Keagungan Nilai Kepemudaan
Pentingnya Masa Muda
Masa muda adalah masa yang sangat berkilau dan merupakan periode yang tak tergantikan dengan yang lain dalam kehidupan setiap manusia. Negara manapun akan mudah meraih prestasi-prestasi besar dalam menggalang kemajuan jika persoalan para pemuda diperhatikan secara proporsional. Masa muda yang begitu berkilau adalah masa yang meskipun tidak berlangsung lama tapi pengaruhnya sangat fenomenal di semua lini kehidupan manusia.
Kaum muda bukan hanya energik dari segi fisiknya tapi juga dari segi mentalnya. Wujud pemuda dengan segala kekuatan daya nalar, kecerdasan, jasmani, emosional dan berbagai energi lainnya yang belum dikenal adalah satu kreasi Ilahi supaya di dunia materi yang melelapkan ini dapat dimanfaatkan sebagai perantara untuk menggapai kedekatan dengan Allah Swt.
Kepemudaan Dalam Islam
Rasulullah Saw telah berpesan kepada umatnya supaya akrab dengan kawula muda dan memanfaatkan keberadaan mereka demi menyukseskan misi-misi besar. Pemuda Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib (as) di Mekkah adalah sosok ksatria yang cerdas, gigih, progresif dan terdepan. Dialah orang yang gigih menyingkirkan segala rintangan yang menghalangi langkah Rasul SAW.
Dialah yang menjadi perisai Nabi di semua gelanggang. Kepahlawanannya pulalah yang memungkinkan proses hijrah Nabi Saw ke Madinah. Di Madinahpun, dia pula yang tampil sebagai komandan yang gigih, pintar, cerdas serta jantan sekaligus murah hati. Di medan laga, dia adalah prajurit dan komandan yang berada di posisi terdepan. Di kancah pemerintahan dia adalah sosok yang brilian. Di bidang sosial dia juga merupakan pemuda progresif dalam arti yang sesungguhnya. Namun demikian, Rasulullah Saw bukan hanya memanfaatkan kepemudaan sosok Ali (as), melainkan juga memanfaatkan efektifitas semua unsur pemuda selama 10 tahun sekian bulan mengendalikan pemerintahan.
Modal Kemajuan Bangsa
Besarnya populasi pemuda di Iran sangat memukau. Lebih dari separuh penduduk Iran sekarang terdiri atas warga berusia di bawah 30 tahun. Yang lebih menakjubkan lagi, Iran adalah salah satu negara termuda serta mengalami salah satu revolusi terbesar dan terbaru dalam sejarah dunia dan merupakan negara yang memiliki sistem politik paling independen di dunia. Ini merupakan satu kebetulan yang sangat memukau dan nyaris tidak ada taranya. Masyarakat muda ini hidup bukan di negara yang sistem politiknya mengekor kepada Amerika Serikat (AS), pusat-pusat keuangan raksasa dunia dan perusahaan-perusahaan multinasional yang berporos pada suatu negara tertentu, melainkan hidup di negara yang sistem politiknya sangat terbuka terhadap kawula muda yang notabene elemen yang paling mendambakan kemerdekaan.
Kawula muda adalah manusia yang membawa naluri untuk menjunjung harga diri dan pantang dibelenggu. Sistem politik Iran sekarang adalah sistem yang gigih menjaga martabat sehingga pantang merunduk kepada titah AS. Selama beberapa dekade ini Iran tidak sekalipun tersentuh oleh rasa gentar menghadapi badai ancaman dari AS. Iran adalah negara revolusi yang baru dan bugar. Karena itu negara ini harus bergerak tangkas dan termenej rapi dalam menggalang pembangunan dan kemajuan supaya musuh tidak lagi besar mulut dan gemar memaksakan hegemoninya pada semua orang, termasuk dari aspek sains maupun aspek operasional. Dengan penduduk yang separuhnya adalah elemen pemuda, Iran mampu memenuhi keharusan ini dengan prospek dan masa depan yang sepenuhnya cerah.
Keistimewaan Karakter Pemuda
Pemuda mudah sekali menerima kebenaran. Ini penting sekali. Pemuda juga mudah melontarkan kritikan tulus serta bertindak tanpa ada beban mental. Tiga karakter ini jika dipadukan satu sama lain akan menjadi satu bingkai realitas yang indah dan menjadi kunci penyelesaian bagi banyak persoalan. Pemuda secara alamiah menuntut perbaikan, keadilan, kebebasan dan terwujudnya cita-cita Islami. Ajaran dan cita-cita Islam membangkitkan gairah dan menumbuhkan daya tarik dalam diri mereka. Citra Amirul Mukminin AS yang terfigura dalam pikiran mereka membangkitkan antusias mereka, menjadi barometer bagi mereka dalam menuntut perbaikan.
Energitas, kapabelitas, kreativitas dan antusias juga merupakan bagian dari karakter mengagumkan yang ada dalam diri pemuda. Apakah semua keistimewaan yang ada dalam diri mereka ini adalah berkat adanya upaya tertentu dari mereka? Tidak. Semua ini bukanlah hasil dari jerih payah mereka, melainkan karakter alami dari sebuah tahap usia kehidupan manusia. Dengan kata lain, semua ini adalah satu anugerah Ilahi sebagai bekal untuk merespon suatu kewajiban (taklif).
Para Pemuda dan Tanggungjawab Para Pemangku Jabatan
Kawula muda bukan hanya milik kedua orang tua mereka, melainkan juga milik para pemangku jabatan politik, pendidikan, dan ekonomi negara. Para pemuda juga merupakan anak-anak dari para pejabat negara. Karena itu, banyak persoalan pemuda yang akan dapat dipecahkan apabila jiwa para pejabat terwarnai oleh rasa kebapakan dan jiwa pemuda terwarnai oleh rasa keputraan. Sebagian persoalan tertentu mungkin tidak dapat terpecahkan dalam jangka pendek. Namun, kekurangan bisa ditebus dengan kegigihan untuk selalu menyalurkan informasi kepada para pemuda serta meminta bantuan kepada mereka. Masyarakat pemuda di negeri ini ibarat sungai yang selalu mengalir deras penuh gelora. Terhadap sungai ini ada dua bentuk sikap sebagai berikut;
Pertama, para pejabat menyikapi secara rasional, cerdas dan ilmiah melalui tahap pertama; menyadari pentingnya sungai ini, kedua; mengidentifikasi lahan-lahan yang memerlukan aliran sungai ini, ketiga; membangun sistem irigasi yang menyalurkan air sungai ke lahan-lahan tersebut. Dengan begitu, ribuan hektar sawah, kebun atau lahan-lahan yang semula tak terurus akan berubah subur dan makmur berkat anugerah Ilahi berupa sungai deras tersebut. Aliran sungai bisa diakumulasi menjadi sebuah waduk pembangkit energi yang menghidupkan dan mengaktifkan seluruh organ negara. Jika entitas pemuda benar-benar diperlakukan demikian, maka akan terjadi sebuah fenomena besar, dahsyat dan istimewa. Berkahnya bahkan tidak akan bisa disyukuri sepenuhnya, seandainyapun setiap orang dapat mengucapkan kata syukurnya kepada Ilahi setiap hari seratus kali.
