Home , , � Haji - Shalat dan pernak-perniknya....

Haji - Shalat dan pernak-perniknya....

Kaabah, Dambaan Insan Tauhid

Kaabah, Dambaan Insan Tauhid

Safari ibadah, penghambaan dan cinta ke tanah suci Mekah sudah dimulai. Meski singkat, namun safari ini penuh makna dan rahasia. Safari ke negeri wahyu, negeri makrifat, cinta dan penghambaan kepada Dzat yang Maha Suci. Dalam perjalanan spiritual ini yang dituju adalah Rumah Allah, Kaabah, yang menjadi dambaan setiap insan bertauhid. Daya tarik Kaabah sedemikian kuat menarik hati insan mukmin kearahnya. Mungkin tak ada fenomena yang lebih indah dari pemandangan gerakan pelan memutar para jamaah haji saat bertawaf mengitari Kaabah dengan penuh kecintaan dan rasa penghambaan. Itu Kaabah yang oleh Allah disebut sebagai rumah yang penuh berkah dan memancarkan hidayah untuk umat manusia. Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Aali Imran: 96)

Sumber-sumber sejarah sepakat bahwa Kaabah sudah ada sejak zaman Nabi Adam (as). Tarik Yaqubi menyebutkan bahwa setelah membangun Kaabah, Nabi Adam melakukan tawaf dengan mengitarinya. Ini berarti bahwa Kaabah sudah ada sebelum zaman Nabi Ibrahim (as). Dan sejak turunnya Adam ke bumi, Kaabah dijadikan sebagai rumah ibadah untuk menghamba kepada Allah Swt. Diceritakan bahwa banyak nabi dan rasul yang beribadah di tempat suci ini.

Mengenai Nabi Ibrahim (as), Allah Swt telah memerintahkan beliau untuk membangun kembali Kaabah dan menjadikannya sebagai pusat tauhid dan penyembahan Allah. Al-Khalil juga menyeru masyarakat untuk bersujud dan beribadah kepada Allah di tempat ini. Al-Qur'an menyebut Kaabah sebagai rumah ibadah pertama bagi manusia. Tempat ini pulalah pusat ibadah dan penghambaan bagi semua orang. Sepanjang sejarah, Kaabah dikenal sebagai simboil tauhid. Saat meninggalkan istri dan anaknya di sana, Ibrahim (as) berpesan kepada keduanya untuk mendirikan shalat sehingga tempat itu menjadi tempat merujuk bagi orang-orang yang bertauhid.

Imam Ali (as) mengenai keutamaan Kaabah berkata, "Allah Swt telah menjadikan rumah ini sebagai lambang bagi Islam dan haram yang aman bagi pencari perlindungan. Dia telah menetapkan kewajiban untuk menunaikan haknya dan menjalan haji. Jika Allah berkehendak, Dia bisa menjadikan rumahNya di antara taman, sungai, tanah yang datar, tenang dan rindang. Akan tetapi, pahala yang bakal diberikan tentu akan jauh lebih kecil karena kenyamanan yang didapat dalam menjalan ujian Ilahi. Allah berkehendak menguji hamba-hambaNya dengan berbagai kesulitan dalam ibadah supaya rasa takabbur tercabut dari hati mereka dan tawadhu menggantikannya."

Kaabah adalah bangunan sederhana berbentuk kubus dengan ketinggian sekitar 15 meter, panjang 12 meter dan lebar 10 meter. Bangunan ini terletak di tengah Masjidul Haram. Tak ada emas dan perak yang menghiasi rumah Allah ini. Tak ada kesan mewah pada bangunan ini. Meski sangat sederhana, namun Kaabah memancarkan wibawa yang sangat agung dan keindahan yang menarik hati. Suatu hari, ketika Rasulullah Saw bertawaf beliau mendongakkan kepala dan bersabda, "Puji bagi Allah yang telah memberimu kemuliaan dan keagungan."

Menurut al-Qur'an, salah satu peran Kaabah adalah perannya dalam membimbing manusia ke arah kebenaran. Rumah ini dibangun untuk ibadah dan penyembahan kepada Allah. Di sini pula, disyariatkan berbagai macam ritaul keagamaan yang berhubungan dengan penghambaan dan ketaatan kepada Allah. Manasik yang merupakan ibadah khas yang dijalankan di tanah suci adalah rangkaian ritual yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Ibrahim, nabi yang menjadi simbol tauhid dan penghambaan mutlak kepada Sang Khaliq. Dengan berlalunya masa, ritual itu sempat mengalami masa-masa redup sampai akhirnya menyimpang, dan di masa Jahiliyah, Kaabah menjadi tempat pemujaan berhala.

Di awal kemunculan Islam, Kaabah bukan kiblat bagi kaum muslimin dalam melaksanakan shalat. Syariat Islam saat itu memerintahkan muslimin untuk shalat menghadap Masjidul Aqsha di Palestina. Hal itu berlangsung selama Nabi Saw berada di Mekah dan beberapa waktu setelah hijrah ke kota Madinah. Kaabah sendiri saat itu menjadi pusar pemujaan berhala. Menurut catatan sejarah ada ratusan berhala yang dipasang di Masjidul Haram dan bahkan di dalam Kaabah. Shalat menghadap Masjidul Aqsha menjadi bahan bagi orang-orang Yahudi Madinah untuk mengolok-olok kaum Muslimin dan agama Islam. Mereka mencibir bahwa kaum muslimin hanya bisa mengikuti agama-agama lain dan menggunakan kiblat umat Yahudi sebagai kiblat mereka. Hal itu cukup menyakitkan hati Nabi Saw.

