Home � Pemuda Dalam Perspektif Rahbar

Pemuda Dalam Perspektif Rahbar

Keagungan Nilai Kepemudaan

Pentingnya Masa Muda

Masa muda adalah masa yang sangat berkilau dan merupakan periode yang tak ‎tergantikan dengan yang lain dalam kehidupan setiap manusia. Negara manapun ‎akan mudah meraih prestasi-prestasi besar dalam menggalang kemajuan jika ‎persoalan para pemuda diperhatikan secara proporsional. Masa muda yang begitu ‎berkilau adalah masa yang meskipun tidak berlangsung lama tapi pengaruhnya ‎sangat fenomenal di semua lini kehidupan manusia.‎

Kaum muda bukan hanya energik dari segi fisiknya tapi juga dari segi mentalnya. ‎Wujud pemuda dengan segala kekuatan daya nalar, kecerdasan, jasmani, ‎emosional dan berbagai energi lainnya yang belum dikenal adalah satu kreasi Ilahi ‎supaya di dunia materi yang melelapkan ini dapat dimanfaatkan sebagai perantara ‎untuk menggapai kedekatan dengan Allah Swt.‎

Kepemudaan Dalam Islam

Rasulullah Saw telah berpesan kepada umatnya supaya akrab dengan kawula ‎muda dan memanfaatkan keberadaan mereka demi menyukseskan misi-misi ‎besar. Pemuda Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib (as) di Mekkah adalah sosok ‎ksatria yang cerdas, gigih, progresif dan terdepan. Dialah orang yang gigih ‎menyingkirkan segala rintangan yang menghalangi langkah Rasul SAW.‎

Dialah yang menjadi perisai Nabi di semua gelanggang. Kepahlawanannya pulalah ‎yang memungkinkan proses hijrah Nabi Saw ke Madinah. Di Madinahpun, dia pula ‎yang tampil sebagai komandan yang gigih, pintar, cerdas serta jantan sekaligus ‎murah hati. Di medan laga, dia adalah prajurit dan komandan yang berada di posisi ‎terdepan. Di kancah pemerintahan dia adalah sosok yang brilian. Di bidang sosial ‎dia juga merupakan pemuda progresif dalam arti yang sesungguhnya. Namun ‎demikian, Rasulullah Saw bukan hanya memanfaatkan kepemudaan sosok Ali (as), ‎melainkan juga memanfaatkan efektifitas semua unsur pemuda selama 10 tahun ‎sekian bulan mengendalikan pemerintahan.‎

Modal Kemajuan Bangsa

Besarnya populasi pemuda di Iran sangat memukau. Lebih dari separuh penduduk ‎Iran sekarang terdiri atas warga berusia di bawah 30 tahun. Yang lebih ‎menakjubkan lagi, Iran adalah salah satu negara termuda serta mengalami salah ‎satu revolusi terbesar dan terbaru dalam sejarah dunia dan merupakan negara ‎yang memiliki sistem politik paling independen di dunia. Ini merupakan satu ‎kebetulan yang sangat memukau dan nyaris tidak ada taranya. Masyarakat muda ‎ini hidup bukan di negara yang sistem politiknya mengekor kepada Amerika Serikat ‎‎(AS), pusat-pusat keuangan raksasa dunia dan perusahaan-perusahaan ‎multinasional yang berporos pada suatu negara tertentu, melainkan hidup di ‎negara yang sistem politiknya sangat terbuka terhadap kawula muda yang ‎notabene elemen yang paling mendambakan kemerdekaan.‎

Kawula muda adalah manusia yang membawa naluri untuk menjunjung harga diri ‎dan pantang dibelenggu. Sistem politik Iran sekarang adalah sistem yang gigih ‎menjaga martabat sehingga pantang merunduk kepada titah AS. Selama beberapa ‎dekade ini Iran tidak sekalipun tersentuh oleh rasa gentar menghadapi badai ‎ancaman dari AS. Iran adalah negara revolusi yang baru dan bugar. Karena itu ‎negara ini harus bergerak tangkas dan termenej rapi dalam menggalang ‎pembangunan dan kemajuan supaya musuh tidak lagi besar mulut dan gemar ‎memaksakan hegemoninya pada semua orang, termasuk dari aspek sains maupun ‎aspek operasional. Dengan penduduk yang separuhnya adalah elemen pemuda, ‎Iran mampu memenuhi keharusan ini dengan prospek dan masa depan yang ‎sepenuhnya cerah.‎

Keistimewaan Karakter Pemuda

Pemuda mudah sekali menerima kebenaran. Ini penting sekali. Pemuda juga ‎mudah melontarkan kritikan tulus serta bertindak tanpa ada beban mental. Tiga ‎karakter ini jika dipadukan satu sama lain akan menjadi satu bingkai realitas yang ‎indah dan menjadi kunci penyelesaian bagi banyak persoalan. Pemuda secara ‎alamiah menuntut perbaikan, keadilan, kebebasan dan terwujudnya cita-cita Islami. ‎Ajaran dan cita-cita Islam membangkitkan gairah dan menumbuhkan daya tarik ‎dalam diri mereka. Citra Amirul Mukminin AS yang terfigura dalam pikiran mereka ‎membangkitkan antusias mereka, menjadi barometer bagi mereka dalam menuntut ‎perbaikan.‎

Energitas, kapabelitas, kreativitas dan antusias juga merupakan bagian dari ‎karakter mengagumkan yang ada dalam diri pemuda. Apakah semua keistimewaan ‎yang ada dalam diri mereka ini adalah berkat adanya upaya tertentu dari mereka? ‎Tidak. Semua ini bukanlah hasil dari jerih payah mereka, melainkan karakter alami ‎dari sebuah tahap usia kehidupan manusia. Dengan kata lain, semua ini adalah ‎satu anugerah Ilahi sebagai bekal untuk merespon suatu kewajiban (taklif).‎

Para Pemuda dan Tanggungjawab Para Pemangku Jabatan

Kawula muda bukan hanya milik kedua orang tua mereka, melainkan juga milik ‎para pemangku jabatan politik, pendidikan, dan ekonomi negara. Para pemuda ‎juga merupakan anak-anak dari para pejabat negara. Karena itu, banyak persoalan ‎pemuda yang akan dapat dipecahkan apabila jiwa para pejabat terwarnai oleh rasa ‎kebapakan dan jiwa pemuda terwarnai oleh rasa keputraan. Sebagian persoalan ‎tertentu mungkin tidak dapat terpecahkan dalam jangka pendek. Namun, ‎kekurangan bisa ditebus dengan kegigihan untuk selalu menyalurkan informasi ‎kepada para pemuda serta meminta bantuan kepada mereka. Masyarakat pemuda ‎di negeri ini ibarat sungai yang selalu mengalir deras penuh gelora. Terhadap ‎sungai ini ada dua bentuk sikap sebagai berikut;‎