Kedua, membiarkan sungai itu mengalir begitu saja tanpa perencanaan dan apresiasi terhadapnya. Akibatnya, lahan akan gersang dan mati sedangkan air yang mengalir deras ke muara akan terbuang sia-sia. Yang lebih celaka lagi, air bisa meluap dan menimbulkan berbagai macam petaka yang menghancurkan semua prestasi yang sudah diraih oleh anak bangsa.
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir
Tanggungjawab Sosial Pemuda
Pembangunan Diri Secara Multidimensional
Pembangunan diri dalam berbagai dimensi intelektualitas, moral dan jasmani adalah kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemuda. Pemuda harus menabur benih yang dimilikinya di lahan yang tersedia baginya. Pemuda harus memanfaatkan kekayaan yang tersimpan dalam diri dan habitat budayanya sendiri, mengerahkan kehendaknya, menghargai jatidiri dan kemerdekaannya dan tidak meniru model-model yang didesain oleh budaya asing. Tanpa harus meniru model-model demikian, pemuda sebaiknya berkonsentrasi pada pada nilai-nilai yang dapat menjernihkan dan menyucikan idealisme, kehendak, keyakinan dan akhlaknya. Dengan begitu, elemen pemuda akan menjadi pilar dan atap peradaban sejati bangsa.
Rasa Kebertanggungjawaban
Satu hal penting bagi pemuda ialah kesadaran akan tanggung jawabnya, sebab pemuda lebih bertenaga sekaligus lebih peka. Kesadaran akan tanggung jawab artinya ialah bahwa sebagaimana manusia memikirkan urusan hidupnya sendiri seperti pekerjaan, mata pencaharian, pernikahan dan lain sebagainya dia juga harus memikirkan tujuan dan misi yang lebih luas dari sekedar urusan pribadinya, yaitu urusan kolektif bangsa, sejarah dan umat manusia secara umum. Setiap manusia harus menyadari tugas, kewajiban dan tanggung jawab ini. Manusia dan masyarakat manapun tidak akan bisa mendaki puncak kebahagiaan tanpa ada kesadaran akan tanggung jawab ini. Manusia harus mengejar cita-cita besar dan berusaha menyingkirkan kendala yang menghalangi. inilah yang dimaksud dengan kesadaran tersebut.
Kepekaan Terhadap Urusan Masyarakat
Pemuda harus peka terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pemuda harus merasa terusik jika di tengah masyarakat atau lingkungannya terjadi diskriminasi dan lain sebagainya. Sebagian orang tidak demikian. Mereka kehilangan kepekaannya di depan problematika sosial akibat kehidupan individualistiknya atau karena sudah sangat terbiasa dengan semua persoalan itu sehingga mereka bersikap apatis. Tapi pemuda tidak demikian. Pemuda adalah lapisan yang aspiratif. Pemuda yang mengharapkan kehormatan bagi negaranya pasti akan terusik jika di tengah masyarakat berlaku ketidakadilan dan korupsi.Pemuda pasti peka terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan nasionalisme bangsanya.
Dalam perang yang dipaksakan Irak terhadap Iran, hanya dengan sekali seruan dari Imam Khomeini (ra) para pemuda sudah berbondong-bondeng pergi ke medan laga, padahal mereka pasti tahu adanya bahaya di sana. Di masyarakat manapun pemuda pasti demikian, hanya saja kesadaran seperti ini lebih besar jika masyarakat itu beriman dan menganut norma-norma spiritual. Di setiap masyarakat, pemuda pasti tergerak secara suka rela jika keamanan tanah air, kemerdekaan negara dan kehormatan bangsanya membutuhkan pertahanan. Demi ini, pemuda pasti siap menyongsong resiko apapun tanpa harus memikirkan bagaimana kesejahteraan hidupnya.
Upaya Intelektual
Salah satu perjuangan yang mesti dilakukan oleh para pemuda ialah ketekunan dalam belajar, kegigihan memerangi kemalasan, apatisme, stagnasi dan kevakuman dari pendidikan. Pemuda harus terbiasa dengan mengasah otak dalam berbagai persoalan. Ini merupakan satu perjuangan tersendiri. Salah satu bahaya besar bagi setiap manusia, khususnya generasi muda, ialah kevakuman dari pemikiran dalam menghadapi berbagai peristiwa dan fenomena sosial.
Tugas pengarahan pemikiran para pemuda adalah tugas besar dan tentu ada orang-orang yang bertanggung jawab di bidang ini. Hanya saja, pihak pemudapun juga wajib berpikir dan bergerak berdasarkan pemikiran. Dalam segala peristiwa, besar ataupun kecil, pemuda juga harus terbiasa dengan berpikir, menelaah dan melakukan pertimbangan. Orang yang terbiasa berpikir praktis juga akan terbiasa bermusyawarah dengan orang lain. Salah satu faktor yang membuat orang susah berpikir ialah ketenggalaman dalam fasad dan keputusasaan. Karena itu, memerangi keputusasaan dan memberantas faktor-faktor yang menumbulkan fasad adalah bagian dari perjuangan yang harus dilakukan oleh kaum muda.
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir
Kendala dan Tantangan Generasi Muda
Individualisme
Jiwa pemuda selalu lebih memikirkan urusan pendidikan, pekerjaan dan masa depan pribadinya. Mereka mementingkan cara-cara untuk menunjang dan mencerahkan masa depannya, membina rumah tangga, melanjutkan pendidikan dan memenuhi antusiasme dan euforianya. Segala hal yang berkaitan dengan keinginan untuk mendapat keindahan hidup dan afeksi insani sangatlah kuat dalam diri pemuda. Semua ini adalah persoalan-persoalan pribadi pemuda. Hanya saja, tantangan yang harus dipedulikan oleh para pemuda tidak sesempit itu.