Beliau berharap Allah akan menurunkan wahyu yang memerintahkan beliau untuk mengganti arah Kiblat. Hari demi hari berlalu, namun perintah Ilahi itu tak kunjung datang. Hampir setiap malam beliau menatap ke langit dengan memendam rasa dan asa. Sampai akhirnya, pada suatu hari ketika beliau sedang melaksanakan shalat Dhuhur, Jibril al-Amin datang membawa wahyu dari Allah yang memerintahkan Sang Nabi untuk menghadap ke arah Kaabah dan menjadikan rumah Allah itu sebagai kiblat. Jibril menuntun Nabi sampai beliau menghadap ke arah kiblat yang baru. Sejak saat itulah, Kaabah menjadi kiblat bagi umat Islam dan ke arah sanalah kaum muslimin melaksanakan shalat. Ayat 144 surat al-Baqarah menceritakan kisah itu. Allah Swt berfirman:

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.

Dalam urusan ibadah Kaabah adalah bangunan yang sarat dengan nilai spiritual. Rumah Allah ini juga peran besar dalam kehidupan sosial umat Islam. Dalam sehari semalam, kaum muslimin shalat lima kali menghadap ke arah kiblat. Kesamaan arah ratusan juta muslim dalam beribadah dalam masa tertentu membawa pesan kebersamaan dan persatuan umat ini. Allah memerintahkan semua Muslim di manapun juga untuk shalat menghadap Kaabah. Dengan demikian, Kaabah bisa menjadi pemersatu umat Islam. Di sini pula para pengikut tauhid berkumpul.

Kaabah adalah bangunan tauhid yang pembangunan maupun kelestariannya jauh dari unsur-unsur yang non-Ilahi. Sungguh merupakan satu kemuliaan besar bagi para hujjaj yang berkesempatan thawaf mengitari Kaabah, seperti para malaikat bertawaf mengitarinya. Hal yang sama juga dilakukan oleh para nabi dan hamba-hamba Allah yang saleh. Kaabah adalah bangunan yang ditinggikan di zaman nabi Ibrahim (as) dengan tangan beliau yang mulia dibantu oleh putranya, Ismail (as). kehadiran di sisi Kaabah mau tak mau akan mengingatkan orang kepada Ibrahim (as), nabi yang dikenal sebagai penyeru tauhid sejati.

Tata krama yang mesti diperhatikan orang saat berada di tempat itu adalah membersihkan diri dari segala hal yang bisa memalingkannya dari Allah. Egoisme, takabbur, dan kedengkian harus dibuang jauh-jauh. Setelah itu, orang baru dapat menikmati makna tawaf di Kaabah bersama dengan lautan manusia sambil memuji Allah dan mengharap rahmatNya. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Allah Swt berbangga dengan mereka yang bertawaf. Jika malaikat hendak menjabat tangan manusia, maka yang mereka jabat adalah tangan orang-orang yang bertawaf di rumah Allah."

Ayat 125 surat al-Baqarah menyebut Kaabah sebagai tempat yang aman. Allah Swt berfirman: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku', dan yang sujud."

Masih tentang Kaabah, rumah Allah ini adalah tempat yang membawa berkah berlimpah bagi umat manusia. Imam Ja'far Shadiq (as) berkata, "Allah Swt telah menjadikan Kaabah sebagai tiang agama dan kehidupan bagi umat manusia."(irib/7/11/2010)

Rahasia Shalat dari Lisan Nabi Muhammad Saw

Rahasia Shalat dari Lisan Nabi Muhammad Saw

Para pembesar Yahudi melakukan pertemuan. Dalam pertemuan yang juga dihadiri kalangan pendeta Yahudi, mereka membahas langkah baru guna menghadapi ajaran Rasulullah Saw. Mereka ingin mempertanyakan kebenaran agama Islam dan menghalangi cahaya dahsyat yang memancar dari agama ilahi tersebut. Pertemuan pun digelar dan dihadiri ulama Yahudi yang paling alim saat itu. Berbagai usulan pun disampaikan dalam pertemuan tersebut. Usulan terbaik dalam pertemuan itu adalah menguji Rasulullah Saw di depan umum melalui berbagai pertanyaan pelik. Dengan cara itu, mereka berupaya menjatuhkan sosok Rasulullah Saw di depan umum.

Berdasarkan usulan tersebut, sekelompok ulama Yahudi pergi ke masjid dan mohon kepada Rasulullah Saw supaya menjawab pertanyaan-pertanyaannya di depan umum. Mendengar permohonan mereka, Rasulullah Saw menyambutnya dengan baik. Rasulullah pun menjawab satu persatu pertanyaan yang dilontarkan ulama Yahudi. Mereka pun terperangah mendengar jawaban Rasulullah Saw.

Pertanyaan tentang Shalat dan Jawaban Nabi
Seorang pembesar Yahudi berpikir akan mengalahkan Rasulullah Saw dengan pernyataan terakhir. Ia bertanya, "Mengapa Allah Swt mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam? Mengapa tidak kurang dan tidak lebih dari jumlah tersebut? Rasulullah Saw dengan wajah sucinya yang menampakkan kerinduan kepada Allah Swt, menjawab, "Saat waktu Dzuhur tiba, segala sesuatu berada di bawah singgasana (Arsy) Allah Swt, yang semuanya bertasbih memuji Allah Swt. Untuk itu, Allah Swt mewajibkan shalat Dzuhur kepadaku dan ummatkku, khusus waktu itu." Beliau bersabda, "Dirikanlah shalat dari tergelincirnya matahari hingga menjelang gelap malam."

