Koran Daily Mail cetakan Inggris menulis, perubahan dekorasi ruang kerja Barack Obama mengindikasikan kebutuhan Presiden AS itu kepada seorang guru sejarah. Situs Iran News Network Senin kemarin (06/9) mengutip koran Daily Mail Inggris melaporkan, meski Obama telah bekerja 18 bulan di Oval Office, Gedung Putih, namun perubahan dekorasi baru ruang itu menunjukkan kebutuhan Sang Presiden kepada seorang guru sejarah.
Daily Mail menambahkan, di seluruh sisi karpet baru yang dipasang di ruang kerja Obama dihiasi kalimat-kalimat singkat dari Abraham Lincoln, Theodore Roosevelt, John F. Kennedy, dan Martin Luther King, namun kalimat yang ditulis atas nama Lincoln dan Luther King sebenarnya bukan ucapan mereka. Ditambahkannya, kalimat tersebut sebenarnya ucapan tokoh reformis AS, Theodore Parker.
Pada tahun 1850, Parker menulis, "Demokrasi adalah pemerintahan seluruh rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat." Kemudian Lincoln dalam pidato populernya tentang perang dalam negeri AS yang dikenal dengan Gettysburg pada 19 November 1863 menggunakan kalimat tersebut. Waktu itu Lincoln mengatakan, "Pemerintahan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat."
Perubahan dekorasi ruang kerja Obama diresmikan bersamaan dengan pengumuman berakhirnya misi tempur AS di Irak. (IRIB/RM/SL/7/9/2010)Komandan tertinggi Amerika Serikat di Afganistan, Senin, mengritik keras rencana gereja di Florida membakar Quran pada 11 September. "Pembakaran dapat menimbulkan masalah bagi pasukan Amerika Serikat di manapun."
"Itu membahayakan pasukan dan bisa merugikan seluruh upaya yang dicapai di Afganistan," kata Jenderal David Petraeus.
Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, akan memperingati serangan 11 September 2001 terhadap New York dan Washington dengan cara membakar berkopi-kopi Quran. Pihak gereja menegaskan bahwa tindakan ini "tidak didasarkan pada kasih atau kebencian", melainkan sebagai sebuah peringatan melawan apa yang disebut dengan ancaman terhadap sikap Islam.
Gereja di Gainesville, Florida, dipimpin Pastor Terry Jones mengundang masyarakat datang ke gereja pada 11 September pukul 6 pagi hingga 9 malam untuk memperingati sembilan tahun serangan teroris dengan cara membakar Quran bertema "Hari Pembakaran Quran Internasional."
Menurut Pastor Terry Jones, para jemaat gereja tersebut percaya bahwa "Islam adalah setan."
Rencana pembakaran Quran mendapatkan kritik dan protes dari umat Muslim di Amerika Serikat dan berbagai negara. Bahkan ribuan umat Muslim di Indonesia protes keras melalui kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta, Ahad.
"Pembakaran tidak hanya menghina kitab suci al-Quran, tetapi juga menistakan umat Islam di seluruh dunia," kata Muhammad Ismail, juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia.
Rencana pembakaran Quran selain ditentang umat Islam di seluruh dunia juga dari kalangan Kristen. Umat Kristen Evangelis yang tergabung dalam National Association of Evangelicals (NAE) meminta Dove World Outreach Center membatalkan rencana pembakaran tersebut.
Sementara itu Presiden Kongres Kristen Pakistan (PCC) Dr. Nazir S. Bhatti meminta Pastor Terry Jones membatalkan rencananya sebab hal itu akan membahayakan keberadaan agama-agama minoritas di negara-negara Islam.
Dia mencontohkan, serangan terhadap gereja di Pakistan muncul ketika pasukan NATO menginvasi Irak dan Afganistan. Ini merupakan kondisi tolerasi beragama terburuk di Asia Selatan. Umat Kristen di Irak, Mesir, Malaysia, Indonesia, Bangladesh, India, dan Pakistan bakal mendapatkan tekanan dan properti terancam oleh Muslim fundamental.
"Pembakaran Quran di Amerika Serikat akan digunakan oleh kelompok Islam garis keras sebagai alasan menyerang umat Kristen," katanya.
Jenderal Petraeus mengingatkan, sekitar 120 ribu pasukan Amerika Serikat dan NATO kini masih bertempur melawan al-Qaidah dan sekutunya Taliban. Menurutnya, pembakaran Quran "merupakan peristiwa yang tepat bagi Taliban memanfaatkan dan dapat menggunakan masalah ini untuk membakar semangat umat Islam di seluruh dunia." (IRIB/Tempo Interaktif/RM/7/9/2010)
Dunia Islam Berutang Jasa Pada Ahmadinejad
Wakil Ketua Partai Jamaah Islam Pakistan, Khurshid Ahmad mengecam kejahatan rezim Zionis Israel di Gaza dan memperingatkan Tel Aviv untuk memperhitungka serius kekuatan dunia Islam.Hal itu dikemukakannya kemarin (7/9/2010) dalam wawancaranya dengan kantor berita IRNA. Dikatkaannya, Israel adalah rezim ilegal dan penipu, oleh karena itu, alasan yang dikemukakan Tel Aviv untuk memblokade Gaza yang dihuni sekitar 1.5 juta warga Palestina itu, infaktual dan bahkan klaim-klaim tersebut tidak pernah terbukti.
"Alasan rezim Zionis untuk memblokade Gaza dari sisi hukum juga tidak benar," jelasnya.