Problema Spiritual
Problema spiritual adalah salah satu tantangan para pemuda dan juga harus mendapat perhatian ekstra dari para penyusun program kepemudaan. Suasana spiritual-religius secara umum ada pada masa muda. Saat itu sudah ada kecenderungan hati nurani untuk dekat dengan Allah, dengan poros spiritualitas dan hakikat. Karena itu, majelis-majelis keagamaan yang bernas sering dihadiri oleh kalangan pemuda. Mereka berminat pada agama dan event-event keagamaan yang dapat membangkitkan religiusitas mereka. Sayangnya, kebanyakan agama di berbagai negara dunia justru kering dari religiusitas, spiritualitas dan hakikat sehingga tidak diminati oleh pemuda. Ibadah adalah proses penyucian batin dan jiwa manusia.
Ibadah adalah permata yang amat berharga bagi manusia. Orang yang enggan mendaratkan dahinya di pesujudan di depan Al-Haq tidak akan dapat merasakan kenikmatan spiritualitas. Ketentraman seseorang di depan Allah, rapatan dan munajatnya kepada Zat Yang Maha Kaya, permohonan pertolongannya kepada Allah supaya dapat menggapai apa yang dicita-citakannya, semua ini bisa dihasilkan dalam ibadah. Dan sebaik-baik ibadah adalah ibadah bersama dengan anak-anak muda. Ibadah pemuda lebih antusias, lebih bermakna, lebih memiliki spirit dan doanyapun lebih mustajab.
Kebutuhan Kepada Aktualisasi Jatidiri dan Potensi
Setiap orang di masa muda, terutama pada tahap awalnya, selalu memiliki kecenderungan dan keinginan yang khas karena beberapa faktor.
Pertama, saat itu remaja sedang mengalami masa transisi jatidiri dimana ia berharap jatidiri barunya akan mendapat pengakuan. Sayangnya, pengakuan ini sering tidak didapat dan orang tua seolah enggan mengakui identitas baru itu.
Kedua, remaja mengalami pertumbuhan fisik dan mental serta perpindahan ke suatu alam baru yang sering tidak terpantau atau sengaja tidak dihiraukan oleh orang tua dan masyarakat yang ada di sekitarnya sehingga pemuda merasa sendirian dan terasing.
Ketiga, - para orang tua hendaknya mengingat masa muda mereka- di masa pubertas, baik pada tahap awal maupun sesudahnya, remaja banyak menghadapi persoalan-persoalan baru yang membutuhkan jawaban. Dalam pikirannya banyak terlintas pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan penjelasan. Sayangnya, dalam banyak hal remaja tidak menemukan penjelasan yang tepat waktu dan memuaskan sehingga terjebak pada lingkaran kosong dan ketidakpastian.
Keempat, remaja merasakan adanya akumulasi energi dalam dirinya. Ia mendeteksi adanya kemampuan fisik maupun mental yang besar dalam dirinya. Pada kenyataannya memang demikian dan ini dapat mencetak keajaiban. Naifnya, remaja sering merasakan akumulasi energi ini tidak tersalurkan dan termanfaatkan. Akibatnya, lagi-lagi mereka terlantarkan dan kesia-siaan.
Kelima, di masa pubertas, untuk pertama kalinya remaja berhadapan dengan dunia orang-orang dewasa yang tidak pernah ia alami sebelumnya, atau tidak tahu banyak tentang dunia ini sebelumnya. Banyak persoalan hidup yang dialaminya tanpa ia mengetahui apa yang harus ia lakukan, sehingga ia merasa memerlukan petunjuk dan bantuan pemikiran. Para orang tua yang umumnya sibuk pada pekerjaan sehari-harinya tidak dapat menjangkau hal ini. Mereka tidak dapat memberikan bantuan pemikiran. Parahnya, lembaga-lembaga yang membidangi hal inipun sering absen justru ketika keberadaannya sangat dibutuhkan. Akibatnya, remaja kembali merasa terlantar.
Pendekatan Argumentatif Bagi Pemuda
Tak sedikit pemuda yang tertarik untuk mendapat penjelasan-penjelasan keagamaan. Mereka berminat pada pencerahaan-pencerahan yang bersifat argumentatif. Mereka menuntut demikian dan ini sangat wajar. Agama bahkan juga mengajarkan demikian kepada umatnya. AlQuran mengajarkan kepada kita supaya paham-paham keagamaan dikedepankan dengan penalaran, pendalaman, pemikiran dan pencerahan. Jika ini dapat dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab di bidang ini maka mereka akan melihat betapa para pemuda akan menjadi sangat akrab dan terbiasa dengan kepatuhan kepada agamanya.
Dorongan Seksual
Dorongan seksual pada kalangan pemuda adalah satu problema tersendiri yang sebenarnya bisa dipecahkan dengan pernikahan secepatnya. Menyangkut pernikahan, jika masyarakat dapat menyudahi kebiasaan naifnya yang berlebihan dalam penyelenggaraan resepsi dan formalitas pesta pernikahan, niscaya para kawula muda bisa mengakhiri masa lajangnya jika ini memang mereka butuhkan. Masa muda justru merupakan saat yang tepat untuk membina rumah tangga. Sayangnya, sekarang yang ditiru malah budaya Barat yang membawa doktrin bahwa pernikahan harus ditunda. Islam tidak mengajarkan demikian. Islam justru mengajarkan bahwa semakin dekat masa pernikahan dengan masa awal pubertas remaja akan semakin baik.
Invasi Budaya
Invasi budaya asing melalui berbagai sarana dan teknologi sekarang sangat intensif dan serius. Terdapat ratusan media dan kanal informasi telah dibidikkan ke arah pikiran para pemuda dan remaja. Televisi, radio, komputer dan lain sebagainya menjadi senjata andalan untuk invasi ini. Paham-paham yang menggoda dan meragukan ditebar secara intensif. Ini mengingatkan orang kepada proses ketika orang-orang Eropa hendak merebut kembali kawasan Andalusia (Spanyol) dari tangan umat Islam. Mereka melakukannya dengan strategi jangka panjang.
Saat itu kaum Zionis belum ada, tetapi sentra-sentra politik anti Islam sudah menjamur dan bergerak aktif. Mereka menerapkan strategi pencemaran mental para pemuda, dan dalam hal ini mereka memelihara misi keagamaan Nasrani sekaligus ambisi politik. Modus operasi mereka antara lain dengan menggratiskan minuman-minuman yang tersedia untuk para pemuda di kedai-kedai arak. Mereka juga diarahkan kepada pergaulan bebas muda mudi supaya terjebak dalam kubangan syahwat. Modus demikian untuk merusak suatu kaum ini ternyata tak lekang ditelan zaman. Modus ini masih berlangsung sampai sekarang.
