Home � Untuk itu, salah satu cara melemahkan kaum muslimin adalah dengan menebar permusuhan antara Syiah dan Sunni dengan isu picisan, ancaman Hilal Syiah.

Untuk itu, salah satu cara melemahkan kaum muslimin adalah dengan menebar permusuhan antara Syiah dan Sunni dengan isu picisan, ancaman Hilal Syiah.

Bulan Sabit Syiah, Fakta Ataukah Ilusi?

Semua peristiwa itu telah memicu kemarahan umat Islam sedunia terhadap kebijakan dan sepak terjang Gedung Putih. Para petinggi AS bahkan mengakui bahwa AS yang dipimpin Bush Junior semakin dibenci di dunia.

Empat tahun lalu, tepatnya pada bulan Juli dan Agustus 2006, nama Gerakan Hizbullah Lebanon mencuat dan harum karena keberhasilannya menundukkan kedigdayaan militer rezim Zionis Israel. Kemenangan Hizbullah ini sekaligus merusak strategi dan rencana AS di kawasan. Untuk membalas kekalahan ini, AS dan Israel dalam beberapa bulan terakhir gencar melakukan serangan propaganda dalam skala luas dengan mencuatkan isu adanya hilal atau bulan sabit Syiah yang membentang dari Iran lalu Irak, Suriah dan Lebanon. Dikatakan bahwa Syiah telah merebut kendali kekuasaan di negara-negara tersebut dan ini berarti ancaman bagi kaum muslim Sunni dan bangsa Arab secara umum.

Istilah Hilal Syiah pertama kali diucapkan oleh Raja Jordania Abdullah II. Pernyataan tersebut direaksi keras dan negatif oleh banyak negara dan kalangan politik. Menyusul pernyataan Raja Abdullah, beberapa pejabat tinggi dari sejumlah negara Arab dalam banyak kesempatan mengesankan bahwa Syiah adalah kelompok yang berbahaya. Muslim Syiah adalah kelompok yang eksis di banyak negara muslim dan non muslim, sama seperti eksistensi muslim pengikut empat madzhab Ahlussunnah.

Kekhawatiran terhadap Syiah tidak beralasan, mengingat madzhab ini memegang teguh ajaran al-Quran dan Ahlul Bait as, keduanya adalah pusaka yang ditinggalkan Nabi Saw untuk umat Islam. Dalam hadis Nabi yang terkenal beliau Saw bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua buah pusaka yang dengan berpegangan dengan keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya, al-Quran dan Ahlu Bait-ku. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiku kelak di telaga Surga.

Di negara-negara seperti India, Pakistan, Afganistan, dan Kuwait, muslim Syiah meski minoritas, tetapi eksistensi mereka cukup diperhitungkan. Di Iran, Irak, Bahrain, Azerbaijan, dan Lebanon, muslim Syiah menempati posisi mayoritas. Berdasarkan prinsip demokrasi sudah sepatutnya kelompok Syiah memegang kendali kekuasaan jika mereka mayoritas di negara-negara tersebut. Demikian pula halnya dengan kelompok di negara-negara yang mayoritas penduduknya bermadzhab Ahlussunnah. Meski demikian, tidak berarti mayoritas akan mengabaikan hak-hak minoritas dan kepentingan nasional.

Di Iran, setelah kemenangan revolusi Islam tahun 1979, diselenggarakan beberapa kali pemilihan umum yang bebas. Wajar saja bila di Iran mereka yang terpilih kebanyakan bermadzhab Syiah, sebab memang Syiah adalah mayoritas di negara ini. Tetapi kesyiahan mereka bukan berarti ancaman bagi saudara-saudara mereka yang Sunni. Di Iran, kelompok minoritas Sunni memiliki wakil di parlemen serta lembaga-lembaga pemerintahan dan lainnya. Bersama dengan yang lain, mereka ikut berperan memajukan negara ini.

Tahun 2003, menyusul tergulingnya rezim Baath pimpinan Saddam Hossein, rakyat Irak untuk pertama kali menggelar pemilihan umum yang bebas untuk membentuk pemerintahan demokratis. Irak adalah negara dengan mayoritas warga yang muslim Syiah. Karena itu wajar jika dalam pemilu mayoritas kursi parlemen direbut oleh para kandidat dari kubu Syiah, sehingga kemudian mereka pula yang berhak membentuk pemerintahan.

Di Bahrain beberapa waktu lalu, dilangsungkan pemilu. Di negara ini kelompok Syiah juga berhasil merebut banyak kursi. Meski demikian, kekuasaan tetap berada dalam genggaman keluarga Al Khalifah. Di Lebanon, meski warga Syiah telah memberikan pengorbanan yang besar dalam menghadapi agresi Rezim Zionis Israel, namun peran Syiah di pemerintahan masih sangat kecil. Padahal, Syiah adalah mayoritas di negara itu. Di seluruh wilayah Timur Tengah, kaum Syiah hanya memegang kekuasaan di dua negara, yaitu Iran dan Irak.