Adapun shalat Ashar bertepatan dengan waktu saat Nabi Adam as memakan buah yang dilarang oleh Allah Swt. Akibat perbuatan itu, Nabi Adam as dikeluarkan dari surga. Untuk itu, Allah Swt mewajibkan shalat Ashar kepada keturunan Adam as dan ummatku. Sholat ini adalah shalat yang paling dicintai di sisi Allah Swt.

Mengenai shalat Maghrib, Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt menerima taubat Nabi Adam setelah bertahun-tahun, dan memerintahkannya untuk mengerjakan shalat tiga rakaat. Allah Swt mewajibkan shalat Maghrib kepada ummatku, karena saat itulah doa-doa hamba-Nya akan dikabulkan. Allah Swt dalam surat Ar Ruum ayat 17 berfirman, "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu subuh."

Setelah itu, Rasulullah berbicara mengenai shalat Isya dan bersabda, di alam kubur dan hari kiamat diliputi kegelapan yang menakutkan yang hanya dapat diterangi dengan cahaya shalat Isya. Alllah Swt berfirman, tidak ada langkah untuk mengerjakan sholat Isya melainkan Allah Swt menjauhkan tubuh orang yang melakukan sholat tersebut dari api neraka."

Adapun mengenai filsafat shalat Shubuh, para penyembah matahari melakukan ritual yang diyakini sebagai ibadah, saat matahari terbit. Untuk itu, Allah Swt memerintahkan mukminin beribadah mengerjakan sholat Shubuh sebelum orang-orang kafir bersujud menyembah matahari.

Penjelasan tersebut merupakan bagian dari rahasia shalat lima waktu yang disampaikan Rasulullah Saw di depan pembesar Yahudi. Mendengar penjelasan Rasulullah Saw, para pembesar Yahudi terkesima dan bungkam seribu bahasa. Para pembesar dan ulama Yahudi saat itu tidak mempunyai alasan lain untuk mengingkari ajaran ilahi yang diemban oleh Rasulullah Saw. Orang-orang Yahudi pun segera meninggalkan masjid, tempat mereka menguji Rasulullah Saw.

Sains dan Hikmah Shalat
Islam adalah sebuah agama yang ajaran dan hukum-hukumnya berdasarkan hikmah dan logika. Saat ini, ilmu yang begitu luas dan maju berhasil mengungkap sejumlah rahasia shalat di balik manfaat kesehatan, akhlak, dan psikologis. Filosof terkenal asal Perancis, Alexis Carrel mengatakan, "Manfaat ibadah kepada Allah juga dapat dikaji secara ilmiah. Sebab, shalat tidak hanya berdampak pada kondisi mental, tapi juga berpengaruh pada tubuh. Terkadang shalat juga dapat menyembuhkan penyakit di dalam tubuh. Meski penemuan itu tidak dapat diraba, namun fakta tak dapat dipungkiri. Kantor Penemuan Kedokteran Lord mencatat lebih dari 200 penyembuhan atas sejumlah penyakit dari hasil ibadah dan doa."

Kedokteran di zaman sekarang juga membuktikan bahwa doa dan ibadah dapat mencegah tekanan darah dan menjaga keseimbangannya. Majalah Readers Digest menulis, "Berdasarkan berbagai riset terbukti bahwa orang-orang yang melakukan ibadah secara rutin lebih terjaga dari berbagai penyakit seperti tekanan darah, jantung, dan kanker bagian leher." Shalat merupakan ibadah terbaik yang membentuk spirit dan jiwa manusia. Selain itu, shalat merupakan pintu bagi penerangan jiwa dan hubungan luar biasa dengan sumber wujud.

Tak diragukan lagi, shalat konstruktif menghasilkan berkah yang tidak ada batas dan kekuatan luar biasa untuk pendidikan manusia. Selain dampak spritual dan pendidikan, juga terdapat manfaat-manfaat lainnya bagi manusia. Sebagai contoh, sejumlah dokter baru-baru ini melakukan riset mengenai dampak dan manfaat shalat dari sisi kesehatan. Mereka mengatakan, berdiri dan duduk yang dilakukan berulangkali di shalat memperlancar perputaran darah dalam tubuh manusia. Dikatakan pula, shalat bermanfaat bagi efektifitas kinerja alat pencerna dalam tubuh.

Meski demikian, kita harus menyadari bahwa ilmu manusia sangatlah terbatas di banding ilmu Allah Swt yang tidak terbatas. Untuk itu, seseorang yang tidak mengetahui filsafat dan faedah hukum ilahi, tidak berarti menemukan alasan untuk meninggalkan ibadah tersebut. Shalat merupakan ibadah yang dapat menenangkan manusia yang selaras dengan esensi penciptaannya. Orang-orang yang mengerjakan shalat, berkomunikasi dengan Allah Swt untuk mencari ridha-Nya.(IRIB/AR/SL/21/9/2010)

Haji Di Mata Para Pencari Kebenaran (1)

Haji Di Mata Para Pencari Kebenaran (1)

Ibadah haji sejatinya memiliki pengaruh yang begitu dahsyat dalam perjalanan spiritual seseorang sampai-sampai banyak sekali memoar, puisi, dan cerita yang ditulis oleh para pelaku haji untuk mengabadikan dan melukiskan pengalaman maknawinya dalam ibadah haji.

