Yayasan Albayyinaat Keluarkan Buku Tentang Bahaya Syiah (Semoga PBNU di bawah kepemimpinan Prof.Said Agil Siradj membersihkan NU dari oknum Kelompok Takfir....kasihan NU dan Ummat!)
Minggu, 10 Januari 2010 18:51 WIB
Surabaya (ANTARA News) - Yayasan Albayyinaat mengeluarkan buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" yang berisi tentang bahaya aliran Syiah bagi masyarakat, khususnya umat muslim di Indonesia.
Buku yang ditulis Alhabib Achmad Zein Alkaaf yang menjabat Ketua Bidang Organisasi Yayasan Albayyinaat itu diluncurkan di Surabaya, Minggu, dengan dihadiri ulama asal Hadramaut, Yaman, Alhabib Umar bin Hafid.
Dalam buku setebal 312 halaman itu, Zein mengingatkan bahaya aliran Syiah Imamiyyah Itsna `Asyariyyah (Madzhab Ahlul Bait) bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
"Buku ini penting bagi para pejabat dan ulama, agar tidak terpengaruh aliran Syiah," kata Zein mengenai buku yang dalam edisi perdananya itu dicetak sebanyak 5.000 eksemplar.
Yayasan Albayyinat merupakan organisasi sosial keagamaan di bidang dakwah Islammiyah berdasarkan akidah Ahlussunah wal Jamaah. Selama ini Yayasan Albayyinat membantu pemerintah dalam mewaspadai gerakan dan ajaran Syiah.
Sementara Zein hingga saat ini tercatat sebagai anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim dan tercatat dalam jajaran Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim.
"Saat ini, banyak tokoh NU dan Muhammadiyah yang mulai membela Syiah. Buku ini dapat membentengi pengaruh Syiah," katanya.
Sementara itu Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori menyambut baik terbitnya buku berjudul "Export Revolusi Syiah ke Indonesia" karya Achmad Zein Alkaaf itu.
Menurut dia, sejak 1984 MUI telah menyatakan, Syiah memiliki perbedaan pokok dengan mazhab Ahlussunah Wal Jamaah yang dianut mayoritas umat Islam di Indonesia.
"Mengingat perbedaan pokok menyangkut pemerintahan, MUI mengimbau kepada umat Islam meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syiah," katanya.
Dukungan atas terbitnya buku itu juga disampaikan Ketua PWNU Jatim, KH Hasan Mutawakil `Alallah. Menurut dia, apa yang disampaikan penulis dalam buku itu memang benar adanya.
"Yang menjadi ancaman bukan hanya akidah Islam, melainkan juga konstitusi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo itu.
Menurut dia, KH Hasyim Asy`ari telah membentengi umat muslim Indonesia dari ajaran Syiah dengan mendirikan organisasi NU pada 1926.
"Hingga saat ini warga nahdiyin masih berpegang teguh salah satu dari empat mazhab yang Ahlussunah Wal Jamaah, yakni Syafi`i, Maliki, Hanafi, dan Hambali," katanya.
PWNU meminta pemerintah juga turun tangan dalam menangani masalah bahaya Syiah tersebut untuk menghindari terjadinya pergolakan antarpenganut mazhab di Irak atau Iran merembet ke Indonesia.(*)
Peluncuran Buku
Sunni-Syiah Berpelukan?
Demo Anti-Syiah di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur (GATRA/Arif Sujatmiko)Dua ratus orang lebih memadati ruang pertemuan Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Sabtu pagi pekan lalu, Menteri Agama di era akhir Presiden Soeharto, M. Quraish Shihab, meluncurkan buku bertajuk Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?. Buku teranyar karya Quraish Shihab ini membahas ajaran murni kelompok muslim Sunni dan Syiah, dengan merujuk pada literatur masing-masing pihak.
Adapun motif ditulisnya buku tentang Sunni-Syiah itu, menurut Quraish, karena ia ingin menghindari pertikaian antar-sesama umat tauhid. Menurut Quraish, "Langkah menggandengkan dua mazhab besar umat Islam itu mesti dipandang terlebih dahulu kemungkinannya di tingkat ajaran atau doktrin." Langkah berikutnya adalah melaksanakannya di tataran riil.
