Home , , � Haji - Ka'bah

Haji - Ka'bah

Haji, Momentum Strategis Dunia Islam

Kaabah

Ka'bah merupakan situs monoteisme tertua di dunia. Sejak ribuan tahun lalu tempat suci ini menjadi pusat ibadah para nabi dan awliya. Karena itu, Allah swt menjadikan ka'bah dan baitullah sebagai pusat ritual terbesar Islam dan menjadi magnet yang menarik jutaan manusia untuk berhimpun di bawah bendera tauhid. Di sanalah manasik haji dipusatkan.

Bagi umat Islam haji merupakan kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara lain. Menurut Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, haji yang benar adalah haji yang mampu menciptakan revolusi spiritual dalam diri manusia dan menghidupkan bibit tauhid dalam kalbu umat sehingga bisa menjalin hubungan dengan Allah swt.

Selain memiliki dimensi personal, haji merupakan ibadah sosial yang menghimpun umat dari berbagai penjuru dunia dalam sebuah konferensi ritual teragung. Di dalam haji, ratusan ribu manusia bergabung dan dengan melaksanakan ibadah massal, hati mereka saling tersambung dalam semangat tauhid dan keimanan yang satu. Karena itu, haji menyimpan potensi pemberdayaan sosial yang sangat strategis dan besar. Nilai strategis haji itu kini dirasa semakin penting terlebih di masa sekarang ini dengan kian meningkatnya konspirasi imperialisme untuk melemahkan kekuatan dunia Islam. Oleh sebab itu, umat Islam kian dituntut untuk semakin waspada dan siap dalam menghadapi rongrongan musuh.

Beberapa waktu lalu, musuh-musuh Islam berupaya merusak citra agama Islam secara sistematis. Mereka kerap mengidentikkan Islam sebagai agama kekerasan dan menuding para pemeluknya sebagai teroris. Karenanya, haji juga bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk mencari solusi dalam menyelesaikan pelbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi umat Islam saat ini. Ayatollah Ali Khamenei dalam salah satu pidatonya menuturkan bahwa situasi yang dihadapi dunia Islam kini seperti perang Ahzab di masa kehidupan Rasulullah saw. Kala itu, orang-orang kafir bersatu-padu untuk memusnahkan Islam dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki. Namun berkat kewaspadaan dan ketangguhan umat Islam, konspirasi tersebut berhasil dipatahkan. Rahbar menegaskan, "Kondisi sekarang seperti Perang Ahzab. Persatuan dan keagungan umat Islam yang terjelma dalam haji bisa mematahkan semangat front musuh".

Kini suasana haji telah meliputi seluruh penjuru tanah suci Mekkah. Para jamaah haji dengan mengenakan pakaian ihram serba putih memperagakan keikhlasan dan penghambaannya kepada Sang Khaliq. Di sana, perbedaan warna kulit, etnis, jabatan, kekayaan, tidak lagi bermakna. Semuanya bergerak menuju poros tauhid, persaudaraan, persatuan, dan kesetaraan.

Meski demikian, musuh tak akan pernah berhenti untuk menebar bibit-bibit perpecahan di kalangan umat Islam. Karena itu, Allah swt senantiasa memperingatkan umatnya untuk selalu berpegang pada tali Allah dan menjaga persatuan serta menjauhi segala bentuk perpecahan. Al-Quran dalam surat Ali Imran ayat 103 menegaskan: "Berpeganglah kalian pada tali Allah dan janganlah bercerai-berai".

Mengomentari masalah ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan, "Bangsa-bangsa dan pemerintah muslim harus waspada dan mengerti akan konspirasi dan kenakalan musuh yang selalu memecah-belah. Sebab jika tidak, maka Islam akan tertimpa oleh pukulan musuh arogan".

Beliau menambahkan, "Musuh senantiasa berusaha membesar-besarkan isu-isu perbedaan di dalam tubuh umat Islam namun upaya itu akan dipatahkan oleh haji dan persatuan di antara umat Islam"

Dalam pidatonya yang lain, Rahbar menuturkan bahwa ibadah haji adalah sebuah gerakan kolosal. Seruan Ilahi untuk melaksanakan haji bertujuan mengajak seluruh mukminin agar saling bersatu bahu membahu dan memperlihatkan persatuan dan kesatuan muslimin di mata dunia. Haji adalah upacara taqarrub secara kolosal kepada Allah sekaligus upacara pernyataan bersama kebencian terhadap setan dari golongan manusia dan jin. Ibadah haji adalah latihan persatuan dan kekompakan umat Islam, terutama di saat umat Islam sekarang sangat memerlukan ukhuwwah antar sesama mereka dan pernyataan terbuka tentang kebencian terhadap musyrikin dan mustakbirin.