Kemampuan Islam dalam menghadapi pelbagai tantangan zaman merupakan bukti bahwa ajaran ilahi ini merupakan agama universal. Islam selalu mampu menunjukkan dirinya sebagai ajaran yang aktual dan dinamis di sepanjang perjalanan sejarah umat manusia. Selain itu, Islam juga mampu menampilkan model kehidupan nyata sebagaimana yang diaplikasikan oleh Nabi Muhammad saw sehingga menjadikan agama samawi ini sebagai agama sempurna yang bukan hanya luhur dalam teori teologisnya namun juga memiliki nilai praktis.

Ritual haji merupakan salah satu ajaran Islam yang bertujuan untuk memunculkan revolusi spiritual dalam diri manusia menuju kesempurnaan. Haji merupakan kisah perjalanan untuk menemukan kembali hakikat diri. Haji memberikan cermin yang mampu menampakkan jati diri manusia yang sebenarnya. Manasik dan amalan spiritual yang digariskan dalam ritus haji adalah benih-benih makrifat dan pencerahan yang akan tumbuh dalam diri manusia. Haji sejatinya madrasah yang paling edukatif. Setiap pelajaran yang diajarkannya merupakan faktor yang merealisasikan setiap potensi luhur dalam wujud manusia.

Dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak warga Jerman yang menunaikan ibadah haji. Sulaim, salah seorang jamaah haji dari negeri di barat Eropa itu dalam catatan hariannya menulis, "Aku bergabung bersama kelompok terakhir yang mengendarai bus. Perjumpaan awalku dengan para peziarah baitullah memunculkan keramahan dan keakraban yang begitu hangat dalam setiap tatapan kami. Berbeda dengan perjalanan-perjalanan lain, suasana dalam bus sungguh bersahabat dan penuh dengan rasa spiritual. Aku sendiri duduk di samping seorang kawan dari kota Lunaberg dan demikianlah aku awali perjalanan penuh kedamaian ini. Mungkin air mata yang mengalir kala itu merupakan bagian dari kesempatan bahagia yang kami peroleh untuk menunaikan haji. Mungkin juga lantaran menyaksikan sekelompok mukmin dari negeri Barat dengan hati penuh cinta dan harapan datang menuju pelukan Islam..."

Setiap peziarah baitullah memahami arti haji dan filosofinya sesuai dengan pengetahuan dan kualitas diri masing-masing. Di mata mereka, haji merupakan momentum untuk menyucikan diri di ranah tauhid dan perjalanan menuju Tuhan. Sepertinya, haji merupakan mininatur dari masyarakat ideal yang dicita-citakan Islam. Segalanya diawali dari pelepasan diri dari berbagai ikatan dan ketergantungan duniawi.

Sulaim, muslim Jerman yang baru saja memeluk agama Islam itu dalam lanjutan catatan hariannya tadi menulis, "Masjid Syajarah, merupakan salah satu miqat, tempat aku berhenti. Miqat merupakan bagian dari dimensi penting manasik haji. Miqat-miqat itu mengarah menuju Masjidil Haram dari berbagai penjuru arah. Tempat-tempat itu laksana gerbang masuk bagi para tetamu Allah. Bagi para jamaah haji yang datang ke Mekkah, miqat adalah merupakan tempat untuk mandi dan mengenakan pakaian ihram. Di sana kami membersihkan diri dan mandi dengan niat untuk menyucikan diri dan hati dari pelbagai noda dan kotoran. Setelah itu, kami mengenakan pakaian ihram berupa kain putih. Melepaskan berbagai pakaian yang warna-warni dan perhiasan lahir mengingatkan kami bahwa kita semua adalah hamba Allah dan tak ada yang lebih unggul. Hal itu juga memahamkan kepada kami bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah swt kita harus menanggalkan seluruh pakaian kesombongan dan atribut jabatan dan posisi kita lantas melangkah seperti tetesan air yang bergabung dengan lautan agung umat manusia".

Ketika Rasulullah menempuh perjalanan mi'raj, seruan samawi menghampirinya. "Bukankah Tuhanmulah yang menemukanmu dalam keadaan yatim lalu ia melindungimu? Dan bukankah Dia menemukanmu dalam keadaan tersesat lantas Dia memberimu hidayah?". Mendengar seruan ghaib tersebut, Rasulullah saw pun menjawab, "Allaahumma Labbaik...Innal-hamda wan-ni'mata laka wal-mulk laa syariikalaka labbaik.." Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, sesungguhnya segala pujiaan, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu. Engkau tidak memiliki sekutu apapun. Aku penuhi panggilan-Mu!.

Masih dalam catatan harian Sulaim, selanjutnya ia menulis, "Bisa aku katakan, kidung terindah dalam suasana malakuti itu adalah seruan labbaik para jamaah haji. Kidung cinta yang muncul dari kedalaman jiwa itu dan terlantunkan dari lisan ribuan manusia suci pencari Tuhan merupakan ungkapan kesiapan diri untuk memenuhi panggilan ilahi. Dari lubuk hati yang terdalam para peziaran baitullah menyeru, "Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu. Hanya kepada-Mu aku menjawab. Sungguh tiada sekutu bagi-Mu!" Seruan yang terus dikumandangkan berulang-ulang itu merupakan nyanyian damai yang mencerabut hijab antara Khaliq dan makhluk hingga para peziarah baitullah pun merasakan welas asih dan rahmat ilahi dalam dirinya".

