Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut bangsa Iran sebagai simbol pembebasan dari belenggu arogansi dan kebahagiaan bagi ummat Islam. Dikatakannya, "Para musuh mengesankan tengah menarget Iran, tapi pada dasarnya mereka tengah membidik Islam dan Al-Quran."
Rahbar dalam pertemuannya dengan ribuan pemuda Basiji (Pasukan Relawan Iran) menyebut "kecintaan dan keimanan" serta "hati nurani dan tekad" sebagai faktor utama gerakan bangsa Iran dan spirit Basiji. Ditegaskannya, "Motor penggerak kegigihan dan kemuliaan bangsa Iran adalah Islam, spritual dan Al-Quran."
Lebih lanjut Rahbar mengatakan, "Revolusi dan Imam Khomeini ra kepada bangsa Iran yang sadar, mempersembahkan empat hal, yakni kecintaan, keimanan, hati nurani dan tekad." Ditambahkannya, berlanjutnya empat hal ini dalam tiga dekade terakhir berhasil mengokohkan hasil revolusi Islam Iran yang kian aktual.
Dalam pidatonya , Rahbar juga mengatakan bahwa bangsa Iran tengah melewati fase yang berbahaya. Dikatakannya, "Dalam 30 tahun terakhir ini, kami mampu melewati banyak titik berbahaya dan sensitif bagi masa depan bangsa ini. Akan tetapi kita masih belum melewati seluruh fase berbahaya itu. Bangsa Iran dan para pejabat negara ini harus tetap melanjutkan langkah ini dengan waspada, rasional dan bersatu."
Seraya mengapresiasi tekad, hati nurani dan kemampuan bangsa Iran, Rahbar mengatakan, "Bangsa Iran yang juga berada dalam front terdepan menghadapi arogansi dunia, terus melanjutkan kegigihan tanpa kenal mundur. Dengan kekuatan Revolusi Islam, bangsa Iran terus maju."
Rahbar juga menyinggung pernyataan para musuh di awal Revolusi Islam Iran yang berniat akan menundukkan Iran dalam hitungan hari. Dikatakannya, "Para musuh di awal Revolusi Islam Iran berniat menggulingkan Iran dalam waktu tiga hari dan sepekan. Mereka tidak akan mengulangi pernyataan konyol itu. Ini menunjukkan kelemahan para musuh dan kekuatan bangsa Iran."
Dalam kesempatan itu, Rahbar juga menyinggung dukungan penuh arogansi dunia baik dari senjata, dana, politik dan propaganda, kepada Saddam Hussein dalam perang delapan tahun. Dikatakannya, "Para musuh melempar Saddam Husein yang sebelumnya menjadi alat arogansi dunia untuk melawan Imam Khomeini ra dan bangsa Iran, dan kemudian Saddam mati dengan hina. Sementara Revolusi Islam Iran dan rakyat pendukung Imam Khomeini kian kuat dari hari ke hari. Ini adalah sebuah pengalaman yang dapat terulang kembali." (IRIB/AR/MF/22/9/2010)Penistaan yang dilakukan oleh segelintir orang di Amerika Serikat terhadap al-Qur'an tanggal 11 September lalu telah memantik reaksi keras di Dunia Islam dan berbagai masyarakat Dunia Barat. Aksi tersebut dilakukan dengan cara merobek dan membakar beberapa lembar dari al-Qur'an dengan maksud penghinaan terhadap kesucian kitab suci ini. Sebelumnya Terry Jones, pendeta di Florida Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan provokatifnya mengajak orang-orang Kristen untuk membakar al-Quran pada peringatan serangan 11 September. Alasannya, menurut Jones, serangan teror 11 September dilakukan oleh orang-orang Islam.
Pernyataan itu direaksi keras oleh berbagai tokoh dan lembaga Muslim di seluruh dunia sehingga memaksa sang pendeta mengurungkan niat penghinaan yang menghebohkan itu. Namun apa lacur, beberapa orang telah memenuhi seruan itu dan melakukan apa yang disarankan oleh Jones. Aksi penghinaan dan pembakaran al-Qur'an pun terjadi di depan mata polisi Amerika. Hati satu setengah miliar Muslim terluka. Kitab suci yang menyeru perdamaian, kasih sayang dan keadilan serta membenarkan ajaran kebenaran yang dibawa para nabi sebelumnya itu telah dilecehkan.
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi mukjizat akan kebenaran ajaran Nabi Muhammad Saw. Kitab ini diturunkan dari langit untuk menjadi panduan bagi umat manusia menuju kebahagiaan. Kitab yang disucikan dan diagungkan oleh umat Islam itu dinistakan di kota New York dengan disaksikan oleh jutaan warga di Amerika lewat kaca televisi.
