Home , � Perdebatan Sengit di Washington

Perdebatan Sengit di Washington

Afghanistan, Perdebatan Sengit di Washington

Senator Amerika Serikat, Joe Lieberman menilai keliru keputusan Presiden Barack Obama terkait penetapan jadwal penarikan pasukan negara itu dari Afghanistan.

"Motivasi Obama dalam menetapkan jadwal penarikan pasukan bertujuan memberitahukan bahwa pasukan Amerika Serikat tidak tinggal selamanya di Afghanistan, namun ini jelas keliru. Sebab pesan ini akan diketahui oleh orang-orang Afghan, Taliban dan negara-negara tetangga Afghanistan bahwa kita bermaksud keluar dari negara itu, padahal ini tidak benar," tandas Lieberman dalam wawancara dengan televisi Fox News.

"Panglima militer AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal David Petraeus secara jelas telah mengumumkan bahwa keputusan penarikan pasukan dari Afghanistan akan diambil pada Juli 2011 dengan memperhatikan kondisi dan realita di lapangan," tambahnya menyinggung pernyataan Petraeus.

Lieberman menandaskan, jika pada Juli tahun depan tidak tercipta kondisi kondusif untuk penarikan pasukan dari Afghanistan, maka keputusan itu tidak akan terlaksana. (IRIB/RM/SL/6/7/2010)

Iran: Tak Ada Embargo Bahan Bakar Pesawat

Jurubicara Kementerian Republik Islam Iran, Ramin Mehmanparast menilai sikap Amerika Serikat dan negara-negara Barat terhadap bangsa Iran merupakan pendekatan yang salah. Ditambahkannya, mereka belum mengenal dengan baik bangsa Iran.

Mehmanparast hari ini (Selasa,6/7) dalam konferensi pers mingguan di Tehran, menyinggung kebijakan sanksi yang dijalankan AS dan beberapa negara Barat terhadap Iran. Menurut Mehmanparast, setiap negara yang ingin mengikuti jalur ilegal dan tidak efektif yang diterapkan AS dan segelintir negara Barat, maka negara itu telah kehilangan kepentingan nasionalnya.

Seraya menyinggung klaim sejumlah pejabat Washington soal sanksi yang ditujukan kepada pemerintah dan bukan rakyat Iran, Mehmanparast menandaskan, penerapan sanksi sepihak dan tragedi penyerangan terhadap pesawat sipil Iran di perairan Teluk Persia membuktikan betapa pemerintah AS bertindak sebagai pembela hak-hak bangsa Iran.

Menyinggung tentang hubungan Iran dengan negara-negara lain di dunia, Mehmanparast menuturkan, Republik Islam Iran punya hubungan yang sangat baik dengan negara-negara tetangga, Islam dan negara-negara di kawasan Teluk Persia.

"Memperluas hubungan, menciptakan keselarasan, dan berpartisipasi dalam memajukan kawasan adalah bagian dari prioritas kebijakan luar negeri Iran," tambahnya.

Ditanya tentang keputusan Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab yang menolak mengisi bahan bakar untuk pesawat sipil Iran, Mehmanparast menegaskan, "Berdasarkan tindak lanjut terbaru, para pejabat Jerman, Inggris dan maskapai-maskapai penerbangan milik Uni Emirat Arab menepis berita tersebut dan suplai bahan bakar terhadap pesawat komersial Iran masih terus berjalan."

Menurut Mehmanparast, publikasi berita-berita bohong bertujuan menciptakan atmosfir negatif dan melancarkan perang urat saraf dengan bangsa Iran. (IRIB/RM/SL/6/7/2010)

Iran: Kami Terus Awasi Aktifitas Pasukan Asing di Teluk Persia

Panglima angkatan laut Republik Islam Iran, Habibullah Sayyari mengatakan, "Kami terus memantau pergerakan angkatan laut asing di Teluk Persia dan Laut Oman melalui patroli rutin."