Di bagian lain catatan hariannya, Sulaim menulis, "Seorang ulama dalam bukunya menulis bahwa dalam setiap langkah yang dijejakkan Rasulullah dalam perjalanan mi'rajnya, tersingkaplah setiap hijab kesempurnaan yang menghalangi pandangannya. Begitu pula dalam haji, semenjak para jamaah mengenakan pakaian ihram, pintu-pintu makrifat dan kesempurnaan pun terbuka untuk mereka. Di saat itulah, manusia akan mengerti bahwa jalan menuju Allah adalah melakukan amal ibadah secara ikhlas dan penuh kekhusyukan. Dalam salah satu hadis dinyatakan, "Langkah pertama yang dijejakkan para jamaah haji saat memasuki baitullah dan ketika mengenakan pakaian ihram, para malaikat pun menyambut kedatangannya karena mereka telah memulai perjalanan ilahi".(irib/7/11/2010)

Haji Di Mata Para Pencari Kebenaran (2)

Haji Di Mata Para Pencari Kebenaran (2)

Dalam salah satu riwayat dinyatakan bahwa amalan dan manasik haji merupakan ritus tua yang telah ada jauh sebelum penciptaan Nabi Adam as. Imam Sadiq as berkata, "Setelah Adam selesai menunaikan ibadah haji, Jibrail berkata kepadanya, ‘Berbahagialah engkau wahai Adam, engkau telah diampuni. Tiga ribu tahun lalu, aku telah berthawaf di sana'".

Sejatinya, salah satu dimensi terpenting filosofi haji adalah aktualisasi ibadah seorang hamba kepada Tuhannya. Hal itu tampak nyata dalam seluruh ritual dan amalan haji, mulai dari ihram, thawaf hingga Sa'i dan qurban. Melalui ihram, para pelaku haji melepaskan dirinya dari segala ikatan duniawi dan terbebas layaknya seekor merpati putih yang siap mengepakkan sayapnya terbang menuju ufuk tertinggi.

Amalan dan manasik haji akan membuat jiwa manusia tersucikan dari segala noda. Karena itu, mereka yang pergi haji laksana insan yang terlahir kembali. Inilah hakikat yang diungkapkan oleh Aminah, seorang muslimah asal Inggris yang baru saja memeluk agama Islam. Perasaan dan kesaksian yang dituturkannya tentang haji begitu menenteramkan hati hingga siapapun yang mendengarnya seakan terbawa menuju perjalanan spiritual.

Dalam catatan buku hariannya, Aminah mengawali tulisannya dengan ucapan puji syukur ke hadirat Allah swt lantaran telah memberikannya kesempatan untuk menunaikan ibadah haji. Selanjutnya ia mencatat, "Perlahan aku mendekati Ka'bah. Aku tawaf mengelilingi Ka'bah seperti laron-laron yang mengeliling cahaya. Di kota-kota kita, kita tercerai-berai. Namun di sini, di sisi Ka'bah, kita mesti saling berwelas-asih dan mengasihi. Setelah mendekati gerbang Masjidil Haram, tiba-tiba sorot pandanganku berubah ke arah lain, dan aku melihat sebagian dari sisi Ka'bah. Sepertinya, ia pun melihatku. Aku pun tak kuasa lagi. Seluruh jiwa dan tubuhku dimabuk rasa takjub."

Aminah lantas melanjutkan, "Perasaanku menjadi begitu aneh. Ku lepas sepatuku, dan perlahan-lahan aku injakkan kakiku pada lantai putih Masjidil Haram. Kecil dan besar, perempuan dan lelaki, hitam dan putih, semuanya aku lihat mengenakan busana putih berputar dan terus berputar mengitari satu poros. Lautan manusia yang demikian agung itu terus melantunkan tasbih seakan seluruh alam semesta turut mengiringinya. Semua berputar, bergerak dari ranah peredaran diri masing-masing menuju orbit ma'rifat. Pada putaran pertama thawaf, aku pun laksana tetesan air yang bergabung dalam lautan arus thawaf. Allahhu akbar walillahilhamd...".

Thawaf dimulai dari hajarul aswad. Sebuah batu yang terpasang di sisi Ka'bah. Siapa saja yang menyentuh dan mengusapnya diibaratkan sebagai sebentuk ungkapan baiat dan sumpah setia kepada Sang Khalik. Thawaf bertujuan untuk menyadarkan kalbu untuk supaya hanya tertuju kepada Allah yang Maha Esa dan tunduk pada kuasa-Nya yang tiada tara. Ka'bah adalah simbol tauhid, seluruh perhatian harus tertuju pada-nya dan tidak bercabang ke arah yang lain. Ketika thawaf berlangsung, seluruh faktor pemecah-belah musnah dan diubah menuju kerharmonisan dan kesatuan. Seluruh atribut-atribut duniawi yang palsu tercerabut. Mereka yang kuat berdiri dan duduk sejajar dengan mereka yang lemah. Di ranah yang suci ini, kesepadanan dan kesataraan melingkupi setiap langkah para peziarah haji. Seluruh kalbu lebur ke dalam pusaran cinta ilahi. Thawaf adalah mengitari Ka'bah hingga tujuh kali. Para jamaah bahu-membahu bergabung ke dalam lautan manusia mengelilingi Ka'bah. Seperti bintang-gemintang yang berputar mengitari pusat galaksi menyerap energi dari sumber kehidupan.

Aminah dalam catatan hariannya menuturkan, "Ketika aku melaksanakan thawaf untuk menaati perintah Ilahi, aku merasa ruh ubudiyah hidup kembali dalam diriku. Dengan penuh cinta dan kerinduan, aku mengitari Ka'bah. Di saat itulah aku teringat akan kalam ilahi dalam surat al-Zumar ayat 75: ‘Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam"...