Kemalasan
Salah satu musuh terburuk manusia yang ada dalam dirinya sendiri ialah kemalasan dan keengganan untuk berusaha keras. Musuh ini harus diperangi. Jika musuh dari dalam ini bisa diatasi maka musuh dari luar yang menyerang negara dan berniat merampas harta benda dan menghancurkan eksistensi bangsapun akan bisa atasi. Sebaliknya, orang yang sudah dikuasai oleh kemalasan diseru bagaimanapun dan di bidang apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya tetap tidak akan bersedia turun tangan. Dengan demikian, musuh pertama yang harus diperangi ialah kemalasan dan watak mencari kenyamanan. Orang yang menyerah kepada rasa malas dan enggan belajar, bekerja, beribadah dan menunaikan tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakatnya tidak bisa mengaku siap melawan dan mengatasi musuh dari luar yang mengancam dirinya.
Kecil Hati
Iran adalah negara yang berhasil meraih prestasi besar di berbagai bidang penting. Semua ini terjadi berkat gerakan dan spirit revolusi Islam. Revolusi Islam telah memberikan rasa percaya diri. Revolusi Islam telah menyuguhkan kelapangan dan optimisme bagi bangsa Iran untuk mengaktivasikan potensi dan kemampuannya. Berpikir negatif dengan mengatakan "ini mustahil, percuma dan sia-sia" adalah racun pembunuh. Racun ini dulu pernah ditebar pada habitat budaya bangsa Iran. Ada orang-orang yang secara blak-blakan mengatakan, "Kita tidak mungkin bisa."
Di masa muda kami dulu pernah popular pernyataan bahwa orang Iran bahkan tidak akan bisa meski hanya sekedar membuat kendil. Anggapan seperti ini diyakini bahkan oleh elit politik dan pengelola universitas kita. Banyak elit politik kita saat itu berlatar belakang akademik. Nama-nama mereka juga jelas. Tapi mereka mengatakan bangsa Iran tidak bisa berbuat apa-apa! Padahal sama sekali tidak demikian. Bangsa Iran mampu. Bangsa ini bahkan memiliki kemampuan untuk mendobrak tapal batas ilmu pengetahuan yang ada sekarang -betapapun sudah sangat maju- dan membuat tapal batas baru.
Petaka Kaum Muda Muslim
Kaum arogan dunia tidak menerima keberadaan generasi muda Dunia Islam yang memelihara ketakwaan, niat yang suci sekaligus tekad dan etos kerja yang tinggi. Para penguasa dunia hanya menghendaki generasi Muslim yang rusak moral. Namun demikian, pemuda dan pemudi Muslim harus melawan kehendak musuh. Mental para pemimpin negara-negara Muslim harus kuat, mengandalkan generasi muda dan menggandeng bangsanya. Mereka tidak boleh gentar kepada siapapun dan jangan pernah takut kepada gertakan musuh. Mereka punya benteng raksasa ini yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Seluruh elemen bangsa, khususnya generasi muda, harus menyadari kehebatannya dan terus membangun diri sendiri.
Perlawanan Terhadap Dosa
Kejernihan dan kesucian fitrah adalah satu anugerah besar dari Allah Swt. Para pemuda harus menggunakan fitrahnya dan berkata ‘tidak' kepada dosa. Sebagian orang beranggapan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawan dosa. Sama sekali tidak demikian. Dosa bisa dilawan tapi perlawanan memerlukan latihan yang memadai. Para pemuda yang bertekad untuk memantapkan kehendak harus melawan dorongan hawa nafsunya. Dalam Islam, puasa yang ditetapkan sebagai satu kewajiban tentu merupakan satu latihan yang diharuskan bagi semua orang.
Manusia memang mudah terseret ke lembah dosa. Tapi apakah manusia tidak memiliki ikhtiar untuk melawan arus dan godaan ini? Apakah tidak ada cara apapun untuk lolos dari jurang dosa? Dalam banyak kasus manusia mampu membulatkan kehendak dan mengambil keputusan. Tapi syahwat dan godaan hawa nafsunya memang selalu berusaha menghalanginya. Bahkan ada manusia yang seumur hidupnya terkurung oleh kondisi pasrah di depan godaan hawa nafsu sehingga di masa tua ia kehilangan kemampuan untuk mengasah nyali. Tapi pemuda tidak demikian. Pemuda masih mampu mengasah nyali.
Sebagian orang beranggapan bahwa menghindari dosa adalah tugas orang-orang yang sudah lanjut usia (lansia). Padahal, sebagaimana secara fisik mereka sudah lemah, secara mentalpun lansia juga sudah sangat lemah. Pemudalah yang justru jauh lebih berkemampuan untuk melakukan perlawanan.
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir
Kunci Kemajuan Para Pemuda
Sumber Daya Yang Tak Pernah Kering
Kaum remaja dan pemuda yang membaca AlQuran hendaknya mengerti bahwa kitab suci ini adalah sumber abadi yang sangat berharga dan tersedia bagi mereka untuk mengasah pikiran. Di usia muda, bisa jadi mereka tidak mampu menyerap makna-makna yang mendalam dari ayat-ayat suci AlQuran; mereka hanya mampu memahami sebagiannya secara dangkal. Namun, seiring dengan tingginya taraf pengetahuan dan kemajuan ilmu, mereka tetap mampu memanfaatkan secara maksimal ayat-ayat suci yang terekam dalam benak dan pikiran mereka.
Berlabuhnya AlQuran dalam pikiran manusia adalah satu kenikmatan yang sangat besar. Berbeda sekali antara orang yang sering mencari dan menderet ayat demi ayat mengenai suatu tema untuk memastikan apakah ada ayat untuk tema tersebut di satu pihak dan orang yang menanamkan ayat-ayat AlQuran dalam pikiran, hati dan jiwanya di pihak lain sehingga ia dapat menyaksikan ayat-ayat alQuran di depan matanya yang dengan demikian ia dapat memenuhi kebutuhannya kepada ajaran-ajaran Islam. Akrab dengan AlQuran sejak masa kanak-kanak hingga remaja dan dewasa adalah satu kenikmatan yang luar biasa.
Tawakkal Kepada Allah
Para pemuda harus banyak bertawakkal kepada Allah, memohon pertolongan dari-Nya, memperkuat keimanan dalam jiwanya. Jika ini mereka lakukan, maka ini sudah merupakan satu keberhasilan tersendiri, baik bagi pribadi pemuda sendiri maupun bagi bangsa secara umum. Jangan sampai membiarkan faktor apapun menggerogoti keimanan mereka. Tawakkal dan konsentrasi kepada Allah adalah demi meneguhkan jiwa mereka. Sungguh, jika bangunan dalam diri kita kokoh niscaya tidak akan ada faktor luar apapun yang dapat menaklukkan kita. Jiwa dan batin kita harus tangguh supaya segala kekurangan fisik dan problema lingkungan sekitar dapat kita atasi. Dan ini tidak bisa dilakukan tanpa tawakkal dan khusyu' kepada Allah Swt.