Pertama, para pejabat menyikapi secara rasional, cerdas dan ilmiah melalui tahap ‎pertama; menyadari pentingnya sungai ini, kedua; mengidentifikasi lahan-lahan ‎yang memerlukan aliran sungai ini, ketiga; membangun sistem irigasi yang ‎menyalurkan air sungai ke lahan-lahan tersebut. Dengan begitu, ribuan hektar ‎sawah, kebun atau lahan-lahan yang semula tak terurus akan berubah subur dan ‎makmur berkat anugerah Ilahi berupa sungai deras tersebut. Aliran sungai bisa ‎diakumulasi menjadi sebuah waduk pembangkit energi yang menghidupkan dan ‎mengaktifkan seluruh organ negara. Jika entitas pemuda benar-benar diperlakukan ‎demikian, maka akan terjadi sebuah fenomena besar, dahsyat dan istimewa. ‎Berkahnya bahkan tidak akan bisa disyukuri sepenuhnya, seandainyapun setiap ‎orang dapat mengucapkan kata syukurnya kepada Ilahi setiap hari seratus kali.‎

Kedua, membiarkan sungai itu mengalir begitu saja tanpa perencanaan dan ‎apresiasi terhadapnya. Akibatnya, lahan akan gersang dan mati sedangkan air ‎yang mengalir deras ke muara akan terbuang sia-sia. Yang lebih celaka lagi, air ‎bisa meluap dan menimbulkan berbagai macam petaka yang menghancurkan ‎semua prestasi yang sudah diraih oleh anak bangsa.‎

Sumber: www.indonesian.khamenei.ir

Tanggungjawab Sosial Pemuda

Pembangunan Diri Secara Multidimensional

Pembangunan diri dalam berbagai dimensi intelektualitas, moral dan jasmani ‎adalah kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemuda. Pemuda harus ‎menabur benih yang dimilikinya di lahan yang tersedia baginya. Pemuda harus ‎memanfaatkan kekayaan yang tersimpan dalam diri dan habitat budayanya sendiri, ‎mengerahkan kehendaknya, menghargai jatidiri dan kemerdekaannya dan tidak ‎meniru model-model yang didesain oleh budaya asing. Tanpa harus meniru model-‎model demikian, pemuda sebaiknya berkonsentrasi pada pada nilai-nilai yang ‎dapat menjernihkan dan menyucikan idealisme, kehendak, keyakinan dan ‎akhlaknya. Dengan begitu, elemen pemuda akan menjadi pilar dan atap peradaban ‎sejati bangsa.‎

Rasa Kebertanggungjawaban

Satu hal penting bagi pemuda ialah kesadaran akan tanggung jawabnya, sebab ‎pemuda lebih bertenaga sekaligus lebih peka. Kesadaran akan tanggung jawab ‎artinya ialah bahwa sebagaimana manusia memikirkan urusan hidupnya sendiri ‎seperti pekerjaan, mata pencaharian, pernikahan dan lain sebagainya dia juga ‎harus memikirkan tujuan dan misi yang lebih luas dari sekedar urusan pribadinya, ‎yaitu urusan kolektif bangsa, sejarah dan umat manusia secara umum. Setiap ‎manusia harus menyadari tugas, kewajiban dan tanggung jawab ini. Manusia dan ‎masyarakat manapun tidak akan bisa mendaki puncak kebahagiaan tanpa ada ‎kesadaran akan tanggung jawab ini. Manusia harus mengejar cita-cita besar dan ‎berusaha menyingkirkan kendala yang menghalangi. inilah yang dimaksud dengan ‎kesadaran tersebut.‎

Kepekaan Terhadap Urusan Masyarakat

Pemuda harus peka terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pemuda harus ‎merasa terusik jika di tengah masyarakat atau lingkungannya terjadi diskriminasi ‎dan lain sebagainya. Sebagian orang tidak demikian. Mereka kehilangan ‎kepekaannya di depan problematika sosial akibat kehidupan individualistiknya atau ‎karena sudah sangat terbiasa dengan semua persoalan itu sehingga mereka ‎bersikap apatis. Tapi pemuda tidak demikian. Pemuda adalah lapisan yang ‎aspiratif. Pemuda yang mengharapkan kehormatan bagi negaranya pasti akan ‎terusik jika di tengah masyarakat berlaku ketidakadilan dan korupsi.Pemuda pasti ‎peka terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan nasionalisme bangsanya. ‎

Dalam perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran, hanya dengan sekali seruan ‎dari Imam Khomeini (ra) para pemuda sudah berbondong-bondeng pergi ke medan ‎laga, padahal mereka pasti tahu adanya bahaya di sana. Di masyarakat manapun ‎pemuda pasti demikian, hanya saja kesadaran seperti ini lebih besar jika ‎masyarakat itu beriman dan menganut norma-norma spiritual. Di setiap ‎masyarakat, pemuda pasti tergerak secara suka rela jika keamanan tanah air, ‎kemerdekaan negara dan kehormatan bangsanya membutuhkan pertahanan. Demi ‎ini, pemuda pasti siap menyongsong resiko apapun tanpa harus memikirkan ‎bagaimana kesejahteraan hidupnya.‎

Upaya Intelektual

Salah satu perjuangan yang mesti dilakukan oleh para pemuda ialah ketekunan ‎dalam belajar, kegigihan memerangi kemalasan, apatisme, stagnasi dan ‎kevakuman dari pendidikan. Pemuda harus terbiasa dengan mengasah otak dalam ‎berbagai persoalan. Ini merupakan satu perjuangan tersendiri. Salah satu bahaya ‎besar bagi setiap manusia, khususnya generasi muda, ialah kevakuman dari ‎pemikiran dalam menghadapi berbagai peristiwa dan fenomena sosial. ‎

Tugas pengarahan pemikiran para pemuda adalah tugas besar dan tentu ada ‎orang-orang yang bertanggung jawab di bidang ini. Hanya saja, pihak pemudapun ‎juga wajib berpikir dan bergerak berdasarkan pemikiran. Dalam segala peristiwa, ‎besar ataupun kecil, pemuda juga harus terbiasa dengan berpikir, menelaah dan ‎melakukan pertimbangan. Orang yang terbiasa berpikir praktis juga akan terbiasa ‎bermusyawarah dengan orang lain. Salah satu faktor yang membuat orang susah ‎berpikir ialah ketenggalaman dalam fasad dan keputusasaan. Karena itu, ‎memerangi keputusasaan dan memberantas faktor-faktor yang menumbulkan ‎fasad adalah bagian dari perjuangan yang harus dilakukan oleh kaum muda.‎

Sumber: www.indonesian.khamenei.ir

Kendala dan Tantangan Generasi Muda

Individualisme

Jiwa pemuda selalu lebih memikirkan urusan pendidikan, pekerjaan dan masa ‎depan pribadinya. Mereka mementingkan cara-cara untuk menunjang dan ‎mencerahkan masa depannya, membina rumah tangga, melanjutkan pendidikan ‎dan memenuhi antusiasme dan euforianya. Segala hal yang berkaitan dengan ‎keinginan untuk mendapat keindahan hidup dan afeksi insani sangatlah kuat dalam ‎diri pemuda. Semua ini adalah persoalan-persoalan pribadi pemuda. Hanya saja, ‎tantangan yang harus dipedulikan oleh para pemuda tidak sesempit itu.‎