Begitu transparannya kekejaman negara-negara arogan dunia, terutama AS, hingga dewasa ini, opini umum dunia memandang AS sebagai pemerintah yang haus kekuasaan, unilateralis, dan konfrontatif yang berencana menguasai dunia dan merampok sumber-sumber kekayaan negara lain, khususnya negara-negara muslim. Atas alasan ini, sebelum didudukinya Irak oleh AS dan Inggris, sempat timbul penentangan luas dari masyarakat dunia. Masyarakat dunia tidak mempercayai klaim AS bahwa invasi mereka ke Irak adalah demi menolong rakyat Irak dan menegakkan demokrasi di negara tersebut. Dan kini, AS telah berubah menjadi rezim yang paling dibenci di dunia yang telah membuat ketidakamanan dan kekerasan yang menyebar luas di negeri-negeri muslim.

Setelah kejadian 11 September, Gedung Putih melakukan aksi imperialisme dan perampokannya terhadap negara-negara muslim secara terang-terangan dan penuh kekerasan. Negara ini telah menghidupkan kembali periode imperialisme kuno. Hal inilah yang kini tengah terjadi di Irak dan Afghanistan. Tentara AS secara langsung menyerang dan menduduki kedua negara tersebut. Sementara pasukan AS sibuk menyerang penduduk sipil, perusahaan-perusahaan minyak AS juga tak henti-hentinya menguras sumber minyak di Irak untuk dijual ke luar negeri.

Pada saat yang sama, jaringan raksasa media massa AS tak henti-hentinya melancarkan propaganda negatif terhadap kaum muslimin. Dengan tujuan untuk mengubah opini dunia yang membenci aksi invasi AS, di satu sisi, media massa AS berusaha menjustifikasi dengan slogan-slogan penegakan demokrasi. Di sisi lain, media massa Barat juga berusaha menciptakan opini bahwa kaum muslimin adalah teroris, pencinta kekerasan, serta berniat untuk menghancurkan peradaban Barat. Peristiwa 11 September dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyerang Islam dan kaum muslimin. Tak pelak lagi, berbagai propaganda anti Islam ini justru menimbulkan kebencian dari kaum muslimin dunia terhadap AS.

Dukungan total yang ditunjukkan AS terhadap rezim Zionis merupakan salah satu konspirasi kotor yang membuat penderitaan kaum muslimin bertambah panjang. Rezim Zionis telah merebut tanah air milik bangsa Palestina dan mendirikan sebuah negara ilegal di atasnya. Tiap harinya, rezim ini melakukan penyerangan, pembantaian, dan penghancuran atas rumah dan ladang milik bangsa Palestina. berbagai kejahatan itu mendapatkan dukungan dari AS, baik dengan bantuan politik, ekonomi, militer, maupun propaganda. Karena dukungan terang-terangan yang ditunjukkan oleh AS terhadap Israel yang merupakan musuh dunia Islam, tak heran bila masyarakat muslim di seluruh dunia membenci AS dan menganggapnya sebagai musuh.

Kini, bukan hanya masyarakat muslim dunia yang menyadari kebusukan AS itu, namun juga masyarakat Barat, termasuk rakyat AS sendiri. Berbagai demonstrasi yang marak terjadi di negara-negara Barat, termasuk di dalam negeri AS sendiri, membuktikan adanya kesadaran opini umum dunia atas kejahatan rezim Washinton ini. Namun demikian, satu-satunya cara untuk menghentikan kejahatan AS di atas bumi adalah dengan persatuan di antara seluruh kaum muslimin yang telah tersadarkan akan wajah asli AS sebagai sebuah negara imperialis di abad modern.

Bertemunya kaum muslimin pada musim haji jelas merupakan kesempatan sangat bagus untuk mempererat persatuan ini. Jamaah haji dari seluruh dunia, khususnya kaum cendekiawan mereka, harus menyadari bahwa kedatangan mereka ke Mekah adalah atas undangan Allah SWT. Kini, ummat Islam yang menyembah Allah sedang berada dalam kesulitan besar akibat konspirasi AS dan sekutu-sekutunya. Karena itu, dengan sangat mudah kita bisa memahami bahwa salah satu perintah yang diberikan oleh Allah kepada kita semua adalah menyelesaikan segala problema yang dihadapi oleh kaum muslimin itu, dan haji merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk menjalankan perintah Allah itu.

Para jamaah haji di Mekah tentulah akan bertemu dengan saudara-saudara mereka dari Irak, Afghanistan, Palestina, Bosnia, Indonesia, negara-negara Afrika, atau bangsa-bangsa muslim lainnya. Akanlah sangat aneh jika para jamaah haji itu tidak terusik hatinya untuk setidaknya bertanya mengenai penderitaan yang mereka alami di negara masing-masing. Itulah hal yang minimalnya harus dimanfaatkan oleh jamaah haji dari ibadah yang sedang mereka jalani tersebut. Lebih jauhnya lagi, mereka bisa berbincang-bincang dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi berbagai penderitaan itu. Meskipun mungkin saja perbincangan yang sekilas itu tidak bisa diharapkan untuk melahirkan solusi praktis bagi problema yang ada, akan tetapi setidaknya dari perbincangan itu bisa timbul kebersamaan, kesadaran, dan rasa senasib sepenanggungan di antara sesama ummat Islam sedunia.(irib/13/11/2010)

Tags: , ,

0 comments to "Haji - Ka'bah"

Leave a comment