Home , , � Ayo berdialog bukan menindas !!!!!

Ayo berdialog bukan menindas !!!!!


















PBB Bungkam, Iran Pun Surati Ban Ki-moon-

Wakil Tetap Republik Islam Iran di PBB Mohammad Khazaee melayangkan surat bernada pedas kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon dan para pimpinan Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. Surat itu berisi kritikan dan protes keras Tehran atas sikap pasif PBB dalam menyikapi aksi-aksi terorisme anti-Iran yang kian marak akhir-akhir ini.

Sembari menyinggung serangan teror terbaru terhadap dua pakar nuklir Iran, Khazaee dalam suratnya itu mengecam kebungkaman PBB terhadap serangan tersebut. Khazaee membeberkan, insiden itu bukan serangan teror yang pertama kali dilancarkan terhadap para pakar nuklir Iran. Tahun lalu, ilmuwan lainnya bernama Masoud Ali Mohammadi juga tewas diteror.

Sementara itu secara terpisah, Saeed Jalili Sekretaris Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran di sela-sela perundingan Iran dan Kelompok 5+1 di Jenewa, pekan lalu dengan tegas memaparkan soal penyebab dan dalang yang melatarbelakangi rangkaian aksi teror terhadap para ilmuwan nuklir Iran. Dalam keterangannya itu, Jalili juga melontarkan suatu pertanyaan penting, mengapa negara-negara Barat diam seribu bahasa dalam menyikapi serangan teror tersebut dan bahkan tidak mengecamnya? Ia juga mempertanyakan mengapa nama-nama para pakar nuklir Iran dicantumkan dalam resolusi anti-Iran Dewan Keamanan PBB?

Sebagaimana yang dinyatakan dalam surat protes utusan tetap Iran di PBB kepada Ban Ki-moon, sejatinya rangkaian aksi teror tersebut didalangi oleh rezim zionis Israel dan antek-anteknya yang bermaksud untuk menghancurkan program nuklir sipil Iran. Karena itu Tehran berharap PBB mengecam aksi brutal tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya dan menerapkan langkah-langkah efektif dalam memberangus segala bentuk terorisme.

Tak syak, surat protes Mohammad Khazaee terhadap Ban Ki-moon kali ini mengandung pesan penting bahwa kasus serangan teror terhadap para ilmuwan nuklir tidak bisa diabaikan begitu saja. Surat itu juga merupakan penekanan ulang bahwa sanksi, ancaman, dan pembunuhan para pakar nuklir Iran merupakan langkah keliru dan tidak akan bisa menyelesaikan persoalan. Sebab, sebagaimana yang ditegaskan dalam surat wakil tetap Iran kepada Sekjen PBB, Republik Islam Iran tidak akan pernah toleran terhadap upaya yang mencoba mencabut hak-hak negaranya dalam memanfaatkan energi nuklir bagi keperluan damai. Bahkan bangsa Iran akan selalu memperjuangkan hak-haknya dan menuntut pihak-pihak yang berusaha menghancurkan program nuklirnya dengan cara-cara licik dan standar ganda.

Melihat pentingnya kandungan yang tercakup dalam surat protes utusan tetap Iran di PBB kali ini, tidak berlebihan jika Khazaee meminta surat protes Tehran itu diabadikan sebagai dokumen resmi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. (IRIB/LV/NA/11/12/2010)

Mahasiswa Iran Demo Kedubes Inggris di Tehran

Mahasiswa Iran berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Inggris di Tehran untuk memprotes sikap bungkam negara-negara Barat atas aksi teror yang menggugurkan ilmuwan nuklir negara itu.

"Kami tidak akan memaafkan maupun melupakan ketidakadilan besar Barat atas terjadinya kejahatan mengerikan ini, di saat mereka mengklaim sebagai pengusung hak asasi manusia," demikian petikan statemen bersama para mahasiswa di Tehran, kemarin.

Dua operasi teror terpisah bulan lalu menargetkan dua pakar nuklir Iran. Tindakan keji itu menggugurkan Doktor Majid Shahriari, sementara Profesor Fereydoun Abbasi dan istrinya menderita luka-luka. Keduanya merupakan ilmuwan Universitas Shahid Beheshti Tehran.

Tidak ada pejabat Barat maupun organisasi yang mengecam aksi teroris itu.
Tehran menyalahkan keluarnya resolusi Dewan Keamanan PBB No.1747 yang dirilis Maret 2007 lalu, karena mencantumkan nama Abbasi sebagai "ilmuwan nuklir dalam isi resolusi anti Iran itu.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manouchehr Mottaki mendesak PBB menyelidiki kasus serangan teror terbaru terhadap dua ilmuwan Iran, berkaitan dengan keterlibatan sejumlah negara yang berada di balik perilisan resolusi Dewan Keamanan PBB No.1747.