Penguatan Spirit dan Kemandirian
Para pemuda hendaknya terus memperkuat spirit keingintahuan, optimisme dan rasa percaya diri yang tertanam dalam diri mereka. Pepatah Arab menyebutkan;
اَدَّلُ دَلِيْلٍ عَلَى اِمْكَانِ شَىْءٍ ُوقُوْعُهُ
"Sebaik-baik bukti atas probabilitas sesuatu ialah keterjadiannya."
Untuk generasi muda Iranpun, sebaik-baik bukti bahwa mereka memiliki kapabelitas di bidang sains, teknologi, inovasi dan penerobosan batas-batas ilmu pengetahuan ialah apa yang sedang terjadi sekarang.
Upaya Ilmiah
Para pemuda jangan sampai kendur sedikitpun dalam berupaya meraih pengetahuan dan meningkatkan kemampuan ilmunya. Jangan pernah merasa puas dengan apa sudah dilakukan. Anggaplah semua yang sudah dilakukan itu sebagai satu langkah awal. Para pemuda harus seperti pendaki gunung yang tidak akan pernah puas sebelum mencapai puncak. Kucuran keringat pada langkah-langkah awal adalah perkara biasa. Janganlah merasa puas dengan prestasi-prestasi awal. Jangan pernah berhenti melihat mana puncak yang harus ditaklukkan. Kerja keras harus dilakukan. Beratnya jerih payah harus ditanggung supaya dapat menaklukkan puncak.
Jangan Sia-Siakan Kesempatan
Pemuda harus memanfaatkan kesempatan semaksimal mungkin. Ini tidak dapat dilakukan tanpa manajemen yang baik. Mereka harus berpikir keras dan memenej upaya ini dengan pikiran mereka sendiri. Tidak ada satu contoh mutlak untuk ini; setiap orang bisa jadi memiliki manejemen tersediri sesuai usia, kondisi keluarga, kemampuan, fasilitas, kondisi lingkungan dan daerahnya. Semua harus menerapkan manajemen yang tepat agar dapat memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin.
Rezim penguasa dulu bisa jadi sengaja melakukan upaya sistematis untuk menggiring para pemuda kepada amoralitas. Bisa jadi demikian bisa jadi tidak. Tapi yang jelas, rezim telah menerapkan program-program yang meniscayakan maraknya amoralitas para pemuda dan terjauhnya mereka dari persoalan politik dan kehidupan. Saat itu semua elemen masyarakat, termasuk pemuda, terasing total dari persoalan politik. Para pemuda sebagian lebih banyak disibukkan oleh urusan sehari-hari dan mencari kesenangan. Ada yang bekerja keras hanya untuk sekedar sesuap makan plus urusan-urusan lain yang remeh dan sepele.
Jika Anda membaca buku-buku yang ditulis saat itu tentang Amerika Latin dan Afrika, seperti buku karya Frants Fanon dan lain-lain, Anda akan melihat betapa kondisi di sana juga demikian. Di Iran tidak ada orang yang berani menulis buku seperti itu, tetapi di Afrika, Chili atau Meksiko orang bebas menulis. Dari buku-buku itu saya melihat bahwa kondisi kitapun juga seperti kondisi di sana. Yakni, pemuda buruh setelah bekerja sedemikian keras kemudian menggunakan gajinya untuk makan dan minum, selalu menyisihkan separuh gajinya untuk hura-hura, mencari kesenangan-kesenangan remeh dan lain sebagainya.
Ini tergambar dalam buku-buku itu dan inilah yang rupanya juga terjadi pada realitas masyarakat Iran saat itu. Ini jelas sangat naif. Lingkungan pemuda saat itu bukanlah lingkungan yang baik. Padahal, kondisi yang terpendam dalam sanubari pemuda sebenarnya tidak demikian, sebab pemuda pada prinsipnya adalah unsur yang sangat antusias, optimis, enerjik, penuh gelora dan seterusnya.
Saya sendiri saat itu tergolong pemuda antusias. Sebelum revolusi dimulai, antusias hidup sudah ada dalam diri saya karena terlibat aktivitas kesasteraan, kesenian dan lain-lain. Saya berusia 23 tahun ketika perjuangan revolusi dimulai pada tahun 1962. Dengan demikian, praktis saya masuk dalam pergolakan yang paling sengit di tanah air. Tahun 1963 dua kali saya dijebloskan ke dalam penjara dan diinterogasi. Anda tentu tahu bahwa kondisi seperti ini pasti menambah gelora tersendiri pada diri seseorang.
Dengan pengalaman seperti ini, gelora dalam jiwa seseorang pasti lebih meledak-ledak lagi ketika dia keluar dari penjara kemudian melihat rakyat menunjukkan minatnya yang luar biasa kepada nilai-nilai revolusi serta menyaksikan sosok Imam Khomaini RA tampil sebagai pemimpin dan pemandu pergerakan. Inilah keadaan yang menciptakan gelora dahsyat dalam diri orang-orang seperti saya dalam menyerap persoalan-persoalan kehidupan dan pemikiran, walaupun tidak semua orang akan demikian.
Di tengah kondisi perjuangan saat itu, target yang paling dipikirkan oleh orang-orang seperti saya ialah membebaskan para pemuda dari lingkaran pengaruh budaya rezim yang berkuasa. Sekedar contoh, di masjid saya rajin mengajar tafsir dan berceramah. Dalam rangka ini saya terkadang pergi ke daerah-daerah. Titik perhatian saya terfokus pada target pembebasan kaum muda dari pengaruh budaya rezim.
Saya sendiri saat itu menyebut pengaruh ini sebagai "tirai siluman". Yaitu tirai tak terlihat yang menggiring semua orang kepada satu arah! Misi saya ialah mencabik tirai ini dan membebaskan kaum muda dari jeratan tirai ini. Bagi saya, orang yang terbebaskan dari lingkaran tirai pemikiran itu pasti akan kebal. Ciri-ciri keterbebasannya ialah pertama; taat beragama, kedua; tertarik pada idealisme Imam Khomaini RA. Demikianlah keadaan saat itu, dan inilah generasi yang kemudian tampil sebagai pilar-pilar utama revolusi Islam.
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir
Dialog Rahbar Dengan Para Pemuda
Soal: Siapakah orang-orang yang Anda teladani di masa muda Anda?
