New york, IRIB News-Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Rabu (22/9/2010) diwawancarai oleh Larry King, presenter terkemuka Televisi CNN.
Di salah satu bagian wawancara tersebut, Larry King bertanya soal sebagian tokoh Iran yang menyatakan bahwa sanksi telah menunjukkan pengaruhnya terhadap Iran.
Ahmadinejad menjawab, "Terkait masalah sanksi, pertama mengapa pemerintah Amerika harus menjatuhkan sanksi melebihi dari yang telah ditetapkan Dewan Keamanan PBB? Apakah langkah ilegal ini bukan menunjukkan permusuhan pemerintah Amerika dengan bangsa Iran?"
Ditambahkannya, "Sanksi tidak berpengaruh dalam proses kemajuan Iran. Sejak 30 tahun lalu bangsa Iran berada di bawah tekanan dan sanksi Amerika, namun Iran tidak membutuhkan ekonomi Eropa dan Amerika. Iran mampu menjamin seluruh kebutuhannya. Kebetulan bangsa Iran di masa pemberlakukan sanksi justru berhasil meraih kemajuan yang luar biasa."
Adapun sekaitan dengan sebagian tokoh yang mengeluarkan pendapatnya yang sama dengan Amerika, Ahmadinejad menyatakan keheranannya dan menegaskan, "Seluruh sanksi tidak berpengaruh kecuali justru mempercepat proses kemajuan bangsa Iran."
"Bangsa Iran selama 30 tahun hidup tanpa Amerika, dan maju, sementara di masa kebergantungannya dengan Amerika, Iran justru menjadi negara yang terbelakang", tegas Ahmadinejad.
Presiden Ahmadinejad menyinggung soal keberadaan 40 juta orang miskin dan 4 juta warga Amerika yang tidak memiliki tempat tinggal dan menanyakan, bagaimana bisa uang dan pajak rakyat Amerika diberikan kepada rezim Zionis Israel agar dengan pelbagai alasan rezim ini dapat menyerang Lebanon dan Palestina dan terus mengancam akan menyerang Iran.
Saat ditanya bahwa dunia khawatir akan program nuklir Iran, Ahmadinejad menjawab, "Sekaitan dengan pertanyaan ini ada dua hal yang perlu diluruskan. Pertama, dunia yang Anda maksudkan ini dunia yang mana? Apakah maksud Anda adalah Netanyahu dan pemerintah Amerika? Semua tahu bahwa dalam sebuah jajak pendapat terpercaya yang baru-baru ini dipublikasikan menyebutkan 88 persen rakyat Timur Tengah mendukung program nuklir Iran dan tidak ada yang mengkhawatirkannya, kecuali rezim Zionis Israel dan pemerintah Amerika."
Ahmadinejad menekankan bahwa Iran serius menindaklanjuti upaya pelucutan senjata nuklir Zionis Israel dan Amerika. Dijelaskannya, kini ancaman utama dunia adalah bom nuklir Amerika dan Zionis Israel. Iran akan menyeriusi langkah ini setelah terbuka peluang dengan direvisinya AD Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT). Hal ini harus dilakukan agar pemerintah Amerika dan rezim Zionis Israel dan siapa saja yang memiliki senjata atom agar segera dilucuti.
Presiden Iran menjelaskan, "Rezim Zionis Israel adalah rezim haram, buatan dan berandal sementara pemerintah Amerika sendiri tidak dapat mengontrol emosinya. Mereka dengan mudah melancarkan serangan dan membantai warga sipil. Oleh karena itu, mereka tidak layak memiliki senjata nuklir dan sudah sepatutnya agar segera dilucuti senjata nuklirnya."
"Senjata nuklir adalah senjata terburuk bagi kemanusiaan. Dengan demikian, semua pemilik senjata nuklir harus dilucuti senjatanya dan setelah ini tidak ada satu pun yang berhak memiliki senjata nuklir," tandas Ahmadinejad.
Ahmadinejad mengingatkan, "Kini semua bangsa dan negara, termasuk Amerika dan Dewan Keamanan PBB bahwa Iran tidak memiliki senjata nuklir dan tidak punya keinginan untuk memilikinya."