Wakil Tetap Republik Islam Iran di PBB, Mohammad Khazaee dalam surat resmi yang dilayangkan Jumat(10/12) kepada Sekjen, Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB mengkritik keras sikap pasif mereka dalam menyikapi aksi teror terhadap ilmuwan terkemuka Iran.

Senada dengan Khazaee, menteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki mengkritik keras negara yang memasukan daftar nama para ilmuwan Iran yang menjadi sasaran serangan teror.

"Siapa saja yang menyebarkan nama para ilmuan nuklir Iran dalam resolusi PBB sehingga membantu terjadinya aksi teror terhadap mereka, berarti terlibat dalam teror ini," tegas Mottaki.

Kementerian intelijen Iran telah menangkap anggota milisi teroris yang terlibat dalam serangan baru-baru ini.Saat diinterogasi, mereka mengaku menerima pelatihan di negara tetangga.(IRIB/PH/13/12/2010)

Menlu Iran: Barat Kedepankan Penindasan, Bukan Dialog!

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Manouchehr Mottaki mengecam keras aksi brutal yang dilakukan petugas keamanan Inggris terhadap para mahasiswa yang memprotes kenaikan biaya kuliah.

Menurut Biro Informasi dan Pers Departemen Luar Negeri, Mottaki kemarin (Sabtu,11/12) mengatakan, "Iran memantau dari dekat perkembangan di Inggris termasuk konfrontasi kekerasan antara polisi dan demonstran."

"Kita semua menyesalkan insiden itu terjadi bersamaan dengan peringatan Hari Internasional Hak Asasi Manusia," tegas Mottaki.

Mottaki menyarankan pemerintah Inggris untuk menahan diri dalam menyelesaikan berbagai persoalan menyangkut hak-hak sosial warganya dan menghormati martabat manusia.

"Mereka, yang mengaku sebagai pendukung hak asasi manusia dan demokrasi, tidak bisa mentolerir suara damai protes dari intelektual dan menggunakan penindasan sebagai alat, bukan dialog yang didasarkan pada pemikiran," tambahnya.

Ribuan mahasiwa pada hari Kamis lalu berkonsentrasi di pusat kota London memprotes rencana kenaikan biaya kuliah yang mencapai hampir tiga kali lipat.

Dengan alasan mengamankan keadaan, polisi Inggris menyerang para demonstran yang mengakibatkan sejumlah mahasiswa cidera dan sebanyak 43 orang ditangkap.

Polisi menyerang Alfie Meadows, berusia 20 tahun, dan memukul kepalanya dengan pentungan hingga pingsan dalam perjalanan ke rumah sakit.(IRIB/PH12/12/2010)

Perlemen Iran Bahas Penurunan Hubungan dengan Inggris

Parlemen Republik Islam Iran akan membahas rancangan undang-undang mengenai penurunan hubungan dengan Inggris, menyusul statemen tendensius Duta Besar Inggris untuk Tehran.

"Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri sedang mengkaji usulan menurunkan tingkat hubungan dengan Inggris," kata Juru Bicara komisi Kazem Jalali kemarin (Ahad,12/12)

"Tampaknya perlu menurunkan tingkat hubungan dengan Inggris, mengingat kelancangan berulangkali Duta Besar Inggris, kegagalan dalam menjalankan etika diplomatik, dan intervensi para pejabat Inggris dalam urusan Iran seperti yang dikeluarkan oleh [Kepala MI6 John] Sawers yang menyebabkan kematian Dr. Shahriari," tegas Jalali.

Pada tanggal 28 Oktober lalu Sawers, menuduh Iran mengejar kegiatan nuklir militer, dan aksi spionase sangat penting untuk menghentikan program nuklir Tehran.

"Menghentikan program nuklir tidak dapat diatasi murni dengan diplomasi konvensional. Kita perlu operasi intelijen untuk mempersulit sejumlah negara seperti Iran mengembangkan senjata nuklir," kata Sawers.

Kamis lalu, Duta Besar Inggris untuk Tehran, Simon Gass dalam statemennya yang dimuat di situs Kedutaan Besar Inggris mempersoalkan hak asasi manusia di Iran.

Tehran tidak akan kehilangan apapun akibat penurunan hubungan dengan London, dan Inggris adalah yang paling layak untuk membayar kompensasi," tutur Jalali.

Menurut Jalili, keputusan akhir sidang komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri mengenai masalah sensitif ini akan diputuskan Minggu depan.

Sementara itu, Kepala Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi kemarin (Ahad,12/12) mengatakan,
Tampaknya misi Simon Gass di Tehran adalah merusak hubungan bilateral.

Komentar interventif Dubes Inggris untuk Iran meluncur di saat pemerintah Inggris secara brutal menindak protes mahasiswa di negaranya sendiri.

"Serangan brutal terhadap ribuan mahasiswa universitas di Inggris merupakan contoh jelas dari intoleransi bagi suara oposisi dan kurangnya kebebasan terhadap mereka yang tidak puas dalam menyatakan tuntutannya secara damai, "tegas Boroujerdi.