Jawab: Orang yang pertama kali paling berkesan dalam jiwa saya ketika saya masih muda pertama adalah Almarhum Navvab Safavi. Ketika beliau datang ke Mashad, usia saya masih sekitar 15 tahun. Saya sangat kagum pada kepribadian beliau. Dalam situasi yang sangat buruk, beliau gugur syahid beberapa bulan setelah meninggalkan Mashad. Ini membuat saya semakin terkesan kepada beliau.
Setelah itu, orang yang paling saya kagumi adalah Imam Khomeini. Saya mendengar nama beliau sebelum saya datang ke kota Qom dan sebelum pergerakan terjadi. Saya sangat terkesan kepada beliau meskipun saat itu saya belum pernah melihat beliau karena di Hauzah Ilmiah Qom semua pemuda sangat menyukai kuliah beliau. Pelajaran beliau sangat diminati para pemuda. Saya di Qom lantas memastikan untuk turut mengikuti kuliah beliau.
Sejak mengikuti kuliah beliau hingga akhir keberadaan saya di Qom saya kontinyu mengikuti kuliah beliau, dan beliaupun semakin berkesan di hati saya. Ayah dan ibu saya tentu juga sangat berkesan dalam jiwa saya. Ibu saya termasuk orang paling berpengaruh dalam jiwa saya. Beliau adalah seorang ibu yang sangat berkesan.
Soal: Bagaimana Anda menjalani masa muda Anda?
Jawab: Kondisi saat itu jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Kondisi saat itu sangat buruk. Lingkungan remajanya sangat tidak menyenangkan bukan hanya bagi saya yang notabene pelajar agama – saya dulu ketika duduk di bangku Sekolah Dasar juga belajar agama - melainkan juga bagi semua remaja. Anak-anak remaja tidak mendapat perhatian. Banyak potensi pemuda yang tak terawat hingga mati. Semua ini terlihat jelas di depan mati kami di lingkungan pelajar agama. Di lingkungan luar juga demikian.
Saya melihatnya karena saya sering masuk ke lingkungan kampus dan bertahun-tahun menjalin hubungan dengan mahasiswa sehingga saya juga akrab dengan lingkungan kampus. Banyak sekali potensi cemerlang. Banyak orang yang mungkin tidak potensial pada jurusan yang ditekuninya, tapi sangat potensial di bidang-bidang lain, namun tak seorangpun tahu menahu soal ini.
Sebelum revolusi, hampir semua masa muda saya berlalu di lingkungan para pemuda. Usia saya sekitar 39 tahun ketika revolusi Islam menang. Sejak usia 17 atau 18 tahun sampai saat itu saya banyak menghabiskan waktu saya bersama para pemuda, baik di lingkungan hauzah maupun lingkungan di luar hauzah. Hal yang sangat saya rasakan saat itu ialah bahwa rezim Mohammad Reza Pahlevi telah berbuat sesuatu yang menggiring kaum remaja ke jurang kenistaan. Nista bukan hanya dari segi moral, melainkan juga dari segi identitas dan jatidiri.
Tentunya, saya tidak berani mengklaim bahwa rezimlah yang sengaja menggiring kaum muda kita kepada kenistaan secara sistematis; bisa jadi demikian, bisa jadi tidak. Kami hanya berani memastikan bahwa program-program yang dijalankan oleh rezim dalam mengelola negara telah menimbulkan keniscayaan dimana kaum pemuda terasing sepenuhnya dari persoalan politik dan ranah kehidupan. Saat itu semua elemen masyarakat, termasuk pemuda, terasing total dari wawasan politik. Kesibukan para pemuda terkonsentrasi pada urusan mencari hiburan. Ada yang bekerja keras hanya untuk sekedar memperoleh sekerat roti plus urusan-urusan lain yang remeh dan sepele.
Jika kalian membaca buku-buku yang ditulis saat itu tentang Amerika Latin dan Afrika, seperti buku karya Frants Fanon dan lain-lain yang ditulis di zaman itu dan sampai kini juga masih hidup, Anda akan melihat betapa kondisi di sini pada masa itu juga demikian. Di Iran tidak ada orang yang berani menulis buku seperti itu, tetapi di Afrika, Chili atau Meksiko orang bebas menulis. Dari buku-buku itu saya melihat bahwa kondisi kita pun juga seperti kondisi di sana. Yakni, pemuda buruh setelah bekerja sedemikian keras kemudian menggunakan gajinya untuk makan dan minum, selalu menyisihkan separuh gajinya untuk hura-hura, mencari kepuasan nafsu dan lain sebagainya.
Ini tergambar dalam buku-buku itu dan inilah yang rupanya juga terjadi pada realitas masyarakat Iran saat itu. Ini jelas sangat naif. Lingkungan pemuda saat itu bukanlah lingkungan yang baik. Padahal, kondisi yang terpendam dalam sanubari pemuda sebenarnya tidak demikian, sebab pemuda pada prinsipnya adalah unsur yang sangat antusias, optimis, enerjik, penuh gelora dan seterusnya.
Saya sendiri saat itu tergolong orang yang punya masa muda penuh gelora. Sebelum revolusi dimulai, gelora hidup sudah ada dalam diri saya karena terlibat aktivitas kesasteraan, kesenian dan lain-lain. Saya berusia 23 tahun ketika perjuangan revolusi dimulai pada tahun 1962. Dengan demikian, praktis saya masuk dalam pergolakan yang paling sengit di tanah air. Tahun 1963 dua kali saya dijebloskan ke dalam penjara dan diinterogasi. Anda tentu tahu bahwa kondisi seperti ini pasti menambah gelora tersendiri pada diri seseorang.
Dengan pengalaman seperti ini, gelora dalam jiwa seseorang pasti lebih meledak-ledak lagi ketika dia keluar dari penjara kemudian melihat rakyat menunjukkan minatnya yang luar biasa kepada nilai-nilai revolusi serta menyaksikan sosok Imam Khomeini (ra) tampil sebagai pemimpin dan pemandu pergerakan. Inilah keadaan yang menciptakan gelora dahsyat dalam diri orang-orang seperti saya dalam menyerap persoalan-persoalan kehidupan dan pemikiran, walaupun tidak semua orang akan demikian.
Di tengah kondisi perjuangan saat itu, target yang paling dipikirkan oleh orang-orang seperti saya ialah membebaskan para pemuda dari lingkaran pengaruh budaya rezim yang berkuasa. Sekedar contoh, di masjid saya rajin mengajar tafsir dan berceramah. Dalam rangka ini saya terkadang pergi ke daerah-daerah. Titik perhatian saya terfokus pada target pembebasan kaum muda dari pengaruh budaya rezim. Saya sendiri saat itu menyebut pengaruh ini sebagai “tirai siluman”.