Sekaitan dengan masalah holocaust, Larry King bertanya kepada Ahmadinejad bahwa Fidel Castro, mantan Presiden Kuba mengecam Iran soal holocaust. Ahmadinejad menjawab, "Berita ini dipublikasikan oleh media-media Zionis Israel dan bohong. Karena kemarin, Fidel Castro mengirim pesan kepada saya terkait masalah ini dan menjelaskan bahwa tidak benar apa yang diberitakan oleh media-media itu."
Ahmadinejad menambahkan, "Pertanyaan di sini, mengapa Amerika bersikeras mendukung Zionis Israel secara mutlak dan apa sebenarnya hubungan antara pemerintah Amerika dan rezim Zionis Israel?
Larry King menjawab, "Dukungan pemerintah Amerika sebagai bentuk solidaritas atas peristiwa holocaust." Ahmadinejad mencecarnya lagi, "Pemerintah Amerika hingga kini telah membantai lebih dari seratus ribu warga Irak. Apakah dengan aksi ini, diperbolehkan tanah air Amerika dijajah dan diberikan kepada pihak lain. Bila logika yang demikian diterima, niscaya tidak ada keamanan yang dapat dibayangkan dapat terjadi di dunia." (IRIB/SL/MZ/23/9/2010)Sikap Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, yang selalu mencampuri urusan dalam negeri Iran dikritik oleh Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam kunjungannya ke New York, berusaha dijustifikasi oleh Jubir Kemlu Amerika.
Ahmadinejad Rabu (22/9/2010) dalam wawancaranya dengan televisi PBS Amerika mengatakan, "Rasa tanggung jawab internasional seperti apa ini ketika Menteri Luar Negeri Amerika mendukung kelompok penentang pemerintahan terpilih? Apakah mungkin mengatur dunia dengan sikap seperti ini? Di Iran 85 persen rakyat berpartisipasi dalam pemilu dan terbentuklah sebuah pemerintahan legal yang berdasarkan suara rakyat. Lalu apa sebabnya Clinton mendukung kelompok penentang? Campur tangan dan intervensi ini mencoreng citra Amerika yang akan dikenal sebagai pencampur tangan dan penentang demokrasi."
Ahmadinejad lebih lanjut menjelaskan, "Berdasarkan hasil jajak pendapat yang ada 88 persen responden menilai Amerika Serikat dan 77 persen menilai rezim Zionis Israel sebagai dua negara paling bahaya di dunia.
"Jika saya punya niat permusuhan, tentu saya akan mengatakan kepada Clinton untuk melanjutkan klaim dan sikap-sikap intervensifnya, akan tetapi saya secara bersahabat mengatakan bahwa berlanjutnya kondisi tersebut sangat merugikan rakyat Amerika Serikat," jelas Ahmadinejad. (IRIB/MZ/SL/23/9/2010)
Barat Menyerah dan Siap Berunding kembali dengan Iran
Wakil-wakil kelompok 5+1 dalam sebuah pertemuan di New York, AS, menegaskan kelanjutan perundingan nuklir dengan Republik Islam Iran.Sebagaimana dilaporkan IRNA dari New York, kelompok 5+1, Rabu (22/9) dalam statemennya yang dikeluarkan seusai pertemuan di kantor perwakilan Uni Eropa, menekankan pentingnya perundingan dengan Iran.
Dalam statemen itu disebutkan, "Kami menegaskan tekad dan komitmen kelompok 5+1 dalam menemukan jalan untuk mencapai kesepakatan segera tentang program nuklir Iran. Kami juga menegaskan konsentrasi pada perundingan terkait langkah-langkah yang lebih strategis untuk mencapai tujuan tersebut."
"Tujuan kami adalah melanjutkan upaya untuk menecapai kesepakatan yang lebih luas dan jangka panjang soal tujuan damai program nuklir Iran guna meyakinkan masyarakat internasional. Di samping menghormati hak legal Iran dalam memanfaatkan energi nuklir damai," tambahnya.