Para anggota parlemen Iran ini menyarankan diplomat Inggris untuk "membuka matanya" dan melihat bagaimana kelompok oposisi di Iran leluasa mengekspresikan sikap protes mereka terhadap pemerintah Iran.
Boroujerdi menambahkan bahwa anggota oposisi di Iran tidak dipenjara karena menyiarkan pandangan mereka.

Boroujerdi menggarisbawahi bahwa Iran juga menyadari peran destruktif London dalam menjatuhkan sanksi terhadap Tehran serta dalam pembicaraan baru-baru ini antara Iran dan kelompok 5 +1.(IRIB/Presstv/IRNA/FarsNews/PH/13/12/2010)

Komisi HAM Islam Kecam Brutalitas Polisi Inggris

Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC) mengecam keras aksi pengamanan yang dilakukan polisi Inggris terhadap para mahasiswa yang berdemonstrasi di London pekan lalu.

Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Islam di Inggris, Massod Shajareh kemarin (Ahad,12/12) menyayangkan cara-cara kekerasan yang ditempuh polisi Inggris atas instruksi pemerintah Inggris untuk membungkam protes kalangan akademisi.

"Sebanyak 99 persen dari mereka yang turun ke jalan menuntut pemulihan hak-hak hukum dilakukan dengan damai, namun ada segelintir orang yang menunggangi aksi tersebut, " tutur Shajareh, Tapi, ia menambahkan, polisi harus memilah kedua kelompok tersebut.

Berdasarkan data statistik resmi, sebanyak 55 orang cidera yang sebagian besar mahasiswa dan 34 lainnya ditangkap polisi dalam demonstrasi anti-pemerintah Kamis lalu.(IRIB/IRNA/PH/13/12/2010)

Melangkah Bersama Konvoi APSP ke Gaza

Hari ini (Ahad, 12 Desember 2010) konvoi bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Asia untuk Palestina (APSP) tiba di Tehran. Konvoi misi kemanusiaan yang diikuti sekitar 50 aktifis perdamaian pro-Palestina dari 12 negara termasuk Indonesia itu akan menembus blokade Gaza melalui jalur penyeberangan Rafah, Mesir setelah terlebih dahulu singgah di sembilan negara.

Menurut laporan Voice of Palestine Indonesia, konvoi tersebut juga diikuti 12 aktifis kemanusiaan dari berbagai organisasi sosial di Indonesia seperti Voice of Palestine, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Al-Aqsa Working Group (AWG) dan Hilal Ahmar Society (Bulan Sabit Merah).

Konvoi APSP merupakan upaya masyarakat internasional yang kesekian kalinya untuk mematahkan blokade rezim zionis Israel terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 3 tahun. Suatu blokade yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan dan menjadikan kawasan padat berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa itu menjadi penjara besar bagi rakyat Palestina di Jalur Gaza. Sedemikian parahnya krisis kemanusiaan yang terjadi di sana sampai-sampai beberapa waktu lalu PBB mengungkapkan kekhawatirannya atas nasib 80 persen warga Gaza yang memerlukan bantuan segera dari masyarakat internasional.

Jurubicara delegasi Indonesia dalam konvoi Solidaritas Masyarakat Asia untuk Palestina (APSP), Irman Abdurrahman, menyatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah bencana kemanusiaan akibat ulah sekelompok manusia. Berbeda dengan bencana alam, bencana kemanusiaan di Gaza bisa dan bahkan harus dihentikan.

Sementara itu, koordinator konvoi APSP, Feroze Mithiborwala dari India menyatakan bahwa misi kemanusiaan mereka ke Gaza dalam arti luas merupakan perjuangan para aktivis untuk membebaskan negara mereka masing-masing dari cengkeraman hegemoni kekuatan-kekuatan yang telah menimpakan bencana terhadap rakyat Gaza.

Kekalahan memalukan rezim zionis dalam Perang 33 Hari di Lebanon dan agresi militer 22 hari di Jalur Gaza membuktikan bahwa Israel kini bukan lagi kekuatan militer seperti tiga dekade lalu yang menampakkan dirinya sebagai kekuatan tak terkalahkan di Timur Tengah. Situasi sekarang juga berbeda jauh dengan 20 tahunan lalu ketika pengaruh AS dan Barat masih begitu kuat dalam menentukan nasib Timur Tengah. Apalagi masyarakat regional dan dunia pun kini makin melek dengan realitas dan kejahatan rezim zionis Israel di Palestina yang semakin terpampang di depan mata.

Hadirnya konvoi kemanusiaan Solidaritas Masyarakat Asia untuk Palestina kali ini sejatinya merupakan upaya untuk mengobarkan kembali rasa kepedulian dan dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina terutama untuk mengakhiri blokade brutal rezim zionis di Jalur Gaza.(irib/12/12/2010)

0 comments to "Ayo berdialog bukan menindas !!!!!"

Leave a comment