Al-Khalifah menulis, kebijakan negara-negara Arab sangat unik. Para tahanan yang ditangkap karena aksi teroris, malah mendapat hak hukum, bahkan mereka mendapatkan pembelaan dari sebuah komisi yang dibentuk khusus untuk menangani kasus terorisme. Akan tetapi para tahanan yang ditangkap karena alasan memeluk keyakinan minoritas, malah tidak mendapat hak pembelaan diri sedikitpun.

Dalam tulisannya, Al-Khalifah juga menyebutkan aksi penyiksaan atas para tahanan. Bahkan disebutkan pula, mereka ditahan tanpa adanya kejelasan masa tahanan. Al-Khalifah juga mengkritik kebungkaman lembaga-lembaga internasional atas fenomena yang terjadi di negara-negara Arab ini.

Menurut laporan Situs Ar-Rashad, Sulaiman As-Tsinyan dan Mohammad Tuaijri, walikota dan ketua interogasi kota al-Khibr dalam beberapa hari lalu berulang kali memanggil Mohammad Baqir An-Nasir dan Abdullah Al-Muhanna, dua tokoh Syiah dan meminta keduanya untuk tidak menggelar shalat berjamaah.

Sebelumnya pasukan keamanan Arab Saudi mengambil tanda tangan kedua tokoh Syiah ini untuk tidak menggelar shalat berjamaah baik di masjid maupun di rumah. Sementara itu, warga Syiah di luar kota Al-Khibr yang telah meminta izin untuk menggelar acara shalat berjamaah mendapat penentangan dari ulama Wahabi.

Pada bulan Maret dan April lalu, pasukan keamanan Arab Saudi menangkap empat warga Syiah karena melakukan shalat berjamaah dan dijebloskan ke penjara selama satu bulan.

Selama satu setengah tahun ini pemerintah Arab Saudi telah menutup sembilan masjid umat Syiah di berbagai kota negara ini. Padahal warga Syiah di Arab Saudi tercatat 20 persen dari jumlah penduduk di negara Islam ini. (IRIB/Ar-Rashad/MF/SL/20/8/2010)