Problema Spiritual

Problema spiritual adalah salah satu tantangan para pemuda dan juga harus ‎mendapat perhatian ekstra dari para penyusun program kepemudaan. Suasana ‎spiritual-religius secara umum ada pada masa muda. Saat itu sudah ada ‎kecenderungan hati nurani untuk dekat dengan Allah, dengan poros spiritualitas ‎dan hakikat. Karena itu, majelis-majelis keagamaan yang bernas sering dihadiri ‎oleh kalangan pemuda. Mereka berminat pada agama dan event-event keagamaan ‎yang dapat membangkitkan religiusitas mereka. Sayangnya, kebanyakan agama di ‎berbagai negara dunia justru kering dari religiusitas, spiritualitas dan hakikat ‎sehingga tidak diminati oleh pemuda. Ibadah adalah proses penyucian batin dan ‎jiwa manusia.‎

Ibadah adalah permata yang amat berharga bagi manusia. Orang yang enggan ‎mendaratkan dahinya di pesujudan di depan Al-Haq tidak akan dapat merasakan ‎kenikmatan spiritualitas. Ketentraman seseorang di depan Allah, rapatan dan ‎munajatnya kepada Zat Yang Maha Kaya, permohonan pertolongannya kepada ‎Allah supaya dapat menggapai apa yang dicita-citakannya, semua ini bisa ‎dihasilkan dalam ibadah. Dan sebaik-baik ibadah adalah ibadah bersama dengan ‎anak-anak muda. Ibadah pemuda lebih antusias, lebih bermakna, lebih memiliki ‎spirit dan doanyapun lebih mustajab.‎

Kebutuhan Kepada Aktualisasi Jatidiri dan Potensi

Setiap orang di masa muda, terutama pada tahap awalnya, selalu memiliki ‎kecenderungan dan keinginan yang khas karena beberapa faktor.‎

Pertama, saat itu remaja sedang mengalami masa transisi jatidiri dimana ia ‎berharap jatidiri barunya akan mendapat pengakuan. Sayangnya, pengakuan ini ‎sering tidak didapat dan orang tua seolah enggan mengakui identitas baru itu.‎

Kedua, remaja mengalami pertumbuhan fisik dan mental serta perpindahan ke ‎suatu alam baru yang sering tidak terpantau atau sengaja tidak dihiraukan oleh ‎orang tua dan masyarakat yang ada di sekitarnya sehingga pemuda merasa ‎sendirian dan terasing.‎

Ketiga, - para orang tua hendaknya mengingat masa muda mereka- di masa ‎pubertas, baik pada tahap awal maupun sesudahnya, remaja banyak menghadapi ‎persoalan-persoalan baru yang membutuhkan jawaban. Dalam pikirannya banyak ‎terlintas pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan penjelasan. Sayangnya, ‎dalam banyak hal remaja tidak menemukan penjelasan yang tepat waktu dan ‎memuaskan sehingga terjebak pada lingkaran kosong dan ketidakpastian.‎

Keempat, remaja merasakan adanya akumulasi energi dalam dirinya. Ia ‎mendeteksi adanya kemampuan fisik maupun mental yang besar dalam dirinya. ‎Pada kenyataannya memang demikian dan ini dapat mencetak keajaiban. Naifnya, ‎remaja sering merasakan akumulasi energi ini tidak tersalurkan dan termanfaatkan. ‎Akibatnya, lagi-lagi mereka terlantarkan dan kesia-siaan.‎

Kelima, di masa pubertas, untuk pertama kalinya remaja berhadapan dengan dunia ‎orang-orang dewasa yang tidak pernah ia alami sebelumnya, atau tidak tahu ‎banyak tentang dunia ini sebelumnya. Banyak persoalan hidup yang dialaminya ‎tanpa ia mengetahui apa yang harus ia lakukan, sehingga ia merasa memerlukan ‎petunjuk dan bantuan pemikiran. Para orang tua yang umumnya sibuk pada ‎pekerjaan sehari-harinya tidak dapat menjangkau hal ini. Mereka tidak dapat ‎memberikan bantuan pemikiran. Parahnya, lembaga-lembaga yang membidangi ‎hal inipun sering absen justru ketika keberadaannya sangat dibutuhkan. Akibatnya, ‎remaja kembali merasa terlantar.‎

Pendekatan Argumentatif Bagi Pemuda

Tak sedikit pemuda yang tertarik untuk mendapat penjelasan-penjelasan ‎keagamaan. Mereka berminat pada pencerahaan-pencerahan yang bersifat ‎argumentatif. Mereka menuntut demikian dan ini sangat wajar. Agama bahkan juga ‎mengajarkan demikian kepada umatnya. AlQuran mengajarkan kepada kita supaya ‎paham-paham keagamaan dikedepankan dengan penalaran, pendalaman, ‎pemikiran dan pencerahan. Jika ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang ‎bertanggung jawab di bidang ini maka mereka akan melihat betapa para pemuda ‎akan menjadi sangat akrab dan terbiasa dengan kepatuhan kepada agamanya.‎

Dorongan Seksual

Dorongan seksual pada kalangan pemuda adalah satu problema tersendiri yang ‎sebenarnya bisa dipecahkan dengan pernikahan secepatnya. Menyangkut ‎pernikahan, jika masyarakat dapat menyudahi kebiasaan naifnya yang berlebihan ‎dalam penyelenggaraan resepsi dan formalitas pesta pernikahan, niscaya para ‎kawula muda bisa mengakhiri masa lajangnya jika ini memang mereka butuhkan. ‎Masa muda justru merupakan saat yang tepat untuk membina rumah tangga. ‎Sayangnya, sekarang yang ditiru malah budaya Barat yang membawa doktrin ‎bahwa pernikahan harus ditunda. Islam tidak mengajarkan demikian. Islam justru ‎mengajarkan bahwa semakin dekat masa pernikahan dengan masa awal pubertas ‎remaja akan semakin baik.‎

Invasi Budaya

Invasi budaya asing melalui berbagai sarana dan teknologi sekarang sangat ‎intensif dan serius. Terdapat ratusan media dan kanal informasi telah dibidikkan ke ‎arah pikiran para pemuda dan remaja. Televisi, radio, komputer dan lain ‎sebagainya menjadi senjata andalan untuk invasi ini. Paham-paham yang ‎menggoda dan meragukan ditebar secara intensif. Ini mengingatkan orang kepada ‎proses ketika orang-orang Eropa hendak merebut kembali kawasan Andalusia ‎‎(Spanyol) dari tangan umat Islam. Mereka melakukannya dengan strategi jangka ‎panjang.‎

Saat itu kaum Zionis belum ada, tetapi sentra-sentra politik anti Islam sudah ‎menjamur dan bergerak aktif. Mereka menerapkan strategi pencemaran mental ‎para pemuda, dan dalam hal ini mereka memelihara misi keagamaan Nasrani ‎sekaligus ambisi politik. Modus operasi mereka antara lain dengan menggratiskan ‎minuman-minuman yang tersedia untuk para pemuda di kedai-kedai arak. Mereka ‎juga diarahkan kepada pergaulan bebas muda mudi supaya terjebak dalam ‎kubangan syahwat. Modus demikian untuk merusak suatu kaum ini ternyata tak ‎lekang ditelan zaman. Modus ini masih berlangsung sampai sekarang.‎