Yaitu tirai tak terlihat yang menggiring semua orang kepada satu arah! Misi saya ialah mencabik tirai ini dan membebaskan kaum muda dari jeratan tirai ini. Bagi saya, orang yang terbebaskan dari lingkaran tirai pemikiran itu pasti akan kebal. Ciri-ciri keterbebasannya ialah pertama; taat beragama, kedua; tertarik pada idealisme Imam Khomeini (ra). Demikianlah keadaan saat itu, dan inilah generasi yang kemudian tampil sebagai pilar-pilar utama revolusi Islam.
Soal:Sebagai pemuda, apakah yang Anda lakukan dalam mencari hiburan?
Jawab: Sayang sekali, jarang saya bersenang-senang mencari hiburan. Taman saat itu tentu ada, tapi jumlahnya sedikit dan terbatas sekali. Di Mashad, misalnya, hanya ada satu taman kota tapi suasananya sangat buruk. Saya berasal dari keluarga yang taat beragama, karena itu sama sekali tidak patut saya pergi ke sana.
Untuk anak-anak muda seperti saya tidak tersedia fasilitas publik yang patut untuk rekreasi karena umumnya sudah tercemar, apalagi aparatur negara sedikit banyak juga ikut berusaha menjadikan tempat-tempat rekreasi sebagai lokasi mesum. Ini dilakukan dengan sengaja dan bahkan tersistematis. Semula kami hanya menduga-duga tapi belakangan kami mendapat data-data akurat bahwa kenyataannya memang demikian. Jadi saya tidak bisa menikmati sarana-sarana rekreasi dan hiburan yang seperti itu.
Hiburan saya saat itu bukan pergi ke tempat-tempat seperti itu, melainkan cukup dengan berkumpul bersama para pelajar agama di lingkungan madrasah. Saya sudah cukup terhibur dengan suasana madrasah Nawwab tempat saya belajar. Para pelajar berkumpul, bercengkrama dan saling tukar informasi dan pengetahuan.
Suasana madrasah bagi para pelajar tak ubahnya dengan suasana sanggar para anggota klub. Di saat-saat luang kami pergi dan pergi berkumpul di sana. Kecuali itu, di Mashad ada masjid Gauharshad yang menjadi tempat pertemuan yang baik. Banyak orang-orang agamis, pelajar agama, ruhaniwan dan ulama duduk-duduk di sana sambil berdiskusi ilmiah atau sekedar bercengkrama. Inilah hiburan saya saat itu.
Kemudian, tentu saya juga rajin berolah raga. Kebiasaan ini bahkan berlanjut sampai sekarang. Sayangnya, banyak pemuda sekarang yang malas berolah raga. Ini jelas salah besar. Saat itu saya gemar mendaki gunung dan menempuh jarak yang jauh dengan hanya berjalan kaki. Saya dan kawan-kawan sering bepergian ke pegunungan sekitar Mashad, mendaki gunung demi gunung, melintasi desa demi desa dan bergerak siang dan malam.
Soal: Bagaimana Anda menjelaskan karakteristik sosok pemuda Muslim? Apa yang harus dilakukan seorang pemuda dalam menjalani kehidupan agar dapat menggapai cita-citanya?
Jawab: Orang yang ingin meraih sesuatu yang berharga tentu sedikit banyak harus mau bersusah payah. Ini sudah merupakan keharusan yang tak dapat dielakkan lagi. Hanya saja, diantara sekian karakteristik penting yang dimiliki kaum muda, ada tiga hal yang menurut saya lebih menonjol. Jika tiga karakteristik ini terbaca jelas kemudian diarahkan pada jalur yang benar, saya kira ini akan menjadi jawaban untuk pertanyaan Anda. Tiga karakteristik itu ialah vitalitas, optimisme dan kreativitas.
Dalam AlQuran tentu ada satu poin prinsipal yang harus selalu diperhatikan, yaitu takwa. Takwa sering dibayangkan orang dengan ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, zikir dan doa. Bisa jadi semua ini memang bagian dari bentuk takwa, tapi bukan merupakan makna dari ketakwaan itu sendiri. Takwa artinya ialah menjaga diri. Pada makna ini, manusia harus mengerti segala perbuatan dan tingkah lakunya dan melandasinya dengan kehendak, pikiran dan keputusan untuk menentukan pilihan.
Manusia harus menjadi ibarat penunggang kuda yang duduk di atas punggung kuda tapi bisa mengendalikan gerakan kuda dan mengerti ke mana dia bergerak. Orang yang tidak bertakwa adalah orang yang tidak dapat mengendalikan gerakan, keputusan dan masa depannya. Meminjam istilah dalam Nahjul Balaghah, orang yang tidak bertakwa adalah orang yang didudukkan di atas kuda punggung liar yang tak terkendali. Dia bukan mengendarai kuda, dan seandainyapun mengendarainya dia tidak mengerti cara mengendalikannya meskipun dia memegang tali kekang kuda. Dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Dia hanya pasrah begitu saja tanpa ada faktor apapun yang dapat menyelamatkannya, apalagi kuda itu adalah kuda liar.
Soal: Apa yang harus dilakukan seorang pemuda untuk dapat memenuhi dan memanfaatkan gejolak yang ada dalam dirinya?
Jawab: Ada hal-hal tertentu yang memperlihatkan gejolak. Olah raga, misalnya, terutama beberapa jenis olah raga seperti sepak bola. Karakter sepak bola memang seperti ini dan berbeda dengan olah raga lain seperti volley dan tenis, mengingat sepak bola terkomposisi oleh banyak teknik, eforia dan lain sebagainya. Tapi secara umum olah raga adalah kegiatan yang penuh gairah. Begitu pula aktivitas seni. Semua ini memperlihatkan gairah pemuda.
Namun, gairah mengemuka bukan hanya pada bidang ini. Pemuda yang dapat menggali minatnya pada suatu bidang -apapun bidang itu- akan mudah memuaskan gairahnya. Saya di masa muda, misalnya, walaupun mengenakan pakaian pelajar agama dan betapapun ini membatasi tingkah laku dan lingkungan saya, saya tetap menemukan gairah dan kepuasan. Mengapa? Karena saya juga saya sangat menyukai syair.