"Kami siap melakukan perundingan dengan Iran sesuai kesepakatan awal pada Oktober 2009 di Jenewa dan kelompok enam berharap bisa segera bertemu Iran. Republik Islam Iran juga berkali-kali menegaskan kesiapannya untuk melanjutkan perundingan nuklir dalam kerangka hukum internasional," tandas statemen itu. (IRIB/RM/LV/23/9/2010)Kelompok 5+1 akhirnya mengharapkan perundingan segera dengan Republik Islam Iran. Hal ini dikemukakan dalam sidang kelompok ini pada Rabu (22/9) di New York, Amerika Serikat (AS). Kelompok ini mengklaim tengah berusaha mencari solusi jangka panjang melalui jalur diplomasi. Menlu AS, Hillary Clinton, Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton serta menlu Inggris, Cina, Perancis, Jerman dan Rusia meminta Tehran kembali ke meja perundingan.
Meski adanya berbagai laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan sejumlah lembaga keamanan AS terkait status sipil program nuklir Iran, namun kelompok ini masih saja meminta Iran membuktikan bahwa program nuklirnya tidak menyimpang ke arah militer. Kelompok 5+1 mengaku bertekad mencari solusi cepat melalui perundingan untuk menyelesaikan kasus nuklir Iran. Kelompok ini juga menyatakan akan memusatkan perundingannya secara praktis untuk menggapai tujuan tersebut.
Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman menyebut upayanya ini untuk menghidupkan kembali kepercayaan masyarakat internasional terhadap program nuklir Iran. Kelompok ini menjamin bahwa mereka menghormati hak Iran untuk memanfaatkan energi nuklir. Dalam sidang New York kemarin, Kelompok 5+1 menunjukkan minatnya untuk bekerjasama dengan Iran khususnya terkait suplai bahan bakar reaktor riset Tehran.
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague dalam wawancaranya dengan CNN mengatakan, negara anggota Kelompok 5+1 berniat mengadakan pembicaraan serius dengan pejabat Iran terkait program nuklir negara ini. Menurutnya dalam sidang Rabu kemarin, seluruh anggota sepakat untuk mendekati Iran dan membicarakan kasus nuklir Tehran.
Sebelumnya Ashton juga menekankan pentingnya perundingan dengan Iran dalam waktu dekat. Seraya mengisyaratkan kontak antara dirinya dan Sekretaris Tinggi Dewan Keamanan Nasional Iran, Saeed Jalili, Ashton menambahkan, "Hingga saat ini saya masih aktif melakukan kontak dengan Jalili, oleh karena itu masih ada harapan untuk memulai perundingan baru."
Sikap Kelompok 5+1 ini sangat kontras dengan kebijakan Dewan Keamanan PBB yang beberapa waktu lalu menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Tindakan DK-PBB ini kemudian diikuti oleh AS dan Eropa yang menjatuhkan sanksi sepihak kepada Tehran. Sementara itu, Brazil, Rusia, India dan Cina (BRIC) mendesak PBB mengecam negara-negara yang menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran. Melalui Menlu Brazil, Celso Amorim, BRIC mengkritik penjatuhan sanksi sepihak kepada negara lain yang tidak didukung oleh PBB. Sidang Majlis Umum PBB menjadi kesempatan bagi BRIC untuk melayangkan protes mereka tersebut.
Menlu Brazil, Celso Amorim mengatakan, "Kami mulai memiliki beberapa koordinasi politik pada resolusi Majelis Umum." Ditambahkannya, dalam beberapa kasus kita bahkan menentang sanksi multilateral, maka pastilah sanksi sepihak tidak dapat diterima kerena sudah keluar dari sistem PBB. (IRIB/MF/SL/23/9/2010)New York, IRIB News-Televisi CNN Amerika melaporkan, Presiden Republik Islam Iran dalam wawancaranya dengan Larry King, ‘menghabisi' Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.