Menyusul terjadinya pelecehan tersebut, Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam sebuah pesan tertulisnya yang ditujukan kepada bangsa Iran dan umat Islam, menyebut aksi jaringan Zionisme di dalam tubuh pemerintahan AS sebagai dalang dari aksi pelecehan yang keji terhadap kesucian al-Qur'an. Seraya menjelaskan berbagai konspirasi dan target zionis di balik permusuhannya terhadap Islam dan al-Qur'an, beliau menegaskan, "Untuk membuktikan kebenaran klaimnya yang mengaku tidak terlibat sama sekali dalam konspirasi ini, pemerintah AS harus menghukum para pelaku asli kejahatan ini dengan balasan yang semestinya."
Di Iran dan berbagai negara Islam, warga Muslim menggelar aksi demonstrasi besar-besaran mengecam aksi pelecehan terhadap al-Qur'an. Dunia Islam mendesak agar para pelaku penistaan itu diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman yang setimpal. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman menyebut aksi pelecehan terhadap al-Qur'an sebagai serangan terhadap umat Islam. Seraya menyebutnya sebagai aksi yang mengejutkan dan tidak bisa diterima, Menlu Malaysia mengatakan, "Tidak satupun figur atau lembaga keagamaan dengan reputasi baik yang merasa berhak meski hanya untuk berpikir melakukan tindakan penistaan seperti itu."
Isham al-Uryan salah seorang tokoh Gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir menyebut aksi pembakaran kitab suci al-Quran sebagai tindakan yang berpangkal pada pemikiran gaya abad pertengahan dan barbarisme. Menurutnya aksi itu hanya akan semakin memperburuk sentimen anti Amerika di dunia.
Abdul Bari Athwan, Pimpinan Redaksi koran al-Quds al-Arabi dalam sebuah tulisannya, menjelaskan akar dari aksi pelecehan terhadap al-Qur'an. Dia menuliskan, "Aksi pembakaran al-Qur'an di New York bukan fakta yang muncul secara tiba-tiba tapi lebih merupakan hasil dari kebijakan dan perilaku anti Islam yang diperlihatkan oleh Amerika Serikat dalam sembilan tahun terakhir dan tindakan diskriminatif rezim Washington terhadap warga asal negara-negara Islam."
Athwan lebih lanjut menceritakan kunjungannya beberapa kali ke Amerika setelah peristiwa 11 September 2001. Dia mengatakan, "Dalam beberapa kunjungan itu saya menyaksikan sendiri bagaimana mereka memperlakukan orang Islam. Orang akan dilecehkan dengan keji di Amerika di depan orang banyak dari berbagai kelompok dan ras, hanya karena berasal dari negara Arab, memiliki nama Arab atau karena menganut agama Islam.
Pimpinan Redaksi al-Quds al-Arabi menambahkan, "Dalam kunjungan terakhir ke Amerika saya tercengang menyaksikan perlakuan petugas FBI yang sedemikian melecehkan terhadap warga asing. Kali ini perlakuan buruk itu tidak hanya ditujukan kepada warga Muslim tetapi juga warga dari ras-ras lain khususnya orang-orang Sikh asal India. Mereka dianiaya hanya lantaran tidak tahu harus melewati jalur khusus untuk memasuki airport New York.
Fahmi Huwaidi, wartawan kenamaan asal Mesir menyinggung aksi pembakaran al-Qur'an dalam sebuah tulisannya berjudul ‘Mengapa Mereka membenci Kita?' yang dimuat koran al-Shuruq yang merupakan surat kabar dengan oplah terbesar kedua di Mesir. Dalam tulisannya, Huwaidi menyatakan, "Saya pikir, kini kita berhak untuk bertanya-tanya, ‘mengapa mereka membenci kita?'. Atau dengan kata lain, ‘mengapa mereka sedemikian membenci kita sehingga merasa berhak menghina kesucian kita tanpa ada rasa takut dan cemas? Sebab, mereka tahu bahwa mereka tidak akan menghadapi hukuman apapun dengan penghinaan itu dan tak ada seorangpun yang akan mencegah tindakan mereka. Presiden Barack Obama memang telah mengecam dan Menteri Luar Negeri AS juga menyebut aksi itu sebagai tindakan yang keji dan tidak patut. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah skenario apakah yang ada di balik tabir dalam sebuah rangkaian peristiwa yang diawali dengan menentang pembangunan masjid di New York dan berakhir dengan membakar al-Qur‘an?"
Fahmi Huwaidi melanjutkan, "Reaksi yang bermunculan di tengah para politikus Amerika dan dunia terhadap pembakaran al-Qur'an menunjukkan bahwa sentimen anti Islam di tengah warga Amerika semakin meningkat. Para ektrimis di sana tak segan menyerang siapa pun juga dengan alasan warna kulit, agama dan rasnya. Data menunjukkan bahwa volume penyerangan terhadap pusat-pusat agama Islam di seluruh Amerika meningkat tajam dibanding tahun lalu. Padahal, secara lahiriyah warga Amerika memilih Obama sebagai presiden karena slogan perubahan yang diusungnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki citra Amerika yang buruk di dunia termasuk di Dunia Islam."
