Home , � Luqman Dimata Imam Ja'far Shadiq a.s

Luqman Dimata Imam Ja'far Shadiq a.s

Imam Ja’far shadiq a.s pernah ditanya : “ Allah memberi hikmah apakah kepada luqman, yang mengenai dirinya disebutkan didalam Al-Quran ?”

Beliau a.s menjawab : “ Demi Allah hikmah yang diberikan kepada Luqman bukanlah harta, kaum, bentuk fisik dan ketampanan. Tetapi dia adalah lelaki yang kuat dalam urusan Tuhan, bertaqwa dijalan-NYA, diam, besar hati, teliti, melihat masa depan, tepat pandangannya, dan seorang penasihat. Beberapa hari tidak tidur dan selalu mengontrol amal perbuatannya dengan seksama. “

“ Dia tak tertawa karena takut dosa, Tak marah dan tak bercanda, Tuhan mengaruniainya anak yang banyak, yang kemudian semuanya meninggal sebelum dia sendiri. Dengan tabah dan sabar dia menanggung musibah-musibah dan ridha kepada keridhaan Allah dan tak pernah menangisi seorangpun dari mereka.”

“ Bila dia bertemu dengan dua orang yang bertengkar, dia akan mendamaikan mereka dan memadamkan api kebencian diantara mereka.”

Diantara Hikmah Luqman,

Suatu hari majikan luqman diruang tamunya menggelar jamuan makan untuk para tamu. Luqman bekerja giat dalam melayani mereka dengan menyiapkan sarana-sarana. Dia tersiksa mendengar pembicaraan mereka yang sia-sia dan selalu mencari kesempatan untuk mengubah kebiasaan buruk dan membenahi diri mereka. Di saat itu para tamu majikan telah memasuki ruangan. Si majikan menyuruh luqman menyembelih kambing , kemudian disajikan kepada para tamu. Hari berikutnya ia menyiapkan makanan dari bagian-bagian yang paling jelek. Juga dihari lainnya dia menyajikan makanan dari hati dan lidah kambing.

Sang majikan heran dan bertanya, “ Apa maksudnya dengan dua bagian kambing tersebut adalah bagian yang terbaik juga adalah bagian yang paling jelek ?”

Luqman menjawab : “ Dua bagian ini adalah anggota-anggota terpenting dalam kebahagian dan kesengsaraan. Sebagaimana hati jika memiliki niat yang baik dan lidah yang mengeluarkan hikmah, makrifat dan solusi dalam masalah-maslah manusia, dua bagian ini adalah anggota-anggota yang terbaik. Dan jika hati memiliki pikiran yng buruk, dan lidah yang mengumpat, menuduh, memfitnah dan mengundang fitnah, maka tak ada yang lebih buruk dan lebih merugikan dari dua anggota ini.”

Bagi Luqman baik dan buruk perbuatan terletak pada hati yang ridha dan keridhaan Allah. Dia tak menjadikan pemuliaan terhadap sesama untuk kepentingan pribadi, dan tidak takut direndahkan dan dicela oleh mereka. Masalah ini telah disampaikan kepada anaknya, pada suatu hari dia mewasiatkan kepadanya, “ Sediakan tunggangan dan bersiap-siaplah untuk bermusafir “

Ketika tunggangan sudah disiapkan, luqman menaiki tunggangannya dan putranya berjalan mengikutinya. Sekelompok orang yang sedang bekerja diladang melihat fenomena ini, mereka memprotes, “ Sungguh tega orang ini, dia naik tunggangan sementara anaknya yang tak berdosa berjalan mengikutinya.”

Maka Luqman turun dari tunggangannya, lalu menaikan anaknya ke atas tunggangannya. Kemudian bertemu dengan sekelompok orang lainnya. Melihat fenomena ini, mereka berkata, “ Sungguh anak yang kurang ajar, membiarkan ayahnya yang tua dan lemah berjalan, sementara dirinya yang muda, kuat, dan penuh semangat malah naik diatas tunggangan. Sungguh dia telah melupakan pendidikannya.”

Dalam keadaan yang demikian Luqman bersama anaknya naik ka atas tunggangan. Keduanya meneruskan perjalanan, hingga bertemu dengan sekelompok yang lain lagi, melihat fenomena ini mereka berkata, “ Sungguh manusia yang tak punya belas kasihan, keduanya bersama barang yang berat, membebani hewan yang tak kuat. Tak ada satu yang mau turun.”

Maka Luqman dan anaknya, sama-sama turun dari tunggangan an meneruskan perajalanan. Sampai didesa lainnya, penduduk menyaksikan fenomena ini, dan melontarkan celaan, “ Lihatlah keduanya si tua renta dan dan anak kecil itu berjalan kaki mengikuti tunggangan. Mereka lebih sayang hewan mereka dari pada keselamatan diri mereka.

Karena perjalan mereka telah sampai, dengan tersenyum penuh makna Luqman berkata kepada anaknya,

“ Kau telah melihat hakikat dalam amal. Sekarang, ketahuilah bahwa orang-orang tak mau rela dan tak bisa tutup mulut. Jadi pandanglah keridhaan Tuhan dan keridhaan batin, dan jangan perhatikan pujian atau celaan orang lain.”

Luqman selalu memandang, menjaga keseimbangan dan sikap adil itu sebagai kunci keberhasilan dalam urusan-urusan hidup. Penjagaan dasar ini menjadi lazim dan suatu keharusan dalam semua urusan kehidupan ini. Dia yakin bahwa sikap ekstrim dan ceroboh bisa mengubah yang nikmat menjadi sengsara dan hal yang biasa menjadi terkontaminasi. Untuk memahami masalah ini dengan benar, beliau menasehati anaknya dengan penjelasan yang indah dan logis.


Tags: ,

0 comments to "Luqman Dimata Imam Ja'far Shadiq a.s"

Leave a comment