Mungkin kalian sulit percaya; diskusi tentang syair dan pembacaan syair yang dilakukan oleh empat atau lima orang peminat syiar bisa berlangsung sampai dua hingga tiga jam. Bagi peminat syair, kegiatan seperti ini dapat memuaskan gairah sama persis seperti apa yang dilakukan pemain sepak bola ketika beraksi di lapangan atau peminat sepak bola ketika menyaksikannya. Karena itu, bidang-bidang (yang dapat membangkitkan dan memuaskan gairah) tidak terbatas.
Contoh lain, kegiatan belajar biasanya dipersepsi orang sebagai kegiatan tanpa gairah. Belajar di ruang kelas memang kosong dari gairah, tapi jika di sisi kelas –baik di kampus maupun di luar kampus- terdapat workshop berfasilitas lengkap dan pelajar atau mahasiswa dapat mengaksesnya seperti yang biasa terjadi sekarang pada para mahasiswa teknik, maka pemuda akan merasa menemukan tempat untuk mengolah ide-ide dan kreativitasnya.
Apakah Anda mengira gairah mahasiswa itu tetap minim? Tidak; gairahnya justru sangat besar. Kegiatan penelitianpun juga penuh antusias, tapi bukan penelitian yang dipaksakan atau diinstruksikan atau penelitian yang tidak ada manfaatnya. Penelitian seperti ini pasti kering dari gairah.
Soal:Apa yang Anda rasakan ketika menyaksikan para pemuda, dan materi apa yang pertama kali akan Anda kemukakan kepada mereka?
Jawab: Ketika saya berada di tengah para pemuda dan berada di lingkungan mereka, saya merasa seperti sedang menghirup kesegaran udara pagi. Saya merasa menemukan kebugaran. Adapun apa yang sering terlintas pertama kali dalam benak saya ketika berhadapan dengan para pemuda ialah apakah mereka menyadari bahwa dalam diri mereka terdapat bintang kejora nan cemerlang. Saya melihat bintang itu, tapi apakah mereka juga melihatnya? Bintang kepemudaan adalah bintang yang sangat terang dan cemerlang. Jika seorang pemuda peka terhadap mahalnya kecemerlangan ini, saya kira mereka akan dapat memanfaatkannya dengan baik, insya Allah.
Soal: Apa pesan Anda untuk para pemuda di depan berbagai kecenderungan sosial dan politik?
Jawab: Mereka tidak perlu khawatir terhadap perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan bukanlah sesuatu yang buruk. Jika misalnya terdapat dua pandangan politik yang berbeda, tidak masalah satu pemuda meyakini satu pandangan dan satu pemuda lainnya meyakini pandangan yang lain. Hal yang merugikan ialah tindakan yang dilakukan secara gegabah tanpa dipikirkan dan dikaji terlebih dahulu. Saya mengingatkan para pemuda supaya menghindari tindakan seperti ini.
Kepemudaan tidak mesti diartikan sebagai kegegabahan dalam mengambil sikap. Kepemudaan tentu boleh diartikan sebagai keberanian dalam bertindak atau bahwa pemuda jangan sampai terlalu khawatir terhadap apa yang hendak dilakukannya. Hanya saja, ini bukan lantas berarti mereka boleh bertindak secara eksesif dan tak terpuji. Pemuda tetap harus berpikir apakah perbuatannya terpuji atau tidak. Pemuda memiliki kecenderungan untuk berpikir, mengkaji dan mencari kebenaran. Ini bahkan merupakan bagian dari karakteristik pemuda. Jadi, perbedaan metode tidak masalah, tidak menyebabkan ketersesatan atau minimal tidak akan menyebabkan masalah besar.
Menegasikan pendapat orang lain adalah tindakan yang tidak benar. Dalam isu-isu sosial, tidak patut seseorang menyatakan bahwa hanya sikapnyalah yang seratus persen benar sedangkan yang lain salah. Ini berbeda dengan akidah. Dalam akidah, ada beberapa hal yang memang harus demikian; orang harus menelusurinya dengan pemikiran yang matang dan ketika sudah sampai pada titik kepastian dia harus mengatakan bahwa inilah yang benar dan yang lain salah. Sedangkan dalam persoalan sosial-politik, sikap demikian tidak benar.
Menurut saya, setiap orang harus siap berbeda pendapat dengan orang lain. Adapun soal konsekwensi dari pendapatnya, maka hanya dia sendirilah yang harus menjadikan pertimbangannya sebagai titik tolak tindakannya. Jika ini diamalkan saya kira tidak akan ada masalah apapun.
Soal:Apa mungkin kesenjangan antara Iran dan negara-negara maju bisa dihapus?
Jawab: Ya, saya yakin kesenjangan ini bisa dihapus sepenuhnya. Saya sering mengatakan kepada para ilmuwan kita bahwa Barat jauh lebih maju dari kita. Ini realitas. Jika suatu negara hanya terpancang pada apa yang sudah dilakukan oleh Barat dan kemudian berusaha mengikuti jejaknya hingga ke titik yang sudah mereka capai sekarang, maka ini memerlukan waktu berabad-abad dan tidak mungkin bisa dicapai. Karena itu, harus ada jalan pintas.
Semua temuan yang ada sekarang adalah jalan-jalan pintas. Hanya saja, pasti masih terlampau banyak lagi jalan pintas yang ada, tapi sayang kita masih belum mengenal dengan baik jagad raya ciptaan Allah Swt ini. Ada ribuan jalan tersedia, salah satunya adalah jalan yang sekarang ditelusuri oleh peradaban industri kontemporer dimana setiap langkahnya pasti disusul oleh langkah selanjutnya. Jadi mengapa kita harus pesimis dalam berusaha mencari dan membuka kanal baru, mendapatkan temuan baru di dunia?! Dulu listrik belum ditemukan, padahal di dunia sudah ada tapi manusia belum mengenalnya. Manusia tiba-tiba menemukannya. Manusia mengenal energi uap, tapi sebelum itu manusia bahkan belum mengenal api. Belakangan manusia baru mengenal api.
Mengapa kita mesti pesimis pada upaya menemukan hal-hal baru yang belum pernah ditemukan di dunia ini? Bukan mustahil setiap hari akan ada saja temuan-temuan baru. Di bidang ini kita harus bekerja keras untuk mencapai satu target yang dapat memberi kita bekal yang dapat diandalkan untuk meraih berbagai kemajuan dengan cepat. Semua ini resepnya hanyalah kerja keras para pemuda, khususnya mereka yang berkecimpung di bidang sains, pendidikan dan riset. Di masa muda, kalian bisa melakukan apa saja yang ingin kalian lakukan. Artinya, di masa muda kalian harus berusaha keras di tiga bidang sains, tazkiyah ruhani dan olah raga.
Sumber: www.indonesian.khamenei.ir
0 comments to "Pemuda Dalam Perspektif Rahbar"