Tanggal 11 September lalu, terjadi kejahatan yang sangat keji. Akan tetapi kejahatan yang lebih keji ternyata dilakukan oleh Amerika dan sekutu-sekutunya. Peristiwa 11 September telah dijadikan alasan untuk menyerang Afghanistan, menghancurkan negara itu, serta membantai dan menyengsarakan rakyatnya. Tak heran jika lantas banyak yang mencurigai adanya skenario terselubung di balik serangan 11 September. Pemerintah Amerika sendiri sampai saat ini belum pernah memberikan jawaban atas sederet pertanyaan seputar serangan teror menara kembar WTC. Sembilan tahun sudah berlalu, namun siapa pelaku sebenarnya belum pernah terungkap dengan jelas.
Di tahun 2010, peringatan 11 September diwarnai dengan aksi pembakaran al-Qur'an. Aksi itu mempertontonkan dalamnya sentimen anti Islam dan kebencian terhadap umat Muslim. Lokasi pembakaran al-Qur'an itu adalah kota yang sama yang telah memicu polemik beberapa waktu lalu, yaitu New York. Polemik itu muncul setelah adanya penentangan dari berbagai pihak di Amerika terhadap rencana pembangunan masjid di sana. Aksi penentangan itu berujung provokasi dan tindakan membakar kitab suci umat Islam. Apa yang ingin dimunculkan dari drama ini adalah kesan keterlibatan ajaran Islam dan agama Islam dalam serangan 11 September. Kisah pembakaran al-Qur'an di New York bukan kasus yang pertama kali terjadi. Aksi-aksi serupa sudah terjadi berulang kali, namun gaungnya kali ini sangat besar karena diliput secara besar-besaran.
Para pembenci Islam dan penentang al-Qur'an merasa bahwa dengan melakukan penghinaan terhadap kitab suci ini mereka dapat meraih target imperialismenya. Sebab, mereka beranggapan bahwa tindakan itu bisa melemahkan dan menggoyahkan ajaran Islam dan selanjutnya mereka bisa mengukuhkan ideologi Barat sebagai ideologi yang berkuasa tanpa tersaingi di dunia. Padahal dampak yang ditimbulkan justeru sebaliknya.
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang membawa ajaran murni dan suci. Kitab samawi ini dapat menjadi panutan bagi umat manusia untuk meraih kesejahteraan. Tak heran bila sebuah penerbit yang mencetak dan menerbitkan al-Qur'an di New York memprediksikan bahwa aksi pembakaran al-Qur'an bakal membuat masyarakat di Dunia Barat semakin mengenal kitab suci ini. Menurutnya, dengan adanya aksi pembakaran, banyak orang tertarik untuk membuka-buka lembaran al-Qur'an dan mengenalnya. Sebagian bahkan tertarik untuk memeluk ajaran Islam.(irib/22/9/2010)
Serangan teror dilancarkan hari ini (22/9) di saat warga tengah menyaksikan parade militer di Iran memperingati Pekan Pertahanan Suci era perang Iran-Irak 1980-1988. Sembilan orang tewas dan 20 lainnya cedera. Insiden terjadi di kota Mahabad di Provinsi Azarbaijan Barat.
Menurut Gubernur Jenderal Azerbaijan Barat, Vahid Jalalzadeh, "Jumlah korban tewas belum bertambah dan dilaporkan hanya sembilan orang."
Ditambahkannya, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Menurutn Jalalzadeh, "para teroris anggota kelompok anti-Revolusi berada di balik kejahatan brutal tersebut."
Pejabat setempat tengah mengidentifikasi secara meluas untuk menangkap pelaku. Hingga kini belum ada kelompok atau pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas aksi teror tersebut.
Hari ini (22/9) Angkatan Bersenjata Iran merayakan Pekan Pertahanan Suci memperingati perang 1980-1988 yang dipaksakan oleh rezim Saddam Irak terhadap Iran. Dalam parade itu, Angkatan Bersenjata Iran memamerkan kekuatan dan kemampuannya. (IRIB/MZ/MF/229/2010)
Data Terbaru Korban Teror Parade Militer di Iran
Jumlah korban aksi teror di Mahabad, Provinsi Azarbaijan Barat, Iran kemarin (Rabu,22/9) bertambah dari data sebelumnya. Kepala Humas Departemen Kesehatan Republik Islam Iran menyatakan berdasarkan data terbaru 12 orang tewas dan 75 lainnya cidera dalam serangan teror itu.
Serangan teror tersebut terjadi kemarin (Rabu,22/9) di saat warga tengah menyaksikan parade militer di Iran memperingati Pekan Pertahanan Suci era perang Irak-Iran pada tahun 1980-1988. Data sebelumnya menyebutkan sembilan orang tewas dan 20 lainnya cedera.
Angkatan Bersenjata Iran Kemarin (22/9) merayakan Pekan Pertahanan Suci memperingati kemenangan atas perang yang dipaksakan oleh rezim Saddam Irak terhadap Iran. Dalam parade itu, Angkatan Bersenjata Iran memamerkan kekuatan dan kemampuannya. (IRIB/PH/23/9/2010)
0 comments to "Rahbar: Musuh Bukan Menarget Iran, Tapi Islam dan Al-Quran"