Kemalasan

Salah satu musuh terburuk manusia yang ada dalam dirinya sendiri ialah ‎kemalasan dan keengganan untuk berusaha keras. Musuh ini harus diperangi. Jika ‎musuh dari dalam ini bisa diatasi maka musuh dari luar yang menyerang negara ‎dan berniat merampas harta benda dan menghancurkan eksistensi bangsapun ‎akan bisa atasi. Sebaliknya, orang yang sudah dikuasai oleh kemalasan diseru ‎bagaimanapun dan di bidang apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya ‎tetap tidak akan bersedia turun tangan. Dengan demikian, musuh pertama yang ‎harus diperangi ialah kemalasan dan watak mencari kenyamanan. Orang yang ‎menyerah kepada rasa malas dan enggan belajar, bekerja, beribadah dan ‎menunaikan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakatnya ‎tidak bisa mengaku siap melawan dan mengatasi musuh dari luar yang ‎mengancam dirinya.‎

Kecil Hati

Iran adalah negara yang berhasil meraih prestasi besar di berbagai bidang penting. ‎Semua ini terjadi berkat gerakan dan spirit revolusi Islam. Revolusi Islam telah ‎memberikan rasa percaya diri. Revolusi Islam telah menyuguhkan kelapangan dan ‎optimisme bagi bangsa Iran untuk mengaktivasikan potensi dan kemampuannya. ‎Berpikir negatif dengan mengatakan "ini mustahil, percuma dan sia-sia" adalah ‎racun pembunuh. Racun ini dulu pernah ditebar pada habitat budaya bangsa Iran. ‎Ada orang-orang yang secara blak-blakan mengatakan, "Kita tidak mungkin bisa."

Di masa muda kami dulu pernah popular pernyataan bahwa orang Iran bahkan ‎tidak akan bisa meski hanya sekedar membuat kendil. Anggapan seperti ini diyakini ‎bahkan oleh elit politik dan pengelola universitas kita. Banyak elit politik kita saat itu ‎berlatar belakang akademik. Nama-nama mereka juga jelas. Tapi mereka ‎mengatakan bangsa Iran tidak bisa berbuat apa-apa! Padahal sama sekali tidak ‎demikian. Bangsa Iran mampu. Bangsa ini bahkan memiliki kemampuan untuk ‎mendobrak tapal batas ilmu pengetahuan yang ada sekarang -betapapun sudah ‎sangat maju- dan membuat tapal batas baru.‎

Petaka Kaum Muda Muslim

Kaum arogan dunia tidak menerima keberadaan generasi muda Dunia Islam yang ‎memelihara ketakwaan, niat yang suci sekaligus tekad dan etos kerja yang tinggi. ‎Para penguasa dunia hanya menghendaki generasi Muslim yang rusak moral. ‎Namun demikian, pemuda dan pemudi Muslim harus melawan kehendak musuh. ‎Mental para pemimpin negara-negara Muslim harus kuat, mengandalkan generasi ‎muda dan menggandeng bangsanya. Mereka tidak boleh gentar kepada siapapun ‎dan jangan pernah takut kepada gertakan musuh. Mereka punya benteng raksasa ‎ini yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Seluruh elemen bangsa, khususnya ‎generasi muda, harus menyadari kehebatannya dan terus membangun diri sendiri.‎

Perlawanan Terhadap Dosa

Kejernihan dan kesucian fitrah adalah satu anugerah besar dari Allah Swt. Para ‎pemuda harus menggunakan fitrahnya dan berkata ‘tidak' kepada dosa. Sebagian ‎orang beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawan dosa. ‎Sama sekali tidak demikian. Dosa bisa dilawan tapi perlawanan memerlukan ‎latihan yang memadai. Para pemuda yang bertekad untuk memantapkan kehendak ‎harus melawan dorongan hawa nafsunya. Dalam Islam, puasa yang ditetapkan ‎sebagai satu kewajiban tentu merupakan satu latihan yang diharuskan bagi semua ‎orang.‎

Manusia memang mudah terseret ke lembah dosa. Tapi apakah manusia tidak ‎memiliki ikhtiar untuk melawan arus dan godaan ini? Apakah tidak ada cara apapun ‎untuk lolos dari jurang dosa? Dalam banyak kasus manusia mampu membulatkan ‎kehendak dan mengambil keputusan. Tapi syahwat dan godaan hawa nafsunya ‎memang selalu berusaha menghalanginya. Bahkan ada manusia yang seumur ‎hidupnya terkurung oleh kondisi pasrah di depan godaan hawa nafsu sehingga di ‎masa tua ia kehilangan kemampuan untuk mengasah nyali. Tapi pemuda tidak ‎demikian. Pemuda masih mampu mengasah nyali.‎

Sebagian orang beranggapan bahwa menghindari dosa adalah tugas orang-orang ‎yang sudah lanjut usia (lansia). Padahal, sebagaimana secara fisik mereka sudah ‎lemah, secara mentalpun lansia juga sudah sangat lemah. Pemudalah yang justru ‎jauh lebih berkemampuan untuk melakukan perlawanan.‎
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir

Kunci Kemajuan Para Pemuda

Sumber Daya Yang Tak Pernah Kering

Kaum remaja dan pemuda yang membaca AlQuran hendaknya mengerti bahwa ‎kitab suci ini adalah sumber abadi yang sangat berharga dan tersedia bagi mereka ‎untuk mengasah pikiran. Di usia muda, bisa jadi mereka tidak mampu menyerap ‎makna-makna yang mendalam dari ayat-ayat suci AlQuran; mereka hanya mampu ‎memahami sebagiannya secara dangkal. Namun, seiring dengan tingginya taraf ‎pengetahuan dan kemajuan ilmu, mereka tetap mampu memanfaatkan secara ‎maksimal ayat-ayat suci yang terekam dalam benak dan pikiran mereka.‎

Berlabuhnya AlQuran dalam pikiran manusia adalah satu kenikmatan yang sangat ‎besar. Berbeda sekali antara orang yang sering mencari dan menderet ayat demi ‎ayat mengenai suatu tema untuk memastikan apakah ada ayat untuk tema tersebut ‎di satu pihak dan orang yang menanamkan ayat-ayat AlQuran dalam pikiran, hati ‎dan jiwanya di pihak lain sehingga ia dapat menyaksikan ayat-ayat alQuran di ‎depan matanya yang dengan demikian ia dapat memenuhi kebutuhannya kepada ‎ajaran-ajaran Islam. Akrab dengan AlQuran sejak masa kanak-kanak hingga ‎remaja dan dewasa adalah satu kenikmatan yang luar biasa.‎

Tawakkal Kepada Allah

Para pemuda harus banyak bertawakkal kepada Allah, memohon pertolongan dari-‎Nya, memperkuat keimanan dalam jiwanya. Jika ini mereka lakukan, maka ini ‎sudah merupakan satu keberhasilan tersendiri, baik bagi pribadi pemuda sendiri ‎maupun bagi bangsa secara umum. Jangan sampai membiarkan faktor apapun ‎menggerogoti keimanan mereka. Tawakkal dan konsentrasi kepada Allah adalah ‎demi meneguhkan jiwa mereka. Sungguh, jika bangunan dalam diri kita kokoh ‎niscaya tidak akan ada faktor luar apapun yang dapat menaklukkan kita. Jiwa dan ‎batin kita harus tangguh supaya segala kekurangan fisik dan problema lingkungan ‎sekitar dapat kita atasi. Dan ini tidak bisa dilakukan tanpa tawakkal dan khusyu' ‎kepada Allah Swt.‎