Menurut laporan televisi al-Alam Senin (5/7) Sayyari menandaskan, angkatan laut Iran memantau dari dekat segala aktifitas udara dan laut pasukan asing. Ia menekankan, perang yang dipaksakan kepada Iran telah membuat semangat berkorban para pejuang khususnya pemuda kian kuat.

Sayyari menambahkan, era perang pertahanan suci memberikan pelajaran penting dan kesempatan berharga bagi para taruna karena selama perang tersebut semangat jihad para pemuda mukmin bertambah kokoh.

Ia menyatakan, misi utama angkatan laut saat ini di Teluk Persia dan Laut Oman adalah mengawasi aktifitas pasukan asing di dua kawasan strategis guna memberikan rasa aman bagi kapal dagang yang menuju Teluk Aden. (IRIB/al-Alam/MF/6/7/2010)

Pentagon-Gedung Putih Ribut, Obama Kelabakan

Mingguan News One, cetakan Amerika Serikat (AS) seraya mengisyaratkan jadwal penarikan pasukan negara ini dari Afghanistan pada musim panas 2011 mengkonfirmasikan berbagai pendapat yang muncul dari petinggi Gedung Putih serta kebingungan Presiden Barack Obama.

IRNA Senin (5/7) melaporkan, mingguan News One terkait hal ini menulis, sejak pertama saat Obama mengumumkan jadwal penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Pentagon dan pejabat tinggi lainnya seperti Menteri Luar Negeri Hillary Clinton berusaha mengubah rencana tersebut.

Sumber ini manambahkan, Obama berulangkali menyatakan bahwa pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada musim panas tahun depan, namun demikian sejumlah militer AS masih akan ditempatkan di Kabul.

Berbagai sumber melaporkan bahwa sejumlah tentara tersebut yang masih tinggal di Afghanistan tidak akan ditarik lebih cepat dari rencana sebelumnya yaitu dua tahun ke depan.

News One menambahkan, setidaknya terdapat tiga faktor yang menyebabkan warga AS menerima janji Obama memanfaatkan 100 ribu pasukan tambahan ke Afghanistan untuk masa yang singkat. Faktor tersebut adalah militer, finansial dan politik. (IRIB/IRNA/MF/6/7/2010)

AS Tuntut Jepang Biayai Pemindahan Pangkalan Futenma

Menurut laporan Press TV, di tengah pengambilan keputusan untuk memindah pangkalan militer Amerika Serikat (AS) Futenma dari pulau Okinawa, Washington meminta Tokyo menanggung biaya pemindahan tersebut.

Robert Gates, menteri pertahanan AS menuntut Jepang menanggung biaya pemindahan pangkalan militer Futenma di Okinawa yang berjumlah miliaran dolar. Demikian dilaporkan Kantor Berita Kyodo.

Tuntutan AS ini mengemuka pasca prediksi bahwa biaya untuk melakukan pemindahan ini melebihi jumlah yang ditaksir sebelumnya. Selain itu, diprediksikan pembengkakan biaya tersebut dapat memperumit hubungan AS-Jepang terkait pemindahan pangkalan Futenma.

Padahal sebelumnya pemerintah Jepang telah bersedia membiayai tahap awal pemindahan pangkalan militer Futenma yang diprediksikan sebesar enam miliar dolar. Tak hanya itu, setelah dikalkulasi ulang ternyata biaya yang dibutuhkan sebesar 11 miliar dolar dan Tokyo pun bersedia menanggungnya.

Sementara itu, pemindahan pangkalan Futenma yang menelan biaya besar di saat Jepang memiliki hutang yang cukup tinggi dan mengalami krisis ekonomi telah membangkitkan kemarahan warga negara ini.

Menurut sumber ini, Jepang akan memberikan jawaban kepada AS setelah penyelenggaraan pemilu majelis tinggi pada 11 Juli mendatang. (IRIB/Press TV/MF/6/7/2010)

Tags: ,

0 comments to "Perdebatan Sengit di Washington"

Leave a comment