Tak jauh dari Ka'bah terdapat suatu tempat berbentuk setengah lingkaran bernama Hijir Ismail. Makam Hajar dan Nabi Ismail serta para nabi-nabi lain. Siapapun yang berthawaf harus melewati tempat suci tersebut. Keharusan itu menyimpan hikmah bahwa kita harus menjadi manusia-manusia luhur seperti Hajar dan Ismail. Seluruh hidup kita harus diarahkan hanya untuk memperoleh ridha Ilahi. Salah satu adab haji adalah ketika kita thawaf, bahu kiri kita harus mengarah ke sisi Ka'bah. Menariknya, jantung manusia juga terletak di sisi kiri. Karena itu, menempatkan jantung kita ke dekat Ka'bah memiliki artian bahwa kalbu kita juga harus senantiasa tunduk dan menyerah kepada Allah swt".

Dalam salah satu catatan harian seorang muallaf lainnya dituliskan, "Sungguh sulit dipercaya. Aku telah menyaksikan sendiri dan berada di titik tersuci dunia Islam. Allahu akbar! Sebuah rumah yang menjadi pusat putaran ratusan juta manusia. Sungguh suatu keheningan yang menyimpan misteri. Aku hanya berada dalam beberapa langkah menuju suatu poros yang setiap harinya jutaan manusia shalat menghadap ke arahnya. Seluruh yang berada di dekatnya merasa damai dan aman. Sungguh suatu kebahagiaan yang begitu besar, manusia yang berada di planet ini berada di tengah sekelompok manusia yang mencari kebaikan. Aku pun merasa bingung. Aku tak tahu ini adalah cinta seorang mahluk kepada Sang Khaliq ataukah pengasihan Sang Khaliq kepada Mahluknya? Sungguh, haji adalah ritus penenang jiwa. Di sisi Ka'bah engkau akan menyadari bahwa Allah swt maha kuasa atas segalanya dan rahmat-Nya meliputi seluruh alam semesta. Dia maha pengasih dan kita para manusia tenggelam dalam lautan nikmat dan kasih-Nya yang tiada bertepi.(irib/7/11/2010)

Menjaring Cahaya Haji

Menjaring Cahaya Haji

Bulan Dzulhijjah telah tiba, momentum puncak haji pun segera dijelang. Di bulan yang penuh berkah ini, ratusan ribu umat manusia datang berhimpun di tanah wahyu. Para pecinta dari berbagai penjuru dunia berlarian menuju Baitullah untuk bergabung bersama kafilah ilahi menampilkan sebuah ritus teragung di sepanjang sejarah. Mereka datang dari berbagai latar belakang memenuhi panggilan ilahi dengan satu suara, satu slogan, satu iman, dan satu semangat tauhid. "Labbaik allahumma labbaik!" Ya Allah aku datang memenuhui panggilan-Mu!

Seorang sahabat berkata, bunga matahari selalu mengarah ke arah mentari. Wajahnya selalu mencari pancaran surya. Ketika sang petani menebar bibit-bibit bunga matahari, ia yakin jika sudah tumbuh nanti bunga-bunga itu dengan sendirinya akan menemukan sang matahari. Mereka tidak akan keliru dalam mengenali matahari dengan yang lain dan akan selalu hidup dengannya. Jika suatu saat bunga matahari berpaling dari mentari dan merunduk layu, maka ketahuilah ajalnya telah tiba. Persis seperti manusia yang lalai dengan kehadiran Sang Khaliq. Ia terombang-ambing dalam hiruk-pikuk kehidupan dan jika ia menjauh dari Sumber Kasih Sayang dan Rahmat, niscaya ia pun akan terjerumus dalam kegelapan. Apa yang membuat manusia menjadi begitu dekat dengan Sumber Kehidupan itu adalah laku ibadah dan penghambaan kepada-Nya. Dalam naungan tauhid, segala sesuatu harus ditujukan untuk mendekatkan dari kepada Sang Maha Kuasa. Ibadah merupakan jalan lurus yang mendekatkan manusia dengan Tuhannya.

Kini masa ibadah agung telah tiba, ritus ibadah yang dihadiri jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia. Mereka berhimpun menjadi satu di sekeliling Baitullah, di kota suci Mekkah. Ritus agung yang dikenal sebagai haji ini, teriakan "Labbaik allahumma labbaik!" membahana di seluruh persada. Suatu moment terindah bagi seorang hamba untuk menemui dan memenuhi panggilan Tuhannya.

Ketika manusia tenggelam dalam rutinitas kehidupan duniawinya, maka di saat itu hasrat materialistik manusia akan membuatnya terpasung dan tak mampu terbang mencapai puncak-puncak capaian spiritualitas. Karena itu haji memberi kesempatan kepada manusia untuk hijrah menuju ranah kehidupan yang kudus. Yaitu hijrah dari egoisme dan segala ketergantungan pada dunia menuju Sang Maha Luas dan Tiada Terbatas. Di masa itu, jutaan manusia menanggalkan seluruh atribut dan pakaian duniawinya lantas menggantinya dengan satu pakaian yang sama berwarna putih. Apapun latar belakang mereka, semuanya mengenakan busana yang seragam dan sewarna. Mereke berduyun-duyun berkumpul menuju Ka'bah, terus melangkah dan mengumandakan seruan labbaik, takbir, tahmid, dan kalimat tauhid. Mereka seperti jutaan planet-planet dan bintang-gemintang yang berputar mengeliling pusat galaksi.

