Home � Mengenal Surat As-Sajdah

Mengenal Surat As-Sajdah

Mengenal Surat As-Sajdah

Surat As-Sajdah termasuk surat yang diturunkan di Mekah, namun sebagian ahli tafsir berkeyakinan bahwa ayat 18 hingga 20 surat ini turun di Madinah. Surat ini lebih dikenal dengan Sajdah atau Alif Lam Mim Sajdah dan sebagian menyebutnya dengan nama Alif Lam Mim Tanzil.

Secara umum surat as-Sajdah membahas berbagai masalah penciptaan dan Hari Akhir dengan argumentasi kokoh. Surat ini mewacanakan masalah penciptaan sedemikian rupa sehingga langit, bumi dan yang ada di keduanya diciptakan dalam enam hari. Allah Yang Maha Mengetahui, Agung dan Pengasih menciptakan makhluk yang indah dan setelah beberapa tahapan kemudian menciptakan manusia.

Ayat-ayat surat as-Sajdah menyebut para pendosa meminta kepada Allah agar dikembalikan lagi ke dunia. Sementara orang-orang mukmin diberikan keistimewaan yang membuat mereka semakin cinta akan kebenaran. Keistimewaan itu dimulai dengan pertanyaan demikian...

Artinya:
Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama.

Kelompok pertama, yakni golongan orang-orang yang beriman menyeru kepada Allah dengan penuh ketakutan dan harapan bahwa apa yang pernah mereka infakkan selama di dunia mendapat balasan dan pahala dari sisi-Nya. Sementara kelompok kedua, orang-orang fasik menghadapi ancaman dan azab yang pedih di Hari Kiamat sedangkan azab yang lebih ringan telah mereka dapatkan lebih cepat di dunia. Terkait dengan janji-janji-Nya, Allah swt juga memulainya dengan pertanyaan seperti yang kita simak bersama dalam ayat ke-22 berikut...

Artinya:
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.

Kenabian Nabi Musa as merupakan tema lain yang diketengahkan secara singkat dalam surat as-Sajdah. Di akhir surat ini telah ada penekanan mengenai terbuktinya janji-janji Allah dan kepada Rasulullah Saw diperintahkan untuk menantinya sebagaimana orang-orang kafir juga menunggunya.

Penjelasan sebelumnya membuat kita punya pandangan mengenai pembahasan secara umum yang ada dalam surat as-Sajdah yang menjadi pembahasan kita kali ini. Kini kita coba untuk lebih mencermati beberapa poin dalam surat ini. Dalam mengkaji ayat-ayat yang membicarakan masalah penciptaan manusia ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Kita mulai dengan menyimak ayat ketujuh hingga kesembilan...

Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani).

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikanbagikamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Allah Swt mengingatkan manusia keagungan-Nya dalam menciptakan manusia sebagai ciptaan terindah. Karena jiwa manusia dapat mendekatkan dirinya dengan sifat-sifat Allah. Ayat-ayat ini sekaligus menjadi jawaban bagi mereka bahwa penciptaan manusia dengan motifasi kejelekan dan hanya memperhatikan dimensi materinya. Allah tidak lupa memperingatkan manusia yang telah diberikan panca indera dan kemampuan berpikir agar bersyukur kepada-Nya. Namun sangat sedikit yang melakukannya, karena jiwa tidak bersyukur yang dimilikinya seperti telah dijelaskan dalam ayat-ayat lain. Rasa syukur makhluk terhadap penciptanya merupakan masalah penting yang patut mendapat perhatian dan semoga orang-orang mukmin tidak melalaikannya.

Dalam surat as-Sajdah, ketika dijelaskan mengenai ciri-ciri orang-orang mukmin disebutkan bahwa ketika mengingat tanda-tanda kebesaran Allah, mereka langsung mensyukuri dan sujud kepada-Nya. Sujud berarti khusyuk dan tunduk, sementara masjid adalah tempat bersujud. Di al-Quran ada empat ayat yang bila dibaca maka wajib untuk melakukan sujud. Ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat as-sajdah, ayat ke-37 surat Fusshilat, ayat ke-62 surat an-Najm dan ayat ke-19 surat al-'Alaq.

Mungkin ada pertanyaan mengenai kewajiban sujud dalam keempat ayat tersebut. Sesuai dengan firman Allah bahwa semua makhluk dalam kondisi bertasbih kepada Allah. Masalah ini disebutkan dalam sejumlah ayat antara lain ayat ke-116 surat al-Baqarah yang berbunyi "Kullun Lahu Qanituun" (semua tunduk kepada-Nya). Begitu juga dalam surat al-Israa ayat ke-44 yang artinya: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbuh dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka."

Bila menginginkan penyembahan kepada Allah Yang Maha Agung melampaui tahapan batin dan memasuki tahapan aktual, yakni dari tahapan ibadah hati menjadi tahapan badan, perhatian hati harus dimanifestasikan dalam bingkai perbuatan dan perilaku yang sesuai. Sebagai contoh, khusyuk yang sempurna dan tunduknya hati di hadapan Allah yang dibuktikan dengan melakukan sujud terhitung penghormatan besar kepada Allah. Begitu juga kepasrahan hati itu harus diterapkan dalam ruku, berdiri dan begitu juga pensucian yang dilakukan dengan wudhu dan mandi. Perlu diketahui bahwa menghadirkan hati merupakan jiwa setiap ibadah. Oleh karenanya, dalam sujud wajib keagungan Allah harus dapat diresapi dan masuk hingga jasad dan ruh kita.

Kita akhiri pembahasan mengenal surat as-Sajdah ini dengan bacaan doa untuk dijadikan orang-orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah:

Allahumma Ya Allah...
Jadikanlah kami orang-orang yang tahu bersyukur,
jangan jadikan kami orang-orang yang lalai.

Ilahi...
Engkau adalah tujuanku,
kerelaan-Mu adalah keinginanku
. (IRIB/2/11/2010)

Tags:

0 comments to "Mengenal Surat As-Sajdah"

Leave a comment