Di tingkat riil inilah yang menjadi masalah bersama. Pertikaian antara kelompok Sunni dan Syiah dari masa ke masa semakin meruncing. Konflik berbaru ajaran agama itu kini tak lagi hanya meledak di negara-negara Timur Tengah seperti Irak. Di Indonesia pun kerap muncul.
Pada 20 April lalu di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, sedikitnya 500 pengunjuk rasa menuntut dibubarkannya institusi yang dinilainya sebagai penyebar ajaran Syiah. "Syiah Go to Hell", "Selamatkan Anak-Cucu dari Ajaran Sesat Syiah", adalah sebagian spanduk yang diusung pengunjuk rasa. Sebelumnya, aksi-aksi penolakan terhadap jamaah dan ajaran Syiah terjadi di beberapa kota. Antara lain di Bondowoso, Jember, dan Pamekasan --semuanya di Jawa Timur.
"Jamaah kami di sejumlah daerah senantiasa menerima tuduhan-tuduhan yang sangat berat," tutur Ahmad Syaifullah Saragih. Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Dewan Tanfidziyah IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul-Bait Indonesia) itu menjelaskan bahwa dirinya bersama jajaran Pengurus Pusat IJABI selalu mengadvokasi jamaahnya hingga ke daerah-daerah di Indonesia.
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Agil Siradj, yang menjadi pembahas dalam acara peluncuran buku Quraish, sejumlah tradisi Syiah sebetulnya telah masuk ke komunitas ahlusunnah di Indonesia. "Cukup banyak syair dan doa tradisi Syiah yang tidak bisa dilepaskan dari tradisi kaum nahdliyyin," katanya.
Di antaranya tradisi barjanji di lingkungan nahdliyyin sangat kental dengan tradisi Syiah-nya karena mengagungkan nama Imam Ali. "Tarekat yang ada di Indonesia, kalau ditelusuri silsilahnya, banyak yang sampai ke Imam Ali," ujar Said Agil. "Buku ini sangat tepat hadir, karena konfliknya sudah terjadi di seantero nasional dan internasional," ungkapnya.
Meski ada kedekatan secara budaya, toh nyatanya gesekan itu ada dan cenderung melebar secara geografis. Karena itu, menurut Quraish, pemerintah tak bisa tinggal diam. Ia mesti berperan aktif mendamaikannya. Quraish berpendapat, yang lalu biarlah berlalu. "Mari kita harmonikan dan menatap masa depan," tuturnya.
Dalam pandangan Quraish, ukhuwah dua komunitas ini bisa terwujud dengan prinsip mencintai dan mengikuti Rasul SAW dan keluarganya serta Al-Quran sebagai pegangan. "Sehingga tidak akan tersesat siapa pun yang berpegang pada keduanya," papar Quraish, yang juga pakar di bidang tafsir Al-Quran.
Dialog perlu dihidupkan dengan beragam bentuk dan variannya. "Di sini mungkin ada yang lebih senang disebut sebagai Sunni, ada yang senang disebut Syiah. Dua kelompok ini, mari bergandengan tangan," ajak Quraish Shihab dalam epilog peluncuran dan bedah bukunya itu.
Menteri Agama, Maftuh Basyuni, menyambut baik ajakan Quraish itu. "Baik Sunni maupun Syiah memiliki dasar keagamaan yang sama. Tidak perlu lagi dipertentangkan," kata Maftuh selepas menghadiri acara yang digelar Pusat Studi Al-Quran --lembaga yang dipimpin Quraish-- itu.
Harapan Quraish yang merindukan keharmonisan komunitas Sunni-Syiah terwujud tidaklah berlebihan. Tapi harapan itu mesti diikuti dengan tidak saling menyerang dan mendewasakan umat di tataran bawah. Berpelukan? Kenapa tidak?
Sumber :
http://www.gatra.com/2007-05-25/artikel.php?id=104841KELOMPOK TAKFIR =TERORIS karena meraka meneror langsung ke jantung Islam dengan mengobarkan api fitnah pertentangan mazhab. Mereka selalu mengelabui ummat..Alhamdulillah Pemerintah sekarang ini sudah mengetahui apa dan siapa kelompok takfir ini. katakan ISLAM YESS...TERORISME GO TO HELL ..!!!!
0 comments to "Teroris??? Benarkah ulama-ulama jadi teroris (serial) 3"