Serangan Ahmadinejad
Mahmoud Ahmadinejad Rabu (22/9) dalam wawancaranya dengan pembawa acara terkemuka CNN, Larry King, melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, dan bahkan menyebutkan sebagai "kriminal profesional" yang harus dihukum karena telah membantai perempuan dan anak-anak.
Ahmadinejad menolak Iran merugi akibat sanksi dan bahkan ia menolak berjanji untuk bertemu dengan sejawatnya asal Amerika Serikat, Barack Obama, jika telah tersedia peluang. Dalam hal ini Ahmadinejad mengucapkan satu kata, "Tergantung."
Soal program nuklir Tehran, Ahmadinejad mengatakan, "Kami tidak mengacu bom nuklir."
Koran Christian Science Monitor menulis, Ahmadinejad memiliki banyak hal yang akan dibicarakan di PBB, namun apakah dialog akan berlangsung?
Sumber tadi menyebutkan, "Presiden Iran kembali tampil di panggung PBB dan mengatakan bahwa Iran siap berdialog soal program nuklirnya, namun Barat yang tidak memberikan jawaban resmi kepada Iran.
Hubungan Amerika-Iran Sebenarnya Mudah
Situs Bloomberg menulis, Ahmadinejad menyatakan bahwa dimulainya hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Iran dapat berlangsung mudah. Menurutnya, tidak ada masalah soal dimulainya hubungan Amerika Serikat dengan Iran.
Dalam konferensi videonya dengan para dosen di Amerika Ahmadinejad mengatakan, "Kondisinya menurut saya mudah. Pemerintah Amerika Serikat harus menghormati bangsa Iran dan agar menerima persamaan dalam sebuah hubungan."
Kritik atas Hukuman Mati Atas 53 Perempuan di Amerika
Pidato Ahmadinejad di PBB yang mengecam kehadiran Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Afghanistan dan pembantaian warga tak berdosa di negara itu, santer disorot media-media massa Spanyol.
Media massa Spanyol menyebutkan, "Ahmadinejad mengecam negara-negara Barat karena terlalu "cerewet" soal vonis rajam terhadap seorang perempuan Iran dan menyatakan bahwa vonis tersebut hingga kini belum final."
Namun di sisi lain, Ahmadinejad menyinggung keberadaan 53 perempuan Amerika di penjara-penjara negara ini yang tengah menanti giliran digantung.
Kecaman atas Perang Terhadap Negara-Negara Islam
Koran Elmundo terbitan Spanyol menulis, Ahmadinejad sangat menyesalkan peperangan terhadap negara-negara Islam yang kini disebut-sebut sebagai peperangan anti-terorisme. Ahmadinejad menilai kehadiran pasukan NATO di Afghanistan hanya menimbulkan kesengsaraan dan pembantaian.
Dikatakan Ahmadinejad, kehadiran NATO di Afghanistan dengan alasan memberantas terorisme dan segelintir pihak yang bertanggung jawab atas serangan 11 September.
"Korban serangan 11 September mencapai tiga ribu orang, namun hingga kini berdasarkan data-data yang ada, tak kurang dari 110 ribu nyawa orang tak berdosa Afghanistan melayang. Dan tidak jelas sampai kapan pembantaian itu berlanjut."
Ahmadinejad menyebut perang di Afghanistan bukan pembalasan terhadap terorisme, melainkan pembalasan terhadap negara-negara Islam.
Perang dengan Iran Akan Tanpa Batas
Koran as-Siyasah terbitan Kuwait menganalisa pidato Ahmadinejad di PBB dengan menurunkan laporan utama bertajuk "Segala Bentuk Perang dengan Amerika, Serius dan Tanpa Batas."
Presiden Iran Rabu (22/9) memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat menyerang Iran, maka Washington akan menghadapi peperangan "tanpa batas."
Ahmadinejad menuntut Amerika Serikat untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Iran.
Dikatakannya, "Amerika Serikat tidak tahu apa perang itu, karena ketika memulai perang AS tidak mengenal batasan-batasannya." (IRIB/MZ/SL/23/9/2010)
0 comments to "Negara Islam tanpa Amerika akhirnya bisa maju..!!!.."