Kini babak baru ibadah dan penghambaan telah tiba. Setiap sudut kota suci Mekkah dan Madinah dipenuhi oleh cahaya cinta dan iman. Sejujurnya, agama dan ajaran manakah yang mampu merapatkan barisan manusia pencari kebenaran menjadi satu hati dan satu suara. Para pecinta sejati meneteskan air mata dan mengangkat kedua tangan memohon kepada-Nya. Kalimat indah "Labbaik Allahumma Labbaik" mengalir deras dari lisan para jamaah haji. Mereka berduyun-duyun datang ke tanah wahyu untuk mencicipi hakikat cinta dan penghambaan.

Imam Ali as, ketika menggambarkan lautan manusia yang tengah menunaikan ibadah haji, mengatakan, "Jamaah haji ibarat orang-orang yang kehausan melangkah menuju mata air. Mereka berbondong-bondong menuju Ka'bah dan ibarat merpati, mereka mendatangi tempat suci itu dengan penuh rasa takjub dan cinta. Mereka berdiri di tempat yang pernah disinggahi oleh para utusan Allah Swt dan mengitari Ka'bah laksana para Malaikat yang bertawaf di Arsy. Para Jamaah haji meraup keuntungan dari penghambaan mereka dan berlomba-lomba menuju Dzat Yang Maha Pengampun. Allah Swt menjadikan Ka'bah sebagai tanda agama Islam dan rumah yang aman dan tentram bagi orang-orang yang mencari tempat perlindungan."

Perhimpunan agung para jamaah haji merupakan jawaban atas doa Nabi Ibrahim as. Pada hari itu ketika Nabi Ibrahim as membawa Hajar dan anaknya Ismail as ke tanah suci itu, Ibrahim as memohon kepada Allah Swt dan berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah kepada mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS: Ibrahim:37).

Kini, selama berabad-abad, sekelompok besar manusia dengan hati yang penuh cinta dan keikhlasan mengayunkan langkah menuju rumah Tuhan. Mereka ingin meraih kemenangan lewat ibadah haji dan membuka lembaran-lembaran sejarah tauhid dan monoteisme. Manasik haji (tuntunan perjalanan ibadah haji) merupakan bentuk perenungan terhadap kehidupan pribadi-pribadi agung dan pengukir sejarah seperti Nabi Ibrahim as, Ismail as, dan Hajar. Barang siapa mengarungi samudera ini, maka ia harus terbebas dari penghambaan selain Allah Swt sehingga ia mampu melewati ujian Tuhan seperti yang dilakukan oleh Ibrahim as dan Ismail as.

Nabi Ibrahim as tunduk dan memenuhi permintaan Allah Swt untuk mengorbankan putranya Ismail as. Ibrahim as telah menanggalkan ketergantungan terhadap dunia dari hatinya yaitu ketergantungan terhadap anak. Ia membaringkan putranya Ismail as di Mina demi menunaikan perintah Allah Swt. Ibrahim as tidak pernah ragu terhadap apa yang dilakukan dan Ismail as juga tunduk ikhlas menerima perintah Tuhan. Namun dengan izin Allah Swt, tiba-tiba sebuah suara memanggil Ibrahim as, "Wahai Ibrahim as, engkau telah menunaikan tugasmu, Kami akan memberi ganjaran kepada hamba-hamba yang bertaqwa."

Peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim as ingin mengajarkan kita bagaimana mengorbankan segala bentuk ketergantungan di jalan penghambaan Tuhan. Saat ini, para jamaah haji harus menjadikan Nabi Ibrahim as sebagai panutan dan teladan hidup mereka dan menjauhkan setiap ketergantungan dan rintangan yang menghambat mereka menuju jalan kesempurnaan.

Seorang penulis dari Iran, Javad Muhadditsi ketika melukiskan pengalamannya menunaikan ibadah haji, menulis, "Keputusan untuk meninggalkan rumah, keluarga, tanah air dan kehidupan sehari-hari, keputusan untuk berpisah dengan anak-istri dan menanggung segala beban, semua itu merupakan ujian dan latihan untuk membebaskan diri dari segala bentuk ketergantungan duniawi. Melepas ketergantungan kepada yang lain adalah awal menuju Tuhan. Jika kita telah mengikis daya tarik kepada selain Tuhan dari hati kita, maka kita telah dekat kepada arti ibadah haji yang sebenarnya. Haji adalah latihan memutuskan segala bentuk ketergantungan kepada selain Allah Swt."

Para jamaah haji melepaskan diri mereka dari segala warna ketergantungan dengan melaksanakan manasik haji, memenuhi jamuan Tuhan dengan penuh cinta dan kerinduan dan mengenakan pakaian putih sebagai baju ihram. Pakaian sederhana ini telah mensejajarkan kedudukan manusia dan menjauhkan mereka dari atribut-atribut duniawi seperti pangkat, jabatan, dan kedudukan. Ibadah haji menempatkan manusia pada arena berbagai ujian konstruktif sehingga terdapat perubahan pada teladan pemikiran dan perilaku mereka. Namun perubahan internal ini tidak terwujud dalam keterasingan. Jamaah haji melaksanakan setiap tuntunan ibadah haji di tengah kerumunan manusia lain sehingga mereka bisa merasakan ikatan dan solidaritas antara dirinya dengan orang lain. Ritual ini merupakan indikasi atas ajaran Islam yang komprehensif dan mencakup segala hal.

