sistem serta program yang sistematis untuk kebahagiaan umat manusia.

Pada tanggal 10 sampai 15 Agustus 2007 lalu, Iran menjadi tuan rumah Perlombaan Internasional al-Quran ke 24 yang diikuti 53 peserta qari dan hafiz dari berbagai negara, diantaranya dari Mesir, Malaysia, Sudan, Jerman, Bosnia Herzegovina, Inggris, Albania dan Irak. Acara tersebut bertepatan dengan peringatan diutusnya Muhammad Saw sebagai Nabi dan berlangsung dalam suasana penuh maknawi. Di acara pembukaan, lantunan bacaan Al-Quran oleh ustad Abd Tawab Basatini dari Mesir yang dilanjutkan pembacaan nasyid memberikan warna tersendiri acara ini. Presiden Iran, Dr. Ahmadinejad dalam sambutannya mengatakan, "Al-Quran adalah khazanah ilmu Allah Swt, sumber hukum Tuhan, memuat nasib umat terdahulu, sekarang dan akan datang, memuat rahasia kematian dan kiamat serta terdiri dari ayat muhkam (jelas) dan mutsyabih (perlu penafsiran). Quran adalah neraca keadilan dan mempunyai dua tujuan ketika diturunkan. Tujuan pertama, upaya penyadaran dan pendidikan serta pensucian manusia dan akhirnya menunjukkan mereka jalan kesempurnaan. Tujuan kedua, membentuk masyarakat adil dalam upaya menggapai kehidupan yang bahagia. Dua tujuan ini adalah tujuan tertinggi sl-Quran atau lebih tepatnya shirat al mustaqim."

Seraya mengisyaratkan bahwa saat ini pelaku semua kekacauan, kezaliman dan sumber penderitaan adalah orang-orang jauh yang dari Tuhan, al-Quran dan kebenaran serta terjebak oleh perangkap syaitan, Ahmadinejad mengatakan, "Lihatlah para rezim di dunia, apakah nampak pada mereka kelembutan, kasih sayang, keadilan dan hormat pada hak-hak manusia? Sebaliknya, yang terlihat adalah aksi penghancurkan hak-hak manusia, penyelewengan, agresi dan tipu daya." Menurut penilaiannya, penawar dari derita manusia adalah membaca, merenungkan dan mengamalkan al-Quran. Ditambahkannya pula, pesan al-Quran adalan universal dan obat serta petunjuk bagi semua kalangan.

Penyelenggaraan Kompetisi Internasional al-Quran dalam skala luas dan meriah menggembirakan para undangan. Ali Syarif Hasan, peserta dari Kenya sangat bangga atas aktivitas al-Quran di Iran. Dia berkata, "Membaca dan menghafal al-Quran memberikan ketenangan tersendiri bagi manusia, seakan-akan dia merasa bahwa Al-Quran adalah penolong dan temannya." Muhamad Rumrawi, seorang pengajar al-Quran asal Indonesia menilai, penyelenggaraan perlombaan al-Quran diberbagai negara merupakan simbol persatuan Islam. Dia berharap agar negara-negara Islam berusaha menyelenggarakan perlombaan al-Quran, dan membangun pusat-pusat pendidikan al-Quran khususnya di negara-negara miskin dan negara berpenduduk minoritas muslim, dalam rangka mewujudkan persatuan Islam.

Keistimewaan perlombaan kali ini pada penekanan persatuan Islam yang berporoskan al-Quran. Lebih dari 60 makalah dari dalam dan luar negeri yang membahas seputar metode persatuan Islam diterima panitia penyelenggara acara kali ini. Abd Qadir Alizadeh, qari asal Australia dalam wawancaranya dia menilai, mengingat kondisi genting dunia Islam dan krisis yang dialami muslimin, saat ini dunia Islam tidak memiliki jalan kecuali persatuan. Para pemimpin dan pemikir Islam harus menjadi pelopor persatuan untuk mengembalikan masa gemilang Islam.

Muhamad Rahman, qari dan imam salat jemaah asal Banglades dan peserta di cabang Qiraat menilai hubungan dan kerjasama pemerintah Iran dan warganya dalam perlombaan kali ini sangat baik. Dia menambahkan, "Di negara lain sulit ditemukan semangat yang ditunjukkan oleh warga Iran." Menurutnya, problematika yang dihadapi dunia Islam disebabkan kelalaian muslimin akan fasilitas yang dimilikinya seperti kekayaan, ilmu dan sumber daya manusia yang ada khususnya para pemuda. Ditambahkannya pula, dengan bersatu kita dapat mengatasi problem yang sedang kita hadapi serta membuat musuh-musuh Islam menjadi putus asa.