Selain Iran, Irak, Bahraian dan Lebanon, di seluruh negara Timur Tengah, Syiah tidak menempati posisi mayoritas dan kelompok muslim Sunni memegang kendali pemerintahan sejak dahulu sampai kini. Di sejumah negara, kaum Syiah bahkan ditekan dan diperlakukan secara diskriminatif. Karena itu dapat disimpulkan bahwa isu Hilal Syiah yang digembar-gemborkan saat ini, tak lebih dari kamuflase belaka untuk kepentingan politik kekuatan-kekuatan imperialis dunia. Sebab dengan memompa isu ini, mereka berharap bisa mnengadu domba antara muslim Syiah dan Sunni.

Ada satu pertanyaan penting. Mengapa sejumlah negara dan media di negara-negara muslim ikut mengungkapkan isu yang sama? Tak diragukan bahwa eskalasi pertentangan dan perselisihan di tengah umat Islam hanya menguntungkan musuh-musuh mereka, terutama AS dan Rezim Zionis Israel. Jajak pendapat menunjukkan bahwa sejak peristiwa teror 11 September dan penduduka atas Irak, umat Islam di dunia semakin membenci AS. Untuk itu, salah satu cara melemahkan kaum muslimin adalah dengan menebar permusuhan antara Syiah dan Sunni dengan isu picisan, ancaman Hilal Syiah.

Sejak serangan AS ke Afghanistan pada tahun 2001 dan pasca pendudukan Irak, telah dilakukan berbagai jajak pendapat khusus dengan responden muslim. Hasil polling itu menunjukkan bahwa kebencian umat Islam terhadap AS kian meningkat. Dengan demikian, pengalihan perhatian opini umat Islam terhadap Bulan Sabit Syiah dan ancaman infaktualnya terhadap dunia Islam, akan sangat menguntungkan pihak musuh.

Salah satu tujuan di balik propaganda Bulan Sabit Syiah dan gerakan anti-Syiah di Timur Tengah adalah upaya untuk mereduksi dukungan masyarakat regional terhadap organisasi atau gerakan anti-AS dan Rezim Zionis seperti Hizbullah di Lebanon. Di pihak lain, para penguasa negara-negara kawasan yang mengemukakan masalah Bulan Sabit Syiah, berupaya menampilkan sebagai pendukung interes AS di hadapan ancaman umat Syiah. Dalam hal ini, journal Dewan Hubungan Luar Negeri AS menyebutkan poin ini bahwa ketika Raja Jordania Abdullah II berbicara tentang Bulan Sabit Syiah, maksudnya adalah ia akan menjaga seluruh kepentingan AS di kawasan dengan harapan AS juga akan berinvestasi di Jordania.

Tak diragukan lagi bahwa konflik dan perpecahan antara Syiah dan Sunni yang diupayakan AS akan membuka medan konfrontasi antara negara-negara Islam. Kondisi seperti itu adalah yang paling ideal bagi Gedung Putih. Apalagi propaganda tersebut diamini oleh sejumlah media massa Arab dengan menebar isu anti-Republik Islam Iran dengan alasan anti-Syiah.
Contohnya, Presiden Mesir, Husni Mobarak, pasca kemenangan Hezbolah Lebanon melawan Rezim Zionis Israel mengatakan, "Orang-orang Syiah di negara-negara Arab lebih loyal terhadap Republik Islam Iran daripada tanah air mereka sendiri". Klaim Mobarak itu ditentang keras warga Syiah Arab dan menilainya sebagai sebuah penghinaan.

Klaim itu jelas sangat infaktual mengingat sejarah membuktikan bahwa mereka sangat loyal terhadap bangsa dan tanah air mereka. Contohnya dapat dilihat dalam perjuangan Hizbullah Lebanon melawan Rezim Zionis Israel atau para pejuang Syiah Irak dalam melawan pasukan Inggris pada awal abad ke 20 lalu. Perhatian warga Syiah Arab terhadap Iran berlandaskan pada ikatan batin saja dan tidak berarti ketidakloyalan mereka terhadap bangsa sendiri.

Para pengamat berpendapat bahwa klaim-klaim infaktual terhadap Republik Islam Iran soal intervensinya di negara dan lembaga Syiah di kawasan, adalah untuk melemahkan peran konstruktif Iran di dunia Islam. Karena Republik Islam Iran dengan independensi dan penentangannya terhadap kebijakan konfrontatif AS, menjadi model sistem pemerintahan Islam di dunia. Bahkan selama ini Iran selalu mengupayakan kekompakan dunia Islam. Ini semua merupakan refleksi dari ajaran Islam yang selalu menekankan persatuan, solidaritas, kekompakan, dan mengindari perpecahan dan konflik. Dukungan Iran terhadap bangsa Palestina, Lebanon, Afghanistan, Bosnia, dan negara Islam lainnya, membuktikan bahwa Republik Islam Iran pendukung seluruh umat Islam baik Syiah maupun Sunni. Republik Islam Iran mendukung penuh persatuan umat Islam di hadapan arogansi AS dan negara-negara Barat lainnya.(Ap/17/7/2010) Semoga Islam Syi'ah dan Islam Sunni dapat langgeng bekerjasama untuk kemajuan Islam yang kita cintai bersama, tanpa termakan isu picisan yang memecah belah ummat Islam..semoga....


0 comments to "Untuk itu, salah satu cara melemahkan kaum muslimin adalah dengan menebar permusuhan antara Syiah dan Sunni dengan isu picisan, ancaman Hilal Syiah."

Leave a comment