Menjauh dari sikap emosi dan riya', menghiasi diri dengan sifat taqwa dan memberikan harta di jalan Allah Swt, semuanya terwujud dalam sebuah keselarasan sosial. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji harus segera melangkah menuju tanah suci dan memenuhi panggilan Allah Swt. Dalam surat Al-Hajj ayat 27 dan 28, Allah Swt berfirman: "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (dalam ibadah haji)."

Dalam ibadah haji, Allah Swt memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mencicipi atmosfir yang penuh dengan keakraban dan kedamaian. Dalam perhimpunan agung ini disodorkan berbagai teladan kehidupan yang berbeda-beda dan teladan utama kehidupan adalah menyembah Allah Swt dan menanggalkan baju kesombongan dan kecongkakan. Apa yang kita saksikan di tengah para jamaah haji adalah perdamaian dan persahabatan. Jamaah haji menghendaki keamanan dan ketentraman bagi seluruh hamba Allah Swt bahkan bagi tanaman dan binatang. Dengan rasa tanggung jawab ini, umat Islam akan menyaksikan manfaat luas ibadah haji di bidang budaya, sosial, ekonomi dan politik. Ini semua adalah berkah ibadah haji yang akan memperkuat ikatan emosional umat Islam.

Imam Ja'far Shadiq as berkata: "Allah Swt menjadikan ibadah haji sebagai tempat untuk berkumpulnya umat manusia dari timur dan barat dan mengenalkan mereka satu sama lain sehingga para pedagang yang menjajakan dagangannya dari satu kota ke kota yang lain demi memperoleh keuntungan. Allah Swt menjadikan ibadah haji sehingga peninggalan dan jejak para nabi dikenal oleh umat manusia dan tidak melupakan pesan manusia-manusia suci ini. Jika warga dan masyarakat hanya berdiam diri di kampung masing-masing, maka mereka akan musnah, tempat tinggal mereka akan hancur, keuntungan akan menurun dan pesan-pesan langit akan usang."(irib/7/11/2010)

Mekkah Terancam Banjir

Hujan lebat mengguyur Mekkah membuat warga kota ini khawatir akan terjadinya banjir.

Sumber-sumber Arab Saudi melaporkan, hujan lebat di Mekkah dan pengalaman pahit banjir tahun lalu serta kinerja lemah pemerintah Riyadh membuat warga kota suci ini khawatir.

Tak hanya warga kota Mekkah, para jamaah haji pun dilanda kekhawatiran. Banjir tahun lalu di kota Mekkah menewaskan ratusan orang. Hingga saat ini, hujan lebat mengakibatkan putusnya aliran listrik di sejumlah wilayah di kota Mekkah serta kemacetan di jalan-jalan. (IRIB/MF/SL/3/11/2010)

Tiga Negeri Jiran Belajar Haji dari Indonesia

Penyelenggaraan ibadah haji di tanah air oleh Kementerian Agama (Kemenag) ternyata mendapat apresiasi positif dari negeri tetangga. Tiga menteri agama dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura telah menyampaikan permintaan secara khusus pada Kemenag untuk mempelajari mekanisme penyelenggaraan haji Indonesia.

Permintaan itu disampaikan dalam pertemuan informal empat menteri agama (MABIMS) di Brunei Darussalam pada 14-16 Oktober lalu. "Saya, yang mewakili pemerintah, menyanggupi dan membagi tugas untuk membuat poin-poin kerjanya," kata Menag Suryadharma Ali di Bandara Soekarno-Hatta kemarin (17/10) sekembali dari Brunei Darussalam.

Pada pertemuan tersebut, hadir para menteri yang menangani agama Islam. Yakni, Dato Pengiran Seri Setia dari Brunei Darussalam, Dato Seri Jamil Khir bin Haji Baharom dari Malaysia, Jacob Ibrahim dari Singapura, dan Menag Suryadharma Ali. Menurut Suryadharma, mereka ingin mempelajari manajemen dalam mengatur pemberangkatan jamaah haji Indonesia yang jumlahnya mencapai 221 ribu orang. Jika ditambah ditambah petugas haji, total rombongan haji Indonesia sekitar 225 ribu orang dan menjadi rombongan haji terbesar di dunia.

"Mereka bilang itu berarti hampir sama dengan jumlah penduduk Brunei. Kalau orang Brunei semua pergi haji, habislah orang Brunei," kata ketua umum PPP itu. Suryadharma menuturkan, sebelumnya Rusia juga belajar mengenai penyelenggaraan haji dari Indonesia untuk 40 kota di negara tersebut. Selain itu, ungkap dia, Bangladesh, Vietnam, dan Tiongkok juga menyatakan keinginan yang sama.

MABIMS, lanjut dia, juga menyepakati kerja sama peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan saling tukar mahasiswa dan dosen. "Mereka (Brunei Darussalam, Malaysia, dan SIngapura) ingin belajar ilmu falaq yakni tentang ilmu perbintangan dan ilmu hisab di Indonesia. Lalu, Indonesia menawarkan beasiswa untuk tiga orang belajar ilmu falaq di sini," paparnya.

Selain itu, sebut Suryadharma, MABIMS juga menyepakati bekerja sama dalam membina keislaman generasi muda dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lembaga-lembaga Islam antarnegara. Kemenag dari empat negara sepakat menjalankan harmonisasi sosial melalui peningkatan pemahaman lintas agama dengan melakukan dialog agar warga nonmuslim tidak salah dalam memahami Islam. "Kami memang merasakan sering adanya penodaan agama. Karena itu, dibutuhkan dialog," katanya. (JPNN/irib/18/11/2010)

0 comments to "Haji - Shalat dan pernak-perniknya...."

Leave a comment