Imam Musa Diybati, anggota Dewan Nasional Islam dari negara Pantai Gading, salah satu tamu undangan di acara ini dalam makalahnya mengharapkan diselenggarakannya sebuah Konferensi Pendekatan antar mazhab khususnya antara Suni dan Syiah. Menurutnya, muslimin harus mencontoh musuh-musuhnya yang bersatu dan mengesampingkan segala perbedaan diantara mereka dalam usahanya untuk memerangi Islam. Surat Baqarah ayat 285 menyebut mukmin hakiki adalah yang beriman kepada al-Quran dan kitab samawi lainnya serta nabi-nabi terdahulu. Ditambahkannya, berdasarkan ayat 125 surat an-Nahl, Allah Swt memerintahkan manusia untuk berdialog dengan cara yang paling baik dan tidak boleh menghina dan merendahkan orang lain. Menurutnya, menjauhi pengkafiran antar sesama adalah dasar dialog Islami. Oleh karenanya, muslimin dalam berdialog harus memilih kata-kata dan kalimat yang tidak menimbulkan permusuhan". Sebenarnya, titik penting dalam persatuan Islam adalah adanya hubungan harmonis, menghidupkan ajaran Rasulullah saww, dan merealisasikan pesan-pesan al-Quran.

Ketua Dewan Majlis Islam Iran, Dr. Haddat Adel, dalam sambutannya di acara penutupan perlombaan al-Quran mengatakan, "Al-Quran adalah penerus wujud Rasulullah Saw. Sepanjang sejarah kita saksikan posisi al-Quran di kalangan masyarakat Islam seperti posisi Nabi Saw itu sendiri, dan kecintaan muslimin kepada al-Quran sama seperti kecintaan mereka terhadap Nabi Saw.

Sebagaimana Nabi Saw sebagai simbol persatuan di tengah-tengah muslimin, al-Quran juga sebagai simbol dan sumber persatuan, khususnya dewasa ini, dimana musuh-musuh Islam membidik persatuan Islam karena khawatir akan kebangkitan Islam". Menurutnya, al-Quran adalah tali Allah dan bukti nyata dari ayat berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah bercerai berai , oleh karenanya kita harus berpegang teguh dengan al-Quran.

Selanjutnya dia menambahkan, "Al-Quran adalah ibarat sebuah cermin yang memungkinkan kita melihat potret Islam sebenarnya. Al-Quran juga sebuah neraca untuk menghindari ekstrimisme. Asas mayarakat Islami yang ideal harus dicari di al-Quran. Semua ide sebagimana pun adilnya, jika tidak berasaskan al-Quran akan terjadi penyelewengan. Dan akhirnya, al-Quran adalah pedoman hidup".

Dalam perlombaan kali ini, Husain Fardi dari Iran merebut juara pertama di cabang qira'at , sedangkan cabang hafalan al-Quran direbut Mustafa Jum'eh Muthawi' dari Libya. sumber:http://aktualpress.com/

Lintasan Sejarah 10 Juli

Pengangkatan Muhamad SAWW sebagai Nabi

Tanggal 27 Rajab 13 tahun sebelum Hijrah, Muhammad SAWW diangkat oleh Allah SWT sebagai Rasul-Nya. Peristiwa ini disebut sebagai peristiwa "mab'ats". Pada saat itu, Rasulullah berusia 40 tahun. Sebelum diangkat sebagai rasul, Muhammad SAWW dikenal sebagai pribadi yang jujur, penjaga amanah, dan dermawan. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk merenung dan beribadah di gua Hira', yang terletak di bagian utara Mekah.
Sampai akhirnya, Allah mengutus Jibril untuk menemui Rasulullah di gua itu dan menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Sejak saat itu, Rasulullah mengemban tugas menyampaikan risalah Allah swt. Setelah 13 tahun menyebarkan ajaran Islam di kota Mekah dengan mendapatkan tentangan keras dari kaum kafir, Rasulullah hijrah ke Madinah. Di kota Madinah, Rasulullah mendirikan pemerintahan yang berasaskan Islam.

0 comments to "Hari Mab'ast atau pengutusan Muhammad Saw sebagai Rasulullah..( Isra Mi'raj if in Indonesia )"

Leave a comment