Penguatan Spirit dan Kemandirian

Para pemuda hendaknya terus memperkuat spirit keingintahuan, optimisme dan ‎rasa percaya diri yang tertanam dalam diri mereka. Pepatah Arab menyebutkan; ‎
اَدَّلُ‎ ‎دَلِيْلٍ عَلَى اِمْكَانِ شَىْ‌ءٍ ُوقُوْعُهُ‎ ‎

‎"Sebaik-baik bukti atas probabilitas sesuatu ialah keterjadiannya." ‎
Untuk generasi muda Iranpun, sebaik-baik bukti bahwa mereka memiliki ‎kapabelitas di bidang sains, teknologi, inovasi dan penerobosan batas-batas ilmu ‎pengetahuan ialah apa yang sedang terjadi sekarang.‎

Upaya Ilmiah

Para pemuda jangan sampai kendur sedikitpun dalam berupaya meraih ‎pengetahuan dan meningkatkan kemampuan ilmunya. Jangan pernah merasa ‎puas dengan apa sudah dilakukan. Anggaplah semua yang sudah dilakukan itu ‎sebagai satu langkah awal. Para pemuda harus seperti pendaki gunung yang tidak ‎akan pernah puas sebelum mencapai puncak. Kucuran keringat pada langkah-‎langkah awal adalah perkara biasa. Janganlah merasa puas dengan prestasi-‎prestasi awal. Jangan pernah berhenti melihat mana puncak yang harus ‎ditaklukkan. Kerja keras harus dilakukan. Beratnya jerih payah harus ditanggung ‎supaya dapat menaklukkan puncak.‎

Jangan Sia-Siakan Kesempatan

Pemuda harus memanfaatkan kesempatan semaksimal mungkin. Ini tidak dapat ‎dilakukan tanpa manajemen yang baik. Mereka harus berpikir keras dan memenej ‎upaya ini dengan pikiran mereka sendiri. Tidak ada satu contoh mutlak untuk ini; ‎setiap orang bisa jadi memiliki manejemen tersediri sesuai usia, kondisi keluarga, ‎kemampuan, fasilitas, kondisi lingkungan dan daerahnya. Semua harus ‎menerapkan manajemen yang tepat agar dapat memanfaatkan waktunya ‎semaksimal mungkin.‎

Rezim penguasa dulu bisa jadi sengaja melakukan upaya sistematis untuk ‎menggiring para pemuda kepada amoralitas. Bisa jadi demikian bisa jadi tidak. Tapi ‎yang jelas, rezim telah menerapkan program-program yang meniscayakan ‎maraknya amoralitas para pemuda dan terjauhnya mereka dari persoalan politik ‎dan kehidupan. Saat itu semua elemen masyarakat, termasuk pemuda, terasing ‎total dari persoalan politik. Para pemuda sebagian lebih banyak disibukkan oleh ‎urusan sehari-hari dan mencari kesenangan. Ada yang bekerja keras hanya untuk ‎sekedar sesuap makan plus urusan-urusan lain yang remeh dan sepele.‎

Jika Anda membaca buku-buku yang ditulis saat itu tentang Amerika Latin dan ‎Afrika, seperti buku karya Frants Fanon dan lain-lain, Anda akan melihat betapa ‎kondisi di sana juga demikian. Di Iran tidak ada orang yang berani menulis buku ‎seperti itu, tetapi di Afrika, Chili atau Meksiko orang bebas menulis. Dari buku-buku ‎itu saya melihat bahwa kondisi kitapun juga seperti kondisi di sana. Yakni, pemuda ‎buruh setelah bekerja sedemikian keras kemudian menggunakan gajinya untuk ‎makan dan minum, selalu menyisihkan separuh gajinya untuk hura-hura, mencari ‎kesenangan-kesenangan remeh dan lain sebagainya.‎

Ini tergambar dalam buku-buku itu dan inilah yang rupanya juga terjadi pada ‎realitas masyarakat Iran saat itu. Ini jelas sangat naif. Lingkungan pemuda saat itu ‎bukanlah lingkungan yang baik. Padahal, kondisi yang terpendam dalam sanubari ‎pemuda sebenarnya tidak demikian, sebab pemuda pada prinsipnya adalah unsur ‎yang sangat antusias, optimis, enerjik, penuh gelora dan seterusnya.‎

Saya sendiri saat itu tergolong pemuda antusias. Sebelum revolusi dimulai, ‎antusias hidup sudah ada dalam diri saya karena terlibat aktivitas kesasteraan, ‎kesenian dan lain-lain. Saya berusia 23 tahun ketika perjuangan revolusi dimulai ‎pada tahun 1962. Dengan demikian, praktis saya masuk dalam pergolakan yang ‎paling sengit di tanah air. Tahun 1963 dua kali saya dijebloskan ke dalam penjara ‎dan diinterogasi. Anda tentu tahu bahwa kondisi seperti ini pasti menambah gelora ‎tersendiri pada diri seseorang.‎

Dengan pengalaman seperti ini, gelora dalam jiwa seseorang pasti lebih meledak-‎ledak lagi ketika dia keluar dari penjara kemudian melihat rakyat menunjukkan ‎minatnya yang luar biasa kepada nilai-nilai revolusi serta menyaksikan sosok Imam ‎Khomaini RA tampil sebagai pemimpin dan pemandu pergerakan. Inilah keadaan ‎yang menciptakan gelora dahsyat dalam diri orang-orang seperti saya dalam ‎menyerap persoalan-persoalan kehidupan dan pemikiran, walaupun tidak semua ‎orang akan demikian.‎

Di tengah kondisi perjuangan saat itu, target yang paling dipikirkan oleh orang-‎orang seperti saya ialah membebaskan para pemuda dari lingkaran pengaruh ‎budaya rezim yang berkuasa. Sekedar contoh, di masjid saya rajin mengajar tafsir ‎dan berceramah. Dalam rangka ini saya terkadang pergi ke daerah-daerah. Titik ‎perhatian saya terfokus pada target pembebasan kaum muda dari pengaruh ‎budaya rezim.‎

Saya sendiri saat itu menyebut pengaruh ini sebagai "tirai siluman". Yaitu tirai tak ‎terlihat yang menggiring semua orang kepada satu arah! Misi saya ialah mencabik ‎tirai ini dan membebaskan kaum muda dari jeratan tirai ini. Bagi saya, orang yang ‎terbebaskan dari lingkaran tirai pemikiran itu pasti akan kebal. Ciri-ciri ‎keterbebasannya ialah pertama; taat beragama, kedua; tertarik pada idealisme ‎Imam Khomaini RA. Demikianlah keadaan saat itu, dan inilah generasi yang ‎kemudian tampil sebagai pilar-pilar utama revolusi Islam.‎
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir

Dialog Rahbar Dengan Para Pemuda

Soal: Siapakah orang-orang yang Anda teladani di masa muda Anda?‎

Jawab: Orang yang pertama kali paling berkesan dalam jiwa saya ketika saya ‎masih muda pertama adalah Almarhum Navvab Safavi. Ketika beliau datang ke ‎Mashad, usia saya masih sekitar 15 tahun. Saya sangat kagum pada kepribadian ‎beliau. Dalam situasi yang sangat buruk, beliau gugur syahid beberapa bulan ‎setelah meninggalkan Mashad. Ini membuat saya semakin terkesan kepada beliau. ‎

Setelah itu, orang yang paling saya kagumi adalah Imam Khomeini. Saya ‎mendengar nama beliau sebelum saya datang ke kota Qom dan sebelum ‎pergerakan terjadi. Saya sangat terkesan kepada beliau meskipun saat itu saya ‎belum pernah melihat beliau karena di Hauzah Ilmiah Qom semua pemuda sangat ‎menyukai kuliah beliau. Pelajaran beliau sangat diminati para pemuda. Saya di ‎Qom lantas memastikan untuk turut mengikuti kuliah beliau.‎

Sejak mengikuti kuliah beliau hingga akhir keberadaan saya di Qom saya kontinyu ‎mengikuti kuliah beliau, dan beliaupun semakin berkesan di hati saya. Ayah dan ‎ibu saya tentu juga sangat berkesan dalam jiwa saya. Ibu saya termasuk orang ‎paling berpengaruh dalam jiwa saya. Beliau adalah seorang ibu yang sangat ‎berkesan.‎

Soal: Bagaimana Anda menjalani masa muda Anda?‎

Jawab: Kondisi saat itu jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Kondisi saat itu ‎sangat buruk. Lingkungan remajanya sangat tidak menyenangkan bukan hanya ‎bagi saya yang notabene pelajar agama – saya dulu ketika duduk di bangku ‎Sekolah Dasar juga belajar agama - melainkan juga bagi semua remaja. Anak-‎anak remaja tidak mendapat perhatian. Banyak potensi pemuda yang tak terawat ‎hingga mati. Semua ini terlihat jelas di depan mati kami di lingkungan pelajar ‎agama. Di lingkungan luar juga demikian.‎

Saya melihatnya karena saya sering masuk ke lingkungan kampus dan bertahun-‎tahun menjalin hubungan dengan mahasiswa sehingga saya juga akrab dengan ‎lingkungan kampus. Banyak sekali potensi cemerlang. Banyak orang yang mungkin ‎tidak potensial pada jurusan yang ditekuninya, tapi sangat potensial di bidang-‎bidang lain, namun tak seorangpun tahu menahu soal ini.‎

Sebelum revolusi, hampir semua masa muda saya berlalu di lingkungan para ‎pemuda. Usia saya sekitar 39 tahun ketika revolusi Islam menang. Sejak usia 17 ‎atau 18 tahun sampai saat itu saya banyak menghabiskan waktu saya bersama ‎para pemuda, baik di lingkungan hauzah maupun lingkungan di luar hauzah. Hal ‎yang sangat saya rasakan saat itu ialah bahwa rezim Mohammad Reza Pahlevi ‎telah berbuat sesuatu yang menggiring kaum remaja ke jurang kenistaan. Nista ‎bukan hanya dari segi moral, melainkan juga dari segi identitas dan jatidiri.‎

Tentunya, saya tidak berani mengklaim bahwa rezimlah yang sengaja menggiring ‎kaum muda kita kepada kenistaan secara sistematis; bisa jadi demikian, bisa jadi ‎tidak. Kami hanya berani memastikan bahwa program-program yang dijalankan ‎oleh rezim dalam mengelola negara telah menimbulkan keniscayaan dimana kaum ‎pemuda terasing sepenuhnya dari persoalan politik dan ranah kehidupan. Saat itu ‎semua elemen masyarakat, termasuk pemuda, terasing total dari wawasan politik. ‎Kesibukan para pemuda terkonsentrasi pada urusan mencari hiburan. Ada yang ‎bekerja keras hanya untuk sekedar memperoleh sekerat roti plus urusan-urusan ‎lain yang remeh dan sepele.‎

Jika kalian membaca buku-buku yang ditulis saat itu tentang Amerika Latin dan ‎Afrika, seperti buku karya Frants Fanon dan lain-lain yang ditulis di zaman itu dan ‎sampai kini juga masih hidup, Anda akan melihat betapa kondisi di sini pada masa ‎itu juga demikian. Di Iran tidak ada orang yang berani menulis buku seperti itu, ‎tetapi di Afrika, Chili atau Meksiko orang bebas menulis. Dari buku-buku itu saya ‎melihat bahwa kondisi kita pun juga seperti kondisi di sana. Yakni, pemuda buruh ‎setelah bekerja sedemikian keras kemudian menggunakan gajinya untuk makan ‎dan minum, selalu menyisihkan separuh gajinya untuk hura-hura, mencari ‎kepuasan nafsu dan lain sebagainya.‎

Ini tergambar dalam buku-buku itu dan inilah yang rupanya juga terjadi pada ‎realitas masyarakat Iran saat itu. Ini jelas sangat naif. Lingkungan pemuda saat itu ‎bukanlah lingkungan yang baik. Padahal, kondisi yang terpendam dalam sanubari ‎pemuda sebenarnya tidak demikian, sebab pemuda pada prinsipnya adalah unsur ‎yang sangat antusias, optimis, enerjik, penuh gelora dan seterusnya.‎

Saya sendiri saat itu tergolong orang yang punya masa muda penuh gelora. ‎Sebelum revolusi dimulai, gelora hidup sudah ada dalam diri saya karena terlibat ‎aktivitas kesasteraan, kesenian dan lain-lain. Saya berusia 23 tahun ketika ‎perjuangan revolusi dimulai pada tahun 1962. Dengan demikian, praktis saya ‎masuk dalam pergolakan yang paling sengit di tanah air. Tahun 1963 dua kali saya ‎dijebloskan ke dalam penjara dan diinterogasi. Anda tentu tahu bahwa kondisi ‎seperti ini pasti menambah gelora tersendiri pada diri seseorang.‎

Dengan pengalaman seperti ini, gelora dalam jiwa seseorang pasti lebih meledak-‎ledak lagi ketika dia keluar dari penjara kemudian melihat rakyat menunjukkan ‎minatnya yang luar biasa kepada nilai-nilai revolusi serta menyaksikan sosok Imam ‎Khomeini (ra) tampil sebagai pemimpin dan pemandu pergerakan. Inilah keadaan ‎yang menciptakan gelora dahsyat dalam diri orang-orang seperti saya dalam ‎menyerap persoalan-persoalan kehidupan dan pemikiran, walaupun tidak semua ‎orang akan demikian.‎

Di tengah kondisi perjuangan saat itu, target yang paling dipikirkan oleh orang-‎orang seperti saya ialah membebaskan para pemuda dari lingkaran pengaruh ‎budaya rezim yang berkuasa. Sekedar contoh, di masjid saya rajin mengajar tafsir ‎dan berceramah. Dalam rangka ini saya terkadang pergi ke daerah-daerah. Titik ‎perhatian saya terfokus pada target pembebasan kaum muda dari pengaruh ‎budaya rezim. Saya sendiri saat itu menyebut pengaruh ini sebagai “tirai siluman”.‎