Menurutnya, klaim Israel untuk mengurangi blokade atas Gaza dengan dimonitor oleh sejumlah negara Barat, tidak lebih dari penipuan opini dunia yang telah dilakukan berulangkali oleh rezim Zionis Israel dengan dukungan para kroninya.
Menyinggung dimulainya perundingan damai antara rezim Zionis Israel dan Otorita Ramallah di Washington, Khorshid Ahmad menegaskan, "Kinerja Israel untuk hadir di meja perundingan selain menunjukkan kelemahan dan kemandulannya menghadapi tekanan opini dunia juga membuktikan keberhasilan gerakan muqawama Palestina." Namun dunia Islam juga di sisi lain harus selalu memperhatikan gerak-gerik rezim bengis tersebut, ujar Ahmad.
Lebih lanjut, anggota parlemen Pakistan itu menandaskan, "Pembentukan rezim "haram" Israel dalam 60 tahun terakhir telah menelantarkan jutaan orang dan penindasan terhadap ratusan ribu lainnya dengan berbagai macam cara."
Rezim Zionis Israel dinilainya sebagai simbol rasisme dan dunia Islam sangat berutang jasa terhadap Revolusi Islam Iran dan para pemimpin Republik Islam Iran, termasuk Presiden Mahmoud Ahmadinejad dalam gerakan penentangan terhadap rezim Zionis Israel. (irib/8/9/2010)Rezim Zionis Israel akhirnya mengakui kebenaran foto-foto dan rekaman video yang dibeberkan oleh Sekjen Gerakan Muqawama Lebanon (Hizbullah), Sayid Hasan Nasrullah yang membuktikan keterlibatan Israel dalam Operasi Ansariah. Operasi tersebut dirancang untuk meneror mantan perdana menteri Lebanon, Rafiq Hariri.
Koran Maariv edisi Selasa (7/9) menulis, "Komisi yang ditunjuk oleh Badan Intelejen Militer Israel yang bertugas menyelidiki kebenaran foto dan rekaman video yang diungkap oleh Sayid Nasrullah dalam sebuah konferensi persnya, menyatakan bahwa Hizbullah telah menyusup ke sistem pengiriman signal dari pesawat pengintai Israel dan dengan demikian foto-foto serta rekaman video tersebut benar dan bukan rekayasa."
Sayid Nasrullah dalam pidatonya bulan lalu menyatakan, Hizbullah memaparkan bukti-bukti foto dan rekaman video tentang keterlibatan Israel dalam operasi teror Rafiq Hariri. Bukti-bukti itu dikemukakan menyusul rencana pengadilan internasional teror Rafiq Hariri untuk mengumumkan keterlibatan sejumlah anggota Hizbullah dalam teror Rafiq Hariri. (irib/8/9/2010)Koran Haaretz mengkonfirmasikan adanya krisis baru antara rezim Zionis Israel dan Venezuela. Sebagaimana dilaporkan Qudsna hari ini (Selasa, 07/9), Presiden Venezuela Hugo Chavez menilai Israel sebagai musuh abadi Yahudi karena kebijakan rasis Zionis terhadap bangsa Palestina.
Haaretz menulis, "Hugo Chavez menyatakan bahwa Yahudi Venezuela menjalankan Protokol Zionis terhadap setiap orang non Yahudi, masalah ini secara signifikan merusak ekonomi Venezuela."
Pernyataan itu membangkitkan kemarahan dan kekesalan sejumlah Yahudi Venezuela sampai-sampai sebagian mereka mengakui bahwa Chavez telah menindas warga Yahudi yang tinggal di sana.
Yahudi Venezuela juga mengklaim bahwa media massa milik pemerintah menjalankan kebijakan anti Semit.
David Bitan, wakil ketua Komunitas Yahudi Venezuela mengatakan, "Sentimen anti Yahudi di Venezuela tengah meningkat dan masalah ini sangat mengkhawatirkan."
Salah satu isi Protokol Zionis adalah dominasi Yahudi atas media dunia. Menurut mereka, dominasi atas media dan ekonomi dalam jangka panjang dapat meningkatkan hegemoni dan kekuasaan Yahudi di dunia.
Chavez sebelumnya mengkritik tindakan brutal Zionis terhadap bangsa Palestina. Pemerintah Venezuela juga mengusir duta besar Israel dari Karakas setelah rezim itu menyerang Jalur Gaza. (IRIB/RM/SL/7/9/2010)Tel Aviv, IRIB News, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benyamin Netanyahu menegaskan bahwa Tel Aviv harus mencegah terbentuknya negara Palestina yang anti-Israel.
Seperti dilaporkan radio Israel, Netanyahu menekankan bahwa warga Zionis harus menjadi mayoritas di Palestina pendudukan. Ia menambahkan, negara Palestina dan anti-Israel tidak akan pernah terbentuk di kawasan.
Saat berpidato di depan dewan keamanan nasional, Netanyahu mengatakan, penekanan untuk menjadikan warga Zionis sebagai etnis mayoritas di wilayah pendudukan adalah strategi untuk menangkal berbagai ancaman.
Sementara itu, perudingan langsung antara Israel dan Otorita Ramallah pimpinan Mahmoud Abbas yang digelar dua September lalu di Washington kembali gagal mencapai kesepakatan. Adapun babak baru perundingan ini rencananya akan digelar di Mesir. (IRIB/MF/LV/7/9/2010)
0 comments to "Obama Butuh Guru Sejarah..!!!! Hingga pembakaran Al-Qur'an...!!!!...."