Yaitu tirai tak terlihat yang menggiring semua orang kepada satu arah! Misi saya ‎ialah mencabik tirai ini dan membebaskan kaum muda dari jeratan tirai ini. Bagi ‎saya, orang yang terbebaskan dari lingkaran tirai pemikiran itu pasti akan kebal. ‎Ciri-ciri keterbebasannya ialah pertama; taat beragama, kedua; tertarik pada ‎idealisme Imam Khomeini (ra). Demikianlah keadaan saat itu, dan inilah generasi ‎yang kemudian tampil sebagai pilar-pilar utama revolusi Islam.‎

Soal:Sebagai pemuda, apakah yang Anda lakukan dalam mencari hiburan?‎
Jawab: Sayang sekali, jarang saya bersenang-senang mencari hiburan. Taman ‎saat itu tentu ada, tapi jumlahnya sedikit dan terbatas sekali. Di Mashad, misalnya, ‎hanya ada satu taman kota tapi suasananya sangat buruk. Saya berasal dari ‎keluarga yang taat beragama, karena itu sama sekali tidak patut saya pergi ke ‎sana.‎

Untuk anak-anak muda seperti saya tidak tersedia fasilitas publik yang patut untuk ‎rekreasi karena umumnya sudah tercemar, apalagi aparatur negara sedikit banyak ‎juga ikut berusaha menjadikan tempat-tempat rekreasi sebagai lokasi mesum. Ini ‎dilakukan dengan sengaja dan bahkan tersistematis. Semula kami hanya ‎menduga-duga tapi belakangan kami mendapat data-data akurat bahwa ‎kenyataannya memang demikian. Jadi saya tidak bisa menikmati sarana-sarana ‎rekreasi dan hiburan yang seperti itu.‎

Hiburan saya saat itu bukan pergi ke tempat-tempat seperti itu, melainkan cukup ‎dengan berkumpul bersama para pelajar agama di lingkungan madrasah. Saya ‎sudah cukup terhibur dengan suasana madrasah Nawwab tempat saya belajar. ‎Para pelajar berkumpul, bercengkrama dan saling tukar informasi dan ‎pengetahuan.‎

Suasana madrasah bagi para pelajar tak ubahnya dengan suasana sanggar para ‎anggota klub. Di saat-saat luang kami pergi dan pergi berkumpul di sana. Kecuali ‎itu, di Mashad ada masjid Gauharshad yang menjadi tempat pertemuan yang baik. ‎Banyak orang-orang agamis, pelajar agama, ruhaniwan dan ulama duduk-duduk di ‎sana sambil berdiskusi ilmiah atau sekedar bercengkrama. Inilah hiburan saya saat ‎itu.‎

Kemudian, tentu saya juga rajin berolah raga. Kebiasaan ini bahkan berlanjut ‎sampai sekarang. Sayangnya, banyak pemuda sekarang yang malas berolah raga. ‎Ini jelas salah besar. Saat itu saya gemar mendaki gunung dan menempuh jarak ‎yang jauh dengan hanya berjalan kaki. Saya dan kawan-kawan sering bepergian ‎ke pegunungan sekitar Mashad, mendaki gunung demi gunung, melintasi desa ‎demi desa dan bergerak siang dan malam.‎

Soal: Bagaimana Anda menjelaskan karakteristik sosok pemuda Muslim? Apa yang ‎harus dilakukan seorang pemuda dalam menjalani kehidupan agar dapat ‎menggapai cita-citanya?‎

Jawab: Orang yang ingin meraih sesuatu yang berharga tentu sedikit banyak harus ‎mau bersusah payah. Ini sudah merupakan keharusan yang tak dapat dielakkan ‎lagi. Hanya saja, diantara sekian karakteristik penting yang dimiliki kaum muda, ‎ada tiga hal yang menurut saya lebih menonjol. Jika tiga karakteristik ini terbaca ‎jelas kemudian diarahkan pada jalur yang benar, saya kira ini akan menjadi ‎jawaban untuk pertanyaan Anda. Tiga karakteristik itu ialah vitalitas, optimisme dan ‎kreativitas.‎

Dalam AlQuran tentu ada satu poin prinsipal yang harus selalu diperhatikan, yaitu ‎takwa. Takwa sering dibayangkan orang dengan ibadah-ibadah ritual seperti ‎shalat, puasa, zikir dan doa. Bisa jadi semua ini memang bagian dari bentuk takwa, ‎tapi bukan merupakan makna dari ketakwaan itu sendiri. Takwa artinya ialah ‎menjaga diri. Pada makna ini, manusia harus mengerti segala perbuatan dan ‎tingkah lakunya dan melandasinya dengan kehendak, pikiran dan keputusan untuk ‎menentukan pilihan.‎

Manusia harus menjadi ibarat penunggang kuda yang duduk di atas punggung ‎kuda tapi bisa mengendalikan gerakan kuda dan mengerti ke mana dia bergerak. ‎Orang yang tidak bertakwa adalah orang yang tidak dapat mengendalikan gerakan, ‎keputusan dan masa depannya. Meminjam istilah dalam Nahjul Balaghah, orang ‎yang tidak bertakwa adalah orang yang didudukkan di atas kuda punggung liar ‎yang tak terkendali. Dia bukan mengendarai kuda, dan seandainyapun ‎mengendarainya dia tidak mengerti cara mengendalikannya meskipun dia ‎memegang tali kekang kuda. Dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Dia hanya ‎pasrah begitu saja tanpa ada faktor apapun yang dapat menyelamatkannya, ‎apalagi kuda itu adalah kuda liar.‎

Soal: Apa yang harus dilakukan seorang pemuda untuk dapat memenuhi dan ‎memanfaatkan gejolak yang ada dalam dirinya?‎

Jawab: Ada hal-hal tertentu yang memperlihatkan gejolak. Olah raga, misalnya, ‎terutama beberapa jenis olah raga seperti sepak bola. Karakter sepak bola ‎memang seperti ini dan berbeda dengan olah raga lain seperti volley dan tenis, ‎mengingat sepak bola terkomposisi oleh banyak teknik, eforia dan lain sebagainya. ‎Tapi secara umum olah raga adalah kegiatan yang penuh gairah. Begitu pula ‎aktivitas seni. Semua ini memperlihatkan gairah pemuda.‎

Namun, gairah mengemuka bukan hanya pada bidang ini. Pemuda yang dapat ‎menggali minatnya pada suatu bidang -apapun bidang itu- akan mudah ‎memuaskan gairahnya. Saya di masa muda, misalnya, walaupun mengenakan ‎pakaian pelajar agama dan betapapun ini membatasi tingkah laku dan lingkungan ‎saya, saya tetap menemukan gairah dan kepuasan. Mengapa? Karena saya juga ‎saya sangat menyukai syair.‎

Mungkin kalian sulit percaya; diskusi tentang syair dan pembacaan syair yang ‎dilakukan oleh empat atau lima orang peminat syiar bisa berlangsung sampai dua ‎hingga tiga jam. Bagi peminat syair, kegiatan seperti ini dapat memuaskan gairah ‎sama persis seperti apa yang dilakukan pemain sepak bola ketika beraksi di ‎lapangan atau peminat sepak bola ketika menyaksikannya. Karena itu, bidang-‎bidang (yang dapat membangkitkan dan memuaskan gairah) tidak terbatas.‎

Contoh lain, kegiatan belajar biasanya dipersepsi orang sebagai kegiatan tanpa ‎gairah. Belajar di ruang kelas memang kosong dari gairah, tapi jika di sisi kelas –‎baik di kampus maupun di luar kampus- terdapat workshop berfasilitas lengkap dan ‎pelajar atau mahasiswa dapat mengaksesnya seperti yang biasa terjadi sekarang ‎pada para mahasiswa teknik, maka pemuda akan merasa menemukan tempat ‎untuk mengolah ide-ide dan kreativitasnya.‎

Apakah Anda mengira gairah mahasiswa itu tetap minim? Tidak; gairahnya justru ‎sangat besar. Kegiatan penelitianpun juga penuh antusias, tapi bukan penelitian ‎yang dipaksakan atau diinstruksikan atau penelitian yang tidak ada manfaatnya. ‎Penelitian seperti ini pasti kering dari gairah.‎

Soal:Apa yang Anda rasakan ketika menyaksikan para pemuda, dan materi apa ‎yang pertama kali akan Anda kemukakan kepada mereka?‎

Jawab: Ketika saya berada di tengah para pemuda dan berada di lingkungan ‎mereka, saya merasa seperti sedang menghirup kesegaran udara pagi. Saya ‎merasa menemukan kebugaran. Adapun apa yang sering terlintas pertama kali ‎dalam benak saya ketika berhadapan dengan para pemuda ialah apakah mereka ‎menyadari bahwa dalam diri mereka terdapat bintang kejora nan cemerlang. Saya ‎melihat bintang itu, tapi apakah mereka juga melihatnya? Bintang kepemudaan ‎adalah bintang yang sangat terang dan cemerlang. Jika seorang pemuda peka ‎terhadap mahalnya kecemerlangan ini, saya kira mereka akan dapat ‎memanfaatkannya dengan baik, insya Allah.‎

Soal: Apa pesan Anda untuk para pemuda di depan berbagai kecenderungan ‎sosial dan politik?‎

Jawab: Mereka tidak perlu khawatir terhadap perbedaan pandangan. Perbedaan ‎pandangan bukanlah sesuatu yang buruk. Jika misalnya terdapat dua pandangan ‎politik yang berbeda, tidak masalah satu pemuda meyakini satu pandangan dan ‎satu pemuda lainnya meyakini pandangan yang lain. Hal yang merugikan ialah ‎tindakan yang dilakukan secara gegabah tanpa dipikirkan dan dikaji terlebih ‎dahulu. Saya mengingatkan para pemuda supaya menghindari tindakan seperti ini.‎

Kepemudaan tidak mesti diartikan sebagai kegegabahan dalam mengambil sikap. ‎Kepemudaan tentu boleh diartikan sebagai keberanian dalam bertindak atau ‎bahwa pemuda jangan sampai terlalu khawatir terhadap apa yang hendak ‎dilakukannya. Hanya saja, ini bukan lantas berarti mereka boleh bertindak secara ‎eksesif dan tak terpuji. Pemuda tetap harus berpikir apakah perbuatannya terpuji ‎atau tidak. Pemuda memiliki kecenderungan untuk berpikir, mengkaji dan mencari ‎kebenaran. Ini bahkan merupakan bagian dari karakteristik pemuda. Jadi, ‎perbedaan metode tidak masalah, tidak menyebabkan ketersesatan atau minimal ‎tidak akan menyebabkan masalah besar.‎

Menegasikan pendapat orang lain adalah tindakan yang tidak benar. Dalam isu-isu ‎sosial, tidak patut seseorang menyatakan bahwa hanya sikapnyalah yang seratus ‎persen benar sedangkan yang lain salah. Ini berbeda dengan akidah. Dalam ‎akidah, ada beberapa hal yang memang harus demikian; orang harus ‎menelusurinya dengan pemikiran yang matang dan ketika sudah sampai pada titik ‎kepastian dia harus mengatakan bahwa inilah yang benar dan yang lain salah. ‎Sedangkan dalam persoalan sosial-politik, sikap demikian tidak benar.‎

Menurut saya, setiap orang harus siap berbeda pendapat dengan orang lain. ‎Adapun soal konsekwensi dari pendapatnya, maka hanya dia sendirilah yang harus ‎menjadikan pertimbangannya sebagai titik tolak tindakannya. Jika ini diamalkan ‎saya kira tidak akan ada masalah apapun.‎

Soal:Apa mungkin kesenjangan antara Iran dan negara-negara maju bisa dihapus?‎

Jawab:
Ya, saya yakin kesenjangan ini bisa dihapus sepenuhnya. Saya sering ‎mengatakan kepada para ilmuwan kita bahwa Barat jauh lebih maju dari kita. Ini ‎realitas. Jika suatu negara hanya terpancang pada apa yang sudah dilakukan oleh ‎Barat dan kemudian berusaha mengikuti jejaknya hingga ke titik yang sudah ‎mereka capai sekarang, maka ini memerlukan waktu berabad-abad dan tidak ‎mungkin bisa dicapai. Karena itu, harus ada jalan pintas.‎

Semua temuan yang ada sekarang adalah jalan-jalan pintas. Hanya saja, pasti ‎masih terlampau banyak lagi jalan pintas yang ada, tapi sayang kita masih belum ‎mengenal dengan baik jagad raya ciptaan Allah Swt ini. Ada ribuan jalan tersedia, ‎salah satunya adalah jalan yang sekarang ditelusuri oleh peradaban industri ‎kontemporer dimana setiap langkahnya pasti disusul oleh langkah selanjutnya. Jadi ‎mengapa kita harus pesimis dalam berusaha mencari dan membuka kanal baru, ‎mendapatkan temuan baru di dunia?! Dulu listrik belum ditemukan, padahal di ‎dunia sudah ada tapi manusia belum mengenalnya. Manusia tiba-tiba ‎menemukannya. Manusia mengenal energi uap, tapi sebelum itu manusia bahkan ‎belum mengenal api. Belakangan manusia baru mengenal api.‎

Mengapa kita mesti pesimis pada upaya menemukan hal-hal baru yang belum ‎pernah ditemukan di dunia ini? Bukan mustahil setiap hari akan ada saja temuan-‎temuan baru. Di bidang ini kita harus bekerja keras untuk mencapai satu target ‎yang dapat memberi kita bekal yang dapat diandalkan untuk meraih berbagai ‎kemajuan dengan cepat. Semua ini resepnya hanyalah kerja keras para pemuda, ‎khususnya mereka yang berkecimpung di bidang sains, pendidikan dan riset. Di ‎masa muda, kalian bisa melakukan apa saja yang ingin kalian lakukan. Artinya, di ‎masa muda kalian harus berusaha keras di tiga bidang sains, tazkiyah ruhani dan ‎olah raga.‎

Sumber: www.indonesian.khamenei.ir

Tags:

0 comments to "Pemuda Dalam Perspektif Rahbar"

Leave a comment